Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DisusunOleh:
DORIT BAYU ISLAM NUSWANTORO
NIM. 0710620019-62
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun Oleh:
DORIT BAYU ISLAM NUSWANTORO
NIM. 0710620019-62
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Slamet Wahyudi,ST.,MT.,Dr.
NIP.19720903 199702 1 001
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Listrik adalah salah satu jenis
energi yang paling banyak digunakan saat
ini, karena memiliki berbagai fungsi dan
kemudahan dalam menkonversikannya
menjadi energi lain. Kegunaan listrik
antara lain, sebagai penerangan, untuk
menyalakan alat-alat elektronik dan untuk
menjalankan mesin-mesin. Hal ini
membuat banyak negara di dunia termasuk
Indonesiaa
mencari
cara
dalam
pemanfaatan energi untuk menambah
pasokan listriknya guna memenuhi
kebutuhan akan enegi listrik. Selain
mengandalkan pembangkit berbahan fosil
yang jumlahnya terbatas di alam, salah
satu aplikasi yang diarahkan adalah
pemanfaatan energi terbarukan yang ada di
alam, misalnya energi air, energi angin
energi matahari dan energi panas bumi.
Dari sekian sumber energi terbarukan
2
selama
beberapa
dekade.
Mereka
menghasilkan sejumlah besar pasokan
listrik di dunia. Prinsip kerjanya adalah
energi air akan dikonversi menjadi energi
kinetik pada sudu turbin, kemudian energi
kinetik tersebut akan dikonversi menjadi
energi mekanik pada poros turbin dan
kemudian energi mekanik dikonversi
menjadi energi listrik pada generator
listrik. Jenis turbin air yang digunakan
pada PLTA bermacam-macam, seperti
turbin kaplan, turbin francis, turbin pleton
dan sabagainya.
Turbin Francis merupakan turbin
reaksi (reaction turbine) dan sampai saat
ini adalah jenis turbin yang paling banyak
digunakan pada sebuah pembangkit listrik
tenaga air baik di Indonesia maupun di
dunia. Turbin Francis beroperasi pada
kategori head menengah sampai dengan
head tinggi, biasanya turbin Francis
berporos vertikal namun ada juga yang
menggunakan poros horizontal.
Pengoperasian turbian Francis
sebagai pembangkit listrik tidaklah luput
dari
permasalahan,
salah
satu
permasalahan yang sering dihadapi saat
pengoperasiannya
adalah
fenomena
kavitasi. Kavitasi merupakan peristiwa
timbulnya gelembung gelembung dalam
aliran fluida akibat penurunan tekanan
sehingga tekanan tersebut dibawah
tekanan
uap
jenuhnya.Terjadinya
fenomena ini akan sangat menggagu
kinerja turbin tersebut seperti terjadinya
getaran-getaran pada mesin, terjadi abrasi
pada
sudu-sudu
turbin
sehingga
menyebabkan turunnya efisensi turbin
serta
rusaknya komponen-komponen
turbin. Dalam sebuah instalasi turbin air
peristiwa kavitasi harus diminimalisir agar
unjuk kerja dari turbin tersebut meningkat
dan di hasilkan daya dan efisiensi turbin
yang maksimal.
Grekul dan Bark (2001) telah
menjabarkan tentang efek erosi akibat
kavitasi yang terjadi pada runner sebuah
turbin dengan menggunakan model dan
bantuan software fluent 6.1. Dalam
penelitiannya erosi akibat kavitasi pada
3
momentum fluida kerjanya, berdasarkan
klasifikasi ini turbin air dapat dibedakan
menjadi 2 golongan yaitu turbin impuls
dan turbin reaksi, yang temasuk turbin
impuls adalah turbin Pelton, turbin Cross
flow dan kincir air dan yang termasuk
turbin reaksi adalah turbin Francis, turbin
Kaplan dan turbin Propeler.
1.3 Head
Head adalah energi yang dimiliki
fluida mengalir tiap satuan berat aliran.
Dalam sebuah operasi turbin air nilai head
sangatlah
penting
karena
head
berpengaruh pada performa turbin air
tersebut. Pada sebuah turbin air head
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Gross head
2. Static head
3. Effective head
1.4 Kavitasi
Kavitasi adalah suatu gejala fisik
yang dialami oleh cairan, pada saat cairan
mendekati tekanan uap, misalnya pada
kondisi hampa udara. Pada saat tekanan
turun menjadi tekanan uap, air mulai
menguap pada saat yang sama, gas-gas
yang larut secara normal juga mulai bebas
sehubungan dengan tekanan rendah.Jadi,
pada air yang mengalir, gelembunggelembung kecil (minute microscopic
bubbles) terbentuk yang berisi uap dan
gas. Gelembung itu dapat disebut kavitasi
di dalam aliran. Gelembung tersebut
muncul terus menerus dalam jumlah besar.
Gelembung ini dapat dapat melekat pada
permukaan yang padat dan membentuk
suatu rongga dekat ke permukaan atau
mereka bisa terangkut bersama aliran
melalui daerah-daerah dimana tekanan
yang tinggi mulai terjadi.
Hasil dari lenyapnya gelembung
akan menghasilkan merupakan suatu
gelombang kejut yang sama dengan
pukulan gelombang air, tetapi dengam
suatu periode yang sangat pendek dan
hanya mempengaruhi sebuah ruang
pendek, sebelum ditekan oleh sejumlah
masa air yang mengelilingi. Dengan
4
2. Temperatur fluida yang digunakan.
Temperatur fluida yang digunakan
diusahakan
serendah
mungkin
sehingga tekanan penguapannya akan
naik.
3. Kecepatan aliran disisi buang
sebaiknya
diusahakan
serendah
mungkin agar perbedaan tekanan tidak
terlalu tinggi.
4. Kerugian akibat gesekan fluida
dengan dinding saluran.
Untuk menghitung tingkat kavitasi
alam turbin air digunakan angka Thoma
(), dalam head bersih (H) untuk mesin
tersebut. Dengan demikian:
dimana :
: Thoma kritis
: Thoma aktual
patm : tekanan atmosfer (Pa)
pv
: tekanan penguapan fluida kerja
(Pa)
pmin : tekanan minimum fluida (Pa)
H
: tinggi tekan pada turbin (m)
Agar tidak terjadi kavitasi maka nilai
harus lebih kecil daripada nilai crit (
crit). Dari keadaan tersebut maka dapat
diketahui besarnya tingkat kavitasi, yaitu:
(7)
Dimana :
: thoma kritis
: thoma aktual
Dari rumus diatas jika didapatkan nilai > 1
maka dapat dipastikan dalam turbin
tersebut terjadi kavitasi dan sebaliknya ,
5
6
Keterangan gambar:
1. Bak penampung
2. Pompa Sentrifugal
3. Katub
4. Orifice
5. Turbin Francis
6. Dinamometer
7. Pressure Gauge inlet
8. Pressure Gauge outlet
9. Manometer
6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan antara putaran poros turbin dengan tekanan didalam turbin pada variasi
bukaan guide vane yang berbeda
10
9.8
Tekanan ( mH2O )
9.6
9.4
9.2
9
8.8
8.6
8.4
8.2
0
200
400
600
800
GV 10
GV 12
Gambar 2. Grafik hubungan antara putaran poros turbin dengan tekanan didalam turbin pada
variasi bukaan guide vane yang berbeda
Turbin Francis bekerja dengan
memakai proses tekanan pada waktu air
masuk ke roda jalan, sebagian dari energi
jatuh atau tinggi jatuh (head) yang telah
bekerja di dalam sudu (guide vane)diubah
menjadi kecepatan arus masuk (energi
kinetik). Sisa energi tinggi jatuh (head)
bekerja di sudu jalan dengan semaksimal
mungkin. Dalam hal ini energi kinetik air
yang bekerja di sudu jalan mendapat
energi reaksi (gaya reaksi) dari sudu jalan
tersebut. Pada sisi sebelah luar roda jalan
terdapat tekanan serendah-rendahnya atau
kurang dari 1 atm dan kecepatan aliran
yang tinggi. Di dalam pipa buang,
kecepatan
aliran
berkurang
dan
tekanannya akan bertambah sehingga air
bisa dialirkan keluar lewat saluran air
bawah.
Dari gambar 2, dapat dilihat bahwa
semakin tinggi putaran turbin maka
tekanan di dalam turbin semakin rendah
pada putaran awal sampai pada putaran
7
putaran turbin mencapai 1400 rpm yaitu
sebesar 9.103 mH2O dan tekanan tertinggi
dicapai pada putaran turbin 200 rpm
sebesar 9.714 mH2O.
Pada bukaan guide vane 12
milimeter, tekanan terendah dicapai ketika
Hubungan antara putaran poros turbin dengan angka thoma pada variasi bukaan
guide vane yang berbeda
0.09
0.08
Thoma Aktual
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0
200
400
600
800
GV 10
GV 12
Gambar 3. Grafik hubungan antara putaran poros turbin dengan angka thoma pada variasi
bukaan guide vane yang berbeda
Angka Thoma adalah Angka untuk
menentukan apakah kavitasi terjadi dalam
suatu instalasi turbin. Apabila harga
Thoma lebih besar dari harga Thoma kritis
maka kavitasi tidak akan muncul.
Dari gambar 3, dapat dilihat bahwa
semakin tinggi putaran turbin maka Angka
thoma di dalam turbin semakin tinggi pada
putaran awal sampai pada putaran tertentu
kemudian tekanan kembali meningkat
seiring dengan meningkatnya putaran
poros turbin. Hal ini disebabkan oleh
penurunan tekanan pada turbin karena
semakin kecil tekanan pada turbin
mengakibatkan angka thoma menjadi
semakin tinggi.
Hal ini sesusai dengan persamaan:
8
ketika putaran turbin mencapai 1400 rpm
yaitu sebesar 0.0211 dan angka thoma
terendah dicapai pada putaran turbin 2000
rpm sebesar 0.00151.
Pada bukaan guide vane 10
milimeter, angka thoma tertinggi dicapai
ketika putaran turbin mencapai 1400 rpm
yaitu sebesar 0.0377 dan angka thoma
Hubungan antara putaran poros turbin dengan tingkat kavitasi pada variasi bukaan
guide vane yang berbeda
0.18
0.16
Tingkat Kavitasi
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0
200
400
600
800
GV 10
GV 12
Gambar 4. Grafik hubungan antara putaran poros turbin dengan tingkat kavitasi pada variasi
bukaan guide vane yang berbeda
Kavitasi adalah suatu gejala fisik
yang dialami oleh cairan, pada saat cairan
mendekati tekanan uap,misalnya pada
kondisi hampa udara. Pada saat tekanan
turun menjadi tekanan uap, air mulai
menguap pada saat yang sama, gas-gas
yang larut secara normal juga mulai bebas
sehubungan dengan tekanan rendah.Jadi,
pada air yang mengalir, gelembunggelembung kecil (minute microscopic
bubbles) terbentuk yang berisi uap dan
gas.
Dari Gambar 4, dapat dilihat
bahwa semakin tinggi putaran maka
tingkat kavitasi yang terjadi semakin
9
meningkat dan akibatnya bilangan thoma
aktual menurun hal ini berakibat tingkat
kavitasi akan menjadi semakin kecil.
Pada grafik hubungan antara putaran
terhadap tingkat kavitasi tersebut juga
dapat dilihat bahwa bukaan guide vane
sangat berpengaruh pada tingkat kavitasi
yang terjadi, dengan head yang
tetap,semakin tinggi bukaan guide vane
turbin maka tingkat kavitasi yang terjadi
semakin besar. Hal ini disebabkan semakin
besar bukaan guide vane turbin dengan
head yang tetap mengakibatkan angka
Thoma () aktual yang dihasilkan akan
semakin besar.
Pada bukaan guide vane 8 milimeter,
tingkat kavitasi tertinggi dicapai ketika
putaran turbin mencapai 1400 rpm yaitu
dicapai ketika angka Thoma () sebesar
0.0211 dan tingkat kavitasi terendah
dicapai pada putaran turbin 2000 rpm yang
dicapai ketika angka Thoma () sebesar
0.00151. Pada guide vane 8 milimeter ini
angka Thoma () kritis pada turbin adalah
0.470.
Untuk guide vane 10 milimeter,
tingkat kavitasi tertinggi dicapai ketika
putaran turbin mencapai 1400 rpm yaitu
dicapai ketika angka Thoma () sebesar
0.0377 dan tingkat kavitasi terendah
dicapai pada putaran turbin 200 rpm yang
dicapai ketika angka Thoma () sebesar
0.0037.
Untuk guide vane 12 milimeter,
tingkat kavitasi tertinggi dicapai ketika
putaran turbin mencapai 1800 rpm yaitu
dicapai ketika angka Thoma () sebesar
0.087 dan tingkat kavitasi terendah dicapai
pada putaran turbin 200 rpm yang dicapai
ketika angka Thoma () sebesar 0.0067.
Dari data-data tersebut diatas dapat
diketahui bahwa besar bukaan guide vane
berpengaruh terhadap tingkat kavitasi pada
turbin francis poros horizontal. Dengan
semakin besarnya bukaan guide vane pada
turbin francis maka diperlukan lebih
banyak debit air yang mengalir untuk
mendapatkan head yang ditentukan.
Sehingga tingkat kavitasi pada bukaan
Saran
Untuk penelitian lebih lanjut
tentang tingkat kavitasi pada turbin air,
maka peneliti menyarankan beberapa hal
sebagai berikut:
Untuk
penelitian
selanjutnya
sebaiknya menggunakan variasi
nilai z (jarak antara permukaan air
buang dengan titik yang diukur)
yang berbeda, agar diketahui
besarnya z yang optimum pada
sebuah turbin air sehingga tidak
terjadi kavitasi
Perlunya dilakukan penelitian
tentang tingkat kavitasi pada turbin
air dengan keadaan putaran tetap,
karena kebanyakan dilapangan,
khusunya di PLTA putaran turbin
air yang dugunakan adalah tetap.
Perlu dilakukan peneltian tentang
tingkat kavitasi pada jenis turbin
air yag berbeda, misalnya pada
turbin Kaplan, turbin Cross Flow
dan sebagainya. Terlebih lagi jika
turbin yang digunakan adalah
turbin yang digunakan sebagai
pembangkit listrik yang ada di
PLTA.
10
DAFTAR PUSTAKA
Avellan, Franois., Dan Ciocan, Gabriel
and Sanda Iliescu, Monica; 2008:
Analysis
of
the
Cavitating
DraftTube Vortex in a Francis
Turbine Using Particle Image
Velocimetry Measurements in TwoPhase Flow; Journal Of Fluids
Engineering, Switzerland.
Dietzel, Fritz; 1992: Turbin Pompa dan
Kompresor; Erlanga, Jakarta.