Sie sind auf Seite 1von 12

PENGARUH VARIASI BUKAAN GUIDE VANE TERHADAP

TINGKAT KAVITASI PADA TURBIN FRANCIS POROS


HORIZONTAL

MAKALAH SEMINAR HASIL


KONSENTRASI KONVERSI ENERGI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik

DisusunOleh:
DORIT BAYU ISLAM NUSWANTORO
NIM. 0710620019-62

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2013

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH VARIASI BUKAAN GUIDE VANE TERHADAP


TINGKAT KAVITASI PADA TURBIN FRANCIS POROS
HORIZONTAL

MAKALAH SEMINAR HASIL


KONSENTRASI KONVERSI ENERGI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik

Disusun Oleh:
DORIT BAYU ISLAM NUSWANTORO
NIM. 0710620019-62

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Slamet Wahyudi,ST.,MT.,Dr.
NIP.19720903 199702 1 001

Dr.Eng. Nurkholis Hamidi,ST.,M.Eng


NIP. 19740121 199903 1 001

PENGARUH VARIASI BUKAAN GUIDE VANE TERHADAP TINGKAT KAVITASI


PADA TURBIN FRANCIS POROS HORIZONTAL
Dorit Bayu Islam Nuswantoro, Slamet Wahyudi
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono no. 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail : dort_jbt@yahoo.co.id
ABSTRAK
Permasalahan yang sering terjadi pada suatu turbin air ketika sedang beroperasi adalah
timbulnya kavitasi, dimana kavitasi itu sendiri adalah timbulnya gelembung-gelembung dalam aliran fluida
akibat penurunan tekanan sehingga tekanan tersebut dibawah tekanan uapnya. Hal ini dapat terjadi karena
tekanan statik fluida setempat menjadi lebih rendah dari tekanan uap cairan (pada suhu sebenarnya).
Terjadinya fenomena ini akan sangat menggagu kinerja turbin tersebut seperti terjadinya getaran-getaran pada
mesin, terjadi abrasi pada sudu-sudu turbin sehingga menyebabkan turunnya efisensi turbin serta rusaknya
komponen-komponen turbin. Fenomena kavitasi pada sebuah turbin air bisa diprediksi dengan mengetahui
angka Thoma (). Jika pada pengoperasian sebuah turbin air didapatkan angka Thoma () di atas angka Thoma
() kritisnya maka dapat dipastikan pada turbin tersebut terjadi kavitasi dan sebaliknya, jika di dapatkan angka
Thoma () di bawah angka Thoma () kritisnya maka pada turbin tersebut tidak terjadi kavitasi dan aman
beroperasi. Penelitian ini menggunakan turbin Francis poros horizontal dengan variasi bukaan guide vane dan
putaran poros turbin sebagai variabel bebas yaitu 8, 10 dan 12 mm dan 200, 400, 600, 800, 1000, 1200, 1400,
1600, 1800 dan 2000 rpm. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kavitasi yang terjadi pada turbin
itu sendiri dimana titik yang diukur adalah pada bagian draft tube. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
semakin besar bukaan guide vane akan membuat tingkat kavitasi yang terjadi pada turbin air juga semakin
meningkat. Pada saat besar bukaan guide vane 12 mm tercatat tingkat kaviatsi tertinggi adalah 0,164 yang
terjadi ketika putaran poros turbin sebesar 1800 rpm.
Kata kunci : Kavitasi, turbin Francis, head, angka Thoma.

tesebut, salah satu jenis energi yang


berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi
energi listrik adalah energi air. Di
Indonesia, energi air telah di manfaatkan
untuk menghasilkan energi listrik yaitu
melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA ) yang saat ini telah banyak
dikembangkan.
PLTA merupakan pembangkit
listrik yang menghasikan listrik dengan
cara mengkonversi energi air menjadi
energi listrik. Untuk mengkorversi energi
air menjadi energi listrik dibutuhkan
sebuah mesin konversi energi serta alatalat bantu yang mendukung kerja mesin
konversi energi tersebut. Mesin konversi
energi yang digunakan adalah turbin air.
turbin air umumnya dianggap sebagai
produsen listrik yang bersih, sebagai turbin
penyebab dasarnya tidak ada perubahan ke
air. Mereka menggunakan sumber energi
terbarukan dan dirancang untuk beroperasi

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Listrik adalah salah satu jenis
energi yang paling banyak digunakan saat
ini, karena memiliki berbagai fungsi dan
kemudahan dalam menkonversikannya
menjadi energi lain. Kegunaan listrik
antara lain, sebagai penerangan, untuk
menyalakan alat-alat elektronik dan untuk
menjalankan mesin-mesin. Hal ini
membuat banyak negara di dunia termasuk
Indonesiaa
mencari
cara
dalam
pemanfaatan energi untuk menambah
pasokan listriknya guna memenuhi
kebutuhan akan enegi listrik. Selain
mengandalkan pembangkit berbahan fosil
yang jumlahnya terbatas di alam, salah
satu aplikasi yang diarahkan adalah
pemanfaatan energi terbarukan yang ada di
alam, misalnya energi air, energi angin
energi matahari dan energi panas bumi.
Dari sekian sumber energi terbarukan

2
selama
beberapa
dekade.
Mereka
menghasilkan sejumlah besar pasokan
listrik di dunia. Prinsip kerjanya adalah
energi air akan dikonversi menjadi energi
kinetik pada sudu turbin, kemudian energi
kinetik tersebut akan dikonversi menjadi
energi mekanik pada poros turbin dan
kemudian energi mekanik dikonversi
menjadi energi listrik pada generator
listrik. Jenis turbin air yang digunakan
pada PLTA bermacam-macam, seperti
turbin kaplan, turbin francis, turbin pleton
dan sabagainya.
Turbin Francis merupakan turbin
reaksi (reaction turbine) dan sampai saat
ini adalah jenis turbin yang paling banyak
digunakan pada sebuah pembangkit listrik
tenaga air baik di Indonesia maupun di
dunia. Turbin Francis beroperasi pada
kategori head menengah sampai dengan
head tinggi, biasanya turbin Francis
berporos vertikal namun ada juga yang
menggunakan poros horizontal.
Pengoperasian turbian Francis
sebagai pembangkit listrik tidaklah luput
dari
permasalahan,
salah
satu
permasalahan yang sering dihadapi saat
pengoperasiannya
adalah
fenomena
kavitasi. Kavitasi merupakan peristiwa
timbulnya gelembung gelembung dalam
aliran fluida akibat penurunan tekanan
sehingga tekanan tersebut dibawah
tekanan
uap
jenuhnya.Terjadinya
fenomena ini akan sangat menggagu
kinerja turbin tersebut seperti terjadinya
getaran-getaran pada mesin, terjadi abrasi
pada
sudu-sudu
turbin
sehingga
menyebabkan turunnya efisensi turbin
serta
rusaknya komponen-komponen
turbin. Dalam sebuah instalasi turbin air
peristiwa kavitasi harus diminimalisir agar
unjuk kerja dari turbin tersebut meningkat
dan di hasilkan daya dan efisiensi turbin
yang maksimal.
Grekul dan Bark (2001) telah
menjabarkan tentang efek erosi akibat
kavitasi yang terjadi pada runner sebuah
turbin dengan menggunakan model dan
bantuan software fluent 6.1. Dalam
penelitiannya erosi akibat kavitasi pada

sebuah runner yang paling banyak di


temukan adalah pada bagian sisi isap dari
runner sebuah turbin air, pada daerah
tersebut didapatkan bahwa terdapat
permukaan runner yang terabrasi akibat
terjadinya kavitasi.
Avellan
(2008)
dalam
penelitiannya yang menggunakan sebuah
turbin dengan ukurang yang lebih kecil
(model) yaang dilengkapi alat particle
image velocity (PIV) yang berfungsi untuk
mendeteksi kecepatan vortex yang terjadi
di dalam draft tube. Pada penelitian ini
didapatkan pengaruh bilangan thoma ()
terhadap diameter vortex yang terjadi pada
draft tube yakni semakin besar bilangan
thoma () maka diameter vortex yang
terjadi justru semakin kecil hal tersebut
dikarenakan terjadinya perubahan tekanan
aksial yang signifikan dalam celah uap ada
di dalam pusaran.
Fenomena kavitasi pada sebuah
turbin air bisa diprediksi dengan
mengetahui angka Thoma (), suatu turbin
tentunya telah dirancang dengan kondisi
kerja tertentu sehingga turbin air tersebut
mempuyai angka Thoma () kritis yang
telah ditentukan. Akan tetapi jika pada
pengoperasian
instalasi
turbin
air
didapatkan angka Thoma () di atas angka
Thoma () kritisnya maka pada turbin
tersebut terjadi kavitasi dan sebaliknya,
jika di dapatkan angka Thoma () di
bawah angka Thoma () kritisnya maka
dapat dipastikan pada turbin tersebut tidak
terjadi kavitasi dan aman beroperasi.
1.2 Turbin Air
Turbin air adalah mesin konversi
energi yang berfungsi untuk merubah
mengkonversi energi potnsial (head) yang
dimiliki oleh air ke bentuk energi mekanik
pada poros turbin. Enegi potensial yang
tersimpan pada air yang diam pada
ketinggian tertentu, energi tersebut dapat
energi kinetik secara perlahan-lahan
dengan mengalirkan ke tempat yang lebih
rendah. Turbin air dapat diklasifikasikan
dalam beberapa cara namun yang paling
umum adalah berdasarkan perubahan

3
momentum fluida kerjanya, berdasarkan
klasifikasi ini turbin air dapat dibedakan
menjadi 2 golongan yaitu turbin impuls
dan turbin reaksi, yang temasuk turbin
impuls adalah turbin Pelton, turbin Cross
flow dan kincir air dan yang termasuk
turbin reaksi adalah turbin Francis, turbin
Kaplan dan turbin Propeler.
1.3 Head
Head adalah energi yang dimiliki
fluida mengalir tiap satuan berat aliran.
Dalam sebuah operasi turbin air nilai head
sangatlah
penting
karena
head
berpengaruh pada performa turbin air
tersebut. Pada sebuah turbin air head
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Gross head
2. Static head
3. Effective head
1.4 Kavitasi
Kavitasi adalah suatu gejala fisik
yang dialami oleh cairan, pada saat cairan
mendekati tekanan uap, misalnya pada
kondisi hampa udara. Pada saat tekanan
turun menjadi tekanan uap, air mulai
menguap pada saat yang sama, gas-gas
yang larut secara normal juga mulai bebas
sehubungan dengan tekanan rendah.Jadi,
pada air yang mengalir, gelembunggelembung kecil (minute microscopic
bubbles) terbentuk yang berisi uap dan
gas. Gelembung itu dapat disebut kavitasi
di dalam aliran. Gelembung tersebut
muncul terus menerus dalam jumlah besar.
Gelembung ini dapat dapat melekat pada
permukaan yang padat dan membentuk
suatu rongga dekat ke permukaan atau
mereka bisa terangkut bersama aliran
melalui daerah-daerah dimana tekanan
yang tinggi mulai terjadi.
Hasil dari lenyapnya gelembung
akan menghasilkan merupakan suatu
gelombang kejut yang sama dengan
pukulan gelombang air, tetapi dengam
suatu periode yang sangat pendek dan
hanya mempengaruhi sebuah ruang
pendek, sebelum ditekan oleh sejumlah
masa air yang mengelilingi. Dengan

jumlah jutaan gelembung yang lenyap,


akibat umum adalah akan membuat pulsapulsa dengan frekuensi tinggi di daerah
yang menyebabkan kelelahan dari suatu
proses dari pengikisan logam atau beton
secara berangsur-angsur pada permukaan.
Disamping terjadi pengikisan juga
menimbulkan suara dan getaran-getaran
dari mesin dan hasil akhirnya adalah
penurunan efisiensi mesin.
Kavitasi bisa dibagi menjadi empat
kelompok seperti tersebut di bawah ini:
1. Kavitasi
berpindah
(travelling
kavitation),
2. Kavitasi tetap (fixed cavitation),
3. Kavitasi pusaran (vortex cavitation),
4. Kavitasi
getaran
(vibratory
cavitation).
Kavitasi merupakan hal yang
sangat penting sebagai konsekuensi dari
efek-efeknya. Efek-efek kavitasi mungkin
dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori umum:
a. Efek-efek yang dapat menghasilkan
modifikasi
hidrodinamika
aliran
fluida, seperti timbulnya dan pecahnya
gelembung-gelembung uap air.
b. Efek-efek yang dapat menghasilkan
kerusakan pada permukaan bendabenda padat yang berada dalam aliran,
seperti terjadinya erosi terhadap
runner turbin.
c. Efek-efek lain yang mungkin atau
tidak mungkin dibarengi oleh adanya
modifikasi yang jelas dari aliran
hidrodinamik atau adanya kerusakan
pada permukaan benda padat yang
berada dalam aliran, misalnya
terjadinya getaran-getaran, timbul
suara bising dan turunnya efisiensi
trubin.
Kavitasi tidak muncul begitu saja
pada sebuah aliran fluida, tentunya ada
beberapa fakto yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
terjadinya kavitasi antara lain:
1. Tekanan udara luar dimana instalasi
dipasang.

4
2. Temperatur fluida yang digunakan.
Temperatur fluida yang digunakan
diusahakan
serendah
mungkin
sehingga tekanan penguapannya akan
naik.
3. Kecepatan aliran disisi buang
sebaiknya
diusahakan
serendah
mungkin agar perbedaan tekanan tidak
terlalu tinggi.
4. Kerugian akibat gesekan fluida
dengan dinding saluran.
Untuk menghitung tingkat kavitasi
alam turbin air digunakan angka Thoma
(), dalam head bersih (H) untuk mesin
tersebut. Dengan demikian:

Agar kavitasi tidak terjadi pmin harus


lebih besar daripada tekanan penguapan
cairan pv. Dengan demikian, dimana:

dimana :
: Thoma kritis
: Thoma aktual
patm : tekanan atmosfer (Pa)
pv
: tekanan penguapan fluida kerja
(Pa)
pmin : tekanan minimum fluida (Pa)
H
: tinggi tekan pada turbin (m)
Agar tidak terjadi kavitasi maka nilai
harus lebih kecil daripada nilai crit (
crit). Dari keadaan tersebut maka dapat
diketahui besarnya tingkat kavitasi, yaitu:
(7)
Dimana :
: thoma kritis
: thoma aktual
Dari rumus diatas jika didapatkan nilai > 1
maka dapat dipastikan dalam turbin
tersebut terjadi kavitasi dan sebaliknya ,

jika didapatkan nilai < 1 maka pada turbin


tersebut tidak terjadi kavitasi.
II. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam


penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimental nyata (true experimental
research). Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium
Mesin-mesin
Fluida,
Jurusan Teknik Mesin, Universitas
Brawijaya.
Dalam penelitian ini terdapat tiga
variabel, yaitu variabel bebas, variabel
terikat dan variabel terkontrol. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah variasi
putaran tubin sebesar 200, 400, 600, 800,
1000, 1200, 1400, 1600, 1800 dan 2000
rpm. Variabel terikat dalam pemelitian ini
yaitu tingkat kavitasi pada turbin francis,
dimana tingkat kavitasi ini dinyatakan dari
besarnya bilangan Thoma () pada turbin
tersebut. Sedangkan variabel yang
dikontrol dalam penelitian ini adalah
bukaan guide vane turbin yaitu sebesar 8;
10 dan 12 mm.
Skema penelitian ini ditunjukkan
pada gambar 1. Sebuah turbin francis yang
penyuplaian airnya diatur oleh sebuah
pompa. Selain pompa turbin juga
dilengkapi beberapa instalasi tambahan
seperti yang terlihat pada gambar 1
berikut:

5
6

Keterangan gambar:
1. Bak penampung
2. Pompa Sentrifugal
3. Katub
4. Orifice
5. Turbin Francis
6. Dinamometer
7. Pressure Gauge inlet
8. Pressure Gauge outlet
9. Manometer

Gambar 1. Instalasi penelitian


Pelaksanaan penelitian dijalankan
dengan memasang semua instalasi
peneltian seperti gambar 1. Setelah
terpasang, bukaan guide vane diatur pada
posisi yang dikehendaki dimana pada
penelitian ini besarnya bukaan guide vane
adalah sebesar 8 mm. Setelah itu diukur
ketinggian dari permukaan air di bak
penampung sampai dengan pusat pada
sudu turbin. Setelah pengukuran selesai.
pompa dinyalakan dan katub discharge
diatur secara perlahan-lahan sampai head
18 m. setelah head stabil pada 18 m, atur
putaran poros tubin menjadi 2000 rpm
dengan cara mengatur beban pengereman
dan stelah diangap stabil, ambil data

besarnya tekanan yang terjadi pada


manometer air raksa yang telah dipasang.
Langkah-langkah
tersebut
diulangi
kembali untuk putaran turbin 1800, 1600,
1400, 1200, 1000, 800, 600, 400 dan 200
rpm dan dilakukan juga pengulangan
langkah-langkah diatas pada percobaan
dengan bukaan guide vane 10 dan 12 mm.
Data yang didapat kemudian diolah untuk
mengetahui pengaruh variasi bukaan guide
vane terhadap tingkat kavitasi pada turbin
Francis poros horizontal.

6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan antara putaran poros turbin dengan tekanan didalam turbin pada variasi
bukaan guide vane yang berbeda
10
9.8

Tekanan ( mH2O )

9.6
9.4
9.2
9
8.8
8.6
8.4
8.2
0

200

400

600

800

1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400

Putaran Poros Turbin ( rpm )


GV 8

GV 10

GV 12

Gambar 2. Grafik hubungan antara putaran poros turbin dengan tekanan didalam turbin pada
variasi bukaan guide vane yang berbeda
Turbin Francis bekerja dengan
memakai proses tekanan pada waktu air
masuk ke roda jalan, sebagian dari energi
jatuh atau tinggi jatuh (head) yang telah
bekerja di dalam sudu (guide vane)diubah
menjadi kecepatan arus masuk (energi
kinetik). Sisa energi tinggi jatuh (head)
bekerja di sudu jalan dengan semaksimal
mungkin. Dalam hal ini energi kinetik air
yang bekerja di sudu jalan mendapat
energi reaksi (gaya reaksi) dari sudu jalan
tersebut. Pada sisi sebelah luar roda jalan
terdapat tekanan serendah-rendahnya atau
kurang dari 1 atm dan kecepatan aliran
yang tinggi. Di dalam pipa buang,
kecepatan
aliran
berkurang
dan
tekanannya akan bertambah sehingga air
bisa dialirkan keluar lewat saluran air
bawah.
Dari gambar 2, dapat dilihat bahwa
semakin tinggi putaran turbin maka
tekanan di dalam turbin semakin rendah
pada putaran awal sampai pada putaran

tertentu kemudian tekanan kembali


meningkat seiring dengan meningkatnya
putaran poros turbin.
Pada gambar 2 dapat dilihat juga
bahwa bukaan guide vane berpengaruh
pada tekanan didalam turbin. Terlihat
bahwa semakin besar bukaan guide vane
turbin maka tekanan didalam turbin
semakin rendah. Hal ini disebabkan
semakin besar bukaan guide vane pada
turbin dengan head yang tetap, debit air
akan semakin besar sehingga kecepatan
fluida juga bertambah besar dan
mengakibatkan tekanan pada sisi keluar
turbin semakin kecil.
Pada bukaan guide vane 8
milimeter, tekanan terendah dicapai ketika
putaran turbin mencapai 1400 rpm yaitu
sebesar 9.402 mH2O dan tekanan tertinggi
dicapai pada putaran turbin 200 rpm
sebesar 9.755 mH2O.
Pada bukaan guide vane 10
milimeter, tekanan terendah dicapai ketika

7
putaran turbin mencapai 1400 rpm yaitu
sebesar 9.103 mH2O dan tekanan tertinggi
dicapai pada putaran turbin 200 rpm
sebesar 9.714 mH2O.
Pada bukaan guide vane 12
milimeter, tekanan terendah dicapai ketika

putaran turbin mencapai 1800 rpm yaitu


sebesar 8.328 mH2O dan tekanan tertinggi
dicapai pada putaran turbin 200 rpm
sebesar 9.660 mH2O.

Hubungan antara putaran poros turbin dengan angka thoma pada variasi bukaan
guide vane yang berbeda
0.09
0.08

Thoma Aktual

0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0

200

400

600

800

1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400

Putaran Poros Turbin ( rpm )


GV 8

GV 10

GV 12

Gambar 3. Grafik hubungan antara putaran poros turbin dengan angka thoma pada variasi
bukaan guide vane yang berbeda
Angka Thoma adalah Angka untuk
menentukan apakah kavitasi terjadi dalam
suatu instalasi turbin. Apabila harga
Thoma lebih besar dari harga Thoma kritis
maka kavitasi tidak akan muncul.
Dari gambar 3, dapat dilihat bahwa
semakin tinggi putaran turbin maka Angka
thoma di dalam turbin semakin tinggi pada
putaran awal sampai pada putaran tertentu
kemudian tekanan kembali meningkat
seiring dengan meningkatnya putaran
poros turbin. Hal ini disebabkan oleh
penurunan tekanan pada turbin karena
semakin kecil tekanan pada turbin
mengakibatkan angka thoma menjadi
semakin tinggi.
Hal ini sesusai dengan persamaan:

Pada gambar 3 dapat dilihat juga


bahwa bukaan guide vane berpengaruh
pada angka thoma. Terlihat bahwa
semakin besar bukaan guide vane turbin
maka angka thoma didalam turbin semakin
tinggi. Hal ini disebabkan semakin besar
bukaan guide vane pada turbin dengan
head yang tetap, debit air akan semakin
besar sehingga kecepatan fluida juga
bertambah besar dan mengakibatkan
tekanan pada sisi keluar turbin semakin
kecil. Semakin kecil tekanan pada sisi
keluar turbin maka semakin tinggi angka
thoma yang dihasilkan.
Pada bukaan guide vane 8
milimeter, angka thoma tertinggi dicapai

8
ketika putaran turbin mencapai 1400 rpm
yaitu sebesar 0.0211 dan angka thoma
terendah dicapai pada putaran turbin 2000
rpm sebesar 0.00151.
Pada bukaan guide vane 10
milimeter, angka thoma tertinggi dicapai
ketika putaran turbin mencapai 1400 rpm
yaitu sebesar 0.0377 dan angka thoma

terendah dicapai pada putaran turbin 200


rpm sebesar 0.00377.
Pada bukaan guide vane 12 milimeter,
angka thoma tertinggi dicapai ketika
putaran turbin mencapai 1800 rpm yaitu
sebesar 0.0807 dan angka thoma terendah
dicapai pada putaran turbin 200 rpm
sebesar 0.0067.

Hubungan antara putaran poros turbin dengan tingkat kavitasi pada variasi bukaan
guide vane yang berbeda
0.18
0.16

Tingkat Kavitasi

0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0

200

400

600

800

1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400

Putaran Poros Turbin ( rpm )


GV 8

GV 10

GV 12

Gambar 4. Grafik hubungan antara putaran poros turbin dengan tingkat kavitasi pada variasi
bukaan guide vane yang berbeda
Kavitasi adalah suatu gejala fisik
yang dialami oleh cairan, pada saat cairan
mendekati tekanan uap,misalnya pada
kondisi hampa udara. Pada saat tekanan
turun menjadi tekanan uap, air mulai
menguap pada saat yang sama, gas-gas
yang larut secara normal juga mulai bebas
sehubungan dengan tekanan rendah.Jadi,
pada air yang mengalir, gelembunggelembung kecil (minute microscopic
bubbles) terbentuk yang berisi uap dan
gas.
Dari Gambar 4, dapat dilihat
bahwa semakin tinggi putaran maka
tingkat kavitasi yang terjadi semakin

tinggi pada putaran awal sampai pada


putaran tertentu kemudian mengalami
penurunan seiring dengan meningkatnya
putaran poros turbin.
Pada gambar 4, pada awalnya
grafik cenderung naik sampai titik
maksimum yaitu pada putaran 1600rpm,
kemudian tingkat kaviatsi mulai turun
ketika putaran turbin diatas 1600 rpm, hal
ini disebabkan pada putaran yang tinggi
losses yang terjadi pada aliran fluida
semakin besar sehingga debit fluida
menjadi turun, jika debit turun maka
kecepatan fluida juga turun sehingga
tekanan disisi di sisi keluar turbin

9
meningkat dan akibatnya bilangan thoma
aktual menurun hal ini berakibat tingkat
kavitasi akan menjadi semakin kecil.
Pada grafik hubungan antara putaran
terhadap tingkat kavitasi tersebut juga
dapat dilihat bahwa bukaan guide vane
sangat berpengaruh pada tingkat kavitasi
yang terjadi, dengan head yang
tetap,semakin tinggi bukaan guide vane
turbin maka tingkat kavitasi yang terjadi
semakin besar. Hal ini disebabkan semakin
besar bukaan guide vane turbin dengan
head yang tetap mengakibatkan angka
Thoma () aktual yang dihasilkan akan
semakin besar.
Pada bukaan guide vane 8 milimeter,
tingkat kavitasi tertinggi dicapai ketika
putaran turbin mencapai 1400 rpm yaitu
dicapai ketika angka Thoma () sebesar
0.0211 dan tingkat kavitasi terendah
dicapai pada putaran turbin 2000 rpm yang
dicapai ketika angka Thoma () sebesar
0.00151. Pada guide vane 8 milimeter ini
angka Thoma () kritis pada turbin adalah
0.470.
Untuk guide vane 10 milimeter,
tingkat kavitasi tertinggi dicapai ketika
putaran turbin mencapai 1400 rpm yaitu
dicapai ketika angka Thoma () sebesar
0.0377 dan tingkat kavitasi terendah
dicapai pada putaran turbin 200 rpm yang
dicapai ketika angka Thoma () sebesar
0.0037.
Untuk guide vane 12 milimeter,
tingkat kavitasi tertinggi dicapai ketika
putaran turbin mencapai 1800 rpm yaitu
dicapai ketika angka Thoma () sebesar
0.087 dan tingkat kavitasi terendah dicapai
pada putaran turbin 200 rpm yang dicapai
ketika angka Thoma () sebesar 0.0067.
Dari data-data tersebut diatas dapat
diketahui bahwa besar bukaan guide vane
berpengaruh terhadap tingkat kavitasi pada
turbin francis poros horizontal. Dengan
semakin besarnya bukaan guide vane pada
turbin francis maka diperlukan lebih
banyak debit air yang mengalir untuk
mendapatkan head yang ditentukan.
Sehingga tingkat kavitasi pada bukaan

guide vane 12 mm lebih besar daripada


bukaan guide vane 8 dan 10 mm.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Semakin besar nilai bukaan guide
vane pada head yang tertentu dalam
sebuah turbin Francis maka tingkat
kavitasi yang terjadi akan cenderung
semakin besar. Hal ini terlihat bahwa
tingkat kavitasi tertinggi yaitu sebesar
0.164 dicapai pada saat bukaan guide vane
turbin sebesar 12 milimeter dan putaran
poros turbin sebesar 1800 rpm.

Saran
Untuk penelitian lebih lanjut
tentang tingkat kavitasi pada turbin air,
maka peneliti menyarankan beberapa hal
sebagai berikut:
Untuk
penelitian
selanjutnya
sebaiknya menggunakan variasi
nilai z (jarak antara permukaan air
buang dengan titik yang diukur)
yang berbeda, agar diketahui
besarnya z yang optimum pada
sebuah turbin air sehingga tidak
terjadi kavitasi
Perlunya dilakukan penelitian
tentang tingkat kavitasi pada turbin
air dengan keadaan putaran tetap,
karena kebanyakan dilapangan,
khusunya di PLTA putaran turbin
air yang dugunakan adalah tetap.
Perlu dilakukan peneltian tentang
tingkat kavitasi pada jenis turbin
air yag berbeda, misalnya pada
turbin Kaplan, turbin Cross Flow
dan sebagainya. Terlebih lagi jika
turbin yang digunakan adalah
turbin yang digunakan sebagai
pembangkit listrik yang ada di
PLTA.

10
DAFTAR PUSTAKA
Avellan, Franois., Dan Ciocan, Gabriel
and Sanda Iliescu, Monica; 2008:
Analysis
of
the
Cavitating
DraftTube Vortex in a Francis
Turbine Using Particle Image
Velocimetry Measurements in TwoPhase Flow; Journal Of Fluids
Engineering, Switzerland.
Dietzel, Fritz; 1992: Turbin Pompa dan
Kompresor; Erlanga, Jakarta.

Grekula, Mikael and Bark, Goran; 2001:


Experimental Study Of Cavitation
in Kaplan Model Turbin; Chalmers
University of Technology, Sweden.
Streeter, Victor. L and Wylie, E.
Benjamin; 1996: Mekanika Fluida;
Mc Graw Hill Book Company,
New York.
Sutikno, Djoko; 1997: Kavitasi Pada
Instalasi Mesin Fluida; Teknik
Mesin Universitas Brawijaya,
Malang.

Das könnte Ihnen auch gefallen