Sie sind auf Seite 1von 14

THORCON MOLTEN SALT REACTOR

Pandangan Singkat Terhadap Desain

Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi


Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir (P2STPIBN)
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
(BAPETEN)

November 2015

THORCON MOLTEN SALT REACTOR


P2STPIBN BAPETEN

PENDAHULUAN
Teknologi reaktor terus berkembang dalam beberapa dekade ini. Peningkatan keselamatan, efisiensi
dan penyederhanaan konstruksi dan operasi menjadi tujuan utama pengembangannya, sehingga
secara umum akan menuju kepada nilai produksi listrik yang murah. Teknologi reaktor maju
umumnya berkembang dari desain eksperimen yang sudah berhasil dilakukan sebelumnya. Sasaran
pengembangan ini dari generasi ke generasi adalah meminimumkan ruang bagi kecelakaan dan
kesalahan operator.

Salah satu desain eksperimental yang akan dikembangkan menjadi komersial adalah Molten Salt
Reactor. Molten Salt Reactor (MSR) adalah reaktor nuklir yang menggunakan campuran garam cair
sebagai pendingin untuk mengambil energi yang dibangkitkan dari reaksi fisi nuklir. MSR
beroperasi pada temperatur tinggi seperti pada high temperatur gas-cooled reactor (HTGR)
sehingga efisiensi termodinamika dapat ditingkatkan, sementara tekanan operasi tetap rendah.
Dengan demikian, MSR termasuk dalam kategori reaktor temperatur tinggi (High Temperature
Reactor, HTR).

Bahan bakar MSR dapat berupa bahan bakar cair yang dilarutkan dalam garam pendingin maupun
padat. Teras tersusun dari grafit yang juga berfungsi sebagai moderator dan saluran pendingin.
Bahan bakar padat MSR mempunyai desain yang serupa dengan bahan bakar pebble bed, yaitu
bahan bakar keramik dalam matriks grafit yang berbentuk bola. MSR dengan bahan bakar cair
mempunyai cairan pendingin dengan bahan bakar yang terlarut di dalamnya, misalnya Uranium
Tetrafluorida (UF4).

Penggunaan garam cair sebagai pendingin meningkatkan efisiensi perpindahan panas sehingga
dapat digunakan secara konveksi alamiah yang akan mengurangi jumlah dan ukuran komponenkomponen utama seperti pompa atau kompresor serta pemipaan. Tekanan operasi yang rendah dan

fase tunggal pendingin tidak memerlukan komponen seperti pressurizer pada PWR. Dengan
demikian reaktor dapat dibuat menjadi lebih sederhana. Ukuran teras juga relatif lebih kecil.

MSR, secara umum, dapat menggunakan bahan bakar fisil apapun, yaitu Uranium dan Plutonium.
Sehingga MSR dapat digunakan untuk membakar limbah bahan bakar PWR dan BWR yang berupa
Plutonium. Selain itu, MSR juga dapat menggunakan Thorium melalui proses pembiakan
(breeding) menjadi U-233. MSR dapat membakar habis limbahnya yang berupa aktinida, sehingga
pada akhirnya tidak menghasilkan limbah radioaktif yang berumur panjang.

Sejak tahun 1950an sampai sekarang banyak konsep desain MSR yang dibuat dengan berbagai
komposisi bahan bakar dan garam pendingin guna mendapatkan komposisi yang optimum bagi
keselamatan dan pemanfaatan reaktor tersebut.

SEJARAH PENGEMBANGAN MSR

Aircraft Reactor Experiment


Riset mengenai MSR dimulai pada tahun 1954 di Amerika Serikat dengan Aircraft Reactor
Experiment (ARE) untuk mendukung proyek Aircraft Nuclear Propulsion. ARE merupakan reaktor
nuklir eksperimen dengan daya 2.5 MWt yang didesain untuk mendapatkan rapat daya yang tinggi
untuk pesawat pembom dengan mesin bertenaga nuklir. Beberapa reaktor eksperimen dibangun di
sebuah fasilitas di Idaho yang saat itu bernama National Reactor Test Station (sekarang INL) dan di
Oak Ridge National Laboratory (ORNL). ARE menggunakan garam fluorida cair NaF-ZrF4UF4 (53-41-6 mol%) sebagai bahan bakar dan BeO sebagai moderator. ARE menggunakan sodium
cair untuk pendingin sekunder. ARE dapat dioperasikan selama sembilan hari pada tahun 1954
dengan temperatur mencapai 860oC pada pendingin sekundernya. Eksperimen ini menghasilkan
kesimpulan bahwa bahan bakar cair secara kimiawi stabil, secara fisika memberikan umpan balik
negatif yang besar yang dapat digunakan untuk mengendalikan reaktor tanpa batang kendali.

Molten Salt Reactor Experiment


Riset MSR di ORNL mengembangkan Molten Salt Reactor Experiment (MSRE) pada tahun 1960an. MSRE mempunyai daya 7.4 MWt yang diperoleh dari bahan bakar LiF-BeF2-ZrF4-UF4 dengan
moderator pyrolitic grafit yang melapisi struktur teras. Uranium yang digunakan adalah uranium
diperkaya 33%. Pendingin sekunder yang digunakan adalah LiF-BeF2. Reaktor beroperasi sejak 1
Juni 1965 dan dapat dioperasikan selama kurang lebih 5 tahun dengan waktu operasi pada daya

penuh total sekitar 1.5 tahun. Temperatur pendingin sekunder mencapai 650 oC. Pada MSRE, Xenon
dan Kripton yang merupakan racun dapat bakar pada reaktor berpendingin air, dapat dipisahkan dan
dikeluarkan dari sistem reaktor, sehingga mengurangi kebutuhan reaktivitas lebih dan waktu yang
diperlukan untuk menjalankan kembali reaktor setelah pemadaman. Secara teoritis, reaktor dapat
beroperasi pada mode load following. Pada tahun 1968, MSRE menggunakan bahan bakar U-233
melalui penambahan larutan bahan bakar. Eksperimen dihentikan karena ditemukan adanya retakan
akibat iradiasi pada komponen-komponen logam yang bersinggungan dengan garam cair. Penelitian
tentang bahan logam ini terus berlanjut dan menghasilkan paduan logam yang disebut Hastelloy-N
yang mempunyai ketahanan panas dan radiasi yang lebih baik. Secara keseluruhan, MSRE berhasil
dioperasikan dengan baik dan limbah radioaktif cair maupun gas dapat dikelola dengan selamat.

Fitur keselamatan yang diperoleh dari eksperimen diantaranya adalah:


1. Reaktivitas lebih yang sangat rendah
Penambahan bahan bakar dapat dilakukan secara kontinu, sehingga tidak perlu adanya
bahan bakar tambahan yang diperlukan untuk pengoperasian jangka panjang seperti pada
reaktor berpendingin air, termasuk reaktivitas lebih untuk mengatasi racun dapat bakar.

2. Koefisien reaktivitas temperatur yang negatif.


Secara umum, peningkatan temperatur akan menurunkan reaktivitas reaktor, sehingga akan
mengembalikan reaktor ke temperatur dan daya semula.

3. Tekanan rendah.
Penggunaan tekanan atmosfir pada sistem primer dapat menjaga integritas reaktor pada
berbagai keadaan, termasuk jika terdapat kebocoran pada sistem primer. Dengan adanya
tekanan yang sama, maka cairan bahan bakar dan pendingin tidak mudah keluar ke
lingkungan. Jika terjadi kebocoran dan cairan tersebut keluar ke lingkungan, maka akan
membeku dengan cepat, karena temperatur lingkungan yang jauh lebih rendah, sehingga
tidak terjadi penyebaran zat radioaktif.

4. Tidak ada reaksi kimia dengan air dan udara.


Garam bahan bakar secara umum tidak bersifat reaktif seperti hidrogen pada reaktor
berpendingin air. Garam secara kimia lebih stabil.

5. Tangki penampungan.
Jika terjadi kegagalan pada sistem reaktor sehingga temperatur terus meningkat, maka

sistem sumbat di dasar bejana akan meleleh dan mengalirkan bahan bakar cair ke tangki
penampungan subkritis yang akan menjaga bahan bakar untuk tidak menjalankan reaksi
berantai dan membuang panas ke perelengkapan yang disediakan. Fitur ini hanya mungkin
dikembangkan pada reaktor berbahan bakar cair, yang membuat reaktor ini tidak dapat
terjadi meltdown.

STATUS MSR SAAT INI

Mengacu kepada keberhasilan MSRE, beberapa desain konsep MSR bermunculan. Masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri.

Sasaran desain konsep ini pada umumnya

adalah penggunaan thorium sebagai bahan bakan reaktor. Penggunaan thorium dapat mengurangi
limbah radioaktif secara signifikan, menghasilkan energi yang murah dan sustainable yang
didukung oleh persediaan thorium yang berlimpah di didunia. Saat ini, pada umumnya thorium
hanya menjadi limbah dari industri pertambangan.

Molten Salt Actinide Recycler and Transmuter (MOSART)


Desain konsep dengan nama MOSART adalah reaktor cepat dengan bahan bakar transuranic
fluoride dari Uranium dan MOX dari bahan bakar bekas reaktor berpendingin air. MOSART
didesain oleh Kurchatov Institute Russia dengan daya 2400 MWt dengan teras homogen yang
terdiri dari Li-Na-Be atau Li-Be Fluorida tanpa moderator grafit. Reaktor ini didesain sebagai
burner-converter, yaitu untuk membakar bahan bakar bekas dan memanfaatkan energi yang
dihasilkannya. Dengan Thorium sebagai bahan bakar, MOSART dapat bertahan selama 12 tahun
sebagai self-sustainable system.

Fluoride High-temperature Reactor (FHR)


FHR merupakan desain konsep reaktor berpendingin garam cair yang dikembangkan oleh Amerika
Serikat. Reaktor ini dikembangkan dari teknologi PBMR-HTGR. Bahan bakar yang digunakan
adalah bahan bakar padat, TRISO, yang merupakan bahan bakar HTGR, tetapi pendingin yang
digunakan adalah garam fluorida cair. Desain teras juga mengikuti teras HTGR, yaitu peble bed
dengan bahan bakar berbentuk bola, dan prismatik dengan bahan bakar berbentuk prisma segienam.
Sasaran desain ini adalah peningkatan keselamatan dan efisiensi. Biaya yang diperlukan untuk
membangun reaktor ini 30% lebih murah dari pada reaktor berpendingin air yang banyak beroperasi
saat ini.

MSR-FUJI
Jepang juga mengembangkan teknologi MSR dengan reaktor konsep FUJI. Konsep desain FUJI
sudah dimulai sejak akhir 1980-an berdasarkan hasil-hasil penelitian ORNL. FUJI didesain dengan
daya 100-200 MWe. Material yang digunakan pada FUJI sudah melalui penelitian dan peningkatan
untuk menutupi kekurangan pada MSRE-nya ORNL. Moderator grafit didesain agar dapat bertahan
selama 30 tahun, tidak seperti pada MSRE yang hanya bertahan 4 tahun. Material pipa dan
bejananya didesain untuk tahan terhadap iradiasi dalam waktu yang lebih lama. Sasaran
peningkatan keselamatan reaktor FUJI adalah mengeliminasi kemungkinan kecelakaan parah yang
dikatakan tidak mungkin terjadi.

SINAP Test Reactor


Shanghai Institute of Applied Physics China bekerjasama dengan ORNL membuat dua desain MSR,
TMSR-SF yang berbahan bakar padat dan TMSR-LF yang berbahan bakar cair dengan daya
masing-masing adalah 10 MWt dan 2 MWt. Proyek ini dibiayai Chinese Academy of Science
dengan anggaran 350 juta dolar selama 5 tahun. China akan memulai konstruksi kedua reaktor ini
pada tahun 2015. Keduanya direncanakan dapat beroperasi pada tahun 2017. Pada tahun 2022,
mereka merencanakan pengoperasian dua demo plant berdasarkan teknologi kedua reaktor uji
tersebut dengan meningkatkan daya masing-masing menjadi 100MWt dan 10 MWt.

Integral MSR (IMSR)


IMSR adalah desain konsep yang dikembangkan oleh perusahaan Kanada, Terrestrial Energy Inc.
IMSR didesain sebagai reaktor modular berukuran kecil sampai sedang berdasarkan desain MSRE
yang sudah berhasil beroperasi, yaitu dari 80 MWt, 300 MWt, dan 600 MWt. IMSR
mengintegrasikan komponen-komponen primer kedalam satu bejana yang dapat diganti dengan
umur pakai 7 tahun.

Transatomic TAP
Transatomic Power Corp adalah perusahaan Amerika Serikat yang mengembangkan MSR dengan
bahan bakar pengayaan rendah (1.8%) dan limbah aktinida pada bahan bakar LWR bekas. Reaktor
TAP menggunakan moderator zikonium hidrida yang sangat efisien dan bahan bakar UF4 dalam
garam LiF, sehingga terasnya menjadi sangat kompak. TAP didesain untuk menghasilkan daya 1250
MWt dengan efisiensi termal 44% sehingga menghasilkan daya listrik 550 MWe. Moderator
zirkonium hidrida mempunyai koefisien temperatur reaktivitas negatif, sehingga meningkatkan
keselamatan reaktor ini.

Thorcon MSR
Thorcon adalah desain MSR modular yang mengutamakan penggantian bagian utama reaktor setiap
4 tahun untuk mengatasi degradasi material. Dalam satu modul terdapat 2 bagian utama, sehingga
produksi daya dapat terus berlangsung ketika dilakukan penggantian. Thorcon berbasis MSRE yang
sudah terbukti dapat beroperasi dengan selamat selama masa ujinya. Prinsip desain Thorcon adalah
pembangkitan daya, bukan breeding. Bahan bakar yang digunakan adalah larutan bahan bakar
dalam garam pendingin, NaF/BeF2-UF4-ThF4. Desain Thorcon jauh lebih sederhana dibandingkan
PWR dan BWR, sehingga kebutuhan materialnya jauh lebih sedikit dan waktu pembangunannya
juga lebih cepat. Bahkan dapat dibangun di galangan kapal. Ukuran PLTN 1 Gwe masih lebih kecil
dari pada kapal tanker terbesar saat ini.

KEKURANGAN DESAIN MSR


Desain MSR memiliki kekurangan-kekurangan yang harus diperhatikan dalam pengawasannya
sejak tahap perizinan. Beberapa kekurangan yang penting disampaikan di sini.

1. Penggunaan bahan bakar cair menimbulkan kontaminasi radioaktif pada seluruh sistem primer.
Hal ini harus dipertimbangkan pada desain terkait dengan kemungkinan terlepasnya radioaktivitas
keluar dari sistem primer. Selain itu, proses dekontaminasi dan dekomisioning menjadi rumit serta
mahal. Biaya dekomisioning belum dapat diperkirakan saat ini, karena belum ada metode dan
pengalaman dekomisioning yang pasti pada teknologi MSR.

2. Pengoperasian pada temperatur tinggi pada satu sisi memberikan keunggulan berupa peningkatan
efisiensi termodinamika. Tetapi, di sisi lain, membatasi ketersediaan instrumentasi yang penting
untuk pemantauan parameter operasi.

3. MSR akan menghasilkan gas radioaktif Tritium 60 kali lebih besar dari pada reaktor
berpendingin air. Desain MSR harus mengakomodasi suatu sistem untuk menekan pelepasan
Tritium sehingga sama atau kurang dari pelepasannya pada reaktor berpendingin air.

4. MSR mengurangi secara signifikan radioaktivitas limbah, bahkan mencapai 10.000 kali lebih
rendah dibandingkan reaktor berpendingin air yang banyak beroperasi saat ini. Akan tetapi,

sebagian limbah tersebut terikat dengan senyawa fluorin yang mudah larut dalam air, sehingga
metode pengelolaan limbah tersebut perlu diperbarui.

5. Pengalaman pengoperasian MSRE menunjukkan bahwa material reaktor, baik grafit maupun
logam, mengalami degradasi baik karena radiasi neutron maupun karena reaksi dengan produk fisi,
diantaranya tellurium dan helium. Penggunaan material yang lebih baik mungkin perlu
dipertimbangkan.

6. Permasalahan proliferasi muncul akibat adanya pemisahan produk fisi yang berupa bahan bakar,
seperti U-233 murni yang merupakan bahan bakar yang dapat dilarutkan dan dimasukkan kembali
kedalam teras. Akan tetapi, U-233 yang masih berada di luar teras merupakan U-233 murni tingkat
senjata (weapon grade) yang dapat digunakan untuk membuat bom nuklir. Hal yang sama berlaku
untuk pemisahan U-235. Diperlukan pengawasan tersendiri dalam hal ini, khususnya akuntansi
bahan nuklir.

THORCON MSR
Thorcon MSR didesain dalam bentuk modul yang berisi reaktor nuklir tersebut. Satu modul dapat
menghasilkan listrik sebesar 250 MWe. Setiap modul menghasilkan panas yang harus dipindahkan
ke pembangkit uap untuk menghasilkan uap guna memutar turbin generator dan menghasilkan
listrik. Gambar pandangan atas modul tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Setiap modul memiliki
modul daya yang mempunyai dua tabung reaktor (can A dan can B) yang terdiri dari bejana reaktor,
pompa dan penukar panas. Tabung ini diletakkan dalam silo bersama dengan tangki penampung.
Tangki ini berfungsi untuk menampung garam cair ketika terjadi keadaan tidak normal maupun
penggantian komponen utama. Komponen utama reaktor beserta tabungnya akan diganti setiap 4
tahun sekali untuk mengatasi degradasi material sekaligus untuk ekstraksi produk fisi,
dekontaminasi dan pengelolaan limbah. Penampang silo dapat dilihat pada Gambar 2. Di atas setiap
silo ditempatkan penghalang neutron dan sinar gamma yang terdiri dari tangki air boron dan lapisan
timbal.

Gambar 1. Modul tunggal MSR Thorcon.

PLTN MSR dapat mempunyai beberapa konfigurasi, tergantung jumlah moduk yang digunakan.
Modul tunggal mempunyai keluaran 250 MWe. PLTN dengan 4 modul akan mempunyai daya
keluaran 1000 MWe. Gambar 3 menunjukkan desain konsep untuk PLTN 1000 MWe. PLTN ini
dilengkapi dengan dermaga untuk kapal pengangkut tabung reaktor. Modul daya dan silo ditanam di
dalam tanah pada kedalaman 17,57 m. Landscape PLTN ini tampak bersih dari bangunan tinggi dan
massif sebagaimana yang sering terdapat pada pembangkit listrik, baik PLTU batu bara maupun
PLTN. Desain MSR ini mengurangi banyak sistem seperti yang terdapat pada reaktor berpendingin
air, sehingga tidak diperlukan pengungkung sebagaimana lazimnya. Bangunan tinggi yang tampak
pada Gambar 3 adalah bangunan turbin generator yang dijalankan dengan uap yang keluar dari
modul. Sedangkan bangunan modul ditanam di bawah tanah.

Uap diperoleh dari sistem pembangkit uap yang menerima panas dari reaktor. Panas dipindahkan ke
pembangkit uap melalui penukar panas antara, sehingga jumlah untai perpindahan panas seluruhnya
adalah 4 untai dengan pendingin yang berbeda. Untai keempat menggunakan pendingin air untuk
menghasilkan uap. Penggunaan 4 untai ini adalah untuk membatasi pelepasan tritium yang dapat
menembus logam, sehingga pelepasan tritium dapat diminimalkan.

Gambar 2. Penampang Silo

Gambar 3. Desain PLTN 1000 MWe dengan MSR Thorcon

Pabrikasi dan Konstruksi


Modul daya Thorcon dapat dibuat di galangan kapal yang mempunyai kemampuan dan kualitas
yang sesuai. Galangan kapal dipilih karena mereka terbiasa dengan konstruksi baja untuk kapal,
sementara konstruksi modul daya sebagian besar juga terbuat dari baja. Sehingga proses
pembuatannya tidak akan sulit. Pembuatan modul daya memerlukan waktu yang lebih cepat dari
pada pembuatan reaktor berpendingin air, karena kesederhanaan desainnya.

Bangunan reaktor dan turbin generator dikonstruksi di tapak atau lokasi PLTN. Konstruksi ini juga
memerlukan waktu yang jauh lebih cepat dibandingkan konstruksi reaktor berpendingin air karena
kesederhanaan desainnya. Kemudian, modul daya yang sudah selesai dibuat, dibawa dengan kapal
dan dimuatkan kedalam silo.

Pengoperasian
Setiap modul daya terdiri dari 2 tabung reaktor. Tabung pertama akan beroperasi selama 4 tahun,
kemudian dipadamkan, dan operasi dilanjutkan oleh tabung kedua dengan menggunakan garam
yang berasal dari tabung pertama. Tabung pertama akan di dinginkan selama 3 tahun sebelum
diangkut ke pusat daur ulang untuk dekontaminasi dan ekstraksi bahan yang masih dapat
digunakan. Garam cair akan menjadi limbah setelah 8 tahun operasi. Kemudian setelah didinginkan
selama 4 tahun, limbah dimabil dan dikirim ke pusar daur ulang dan pengelolaan limbah. Tidak ada
proses ekstrasksi produk fisi, karena proses ini tidak ekonomis.

Selama pengoperasian, produk fisi yang berupa gas dikeluarkan dari sistem dan ditampung dalam
tangki yang mencukupi untuk penyimpanan selama 4 tahun. Setelah 5,6 bulan, gas radioaktif yang
tersisa sebagian besar adalah Kripton, gas yang lain sudah meluruh sampai tingkat yang sangat
rendah. Kemudian, setalah 4 tahun tangki akan dipindahkan ke pusat daur ulang. Tangki baru
diletakkan untuk menggantikan tangki yang didaur ulang tersebut.

Tampak bahwa, pada pengoperasian Thorcon MSR akan tersedia pusat daur ulang yang akan
mengelola limbah nuklir. Pengelolaan ini juga meliputi ekstraksi uranium yang menjadi obyek
pengawasan bahan nuklir.

Pada kondisi tidak normal, misalnya kehilangan beban listrik 100%, yang juga merupakan
kehilangan perpindahan panas normal, akan mengakibatkan peningkatan temperatur garam.

Kenaikan temperatur ini akan memberikan umpan balik reaktivitas negatif yang besar, sehingga
akan memadamkan reaktor dengan sendirinya tanpa memerlukan batang kendali. Dengan demikian
akan menurunkan temperatur garam cair. Temperatur tertinggi yang dicapai tidak akan membukan
katup tangki pembuangan, sehingga garam cair tetap berada pada sistem primer.

Panas yang dihasilkan pada reaktor dipindahkan ke untai kedua melalui penukar panas utama yang
terdapat di dalam tabung reaktor. Untai kedua ini berisi fluida yang sama dengan untai pertama,
tetapi tanpa uranium dan thorium. Kebocoran pada penukar panas akan menurunkan reaktivitas
teras dan menurunkan daya reaktor. Panas dari untai kedua dipindahkan ke untai ketiga melalui
penukar panas antara. Untai ketiga menggunakan garam NaNO3.KNO3 untuk menjebak tritium
sehingga tidak lepas ke lingkungan. Panas dari untai ketiga dipindahkan ke untai keempat melalui
pembangkit uap sehingga menghasilkan uap yang digunakan untuk memutar turbin generator dan
menghasilkan listrik. Panas dan uap sisa pembangkitan listrik masih dapat digunakan untuk
desalinasi air laut guna mendapatkan air bersih dan kegunaan lainnya.

PEMBAHASAN
Thorcon MSR melakukan penggantian tangki utama reaktor setiap 4 tahun. Tangki ini berisi
komponen utama, yaitu reaktor, pompa primer, penukar panas, dan pemipaan primer, yang sangat
terkontaminasi bahan bakar dan pendingin cair. Setelah beroperasi 4 tahun, maka tangki akan direekspor ke pusat daur ulang. Dengan demikian, permasalahan kontaminasi dan dekomisioning akan
diselesaikan oleh penyedia pusat daur ulang. Umur pakai komponen utama dibatasi 4 tahun juga
dapat mengatasi permasalahan material, mengingat pengalaman operasi MSRE sekitar 5 tahun
sebelum ditemukannya retakan pada logam komponen utama. Demikian juga dengan material grafit
yang mengalami degradasi karena radiasi neutron. Meskipun demikian, perlu dipastikan apakah 4
tahun merupakan waktu yang tepat untuk mengganti komponen utama tersebut.

Permasalahan pengukuran parameter pada temperatur tinggi harus dapat diselesaikan oleh Thorcon
melalui design instrumentasi dan kendalinya. Pengukuran tidak langsung akan memberikan margin
kesalahan yang besar, karena itu diperlukan margin yang cukup dalam pemberlakuan batasan dan
kondisi operasi.

Tritium adalah gas radiaktif dengan ukuran molekul yang sangat kecil sehingga mudah menembus
material padat. Pada MSR, tritium dapat terbentuk melalui reaksi dengan neutron pada beberapa

unsur, yaitu H, Li, B dan F. Thorcon MSR didesain tidak menggunakan Li sebagai garam, maka
pembentukan tritium hanya oleh reaksi F dengan neutron, sehingga tritium yang dihasilkan juga
berkurang. Tritum yang terbentuk hanya sekitar 1,6% dari MSR yang menggunakan Lithium.
Penanganan tritium dilakukan dengan sistem pembuangan gas (off gas system) yang juga
menangani gas produk fisi yang lain. Selain itu, untuk mencegah kebocoran tritium ke lingkungan,
disusun 4 untai pendingin untuk menghasilkan uap. Konsentrasi tritium berkurang pada setiap untai
pendingin, mulai dari pendingin primer, pendingin antara sampai pembangkit uap.

Penggantian tangki utama reaktor setiap 4 tahun tidak diikuti dengan penggantian garam sebagai
pendingin dan bahan bakar. Garam tersebut terus digunakan pada tabung reaktor yang baru. Garam
ini akan menjadi limbah setelah 12 tahun. Dengan demikian, pada desain ini tidak ada ekstraksi
Uranium murni tingkat senjata (weapon grade), sehingga tidak ada permasalahan proliferasi di sini.

Penanganan limbah cair yang mengandung Florine belum jelas. Meskipun limbah ini pada akhirnya
akan dibawa ke pusat daur ulang dan pengelolaan limbah, tetapi penyimpanan sementara pada tapak
perlu pengelolaan yang jelas.

KESIMPULAN
1. Desain Thorcon MSR mempunyai fitur untuk mengatasi kekurangan desain MSR pada
umumnya.
2. Beberapa hal memerlukan perhatian khusus dalam pengawasan, yaitu:
pemilihan material,
pengelolaan limbah,
trasnportasi modul dan limbah,
pelepasan tritium, dan
analisis kecelakaan
3.

Untuk penggunaan secara komersial memerlukan pembuktian dari aspek keselamatan

REFERENSI
1. Dalek P., Molten Salt Concept, Winter Seminar Generation-IV Nuclear Reactors, 8-10
ebruary, 2010, Demnov, Slovakia
2. Serp, J., et al, The molten salt reactor (MSR) in generation IV: Overview and Perspectives,
Progress in Nuclear Energy 77 (2014) p 308-319
3. IAEA, IAEA-TECDOC-1536: Status of Small Reactor Designs Without On-Site Refuelling,

IAEA, 2007
4. Haubenreich, P. N., Engel, J. R., Experience With The Molten-Salt Reactor Experiment,
ORNL,Tennesse, 1969
5. Devanney, J., ThorCon the Do-able Molten Salt Reactor Executive Summary, Martingale
Inc., Florida, 2015
6. Schmutz, H. A., et al, Tritium Formation and Mitigation in High-Temperature Reactors,
INL, Idaho, 2012

Das könnte Ihnen auch gefallen