Sie sind auf Seite 1von 29

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian

yang

relevan

dengan

penelitian

mengenai

Keanekaragaman Rodent di Zona Ekoton Hutan Batang Cenaku Indragiri


Hulu Riau sebagai sumber belajar boiologi kelas X adalah:
1.

M. Fajri (2005), melakukan penelitian yaitu eksplorasi tikus hutan pada


ekosistem dipterocarpaceae di lubuk baji tn. gunung palung kalbar Untuk
menginvestigasi potensi jenis mamalia di Taman Nasional Gunung
Palung Kalimantan Barat dilakukan sebuah eksplorasi terhadap mamalia
kecil dari jenis tikus hutan (Rattus sp). Eksplorasi dilakukan di Lubuk
Baji, Taman Nasional Gunung Palung. Tujuan dari eksplorasi ini adalah:
1. untuk mengetahui keberadaan tikus hutan di daerah tersebut; 2.
Membuat spesimen; 3. Membuat terrarium. Hasil dari eksplorasi
ditemukan 5 jenis tikus hutan (Rattus sp) yaitu (Maxomys surifer), (M.
rajah), (M. witheadi), (Leopoldamus sabanus), dan (Sundamys muelleri).
Spesimen yang bisa dikoleksi hanya dari jenis (Maxomys surifer) dan
(Leopoldamus sabanus) Terrarium sebagai miniature untuk spesies tikus
hutan tersebut.

2.

Mikhlisi (2011), meneliti keragaman jenis mamalia kecil di pusat


informasi mangrove (PIM) berau, kalimantan timur Mamalia kecil secara
ekologi membantu proses regenerasi tumbuhan karena sifatnya sebagai
pemencar biji dan penyerbuk bunga. Kemampuan beradaptasi terhadap

kondisi habitat yang rusak menjadikannya sebagai salah satu indikator


kerusakan hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi
keragaman jenis mamalia kecil di kawasan pengembangan Pusat
Informasi Mangrove (PIM) Berau tahap pertama. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan 22 buah perangkap mamalia kecil (small mammal
trap) dan umpan berupa buah pisang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di sekitar kawasan
pengembangan PIM Berau tahap pertama telah ditemukan dua jenis
mamalia kecil, yakni Bajing Kelapa (Callosciurus notatus) dan Tikus
Belukar (Rattus tiomanicus). Kepadatan populasi kedua jenis mamalia
kecil di lokasi penelitian diperkirakan mencapai 24,6 ekor/ha. Kondisi
tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadinya kerusakan hutan
mangrove yang menjadi habitat kedua jenis satwa tersebut. Hal ini
didukung oleh karakteristik vegetasi yang hanya memiliki kerapatan
pohon mangrove kurang dari 1.000 pohon/ha, yakni 810,35 pohon/ha.
Jenis pohon mangrove dominan dengan kerapatan tertinggi pada semua
tingkat perumbuhan yang menjadi ciri khas habitat mamalia kecil di
lokasi penelitian yakni Camptostemon philippinense.
3.

Dwi Ernawati (2013), meneliti tentang pola sebaran spesies tikus habitat
pasar berdasarkan jenis komoditas di pasar kota banjarnegara tikus (Ordo
Rodentia) merupakan hewan liar dari golongan mamalia dan dikenal
sebagai hewan pengganggu dalam kehidupan manusia, terutama tikus
domestik. Tikus domestik mempunyai habitat dekat dengan kehidupan

10

manusia seperti perumahan, sawah dan pasar. Pasar merupakan tempat


yang banyak makanan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pola
sebaran spesies tikus habitat pasar berdasarkan jenis komoditas di Pasar
Kota Banjarnegara. Metode penelitiannya adalah survei dengan
pendekatan cross sectional. Populasi seluruh tikus di Pasar Kota
Banjarnegara dengan sampel tikus yang tertangkap. Teknis analisis
secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi
frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah tikus yang tertangkap antara
lain (Rattus tanezumi) sebanyak 28 ekor, (R. norvegicus) sebanyak 1 ekor
dan (Suncus murinus) sebanyak 4 ekor. Berdasarkan peletakkannya,
hanya spesies (R. tanezumi) yang berada di dalam los. Persentase los
berdasarkan komoditasnya yang positif (R. tanezumi) tertinggi adalah los
sembako (35%), sedangkan terendah adalah los bumbu dapur, sayur dan
buah (4%). (Rattus tanezumi) lebih dominan ditemukan dibanding
spesies lainnya.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka yang membedakan
penelitian yang dilakukan dengan penelitian di atas adalah lokasi penelitian,
metode yang digunakan, serta kajian pendidikan yang berdasarkan kepada
teori mengenai analisis potensi jenis rodentia yang ada di Hutan Batang
Cenaku, agar dapat dijadikan sebagai sumber belajar biolohgi SMA Kelas X
pada materi keanekaragaman hayati.

11

B. Kajian Teori
1.

Kajian Keilmuan
a.

Keanekaragaman Hayati
Perlindungan terhadap keanekaragaman hayati adalah pusat
dari biologi konsevasi, tetapi frase Keanekaragaman hayati atau
secara singkat biodiversitas dapat mempunyai arti yang berbeda
jutaan tumbuhan, hewan dan mikroorganisme, termasuk gen yang
mereka miliki, serta ekosistem rumit yang mereka menjadi lingkungan
hidup. Definisi tersebut akan digunakan dalam buku ini, sehingga
menurut (Indrawan dkk., 2012), keanekaragaman hayati dapat
digolongkoan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1)

Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ada

di bumi, termasuk bakteri dan Protista serta dari kingdom bersel


banyak. Mengenali dan mengklasisikasikan spesies adalah salah
satutujuan utama biologi konservasi. Diperlukan keahlian biologi
tertentu untuk membedakan satu spesies lainnya di bumi, karena
banyak dari makhluk hidup itu berukuran kecil, serta ciri-ciri khusus
yang sering kali tidak mudah dibedakan.
2) Keanekaragaman Genetik
Variasi dalam satu spesies baik diantara populasi-populasi
yang terpisah secara geografis, maupun individu-individu dalam suatu
populasi. Individu-individu di dalam populasi memiliki perbedaan

12

genetika antara satu dengan yang lainnya. Variasi genetika timbul


karena setiap individu mempunyai bentuk-bentuk gen yang khas.
3) Keanekaragaman Komunitas
Komunitas biologi didefinisikan sebagai sejumlah spesies yang
menempati tempat tertentu dan saling berinteraksi (Inter Specific
Interaction). Bersama dengan lingkungan fisik dan kimia yang terkait,
komunitas biologi ini kemudian disebut ekosistem (Indrawan dkk.,
2012).
b. Klasifikasi Makhluk Hidup
1. Pengertian klasifikasi makhluk hidup
Hartanto dan Issirep (2004), mengemukakan bahwa
makhluk

hidup

Keanekaragaman

sangat
dapat

banyak

dilihat

dan

dengan

beranekaragam.

adanya

perbedaan-

perbedaan bentuk, ukuran, warna, fungsi organ dan habitat (tempat


hidup alamiah makhluk hidup). Untuk memudahkan mempelajari
makhluk hidup, perlu melakukan klasifikasi atau pengelompokan.
Menjelaskan

klasifikasi pada hakekatnya adalah upaya untuk

menyederhanakan keanekaragaman organisme yang besar menjadi


kelompok organisme yang lebih kecil agar dapat dikenal dan
dipelajari dengan mudah.
Klasifikasi adalah pengelompokan aneka jenis hewan atau
tumbuhan ke dalam kelompok tertentu. Pengelompokan ini disusun
secara runtut sesuai dengan tingkatannya (hierarkinya), yaitu mulai

13

dari yang lebih rendah tingkatannya hingga ketingkatan yang lebih


tinggi. Ilmu yang mempelajari prinsip dan cara klasifikasi makhluk
hidup disebut taksonomi atau sistematik (Tjitrosomo dan Sugiri,
2006:823).
Prinsip dan cara mengelompokan makhluk hidup menurut
ilmu taksonomi adalah dengan membentuk takson. Takson adalah
kelompoak makhluk hidup yang anggotanya memiliki banyak
persamaan ciri. Takson dibentuk dengan jalan mencandra objek
atau makhluk hidup yang diteliti dengan mencari persamaan ciri
maupun perebedaan yang dapat diamati (Tjirosomo dan Sugiri,
2006 : 823).
2. Tujuan dan manfaat klasifikasi
Klasifikasi bertujuan untuk menyederhanakan objek studi
yang beranekaragaman, sehingga lebih mudah untuk mengenalinya.
Klasifikasi bermanfaat untuk mengenal berbagai spesies makhluk
hidup, hubungan kekerabatan diantara makhluk hidup, interaksi
antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Tjirosomo dan
Sugiri, 2006:823).
3. Sistem tata nama makhluk hidup
Pemberian nama ilmiah pada makhluk hidup dalam kode
internasional tata nama, yang disebut Binomial Nomenklatuer yang
artinya sistem tata nama ganda (bi=dua, nomen=nama). Sistem
penamaan ini pertama kali diciptakaan oleh Carolus Linnaeus.

14

Menurut cara ini, nama spesies (jenis) makhluk hidup terdiri dari
dua kata dalam bahasa latin. Kata pertama adalah genus sedangkan
kata kedua menunjukan spesies. Kedua kata dicetak miring atau
digaris bawahi untuk membedakan dengan kata lain dalam awal
kalimat. Genus diawali dengan huruf kapital, sedangkan petunjuk
spesies selalu diawali dengan huruf kecil (Sumarwan, 2007:81).
c. Karakteristik Umum Rodentia
Menurut Dirjen pengendalian penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (2008:4) Tikus adalah binatang yang termasuk dalam
Ordo Rodentia, Sub Ordo Myormorpha, Family Muridae.

Famili

Muridae ini merupakan Famili yang diminan dari Ordo Rodentia


karena mempunyai daya reproduksi yang tinggi, pemakan segala
macam makanan (Omnivoroud) dan mudah beradaptasi dengan
lingkungan yang dicipyakan manusi, jenis tikus yang sering
ditemukan di habitat rumah dan ladang adalah jenis (Rattus) dan
(Mus).
Taksonomi rodentia menurut Lineus :
Kingdom: Animalia
Filum: Chordate
Sub filum: Vertebrata
Kelas: Mamalia
Sub kelas: Theria
Ordo: Rodentia
Sub ordo: Myomorpha
Famili: Muridae
Sub famili: Murinai
Genus: Bondita, Rattus dan Mus.

15

d. Jenis-jenis habitat tikus


Menurut Dirjen pengendalian penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (2008:9), Berdasarkan hubungan dengan manusia
penyebaran ekologi tikus dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Jenis Domestik (Domestic Species)
Seluruh aktivitas hidup tikus di dalam rumah, tutup sela-sela
dinding dapur, almari, gudang, kantor, pasar, selokan dan lain-lain.
2. Jenis Peridomestik (Peridomestic Species)
Aktivitas hidup tikus diluar rumah sekitar lahan pertanian,
perkebunan, sawah, serta pekarangan rumah.
3. Jenis Silvalit ( Syilvalic Species)
Habitat dan aktivitas hidup tikus yang jauh dari lingkungan
manusia, hutan.
e. Jenis dan ciri-ciri tikus
Menurut Aplin dkk (2003:121) Terdapat beberapa jenis dan ciri-ciri
tikus antara lain adalah sebagai berikut:

1. Tikus Rumah (Rattus tanezeum)


Tikus ini mempunyai panjang total ujung kepala sampai
ujung ekor 220-370 mm, ekor 101-180 mm, kaki belakang 20-39
mm, ukuran telinga13-23 mm sedangkan rumus mamae 2+3=10.
Warna rambut badan atas coklat tua dan rambut bdan bawah (perut)

16

coklat tua kelabu. Tikus ini banyak dijumpai di rumah (atap, kamar,
dapur) dan gudang. Kadang-kadang juga ditemukan di kebun
sekitar rumah.

Gambar 1. Rattus tanezeum


(Sumber: Aplin dkk,2003:176)

2. Tikus Got (Rattus novergicus)


Tikus got ini mempunya panjang ujung kepala sampai ekor
300-400 mm, panjang ekornya 170-230 mm, kaki belakang 42-47
mm, telinga 16-22 mm dan mempunya rumus 3+3= 12. Warna
rambut badan atas coklat kelabu, rambut bagian perut kelabu.
Tikuss ini banyak dijumpai di seluruh air/roil/got di daerah
pemukiman kota dan pasar.

Gambar 2. Rattus novergicus


(Sumber: Aplin dkk,2003:171)

17

3. Tikus Ladang (Rattus exulans)


Tikus ladang mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor
139-365 mm, panjang ekor 108-147 mm, kaki belakang 24-35 mm,
dan ukuran telinga 11-28 mm dan mempunyai rumus 2+2=8. Warna
rambut badan atas coklat kelabu, rambut bagian perut putih kelabu.
Jenis tikus ini banyak terdapat di semak-semak dan kebun/lading
sayur-sayuran dan pinggiran hutan dan ladang-ladang masuk ke
rumah .

Gambar 3. Rattus exulans


(Sumber: Aplin dkk,2003:159)

4. Tikus Sawah (Rattus argentiveter)


Tikus jenis ini memiliki ciri-ciri panjang ujung kepala
sampai ekor 270-370 mm, ekor 130-192 mm, kaki belakang 32-39
mm, teliinga 18-21 mm, rumus puting susu 3+3 = 12, warna
rambut badan atas cokelat muda berbintik-bintik putih, rambut
bagian perut putih atau cokelat pucat; biasanya terdapat di sawah
atau padang alang-alang. Makanan utamanya serangga, anai-anai,

18

belalang dan biji-bijian padi. Mampu melahirkan 5-7 ekor anak


dalam satu-satu masa.

Gambar 4. Rattus argentiveter


(Sumber: Aplin dkk,2003:156)

5. Tikus Wirok (Bandicota indica)


Tikus jenis ini memiliki ciri-ciri panjang ujung kepalaa
sampai ekor 400-580 mm, ekor 160-315 mm, kaki belakang 47-53
mm, telinga 29-32 mm. Rumus puting susu 3+ 3 = 12. Warna
rambut badan atas dan rambut bagian perut coklat hitam. Rambut
agak jarang dan rambut dipangkal ekor kaku seperti ijuk. Tikus
jenis ini banyak dijumpai di daerah berawa, padang alang-alang,
dan kadang-kadang di kebun sekitar rumah. Tikus ini pandai
berenang dan bersifat nokturnal. Dietnya terdiri daripada bijibijian, akar, buah-buahan dan kacang. Pandai mengorek lubang dan
ada lorong atau bagian di dalam lubang itu digunakan untuk
menyimpan makanan. Melahirkan anak hingga 10-12 ekor.

19

Gambar 5. (Bandicota indica)


(Sumber: Aplin dkk,2003:130)

6. Tikus Piti (Mus musculus)


Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor
dari 175 mm, ekor 88-108 mm, kaki belakang 12-18 mm, telinga 812 mm, sedangkan rumus mamae 3+2=10. Warna rambut badan
atas dan bawah coklat kelabu, jenis ini banyak terdapat di dalam
rumah, dalam almari, dan tempat penyimpanan lainya.

Gambar 6. (Mus musculus)


(Sumber: Aplin dkk,2003:149)

7. Rattus niviventer
Panjang ujung kepala sampai ekor 260-270 mm, ekor 157-172 mm,
kaki belakang 26-30 mm, telinga 18-22 mm, rumus puting 2+2 = 8,
berambut kaku, warna rambut badan atas kuning cokelat
kemerahan, rambut bagian perut putih. Ekor bagian atas berwarna

20

cokelat dan bagian bawah berwarna putih. Terdapat di pegunungan,


semak-semak, rumpun bambu, dan hutan.

Gambar 7. Rattus Niviventer


(Sumber: Aplin dkk,2003:159)

8. Tikus Pohon(Rattus tiomanicus)


Tikus jenis ini memiliki ciri-ciri panjang ujung kepala sampai ekor
245397 mm, ekor 123-225 mm, kaki belakang 24-42 mm, telinga
12-29 mm, rumus puting susu 2+3 = 10, warna rambut badan atas
cokelat kelabu, rambut bagian perut putih krem, biasanya terdapat
di semak-semak dan kebun.

Gambar 8. Rattus Tiomanicus


(Sumber: Aplin dkk,2003:180)
f. Kebiasaan hidup dan perilaku tikus
Menurut Aplin dkk (2003:35) Tikus mempunyai kebiasaan dan
perilaku yang khas antara lain:
1. Kebiasaan Makan

21

Tikus termasuk binatang pemakan segala makanan, dan


apabila makanan melimpah maka tikus akan memilih yang di sukai.
Pada umumnya tikus makan secara teratur di tempat tertentu
namun jika ada makanan baru di tempat tersebut tidak segera
dimakannya. Selain itu tikus senang membawa makanan ke
sarangnya agar dapat dengan rasa aman memakannya. Tikus
menyenangi makanan seperti halnya kesukaan manusia.
Makanan tikus juga berasal dari tumbuhan maupun dari
hewan. Walaupun demikian biji-bijian seperti gabah, beras dan
jagung tampaknya lebih disukai dari pada yang lain. Setelah itu,
tikus juga menyukai umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi kayu.
Makanan yang berasal dari hewan terutama adalah serangga dan
hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan
sumber untuk pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian
tubuh yang rusak, sedangkan makanan yang berasal dari tumbuhan
dimanfaatkan

sebagai

sumber

tenaga.

Hasil

penelitian

di

laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan seekor tikus


setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari
kandungan air dan gizi dalam makanannya.
2. Kebiasaan Bersarang
Tikus biasanya membuat sarang pada tempat-tempat yang
berdekatan dengan sumber makanan dan air. (R. norvegicus)
membangun sarangnya dari rumput, kertas bekas, tali-tali, dan

22

bahan lain yang cocok. Tikus ini menyukai tempat-tempat yang


agak basah seperti seluruh pembuangan air, sepanjang saluran
sungai kalau di luar rumah, sedangkan di dalam rumah menyukai
sela-sela dinding, lantai tumpukan sampah. (R. tanezum) membuat
sarang dalam semak-semak, pohon-pohon, rongga dinding dan
rongga atap rumah. (M. musculus) membuat sarang pada tumpukan
buku atau tumpukan pakaian dalam almari.
Tikus juga membuat sarang untuk beberapa tujuan, yaitu
tempat istirahat pada siang hari, tempat melarikan diri dan
bersembunyi

dari

serangan

predator

(musuhnya),

tempat

memelihara dan menyusui anaknya, tempat menyimpan makanan


(terutama padasaat di lapangan tidak ada makanan), tempat
menjaga suhu badan agar tetap.
3. Kebiasaan Berpindah Tempat
Kadang-kadang tikus berpindah tempat secara bersamasama pada waktu tertentu terutama apabila:
a. Terjadi kekurangan makan pada satu tempat sehingga berusaha
mencari tempat lain yang banyak makanan.
b. Terjadi bencana alam misalnya gempa bumi, banjir, dan
sebagainya.
4. Perubahan Kebiasaan dan Perilaku
Tikus dapat mengalami perubahan perilaku karena hal-hal
yang bersifat mendadak, misalnya karena ada bahaya disamping itu

23

adanya kompetisi hidup antara tikus itu sendiri yang terjadi karena
terlalu banyak.
g. Kemampuan Alat Indera dan Fisik
Menurut Dirjen pengendalian penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (2008:9), Rodentia termasuk hewan nokturnal, keluar
sarangnya dan aktif pada malam hari untuk mencari makan, untuk itu
diperlukan kemampuan yang khusus agar bebas mencari makanan dan
menyelamatkan diri dari predator (pemangsa) pada suasana gelap.
Beberapa kemampuan alat indera dan fisik antara lain:
1. Kemampuan Alat Indera
a) Mencium
Rodentia mempunyai daya cium yang tajam, sebelum aktif
keluar sarangnya ia akan mencium-cium dengan menggerakkan
kepala kekiri dan kenanan. Mengeluarkan jejak baru selama
orientasi sekitar sarangnya sebelum meninggalkannya. Urine
dan sekresi genital yang memberikan jejak bau yang selanjutnya
akan dideteksi dan diikuti oleh tikus lainya, bau penting untuk
rodentia karena dari bau ini dapat membedakan antara tikus
sefamili atau tikus asing. Bau juga memberi tanda akan bahaya
yang telah dialami.
Tikus menggunakan indera penciuman (oflactory organ)
untuk mengetahui lokasi makanan, jalur, teritorial dan juga
untuk

mengetahui

anggota

baru

atau

bukan

anggota

24

kelompoknya. Tikus juga dapat mengetahui jalur dari bau urine


dan bau sekresi tubuhnya yang mengandung pheromone serta
mendeteksi kontaminan pada.
b) Menyentuh
Rasa menyentuh sangat berkembang dikalangan rodentia
komensal, sentuhan badan dan ekor kebisaan ekor akan tetap
digunakan selama menjelajah, kontak dengan lantai, dinding dan
benda yang sangat membantu dalam orientasi dan kewaspadaan
binatang ini terhadap ada atau tidaknya rintangan didepannya.
Karena tikus tidak dapat melihat dengan baik, maka kontak
dengan

bermacam-macam

menggunakan

vibrissae

objek
(bulu)

atau
atau

keadaan
whiskers

dengan
(kumis).

Rasa menyentuh merupakan indera perasa yang penting pada


tikus. Rodentia dan mencit tergolong hewan Thigmophilic.
Sentuhan badan dan kibasan ekor yang digunakan untuk
mengenali objek sangat membantu mengenali rintangan
didepannya.

Kemampuan

tersebut

disebut

Thigmotaxis

(Setiyarini, 2011).
c) Mendengar
Rodentia sangat sensitif terhadap suara yang mendadak.
Disamping itu rodentia dapat mendengar suara ultra, mengirim
suara ultra pun dapat.

25

Indera pendengaran tikus dapat mendengar suara ultrasonik


antara 90-100KHz sedangkan ambang sensitifitas pendengaran
manusia adalah 20 KHz. Hal tersebut menyebabkan mesin
ultrasonik tidak berhasil untuk mengendalikan tikus (Setiyarini,
2011).

d) Melihat
Tikus dapat mendeteksi gerakan pada jarak lebih dari 10
meter dan dapat membedakan antara pola makan benda yang
sederhana dengan objek yang ukurannya berbeda-beda. Tikus
aktif di malam hari (Nocturnal) dan buta warna, Secara umum
tikus selalu berkeliling dalam lingkungannya untuk mengetahui
lokasi makanan, air, kawin, mencari bahan untuk sarang dan
lokasi sarang (Setiyarini, 2011).
e) Mengecap
Rasa mengecap tikus sangat baik. Tikus dan mencit dapat
mendeteksi dan menolak air minum yang mengandung
phenylthiocarbamide 3 ppm, pahit. Lidah tikus dapat merasakan
sesuatu makanan apakah enak atau tidak, sebelum ia
meneruskan untuk makan atau membatalkannya (Priyambodo,
2005).
2. Kemampuan fisik

26

a) Menggali
(R. novergicus) adalah binatang penggali lubang. Lubang
digali untuk tempat perlindungan dan sarangnya. Kemampuan
menggali dapat mencapai 2-3 meter tanpa. Sistem sarang
ditanah sering dibuat panjang oleh tikus dengan membuat
lorong-lorong tambahan yang salaing berhubungan dengan
beberapa alternative terutama bila populasi meningkat.
b) Memanjat
Rodensial komensal adalah pemanjat yang ulung. Tikus
atap atau tikus rumah yang bentuknya lebih kecil dan langsing
lebih mudah beradaptasi untuk memanjat dibandingkan dengan
tikus roil/got. Namun demikian kedua spesies tersebut dapat
memanjat kayu dan bangunan yang permukaanya kasar. Tikus
roil/got dapat memanjat pipa baik didalam maupun diluar.
c) Meloncat dan Melompat
(R. novergicus) dewasa dapat meloncat 77 cm lebih
(vertikal). Dari keadaan berhenti tikus dapat melompat sejauh
1,2 meter. (M. musculus) meloncat arah vertikal setinggi 25 cm.
d) Menggerogoti
Tikus menggerogoti bahan bangunan/kayu,

lembaran

almunium maupun campuran pasir, kapur dan semen yang


mutunya rendah .
e) Berenang dan menyelam

27

Baik R. norvegicus, R. rattus dan M. musculus adalah


perenang yang baik. Perilaku yang semi akuatik, hidup di
saluran air bawah tanah, sungai dan areal lain yang basah. Tikus
dapat berenang selama 50-72 jam pada suatu bak air dengan
suhu 35oC dengan kecepatan berenang 1,4 km/jam.

h. Tanda-tanda Keberadaan Tikus


Menurut Swastiko Priyambodo (2005), untuk mengetahui ada
tidaknya tikus pada suatu tempat adalah sebagai berikut:
1. Droping
Adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat/ruangan
yang diperiksa. Tinja tikus mudah dikenal dari bentuk dan warna
yang khas, tanpa disertai bau yang mencolok, tinaj tikus yang
masih baru lebih terang dan mengkilap serta lebih lembut (agak
lunak), makin lama maka tinja akan semakin keras.
2. Run ways
Jalan yang biasa di lalui tikus dari waktu ke waktu disuatau
tempat disebut (run ways). Tikus mempunyai kebiasaan melaui
jalan yang sama, bila melalui lubang diantara eternit rumah, maka
jalan yang dilaluinya lambat laun menjadi hitam.
3. Grawing

28

Grawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan,


tikus dalam aktivitasnya akan melakukan gigitan baik untuk makan
maupun membuat jalan misalnya lubang dinding.
4. Borrow
Borrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya
tikus seperti dinding, lantai, perabotan dan lain-lain.
5. Bau
Tikus akan mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh
tikus atau urinenya.
6. Tikus Hidup
Tikus hidup akan berkeliaran walaupun hanya sebentar.
7. Ditemukannya bangkai tikus baru maupun lama di tempat yang
diamati.
2. Kajian Kependidikan
a. Hakikat Pembelajaran Biologi
Proses pembelajaran biologi menurut Djohar (Suratsih, 2010),
merupakan perwujudan dari interaksi subjek (anak didik)

dengan

objek yang terdiri dari benda, kejadian, proses dan produk. Pendidikan
biologi harus diletakkan sebagai alat pendidik, bukan sebagai tujuan
pendidikan, sehingga konsekuensinya dalam pembelajaran hendaknya
memberi pelajaran kepada subjek untuk melakukan interaksi dengan
objek secara mandiri, sehingga dapat mengeksplor dan menemukan
konsep.

29

Djohar (Suratsih, 2010), mengemukakan bahwa interaksi ini


memberi peluang kepada siswa untuk berlatih belajar dan mengerti
bagaimana

belajar,

mengembangkan

potensi

rasional

pikir,

keterampilan dan kepribadian serta mengenal permasalahan biologi


dan pengkajiannya. Konsep belajar biologi memiliki tiga konsep
persoalan utama, yaitu hakekat mengajar, kedudukan materi meliputi
arti dan peranannya serta kedudukan siwa.
Pembelajaran biologi pada prinsipnya merupakan sebuah
kesatuan yang tidak terpisah komponen-komponennya. Komponen
dalam pembelajaran biologi adalah raw input (peserta didik),
instrument input (memasukan instrumental), lingkungan dan output
(keluaran). Komponen masukan (kurikulum, guru, sumber belajar,
media, metode, sarana prasarana pembelajaran) sangat berpengaruh
terhadap pembelajaran sains biologi Djohar (Suhardi, 2002:4). Biologi
sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam atau (natural science),
yaitu mempelajari gejala alam, dan merupakan sekumpulan konsepprinsip-teori (produk sains), cara kerja atau metode ilmiah (proses
sains), dan didalamnya terkandung sejumalah nalai dan sikap
(Rustam, 2012).
Hakekatnya, dalam pendidikan biologi menekankan adanya
interaksi antara siswa dengan objek yang dipelajari. Interaksi ini
memberikan peluang kepada siswa untuk berlatih belajar dan mengerti
bagaimana

belajar,

mengembangkan

potensi

rasional

pikir,

30

keterampilan dan kepribadian serta mengenal permasalahan biologi


dan pengkajiannya (Suratsih, 2010).
b. Karakteristik Pembelajaran Biologi
Biologi merupakan karakteristik khusus yang berbeda dengan
ilmu lainnya dalam hal objek, persoalan, dan metode. Menurut
Sudjoko (2000), biologi merupakan bagian dari bidang studi ilmu
pengetahuan (IPA). Sebagai bagian dari bidang IPA. Biologi
mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Objek dan persoalan, akan menentukan macam disiplin/ilmu. Pada
biologi objek kajiannya adalah makhluk hidup dan aspek
kehidupan baik dimasa lampau maupun dimasa sekarang.
2. Metode keilmuan, perbedaan objek dan persoalan memberikan
konsekuensi cara dan prosedur tentang tata cara penemuan fakta
dan konsep keilmuan ataupun cara mempelajari dan memecahkan
persoalan yang dikaji. Pada biologi salah satu metode yang
digunakan adalah eksperimen (percobaan) seperti halnya kelompok
ilmu-ilmu alamiah lainnya.
3. Kecendrungan perkembangan, ilmu merupakan hasil budaya
manusia dari dan untuk manusia, oleh karena itu kebutuhankebutuhan manusia sering menyebabkan subjektivitas di dalam
arahan perkembangan ilmu dari waktu-kewaktu, misalnya biologi
sebagai ilmu masa kini menekankan pada persoalan biologi masa

31

depan. Kebenaran konsep-konsep dalam ilmu biologi yang rasional


dan objektif juga bersifat relatif. Oleh sebab itu, maka biologi
sebagai ilmu juga miliki ciri-ciri yang cendrung untuk bisa
berkembang seterusnya.
Pembelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan
memahami alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya
penguasa kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan satu proses
pemahaman dan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari
dirinya sendiri dan alam sekitar, sehingga membangun warga Negara
masyarakat, bangsa dan Negara disamping beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan yang Maha Esa (Susilo dan Handayani, 2004). Biologi
berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami dalam secara
sistematis, dengan demikian biologi dikatakan sebagai ilmu IPA yang
merupakan bagian dari kegiatan eksplorasi.
c. Sumber Belajar Biologi
Muhibbin (2001:139), menjelaskan bahwa dalam memilih
sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: (1)
ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis:
tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; (3)
mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita; (4) fleksibel:
dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai

32

dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar,


dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.
Menurut Djohar (Suhardi, 2002), sumber belajar biologi adalah
segala sesuatu baik benda maupun gejala yang dapat diperguanakan
untuk memperoleh pengalaman dalam rangka pemecahan masalah
biologi tertentu. Sumber belajar biologi dalam proses pembelajaran
dapat diperoleh disekolah atau di luar sekolah. Penggunaan sumber
belajar sebagai bahan ajar tergantung dari macam sumber belajarnya.
Sumber belajar dibedakan atas dua macam yaitu sumber belajar yang
siap

digunakan

dalam

proses

pembelajaran

tanpa

adanya

penyederhanaanya maupun modifikasi (by utilization), atau sumber


belajar yang sederhana dan atau modifikasi (by design).
Suatu hasil penelitian biologi dapat digunakan sebagai sumber
belajar baru dengan mempertimbangkan beberapa syarat, antara lain:
1. Kejelasan ketersediaan objek dan permasalahan yang diangkat
2. Kesesuaian dengan sasaran materi
3. Kesesuaian dengan tujuan pembelajran
4. Kejelasan informasi yang diungkap
5. Kejelasan pedoman eksplorasi
6. Kejelasan pedoman yang akan dicapai
Selanjutnya setelah persyaratan tersebut sudah terpenuhi, maka
fakta-fakta

yang

terdapat

dalam

laporan

hasil

penelitian

33

digeneralisasikan menjadi sebuah konsep

dan prinsip yang baru

Djohar (Suhardi, 2012).


d. Potensi Lokal
Potensi lokal dapat memberikan dukungan terhadap aktivitas
belajar siswa, khususnya kondisi berupa lingkungan sekitar.
Lingkungan tersebut berupa sawah, kebun sekolah, taman, lapangan
yang berupa padang rumput dan lain sebagainya. Pada proses
pembelajaran biologi, lingkungan sekitar sekolah dapat dijadikan
sebagai sumber belajar ataupun media dalam pembelajaran biologi.
Salah satu dari berbagai jenis lingkungan belajar adalah
lingkungan alam atau disebut lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar
dapat didefinisikan sesuatu yang berkenaan dengan segala sesuatu
yang bersifat alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara,
musim, curah hujan, flora (tumbuhan) fauna (hewan), sumber daya
alam (air, hutan, tanah, batu-batuan, dan lain-lain). Lingkungan alam
tersebut sangat tepat untuk bidang studi IPA khususnya biologi
(Sudjana dan Rivai, 2002:213).
Potensi lokal merupakan segala sesuatu yang merupakan ciri
khas kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi
informasi dan komunikasi, ekologi dan lain sebagainya (Amri, dkk.,
2011). Setiap daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan,
tantangan, dan karakteristik lingkungan. Oleh karena itu sebaiknya
kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan

34

lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan


daerah. Dalam hal ini potensi lokal disetiap wilayah tentu berbedabeda. Menurut pengertian di atas, potensi lokal adalah sumber daya
spesifik yang dimiliki oleh suatu daerah (Sanjaya, 2008;168).
C.

Kerangka Berfikir
Hutan Batang Cenaku yang berada di Desa Alim, Kecamatan Batang
Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau yang memiliki potensi
alam. Hutan Batang Cenaku ini memiliki potensi alam yang bisa di jadikan
sebagai sumber belajar yaitu hutan, kebun, bukit dan lain sebagainya. Meski
demiakian, guru belum mampu memanfaatkan potensi alam tersebut sebagai
sumber belajar yang maksimal.
Pada penelitian ini, potensi wilayah Kabupaten Indragiri Hulu yang
dapat disajikan sebagai sumber belajar yaitu Hutan Batang Cenaku yang
berada di Desa Alim Kecamatan Batang Cenaku. Pada prinsipnya Hutan
Batang Cenaku memiliki keanekaragaman hewan yang beranekaragam,
salah satunya yaitu hewan dari ordo rodentia. Hewan yang akan
diidentifikasi yaitu hewan rodentia yang terdapat dikawasan Hutan Batang
Cenaku pada Km 34 di Desa Alim. Hewan rodentia yang ditemukan
kemudian diidentifikasi untuk diketahui jenis, ciri-ciri dan nama ilmiahnya.
Potensi yang ada harus disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD)
yang ada pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP).

Sebagaimana hakekat pembelajaran biologi, karakter peserta didik dan


kebutuhan sumber belajar dari lingkungan sekitar untuk diangkat potensinya

35

sebagai sumber belajar sesuai dengan kejelasan potensi, kesesuaian dengan


tujuan belajar, kejelasan sasaran, kejelasan informasi yang akan di ungkap,
kejelasan pedoman eksplorasinya, dan kejelasan perolehan yang diharapkan
melalui kegiatan pengamatan.

Kawasan Hutan Batang Cenaku,


Desa Alim, Kecamatan Batang
Cenaku,Kabupaten Indragiri
Hulu, Provinsi Riau

Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP)

Keanekaragaman
jenis
hewan
rodentia sering ditemukan pada
kawasan Hutan Batang Cenaku

Tujuan
SK 3 dan KD 3.2

Sebagaian besar hewan mamalia


kecil seperti rodentia yang terdapat
ada Hutan Batang Cenaku belum
teridentifikasi sehingga perlu dikaji

Proses pembelajaran
biologi

Proses dan hasil penelitian

Fakta dan konsep mengenai


keanekaragaman hayati

Materi keanekaragaman
hayati

Potensi sumber belajar


biologi bagi siswa SMA
kelas X semester 1

36

Gambar 9. Kerangka Berfikir

Das könnte Ihnen auch gefallen