Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
a. Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan penolong, suku
cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies) Utang usaha dapat digolongkan
menjadi 2 golongan : (1) utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti
tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang usaha
atau account payable) dan (2) utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis
tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang wesel atau notes
payable).
b. Uang jaminan masuk dari pelanggan.
c. Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accrued payable).
d. Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan yang ditunjuk sebagai pemungut
pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), utang Pajak
Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 25), utang dana pensiun, utang asuransi karyawan.
e. Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun :
Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.
Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk perusahaan yang
f. Utang lain yang diperkirakanakan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti utang bank
(kredit modal kerja misalnya), utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, utang pajak
penghasilan utang deviden.
Utang usaha merupakan bagian terbesar utang lancar perusahaan, oleh karena itu,
pengujian subtantif dalam pembahasan ini difokuskan terhadap utang usaha.
2.
a. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang
usaha.
b. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang
usaha yang dicantumkan di neraca.
c. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan
saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
d. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
e. Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.
Rerangka tujuan pengujian subtantif terhadap utang usaha pada gambar 3.1. Dalam
gambar tersebut terlihat bahwa tujuan utama pengujian subtantif terhadap utang usaha adalah
membuktikan bahwa saldo akun utang usaha yang dicantumkan dalam neraca mencerminkan
saldo akun utang usaha yang sesungguhnya pada tanggal neraca tersebut. Untuk mencapai
tujuan tersebut dirancang pengujian subtantif yang digolongkan ke dalam lima kelompok: (1)
prosedur audit awal, (2) prosedur analitik, (3) pengujian terhadap transaksi rinci, (4)
pengjuian terhadap saldo akun rinci, (5) verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan.
Kelima kelompok pengujian subtantif tersebut untuk memverifikasi lima asersi manajemen
yang terkandung dalam akun Utang Usaha : (1) keberadaan dan keterjadian, (2) kelengkapan,
(3) penilaian, (4) kewajiban, dan (5) penyajian dan pengungkapan.
Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan
dengan utang usaha. Sebelum auditor melakukan pengujian sebelum kewajaran saldo utang
usaha yang dicantumkan dalam neraca, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian
dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi utang usaha yang disajikan
dalam neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo utang yang dicantumkan
dalam neraca dengan akun Utang Usaha dalam buku besar dan selanjutnya ke register bukti
kas keluar dan register cek.
Membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian utang usaha yang dicantumkan di
neraca. Dalam pengujian subtantif terhadap utang pada umumnya, pengujian ditujukan untuk
menemukan
kemungkinan
adanya unrecorded
liabilities. Untuk
membuktikan
asersi
keberadaan aktiva dan keterjadian transaksi yang bersangkutan dengan utang lancar, auditor
melakukan berbagai pengujian subtantif berikut ini :
a. Pengujian analitik.
b. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
c. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
d. Konfirmasi piutang usaha.
e. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh klien
dari krediturnya.
Membuktikan asersi kelengkapan utang usaha yang dicantumkan dalam neraca.
Seperti tersebut dalam prinsip akuntansi berterima umum, utang usaha harus disajikan di
neraca pada fakta pada tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah yang menjadi
kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal neraca. Tidak seperti halnya dengan piutang
usaha yang disajikan di neraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak
tertagihnya piutang usaha, utang usaha disajikan di neraca pada jumlah kewajiban klien pada
tanggal neraca. Dengan demikian tujuan pembuktian asersi penilaian tidak berlaku terhadap
saldo utang usaha pada tanggal neraca. Pembuktian asersi kelengkapan utang usaha lebih
ditujukan untuk mencari adanya unrecorded liabilites pada tanggal tersebut. Untuk
membuktikan bahwa utang usaha yang dicantumkan di neraca mencakup semua kewajiban
klien kepada kreditur pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan
deangan utang usaha dalam tahun yang diaudit, auditor melakuakn pengujian subtantif seperti
yang diatas.
Transaksi yang berkaiatan dengan timbul dan berkurangnya utang usaha mempunyai
pengaruh yang langsung terhadap perhitungan saldo utang usaha pada tanggal neraca,
sehingga ketidaktepatan dalam penetapan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan
utang usaha akan berdampak langsung terhadap perhitungan akun Utang Usaha dan
pembelian (purchases). Oleh karena itu salah satu pengujian subtantif untuk membuktikan
asersi kelengkapan utang usaha adalah pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi
yang bersangkutan dengan utang usaha.
a.
b.
Prosedur analitik
Pada tahap awal pengujian subtantif terhadap utang usaha, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan
bidang yang memerlukan audit lebih intensif.
c.
d.
Tujuan pengujian saldo akun utang usaha rinci adalah untuk memverifikasi:
Keberadaan dan keterjadian.
Kelengkapan.
Kewajiban.
Mintalah informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang belum diungkap dan utang
bersyarat dan periksa penjelasan yang bersangkutan dengan utang usaha tersebut.
Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaiaan pekerjaan lapangan.
Mintalah informasi dari pengacar klien mengenai perkara pengadilan yang melibatkan klien
KESIMPULAN
Utang lancar memiliki karateristik yang berbeda dengan karakteristik aktiva lancar,
yang berdampak terhadap pengujian subtantif terhadap utang lancar. Dalam menyajikan
aktiva lancar, klien berkecendrungan umum untuk menyajikan aktiva tersebut lebih tinggi
dari jumlah yang senyatnya. Di lain pihak, dalam menyajikan utang lancar, klien
berkecendrungan umum untuk menyajikan utang tersebut lebih rendahdari jumlah yang
senyatanya. Kecendrungan ini di dorong oleh keinginan untuk menyajikan gambaran modal
kerja perusahaan yang lebih baik. Oleh karena itu, pegujian subtantif terhadap utang lancardi
tujukan untuk menemukan adanya penyajian utang lancar yang lebih rendahdari jumlah yang
seharusnya (understatment Utang Lancar).
Pengujian subtantif terhadap utang usaha di tujukan untuk memperoleh keyakinana
tentang keandalan catatan akuntansi bersangkutan dengan utang usaha, membuktikan
keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan deangan utang usaha yang
dicantumkan di neraca, membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatna
akuntansi serta membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. Auditing. buku 2 Edisi 6 Jakarta: PT Salemba Empat, 2002.