Sie sind auf Seite 1von 27

HIDROSEFALUS

A. PENGERTIAN
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis.
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CCS yang berlebihan pada satu /
lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid.
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel.
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang progresif pada system ventrikuler cerebral
dan kompresi gabungan dari jaringan-jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arackhnoid.
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat
pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor (Depkes RI, 1989)
Hidrocefalus adalah kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala. Biasanya di dalam
sistem ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga menimbulkan peningkatan
volume intravertikel (Setyanegara, 1998)

Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan


cerebrospinalis di dalam kepala (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang
meninggi sehingga terdapat ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah, 1997)
Hidrocefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran sistem ventrikular akibat
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan cerebrospinal (CSF: Cerebrospinal
Fluid).(Ricard & Victor, 1992)
Jadi Hidrocefalus merupakan suatu keadaan patologik otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinalis sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya
cairan cerebrospinal.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Cairan Serebro Spinal (CSS) ditemukan di ventrikel otak dan sisterna dan
ruang subarachnoid yang mengelilingi otak dan medula spinalis. Seluruh ruangan
berhubungan satu sama lain, dan tekanan cairan diatur pada suatu tingkat yang
konstan.
Fungsi Bantalan Cairan Serebrospinal
Fungsi utamanya adalah untuk melindungi sistem saraf pusat (SSP) terhadap
trauma. Otak dan cairan serebrospinal memiliki gaya berat spesifik yang kurang
lebih sama (hanya berbeda sekitar 4%), sehingga otak terapung dalam cairan ini.
Oleh karena itu, benturan pada kepala akan menggerakkan seluruh otak dan
tengkorak secara serentak, menyebabkan tidak satu bagian pun dari otak yang
berubah bentuk akibat adanya benturan tadi.
Pembentukan, Aliran dan Absorpsi Cairan Serebrospinal
Sebagian besar CSS (dua pertiga atau lebih) diproduksi di pleksus choroideus
ventrikel serebri (utamanya ventrikel lateralis). Sejumlah kecil dibentuk oleh sel
ependim yang membatasi ventrikel dan membran arakhnoid dan sejumlah kecil
terbentuk dari cairan yang bocor ke ruangan perivaskuler disekitar pembuluh darah
otak (kebocoran sawar darah otak).
2

Pada orang dewasa, produksi total CSS yang normal adalah sekitar 21
mL/jam (500 mL/ hari), volume CSS total hanya sekitar 150 mL. CSS mengalir dari
ventrikel lateralis melalui foramen intraventrikular (foramen Monroe) ke venrikel
ketiga, lalu melewati cerebral aquaductus (aquaductus sylvii) ke venrikel keempat,
dan melalui apertura medialis (foramen Magendi) dan apertura lateral (foramen
Luschka) menuju ke sisterna cerebelomedular (sisterna magna). Dari sisterna
cerebelomedular, CSS memasuki ruang subarakhnoid, bersirkulasi disekitar otak dan
medula spinalis sebelum diabsorpsi pada granulasi arachnoid yang terdapat pada
hemisfer serebral.
Sekresi Pleksus Koroideus
Pleksus koroideus adalah pertumbuhan pembuluh darah seperti kembang kol
yang dilapisi oleh selapis tipis sel. Pleksus ini menjorok ke dalam kornu temporal
dari setiap ventrikel lateral, bagian posteror ventrikel ketiga dan atap ventrikel
keempat.
Sekresi cairan oleh pleksus koroideus terutama bergantung pada transpor aktif
dari ion natrium melewati sel epitel yang membatasi bagian luar pleksus. Ion- ion
natrium pada waktu kembali akan menarik sejumlah besar ion-ion klorida, karena
ion natrium yang bermuatan positif akan menarik ion klorida yang bermuatan
negatif. Keduanya bersama sama meningkatkan kuantitas osmotis substansi
aktif dalam cairan serebrospinal, yang kemudian segera menyebabkan osmosis air
melalui membran, jadi menyertai sekresi cairan tersebut. Transpor yang kurang
begitu penting memindahkan sejumlah kecil glukosa ke dalam cairan serebrospinal
dan ion kalium dan bikarbonat keluar dari cairan serebrospinal ke dalam kapiler.
Oleh karena itu, sifat khas dari cairan serebrospinal adalah sebagai berikut: tekanan
osmotik kira-kira sama dengan plasma; konsentrasi ion natrium kira-kira sama
dengan plasma; klorida kurang lebih 15% lebih besar dari plasma; kalium kira-kira
40% lebih kecil; dan glukosa kira-kira 30% lebih sedikit. Inhibitor carbonic
anhidrase (acetazolamide), kortikosteroid, spironolactone, furosemide, isoflurane
dan agen vasokonstriksi untuk mengurangi produksi CSS.

Absorpsi Cairan Serebrospinal Melalui Vili Arakhnoidalis


Absorpsi CSS melibatkan translokasi cairan dari granulasi arachnoid ke
dalam sinus venosus otak. Vili arakhnoidalis, secara mikroskopis adalah penonjolan
seperti jari dari membran arakhnoid ke dalam dinding sinus venosus. Kumpulan
besar vili-vili ini biasanya ditemukan bersama-sama, dan membentuk suatu struktur
makroskopis yang disebut granulasi arakhnoid yang terlihat menonjol ke dalam
sinus. Dengan menggunakan mikroskop elektron, terlihat bahwa vili ditutupi oleh sel
endotel yang memiliki lubang-lubang vesikular besar yang langsung menembus
badan sel. Telah dikemukakan bahwa lubang ini cukup besar untuk menyebabkan
aliran yang relatif bebas dari cairan serebrospinal, molekul protein, dan bahkan
partikelpartikel sebesar eritrosit dan leukosit ke dalam darah vena. Sebagian kecil
diabsorpsi di nerve root sleeves dan limfatik meningen. Walaupun mekanismenya
belum jelas diketahui, absorpsi CSS ini tampaknya berbanding lurus terhadap
tekanan intra kranial (TIK) dan berbanding terbalik dengan tekanan vena serebral
(Cerebral Venous Pressure = CVP). Karena otak dan medula spinalis sedikit disuplai
oleh sistem limfatik, absorpsi melalui CSS merupakan mekanisme utama untuk
mengembalikan protein perivaskuler dan interstitiil ke dalam aliran darah.
Ruang Perivaskuler dan Cairan Serebrospinal
Pembuluh darah yang mensuplai otak pertama-tama berjalan melalui
sepanjang permukaan otak dan kemudian menembus ke dalam, membewa selapis
pia mater, yaitu membran yang menutupi otak. Pia mater hanya melekat longgar
pada pembuluh darah, sehingga terdapat sebuah ruangan, yaitu ruang perivaskuler,
yang ada di antara pia mater dan setiap pembuluh darah. Oleh karena itu, ruang
perivaskuler mengikuti arteri dan vena ke dalam otak sampai arteriol dan venula,
tapi tidak sampa ke kapiler.
Fungsi Limfatik Ruang Perivaskuler
Sama halnya dengan di tempat lain dalam tubuh, sejumlah kecil protein
keluar dari parenkim kapiler ke dalam ruang interstitiil otak, karena tidak ada
pembuluh limfe dalam jaringan otak, protein ini meninggalkan jaringan terutama
4

dengan mengalir bersama cairan yang melalui ruang perivaskuler ke dalam ruang
subarakhnoid. Untuk mencapai ruang subarakhnoid, protein akan mengalir bersama
cairan serebrospinal untuk diabsorpsi melalui vili arakhnoidalis ke dlam vena-vena
serebral. Ruang perivaskuler, sebenarnya, merupakan sistem limfatik yang khusus
untuk otak.
Selain menyalurkan cairan dan protein, ruang perivaskuler juga menyalurkan
partikel asing dari otak ke dalam ruang subarakhnoid. Misalnya, ketika terjadi
infeksi di otak, sel darah putih dan jaringan mati infeksius lainnya dibawa keluar
melalui ruang perivaskuler.
T ekanan Cairan Serebrospinal
Tekanan normal dari sistem cairan serebrospinal ketika seseorang berbaring
pada posisi horizontal, rata-rata 130 mm air (10 mmHg), meskipun dapat juga
serendah 65 mm air atau setinggai 195 mm air pada orang normal.
Pengaturan Tekanan Cairan Serebsrospinal oleh Vili Arakhnoidalis
Normalnya, tekanan cairan serebrospinal hampir seluruhnya diatur oleh
absorpsi cairan melalui vili arakhnoidalis. Alasannya adalah bahwa kecepatan
normal pembentukan cairan serebrospinal bersifat konstan, sehingga dalam
pengaturan tekanan jarang terjadi faktor perubahan dalam pembentukan cairan.
Sebaliknya, vili berfungsi seperti katup yang memungkinkan cairan dan isinya
mengalir ke dalam darah dalam sinus venosus dan tidak memungkinkan aliran
sebaliknya. Secara normal, kerja katup vili tersebut memungkinkan cairan
serebrospinal mulai mengalir ke dalam darah ketika tekanan sekitar 1,5 mmHg lebih
besar dari tekanan darah dalam sinus venosus. Kemudian, jika tekanan cairan
serebrospinal masih meningkat terus, katup akan terbuka lebar, sehingga dalam
keadaan normal, tekanan tersebut tidak pernah meningkat lebih dari beberapa
mmHg dibanding dengan tekanan dalam sinus. Sebaliknya, dalam keadaan sakit
vili tersebut kadang-kadang menjadi tersumbat oleh partikel-partikel besar, oleh
fibrosis, atau bahkan oleh molekul protein plasma yang berlebihan yang bocor ke

dalam cairan serebrospinal pada penyakit otak. Penghambatan seperti ini dapat
menyebabkan tekanan cairan serebrospinal menjadi sangat tinggi.
Pengukuran Tekanan Cairan Serebrospinal
Prosedur

yang

biasa

digunakan

untuk

mengukur

tekanan

cairan

serebrospinal adalah sebagai berikut : Pertama, orang tersebut berbaring horizontal


pada sisi tubuhnya, sehingga tekanan cairan spinal sama dengan tekanan dalam
ruang tengkorak. Sebuah jarum spinal kemudian dimasukkan ke dalam kanalis
spinalis lumbalis di bawah ujung terendah medula spinalis dan dihubungkan
dengan sebiuah pipa kaca. Cairan spinal tersebut dibiarkan naik pada pipa kaca
sampai setinggi-tingginya. Jika nilainya naik sampai setinggi 136 mm di atas tingkat
jarum tersebut, tekanannya dikatakan 136 mm air atau, dibagi dengan 13,6 yang
merupakan berat jenis air raksa, kira-kira 10 mmHg.
Fungsi Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal mengelilingi ruang subaraknoid di sekitar otak dan medulla
spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak.

Komposisi
Cairan

serebrospinal

menyerupai

plasma

darah

dan

cairan

intersisial

(air,elektrolit,oksigan,karbondioksida, glukose, beberapa lekosit ( terutama limfosit ) dan


sedikit protein.

Produksi
Cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus koroid yaitu jaring-jaring kapiler berbentuk

bunga kol yang menonjol dari pia mater ke dalam dua ventrikel otak
Sirkulasi
Cairan bergerak dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikuler ( foramen munro )
menuju ventrikel ketiga otak,kemudian mengalir melalui akuaduktus serebral ( Sylvius )
menuju ventrikel keempat cairan mengalir melalui tiga lubang langit-langit ventrikel
keempat kemudan bersirkulasi melalui ruang subaraknoid. Setelah mencapai ruang
subaraknoid,maka cairan serebrospinal akan bersirkulasi sekitar otak dan medulla
spinalis,lalu keluar menuju sistem vaskular. Sebagian besar cairan serebrospinal
6

direabsorpsi ke dalam darah melalui struktur khusus yang dinamakan villi araknoidalis
kedalam sinus vena pada dura mater dan kembali ke aliran darah tempat asal produksi

cairan tersebut.
Fungsi
Cairan serebrospinal berfungsi sebagai bantalan untuk jaringan lunak otak dan medulla
spinalis,juga sebagai media pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah dan otak
serta medulla spinalis. Secara klinis cairan serebrospinal dapat diambil untuk
pemeriksaan melalui prosudur pungsi lumbal , yaitu jarum berongga diinsersi ke dalam
ruang subaraknoid di antara lengkung saraf vertebra lumbal ke tiga dan ke empat.

C. PENYEBAB
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat
antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subarackhnoid.

akibat

penyumbatan,

terjadi

dilatasi

ruangan

CSS

diatasnya.

Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah :
1) Kelaina bawaan ( kongenital )
Stenosis aquaductus sylvii merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak
(60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal
ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak
lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
Spina bifida dan kranium bifida Biasanya berhubungan dengan sindrom ArnoldChiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum,
letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian/total.
Syndrom Dandy-Walker Merupakan atresia congenital foramen luscha dan
mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel
terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah

2) Infeksi
7

Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat


penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain.
penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
3) Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus
sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan
bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat
organisasi dari darah itu sendiri.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya,
berdasarkan :

Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes ( overt hydrosefalus ) dan hidrosefalus

tersembunyi ( occult hydrosefalus ).


Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi vertikal, hidrosealus eksternal
menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid diatas permukaan korteks.
hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor.
Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik.
hidrosefalus arrasted menunjukkan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan
dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. hidrosefalus ex: vacuo adalah
sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atropi otak primer, yang biasanya
terdapat pada orang tua.
TIPE
Menurut Ngatiyah (1997) Hidrocefalus pada bayi dapat dibagi menjadi dua yaitu
8

1. Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan


2. Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang menyerang otak dan
pengobatannya tidak tuntas.
Menurut Ngastiyah (1997) Hidrocefalus dapat dibagi dua yaitu:
1. Hidrocefalus obstruksi ---> Tekanan CSS yang tinggi disebabkan oleh obstruksi pada
salah satu tempat antara pembentukan oleh plexus koroidalis dan keluranya dari
ventrikel IV melalui foramen lusckha dan magendie.
2. Hidrocefalus komunikans--->Bila tekanan CSS yang meninggi tanpa penyumbatan
sistem ventrikel.
E. PATOFISIOLOGI
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus koroidalis kembali ke
dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piameter dan arakhnoid yang meliputi
seluruh Susunan Saraf Pusat ( SSP ). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam satu
sistem, yakni sistem internal dan eksternal.
Orang dewasa : jumlah normal CSS = 90 150 ml
Anak umur 8-10 th : 100-140 ml
Bayi : 40-60 ml
Neonatus : 20-30 ml
Prematur kecil : 10-20 ml
Hidrosefalus secara teori terjadi sebagai akibat dari 3 mekanisme, yaitu :
1) Produksi likuor yang berlebihan
2) Peningkatan resistensi aliran likuor
3) Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi 3 mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial
sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. mekanisme
terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama
perkembangan hidrosefalus. dilatasi ini sebagai berikut :
1) kompresi sistem serebrovaskuler
9

2) redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler


3) Perubahan mekanis dari otak
4) Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis
5) Hilangnya jaringan otak
6) Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. gangguan
aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan
resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara
proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai 2 konsekuensi, yaitu peningkatan
tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah
dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk
mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatiuf tinggi.
Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplikasi tengkorak.
F. TANDA DAN GEJALA
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS. gejala yang menonjol
merupakan refleks adanya hipertensi intrakranial. manifestasi klinis dari hidrosefalus
pada anak dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Awitan hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Meliputi pembesaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm dan
pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahuin pertama kehidupan.
kranium terdistensi dalan semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. tampak
dorsum nasi lebih dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas.
tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis, vena-vena disis samping kepala tampak
melebar dan berkelok.
b. Awitan hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi
hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan
ganda ( diplopia ) dan jarang diikuti penurunan visus. secara umum gejala yang paling
10

umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus dibawah usia 2 tahun adalah pembsaran
normal. makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya, yaitu :
a) Fontanela yang sangat tegang
b) Sutura kranium tampak atau teraba melebar
c) Kulit kepala livin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol
d) Fenomena matahari tenggelam ( sunset phenomenom )
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besr dibandingkan
denghan bayi. Gejalanya mencakup :
Nyeri kepala
Muntah
Gangguan kesadaran
Pada kasus lanjut : gejala batang otak akibat hernia tonsiler (bradikardini aritmia
respirasi)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik:
Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk
melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
Transiluminasi
Pemeriksaan darah:
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
Pemeriksaan cairan serebrospinal:
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis
untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa
Pemeriksaan radiologi:
X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus
mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya
H. KOMPLIKASI

11

1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
I. PENATALAKSANAAN
Farmakologis:
Mengurangi volume cairan serebrospinalis:
Acetazolamide 25 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat dinaikkan
25 mg/KgBB/hari (Maksimal 100 mg/KgBB/hari)
Furosemide 1 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3-4 dosis
Catatan: Lakukan pemeriksaan serum elektrolit secara berkala untuk mencegah
terjadinya efek samping.
Bila ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika sesuai kuman penyebab.
Pembedahan:
Bagan Penatalaksanaan Hidrosefalus Darto Saharso 2006

12

J. PENCEGAHAN

Sebelum menikah, pasangan calon pengantin harus memeriksakan kondisi


kesehatannya untuk mencegah kelainan bawaan pada bayi saat hamil nanti.

Sesudah menikah, khususnya selama masa kehamilan, harus dilakukan


pemeriksaan kehamilan secara teratur ke dokter agar dapat diketahui bagaimana
kesehatan janin yang dikandung dan kemungkinan terjadinya hidrosefalus.
13

Pada masa bayi dan balita, hidrosefalus sering terjadi akibat infeksi otak yang
mengganggu peredaran cairan otak karena TBC otak atau infeksi bakteri, virus,
tumor dan jamur.

Lindungi selalu kepala anak dari cedera yang mungkin saja bisa berakibat yang
membahayakan kesehatan anak.

Anda sebagai orang tua juga perlu untuk selalu memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak secara teratur melalui Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Kartu Ibu
dan Anak (KIA). Lakukan pemeriksaan rutin dengan mengukur lingkar kepala setiap
bulannya. Hal ini merupakan cara deteksi awal yang paling mudah dilakukan untuk
mengetahui terjadinya hidrosefalus. Apabila ukuran lingkar kepala tidak berkembang
sebagaimana mestinya, jangan ragu untuk memeriksanya ke dokter anak untuk segera
ditindaklanjuti.
K. PROGNOSIS
Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan
neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70 % akan meninggal
karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang atau oleh karena aspirasi
pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti ( arreated hidrosefalus ) sekitar 40 % anak
akan mencapai keceradasan yang normal. Pada kelompok ytang dioperasi, angka
kematian adalah 7 %. Setelah operasi sekitar 51 % kasus mencapai fungsi normal dan
sekitar 16 % mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak
hiodrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok multidispliner.
L. EPIDEMIOLOGI
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus
kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh
stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis
kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada
remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil;

14

46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid
dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2005:211).
M. LEGAL-ETIK
Dalam kasus ini, peran perawat sebagai advokat harus bertanggung jawab membantu
klien dan keluarganya dalam hal laporan concern atas tindakan keperawatan yang
dilakukan selain itu harus mempertahankan dan melindungi hak-hak klien serba
memastikan kebutuhan klien terpenuhi.
a. Otonomi
Prinsip bahwa individu mempunyai hak menentukan diri sendiri memperoleh
kebebesan dan kemandirian. Contoh : menghargai keputusan klien mengenai
perawatan penyakitnya.
b. Nonmaleficience
Prinsip ini menghinddari tindakan yang membahayakan. Bahaya dapat berarti
dengan sengaja, resiko, atau tidak di sengaja membahayakan. Contoh : hati-hati
dalam pemberian pengobatan harus sesuai dengan indikasi yang diberikan dokter
terhadap penyakit pasien.
c. Beheficience
Prinsip bahwa seorang perawat harus melakukan kebaikan. Perawat
melakukan kebaikan dengan menginflementasi tindakan yang mengntungkan.
Contoh: memberikan kebutuhan pertama dari pasien.
d. Fidelity
Prinsip bahwa individu wajib setia terhadap komitmen atau kesepakatan dan
tanggun jawab yang dimiliki. Kesetiaan yang meliputi aspek kerahasiaan/ privasi
adan komitmen adanya kesesuanan antara informasi fakta. Contoh : perawat harus
menjaga kerahasiaan atas penyakit decompensasi cordis yang diderita pasien terhadap
orang lain.
e. Veracity
Mengacu pada mengatakan kebenaran. Book (1992) mengatakan bahwa
bohong pada orang sakit atau menjelang ajal jarang dibenarkan. Kehilangan
kepercayaan kepada perawat dan kecemasan tidak mengetahui kebenaran biasanya
lebih merugikan. Contoh : agar pasien tidak kehilangan kepercayaan maka dalam
menjelaskan penyakitnya jangan sampai membuat pasien menjadi droop.
f. Justice
Prinsip bahwa individu memiliki hak diperlukan setara. Contoh : merawat
pasien tidak boleh melihat tingkatan social pasien.
15

N. Advokasi :
a. Memberikan penjelasan yang sesuai dengan penyakitnya, apabila pasien kurang
mengerti pejelasan yang diberikan oleh dokter.
b. Memberikan dukungan moral, agar klien lebih memiliki semangat untuk sembuh.
c. Membeikanr penjelasan mengenai perawatan dan pengobatan yang harus pasien
dapatkan agar cepat sembuh.
O. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian.

Anamnesa.

Insiden hidrosefalus: 5,8 per 10.000 kelahiran hidup


o

Hidrosefalus dengan spinabifida terdapat kira-kira 3-4 per 1000 kelahiran


hidup

Riwayat kesehatan masa lalu:


o

Type hidrosefalus obstruksi terdapat 99 % kasus pada anak-anak.

Terutama adanya riwayat luka/trauma kepala atau infeksi serebral

Riwayat kehamilan dan persalinan :


o

Kelahiran yang prematur

Neonatal meningitis

Perdarahan subaracnoid

Infeksi intra uterin

Perdarahan perinatal, trauma/cidera persalinan.

Biasanya

Pemeriksaan Fisik
adanya

myelomeningocele,

pengukuran

lingkar

kepala

(Occipitifrontal)
16

Pada hidrosefalus didapatkan :

Tanda-tanda awal:

Mata juling

Sakit kepala

Lekas marah

Lesu

Menangis jika digendong dan diam bila berbaring

Mual dan muntah yang proyektil

Melihat kembar

Ataksia

Perkembangan yang berlangsung lambat

Pupil edema

Respon pupil terhadap cahaya lambat dan tidak sama

Biasanya diikuti: perubahan tingkat kesadaran, opistotonus dan


spastik pada ekstremitas bawah

Kesulitan dalam pemberian makanan dan menelan

Gangguan cardio pulmoner

Tanda-tanda selanjutnya:

Nyeri kepala diikuti dengan muntah-muntah

Pupil edema

Strabismus
17

Peningkatan tekanan darah

Denyut nadi lambat

Gangguan respirasi

Kejang

Letargi

Muntah

Tanda-tanda ekstrapiramidal/ataksia

Lekas marah

Lesu

Apatis

Kebingungan

Sering kali inkoheren

Kebutaaan

Diagnosa keperawatan, Intervensi dan Rasional.


No
1

Diagnosa

Tujuan & Kriteria

Intervensi

Rasional

Keperawatan
Risiko

Hasil
Tidak terjadi

perubahan

gangguan

setiap 2 jam dan

memantau

integritas kulit

integritas kulit.

monitor terhadap

keadaan

area yang

integumen kulit

tertekan

secara dini.

b/d ketidakmampuan bayi


da-lam
mengerakan
kepala akibat

Kriteria:
Kulit utuh, ber-sih
dan kering.

Kaji kulit kepala

Ubah posisi tiap


2 jam dapat

Untuk

Untuk
meningkatkan
18

pe-ningkatan

dipertimbangkan

ukuran dan

untuk mengubah

berat kepala

poisisi kepala
setiap jam.

sirkulasi kulit.

menyerap

Hindari tidak

keringat sehing-

adanya linen

ga kulit tetap

pada tempat
tidur

Linen dapat

kering

Untuk

Baringkan

mengurangi

kepala pada

tekanan yang

bantal karet busa

menyebabkan

atau

stres mekanik.

menggunakan
tempat tidur air

Jaringan mudah
nekrosis bila

jika mungkin.

kalori dan

Berikan nutrisi

protein kurang.

sesuai
kebutuhan.

Perubahan

Keluarga mene-

Jelaskan secara

Pengetahuan

fungsi keluarga rima keadaan

rinci tentang

dapat

b/d situasi

anaknya, mampu

kon-disi klien,

mempersiapkan

krisis (anak

menjelaskan

prosedur terapi

keluarga dalam

dalam catat

keadaan penderita.

dan

merawat

prognosanya.

penderita.

fisik)
Kriteria:

Ulangi

Keluarga dapat

Keluarga

penjelasan

menerima

ber-

tersebut bila

seluruh

partisipasi

perlu dengan

informasi agar
19

dalam

contoh bila

tidak

merawat

keluarga belum

menimbulkan

anaknya

mengerti

salah persepsi

Secara

Untuk

verbal

kesalahan

menghindari

keluarga

asumsi dan

salah persepsi

da-pat

misinterpretasi

mengerti
tentang

penyakit
3

Klarifikasi

Keluarga dapat

Berikan kesem-

mengemukakan

patan keluarga

pe-rasaannya

untuk bertanya

Resiko tinggi

anaknya.
Tidak terjadi pe-

terjadi cidera

ningkatan TIK

tanda-tanda pe-

mengetahui

b/d

Kriteria:

ningkatan TIK

secara dini pe-

peningkatan
tekanan intra
kranial

Tanda vital da-lam


batas nor-mal, pola
nafas

efektif,

reflek

cahaya

Observasi ketat

ningkatan TIK

Untuk

Tentukan skala

Penurunan
kesadar-an

coma

menandakakan

positif, tidak tejadi

adanya

gangguan

kesa-

peningkatan

daran,

tidak

TIK

muntah dan ti-dak


kejang.

Hindari

Mencegah

pemasangan

terjadi infeksi

infus di kepala

sistemik

Hindari sedasi

Tingkat
kesadaran
merupakan
indika-tor
peningkatan
20

Jangan sekalikali memijat atau


memompa shunt

TIK

Dapat
mengakibat-kan

untuk memeriksa

sumbatan

fungsinya

sehing-ga terjadi
pening-katan
CSS atau
obtruksi pada

ujung kateter di

Ajari keluarga

peritonial.

mengenai tandatanda
peningkatan TIK

Keluarga dapat
ber-patisipasi
dalam perawatan klien
anak
hidrosefalus.

21

P. PENKES
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Tema

: Penyakit Hidrosefalus

Sub Tema

: Pengetahuan tentang penyakit Hidrosefalus

Sasaran

: Keluarga Tn. D

Tempat

: Di rumah sakit

Hari/Tanggal

: Jumat, 27 April 2012

Waktu

: 30 Menit

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan Keluarga Tn. D dapat
mengetahui tentang penyakit Hidrosefalus.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan Keluarga Klien Dapat:
Menjelaskan pengertian tentang penyakit Hidrosefalus.
Menyebutkan penyebab yang dapat menimbulkan penyakit Hidrosefalus.
Menyebutkan tanda/gejala tentang penyakit Hidrosefalus.
Menjelaskan penatalaksanaan penyakit Hidrosefalus.
C. Materi
1. pengertian tentang penyakit Hidrosefalus.
2. Penyebab penyakit Hidrosefalus
3. Tanda dan gejala penyakit Hidrosefalus.
4. Penatalaksanaan penyakit Hidrosefalus.
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
22

E. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan
1. Pembukaan

Penyuluh
Salam pembuka
Menyampaikan tujuan

Peserta
Menjawab salam
Menyimak,

Waktu

Mendengarkan,

penyuluhan

5 Menit

Menjawab pertanyaan
2.

Kerja/ isi

Penjelasan pengertian,

penyebab, gejala &

Mendengarkan dengan
penuh perhatian

penatalaksanaan tentang
penyakit Hidrosefalus

Menanyakan hal-hal yang

belum jelas
Memperhatikan jawaban

Evaluasi

dari penceramah
Menjawab pertanyaan

Mendengarkan
Menjawab salam

Memberi kesempatan
peserta untuk bertanya
Menjawab pertanyaan

3.

Penutup

Menyimpulkan
Salam penutup

20 menit

5 menit

F. Media
Leaflet : Tentang penyakit Hidrosefalus
Power point
G. Sumber/Referensi
Haws, paulette s. 2008.Asuhan neonatal rujukan cepat.Jakarta: EGC
Subekti, nike budhi. 2007. Buku saku managemen masalah BBL. Jakarta : EGC
Surasmi, asriningsih dkk. 2003. Perawatan bayi resiko tinggi. Jakarta : EGC
H. Evaluasi
Formatif

:
i.
ii.
iii.
iv.

Klien dapat menjelaskan pengertian penyakit Hidrosefalus.


Klien dapat menyebutkan penyebab penyakit Hidrosefalus.
Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala penyakit Hidrosefalus.
Klien mampu menjelaskan penatalaksanaan penyakit Hidrosefalus.

Sumatif : Klien dapat mengetahui perawatan tentang penyakit Hidrosefalus.


23

Yogyakarta, Jumat, 27 April 2012


Penyuluh

(Yessika Puspitasari)

Q. JURNAL
FK UGM Pantenkan Alat Terapi Hidrosefalus
By Republika Newsroom
Senin, 21 Desember 2009 pukul 20:20:00
YOGYAKARTA--Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr dr P
Sudiharto SpBS, salah satu dari dua orang peraih Anugerah Hamengku Buwono IX 2009,
secara resmi mengumumkan temuan alat terapi untuk penderita hidrosefalus yang dikenal
dengan nama sistem pirau katup semilunar. Alat yang baru dipatenkan September 2009
lalu ini sebenarnya telah dikembangkan Sudiharto sejak 1978 dan hingga kini telah
dipasang kurang lebih pada 7.000 pasien hidrosefalus.
24

Humas UGM menyebutkan bahwa pasien tersebut mempunyai berbagai macam


penyebab, mulai dari bayi berumur 11 hari sampai dengan orang tua berusia 65 tahun.
''Salah satu pasien yang saya pasang dari umur 3 bulan, kini sudah umur 15 tahun. Dia
sudah duduk kelas 3 SMP di Yogyakarta. Cukup beprestasi, rangking 10 di kelas,'' kata
Sudiharto kepada wartawan, Senin (21/12), di ruang eksekutif Kantor KPTU FK UGM lt
II.
Ia didampingi Dekan FK UGM Prof dr Ali Ghufron Mukti MSc PhD, dan Wakil Dekan
bidang Kemahasiswaan, Alumni, Usaha, dan Kesejahteraan FK UGM, Prof dr Suhardjo
SU SpM(K). Sudiharto, pria kelahiran Bandung 14 Oktober 1941 ini, mengaku
penggunaan sistem katup semilunar buatannya bermanfaat bagi masyarakat dari
menengah ke bawah.
''Harganya yang berkisar Rp 1,5-1,7 juta tentu jauh lebih terjangkau daripada alat buatan
impor bisa mencapai Rp 40 juta rupiah,'' tambahnya. Selain itu, katanya, desain
buatannya juga dapat disesuaikan dengan umur dan jenis penyakit pasien.
''Bahkan ketahanan sistem pirau dapat mencapai lebih dari 25 tahun. Kebanyakan pasien
yang telah memanfaatkan alat terapi ini berasal dari Jogjakarta, Purwokerto,
Tanggerang,Semarang,Bogor,danMedan,''
Ia mengatakan selain penderita hidrosefalus, pompa yang dipasang di dalam otak
melalaui bedah saraf ini mampu mengurangi cairan otak hingga setengah volume awal.
Alat ini juga bisa dimanfaatkan dan dibutuhkan oleh pasien penyakit stroke, trauma
kepala akibat kecelakaan, tumor otak, radang otak atau maningitis yang memiliki gejala
sama, katanya.
''Katup semilunar ini pernah dipasang kepada orang dewasa, seorang professor sudah
saya pasang alat ini,'' kata Sudiharto. Dekan FK Ali Ghufron Mukti mengungkapkan hasil
karya staf pengajar FK UGM ini sangat membantu untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
''Sangat membantu sekali. Indonesia masih tergantung dengan teknologi luar. Jika anak
bangsa diberi kesempatam lebih besar untuk berkontribusi bagi masyarakat lebih
luas,saya kira pasti bisa,'' kata Ghufron.
Prof Suhardjo menyebutkan hasil temuan Sudiharto merupakan teknologi kesehatan
modern yang bersifat humanistik. ''Teknologi tinggi dan membantu masyarakat yang
kebanyakan tidak punya uang,'' katanya. yoe/rif

25

DAFTAR PUSTAKA

Haws, paulette s. 2008.Asuhan neonatal rujukan cepat.Jakarta: EGC


Subekti, nike budhi. 2007. Buku saku managemen masalah BBL. Jakarta : EGC
Surasmi, asriningsih dkk. 2003. Perawatan bayi resiko tinggi. Jakarta : EGC
http://www.ninds.nih.gov/disorders/hydrocephalus/hydrocephalus.htm
DeVito EE, Salmond CH, Owler BK, Sahakian BJ, Pickard JD. 2007. Caudate structural
abnormalities in idiopathic normal pressure hydrocephalus. Acta Neurol Scand 2007:
116: pages 328332.
26

Peter Paul Rickham. 2003. Obituaries. BMJ 2003: 327: 1408-doi: 10.1136/
bmj.327.7428.1408.
Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victors Principles Of
Neurology: Eight Edition. USA.
http://informasitips.com/penanganan-dan-pencegahan-hidrosefalus
http://koran.republika.co.id/berita/97319/FK_UGM_Pantenkan_Alat_Terapi_Hidrosefalu
s

27

Das könnte Ihnen auch gefallen