Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
antai adalah pelapis bagian bawah dalam ruangan untuk berpijaknya penghuni
lantai. Lantai yang direncanakan dengan baik akan membuat ruangan tampak
lebih rapi dan sehat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan lantai antara lain adalah:
Lantai harus lebih tinggi dari permukaan tanah halaman. Beda tinggi lantai dengan
muka tanah paling tidak 20 - 30 cm, letak lantai yang lebih tinggi harus diberi
tangga
Lantai kamar diatur dan dibuat lebih tinggi 2 cm dari lantai ruang utama. Lantai
teras lebih rendah untuk mencegah air hujan masuk. Lantai KM/WC lebih rendah 5
- 10 cm dari lantai ruang lain dan dibuat miring 1:100 ke arah lubang buangan.
Permukaan lantai (peil) pada ruang utama dijadikan pedoman untuk menentukan
ketinggian dari bangunan dengan diberi peil 0.00. Ketinggian ke arah atas diberi
tanda (+) sedangkan ke arah bawah diberi tanda (-).
b.
Rencana Lantai
Rencana lantai menggambarkan konstruksi dan bahan penutup lantai yang digunakan.
Gambar rencana dapat dibuat dengan memotong denah sedemikian rupa sehingga
urut-urutan konstruksi lantai dapat dijelaskan. Skala gambar sama dengan gambar
denah.
Untuk menggambarkan rencana lantai terlebih dahulu harus diketahui sistem lantai
yang akan digunakan. Pada prinsipnya sistem lantai yang digunakan untuk bangunan
sederhana ada dua:
1. Sistem lantai dengan pemadatan tanah
Pada sistem ini sebagai landasan dasar atau dasar dari lantai adalah lapisan tanah
yang padat (kondisi yang sudah ada atau dipadatkan), di atasnya dipasang pasir
tumbuk setebal 10 20 cm yang berfungsi sebagai perata gaya dan menyamakan
elevasi.
Di atas pasir yang telah dipadatkan dipasang lantai dari plat beton tipis 8 cm
dengan mutu beton dengan mutu beton K 175 (1 PC : 3 pasir : 5 kerikil),
sebaiknya diberi tulangan 8 15 dipasang menyilang.
Sebagai penahan lantai pada tepi bangunan yang berhubungan dengan bagian luar
dipasang plat penahan tanah (khusus untuk pondasi titik), sedangkan untuk
pondasi lajur tidak perlu lagi dipasang plat penahan tanah.
2. Sistem lantai gantung
Sistem lantai ini ada komponen konstruksi tersendiri yang mendukung plat lantai.
Komponen konstruksi tersebut adalah:
Tiang penyangga lantai
Balok induk lantai (keep)
Balok anak lantai (gelegar)
Jadi dalam perencanaannya yang harus diperhatikan adalah :
Bahan yang digunakan untuk lantai
Perletakan tiang, keep dan gelegar sedemikian rupa sehingga didapatkan
konstruksi lantai yang kuat dan tidak over size di dalam menggunakan
dimensi balok dan plat lantai.
2.
Tahan terhadap cuaca, tidak mudah rusak oleh pengaruh panas, hujan dan
suhu udara
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.
3.
b.
Bila terjadi keretakan atau rusak, harus diganti dengan lembaran asbes
baru yang utuh
Kemiringan atap
Bahannya ringan
Setelah disusun menjadi satu mempunyai bentuk yang artistik dan indah
Merupakan isolasi panas yang baik, sehingga udara dalam ruangan menjadi
sejuk
Atap sirap dipasang di atas papan atau reng kayu. Ukuran reng kayu yang
dipakai adalah ukuran 2 x 3 cm.
Pemasangan siram minimum adalah 3 lapis, pemakuan dilakukan dengan
paku berkepala datar ukuran 1 (paku sirap)
Apabila kita menggunakan ukuran panjang sirap 60 cm, dan pemasangan
sirap yang diminta minimum tiga lapis maka jarak rengnya dipasang tiap
jarak 18 cm (3 x 18 = 54), masih ada selisih 6 cm. Selisih 6 cm ini adalah
untuk overlapping pemasangan sirap satu dengan yang lain yaitu 2 cm
Bila dipakai 4 lapis, didapatkan deretan sirap yang jarang rengnya = 14 cm
(4 x 14 = 56) masih ada sisa 4 cm yang digunakan untuk overlapping
Untuk mengatasi kelemahan sirap, biasanya sebelum sirap dipasang
terlebih dahulu diberi lembaran seng plat yang mengakibatkan harga
konstruksi atapnya menjadi mahal.
9
Di samping ada bahan penutup atap sirap yang dibuat dari kayu, juga ada
bahan penutup atap sirap dari plat asbes semen.
Sejenis dengan sirap adalah genteng tegola
b. Atap genteng
1.
2.
Genteng asbes
Dibuat dari portland semen dicampur dengan serat asbes dan dicetak
dengan ukuran tertentu.
3.
Genteng keramik
Proses pembuatannya hampir sama dengan atap genteng tanah, dilanjutkan
dengan proses glazur pada permukaan genteng tersebut, sehingga
menghasilkan permukaan genteng yang halus dengan lapisan glazur dan
dengan warna tertentu.
4.
Genteng metal
Dibuat dari campuran logam/metal aluminium dan seng, dicetak, diberi
warna permukaannya.
5.
6.
2.
Ukuran genteng yang ada di pasaran pada umumnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
JENIS GENTENG
UKURAN
(cm)
JUMLAH PER
M2 (bh)
BERAT PER
M2 (bh)
JARAK RENG
(cm)
GENTENG FLAMS
20 x 26
22 x 30
24 x 32
28
24
22
30
32
34
23
25
27
10
GENTENG PRESS
22 x 28
23 x 29
25
24
35
36
23
24
GENTENG BETON
33 x 42,50
10
45
35
Pada puncak atap genteng, untuk penutup pertemuan atap kiri dan kanan,
dipakai genteng bubungan yang dipasang dengan adukan perekat sebagai
penjepit genteng-genteng yang paling atas supaya tidak mudah terempas oleh
tiupan angin kencang.
Kaki kuda-kuda, yaitu batang miring yang membentuk sudut kemiringan atap
berfungsi sebagai tumpuan balok gording dan beban di atasnya. Pada kaki kudakuda bagian bawah akan timbul gaya horisontal dan gaya vertikal yang harus
ditahan oleh tembok pendukungnya.
b.
Balok datar yaitu batang datar, atau batang tarik yang menahan gaya horisontal
yang timbul oleh adanya gaya yang bekerja pada tarik kuda-kuda sehingga
tembok hanya menanggung gaya vertikal saja.
c.
Balok penggung, yaitu batang tegak untuk menahan lenturan yang akan terjadi
pada batang datar, disebut juga sebagai tiang kuda-kuda, tiang gantung, atau
makelar.
d. Balok penyokong, yaitu batang yang berfungsi untuk menyokong kaki kuda-kuda
tidak melentur oleh beban gording.
e.
Balok gapit, yaitu dua batang kayu yang dipasang mengapit rangka kuda-kuda
agar tidak melentur ke samping.
Balok atau ikatan angin, yaitu batang kayu dipasang silang antara dua buah kudakuda untuk menahan tekanan angin.
b.
Balok gording, yaitu batang memanjang yang diletakkan pada kaki kuda-kuda
untuk menumpu usuk, reng dan penutup atapnya. Agar balok gording tidak
bergeser ke bawah, pada kaki kuda-kuda dipasang klos penahan balok gording
yang dipacu pada kaki kuda-kudanya.
c.
Balok bubungan, yaitu balok yang dipasang di puncak kuda-kuda yang merupakan
perletakan dari usuk.
d. Balok tembok, yaitu balok yang dipasang di atas tembok untuk menumpuk usuk
dipasang rebah
11
e.
Usuk atau kasau, dipasang menumpu pada balok bubungan, balok gording dan
balok tembok. Biasa dipasang setiap jarak 50 cm, usuk ini menumpu reng
penahan penutup atap. Ujung bawah usuk dapat diteruskan melewati tembok
sampai mencapai lebar tritisan yang dikehendaki.
f.
Reng dipasang dengan posisi rebah di atas usuk-usuk, dengan jarak sesuai dengan
ukuran bahan penutup atap yang dipakai.
g. Papan bubungan, dipasang di atas balok bubungan untuk menahan bubungan dan
adukan perekatnya.
h. Jurai, yang dapat dibedakan atas:
Jurai luar, terdapat pada konstruksi atap perisai dan pada atap bangunan
berbentuk L, U.
Balok jurai merupakan tumpuan paling atas dari usuk-usuk pada garis
pertemuan kedua bidang atap, dipasang sisi atas rata dengan sisi atas balok
gording.
Untuk menahan lenturan, balok jurai dapat disokong oleh balok skoor yang
dipasang di atas balok diagonal. Balok diagonal diletakkan melintang di atas
tembok dan ditahan cukup kuat agar tidak bergeser.
Bila balok jurai perlu disambung, sambungannya harus dengan balok pengunci
ujung atas balok jurai bersandar pada balok penggantung, sambungannya
dipakai klos yang dipasang pada balok penggantung untuk menerima ujung
balok jurai yang dibuat takikan mulut ikan.
Bagian atas balok jurai luar diberi papan bubung untuk bubungan dan adukan
perekatnya.
i.
Setengah kuda-kuda, terdapat pada atap bangunan yang berbentuk perisai untuk
mendukung balok gording yang terletak di antara kedua jurai luar. Konstruksi
setengah kuda-kuda hanya mempunyai satu kaki.
Balok penggantung setengah kuda-kuda dapat menjadi satu dengan balok
penggantung kuda-kuda yang paling tepi.
Pada konstruksi setengah kuda-kuda tetap ada balok datar yang satu ujungnya
menumpang pada tembok dan ujung lainnya menumpu pada kuda-kuda yang
paling tepi. Balok datar ini pada sisi luar menerima ujung bawah pada kaki kudakuda, pada sisi dalam menjadi tumpuan dari balok penyokong.
Ukuran konstruksi setengah kuda-kuda harus sama dengan kuda-kuda utuhnya
(lihat gambar rencana atap).
Kuda-kuda dipasang setiap jarak 3 4 m atau kurang agar pemakaian ukuran kayu
gording tidak terlalu besar. Jarak 3 4 m ini juga untuk menyesuaikan dengan jarak
kolom sehingga kuda-kuda dapat tepat diletakkan di atas kolom.
12
Selain dari kuda-kuda dan batang-batang pelengkap konstruksi atap, terdapat suatu
konstruksi pasangan bata yang dapat dipakai untuk menggantikan fungsi kuda-kuda,
biasa disebut ampig, atau gunung-gunung.
Gunung-gunung biasa dipakai pada bagian tembok tepi dari bangunan atap pelana,
dapat juga dipakai di bagian dalam jika kayu sulit diperoleh atau mahal harganya.
Konstruksi gunung-gunung dibuat menjadi satu kesatuan dengan tembok, untuk
dindingnya diberi perkuatan balok atas dari konstruksi beton bertulang yang dipasang
mengikuti bentuk atap.
Rencana Atap
Konstruksi atap terdiri dari:
Prototipe kuda-kuda
13