Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
A. PENGERTIAN
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis.
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CCS yang berlebihan pada satu /
lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid.
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel.
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang progresif pada system ventrikuler cerebral
dan kompresi gabungan dari jaringan-jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arackhnoid.
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat
pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor (Depkes RI, 1989)
Hidrocefalus adalah kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala. Biasanya di dalam
sistem ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga menimbulkan peningkatan
volume intravertikel (Setyanegara, 1998)
Pada orang dewasa, produksi total CSS yang normal adalah sekitar 21
mL/jam (500 mL/ hari), volume CSS total hanya sekitar 150 mL. CSS mengalir dari
ventrikel lateralis melalui foramen intraventrikular (foramen Monroe) ke venrikel
ketiga, lalu melewati cerebral aquaductus (aquaductus sylvii) ke venrikel keempat,
dan melalui apertura medialis (foramen Magendi) dan apertura lateral (foramen
Luschka) menuju ke sisterna cerebelomedular (sisterna magna). Dari sisterna
cerebelomedular, CSS memasuki ruang subarakhnoid, bersirkulasi disekitar otak dan
medula spinalis sebelum diabsorpsi pada granulasi arachnoid yang terdapat pada
hemisfer serebral.
Sekresi Pleksus Koroideus
Pleksus koroideus adalah pertumbuhan pembuluh darah seperti kembang kol
yang dilapisi oleh selapis tipis sel. Pleksus ini menjorok ke dalam kornu temporal
dari setiap ventrikel lateral, bagian posteror ventrikel ketiga dan atap ventrikel
keempat.
Sekresi cairan oleh pleksus koroideus terutama bergantung pada transpor aktif
dari ion natrium melewati sel epitel yang membatasi bagian luar pleksus. Ion- ion
natrium pada waktu kembali akan menarik sejumlah besar ion-ion klorida, karena
ion natrium yang bermuatan positif akan menarik ion klorida yang bermuatan
negatif. Keduanya bersama sama meningkatkan kuantitas osmotis substansi
aktif dalam cairan serebrospinal, yang kemudian segera menyebabkan osmosis air
melalui membran, jadi menyertai sekresi cairan tersebut. Transpor yang kurang
begitu penting memindahkan sejumlah kecil glukosa ke dalam cairan serebrospinal
dan ion kalium dan bikarbonat keluar dari cairan serebrospinal ke dalam kapiler.
Oleh karena itu, sifat khas dari cairan serebrospinal adalah sebagai berikut: tekanan
osmotik kira-kira sama dengan plasma; konsentrasi ion natrium kira-kira sama
dengan plasma; klorida kurang lebih 15% lebih besar dari plasma; kalium kira-kira
40% lebih kecil; dan glukosa kira-kira 30% lebih sedikit. Inhibitor carbonic
anhidrase (acetazolamide), kortikosteroid, spironolactone, furosemide, isoflurane
dan agen vasokonstriksi untuk mengurangi produksi CSS.
dengan mengalir bersama cairan yang melalui ruang perivaskuler ke dalam ruang
subarakhnoid. Untuk mencapai ruang subarakhnoid, protein akan mengalir bersama
cairan serebrospinal untuk diabsorpsi melalui vili arakhnoidalis ke dlam vena-vena
serebral. Ruang perivaskuler, sebenarnya, merupakan sistem limfatik yang khusus
untuk otak.
Selain menyalurkan cairan dan protein, ruang perivaskuler juga menyalurkan
partikel asing dari otak ke dalam ruang subarakhnoid. Misalnya, ketika terjadi
infeksi di otak, sel darah putih dan jaringan mati infeksius lainnya dibawa keluar
melalui ruang perivaskuler.
T ekanan Cairan Serebrospinal
Tekanan normal dari sistem cairan serebrospinal ketika seseorang berbaring
pada posisi horizontal, rata-rata 130 mm air (10 mmHg), meskipun dapat juga
serendah 65 mm air atau setinggai 195 mm air pada orang normal.
Pengaturan Tekanan Cairan Serebsrospinal oleh Vili Arakhnoidalis
Normalnya, tekanan cairan serebrospinal hampir seluruhnya diatur oleh
absorpsi cairan melalui vili arakhnoidalis. Alasannya adalah bahwa kecepatan
normal pembentukan cairan serebrospinal bersifat konstan, sehingga dalam
pengaturan tekanan jarang terjadi faktor perubahan dalam pembentukan cairan.
Sebaliknya, vili berfungsi seperti katup yang memungkinkan cairan dan isinya
mengalir ke dalam darah dalam sinus venosus dan tidak memungkinkan aliran
sebaliknya. Secara normal, kerja katup vili tersebut memungkinkan cairan
serebrospinal mulai mengalir ke dalam darah ketika tekanan sekitar 1,5 mmHg lebih
besar dari tekanan darah dalam sinus venosus. Kemudian, jika tekanan cairan
serebrospinal masih meningkat terus, katup akan terbuka lebar, sehingga dalam
keadaan normal, tekanan tersebut tidak pernah meningkat lebih dari beberapa
mmHg dibanding dengan tekanan dalam sinus. Sebaliknya, dalam keadaan sakit
vili tersebut kadang-kadang menjadi tersumbat oleh partikel-partikel besar, oleh
fibrosis, atau bahkan oleh molekul protein plasma yang berlebihan yang bocor ke
dalam cairan serebrospinal pada penyakit otak. Penghambatan seperti ini dapat
menyebabkan tekanan cairan serebrospinal menjadi sangat tinggi.
Pengukuran Tekanan Cairan Serebrospinal
Prosedur
yang
biasa
digunakan
untuk
mengukur
tekanan
cairan
Komposisi
Cairan
serebrospinal
menyerupai
plasma
darah
dan
cairan
intersisial
Produksi
Cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus koroid yaitu jaring-jaring kapiler berbentuk
bunga kol yang menonjol dari pia mater ke dalam dua ventrikel otak
Sirkulasi
Cairan bergerak dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikuler ( foramen munro )
menuju ventrikel ketiga otak,kemudian mengalir melalui akuaduktus serebral ( Sylvius )
menuju ventrikel keempat cairan mengalir melalui tiga lubang langit-langit ventrikel
keempat kemudan bersirkulasi melalui ruang subaraknoid. Setelah mencapai ruang
subaraknoid,maka cairan serebrospinal akan bersirkulasi sekitar otak dan medulla
spinalis,lalu keluar menuju sistem vaskular. Sebagian besar cairan serebrospinal
6
direabsorpsi ke dalam darah melalui struktur khusus yang dinamakan villi araknoidalis
kedalam sinus vena pada dura mater dan kembali ke aliran darah tempat asal produksi
cairan tersebut.
Fungsi
Cairan serebrospinal berfungsi sebagai bantalan untuk jaringan lunak otak dan medulla
spinalis,juga sebagai media pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah dan otak
serta medulla spinalis. Secara klinis cairan serebrospinal dapat diambil untuk
pemeriksaan melalui prosudur pungsi lumbal , yaitu jarum berongga diinsersi ke dalam
ruang subaraknoid di antara lengkung saraf vertebra lumbal ke tiga dan ke empat.
C. PENYEBAB
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat
antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subarackhnoid.
akibat
penyumbatan,
terjadi
dilatasi
ruangan
CSS
diatasnya.
Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah :
1) Kelaina bawaan ( kongenital )
Stenosis aquaductus sylvii merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak
(60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal
ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak
lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
Spina bifida dan kranium bifida Biasanya berhubungan dengan sindrom ArnoldChiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum,
letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian/total.
Syndrom Dandy-Walker Merupakan atresia congenital foramen luscha dan
mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel
terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2) Infeksi
7
umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus dibawah usia 2 tahun adalah pembsaran
normal. makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya, yaitu :
a) Fontanela yang sangat tegang
b) Sutura kranium tampak atau teraba melebar
c) Kulit kepala livin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol
d) Fenomena matahari tenggelam ( sunset phenomenom )
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besr dibandingkan
denghan bayi. Gejalanya mencakup :
Nyeri kepala
Muntah
Gangguan kesadaran
Pada kasus lanjut : gejala batang otak akibat hernia tonsiler (bradikardini aritmia
respirasi)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik:
Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk
melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
Transiluminasi
Pemeriksaan darah:
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
Pemeriksaan cairan serebrospinal:
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis
untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa
Pemeriksaan radiologi:
X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus
mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya
H. KOMPLIKASI
11
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
I. PENATALAKSANAAN
Farmakologis:
Mengurangi volume cairan serebrospinalis:
Acetazolamide 25 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat dinaikkan
25 mg/KgBB/hari (Maksimal 100 mg/KgBB/hari)
Furosemide 1 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3-4 dosis
Catatan: Lakukan pemeriksaan serum elektrolit secara berkala untuk mencegah
terjadinya efek samping.
Bila ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika sesuai kuman penyebab.
Pembedahan:
Bagan Penatalaksanaan Hidrosefalus Darto Saharso 2006
12
J. PENCEGAHAN
Pada masa bayi dan balita, hidrosefalus sering terjadi akibat infeksi otak yang
mengganggu peredaran cairan otak karena TBC otak atau infeksi bakteri, virus,
tumor dan jamur.
Lindungi selalu kepala anak dari cedera yang mungkin saja bisa berakibat yang
membahayakan kesehatan anak.
Anda sebagai orang tua juga perlu untuk selalu memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak secara teratur melalui Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Kartu Ibu
dan Anak (KIA). Lakukan pemeriksaan rutin dengan mengukur lingkar kepala setiap
bulannya. Hal ini merupakan cara deteksi awal yang paling mudah dilakukan untuk
mengetahui terjadinya hidrosefalus. Apabila ukuran lingkar kepala tidak berkembang
sebagaimana mestinya, jangan ragu untuk memeriksanya ke dokter anak untuk segera
ditindaklanjuti.
K. PROGNOSIS
Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan
neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70 % akan meninggal
karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang atau oleh karena aspirasi
pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti ( arreated hidrosefalus ) sekitar 40 % anak
akan mencapai keceradasan yang normal. Pada kelompok ytang dioperasi, angka
kematian adalah 7 %. Setelah operasi sekitar 51 % kasus mencapai fungsi normal dan
sekitar 16 % mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak
hiodrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok multidispliner.
L. EPIDEMIOLOGI
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus
kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh
stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis
kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada
remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil;
14
46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid
dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2005:211).
M. LEGAL-ETIK
Dalam kasus ini, peran perawat sebagai advokat harus bertanggung jawab membantu
klien dan keluarganya dalam hal laporan concern atas tindakan keperawatan yang
dilakukan selain itu harus mempertahankan dan melindungi hak-hak klien serba
memastikan kebutuhan klien terpenuhi.
a. Otonomi
Prinsip bahwa individu mempunyai hak menentukan diri sendiri memperoleh
kebebesan dan kemandirian. Contoh : menghargai keputusan klien mengenai
perawatan penyakitnya.
b. Nonmaleficience
Prinsip ini menghinddari tindakan yang membahayakan. Bahaya dapat berarti
dengan sengaja, resiko, atau tidak di sengaja membahayakan. Contoh : hati-hati
dalam pemberian pengobatan harus sesuai dengan indikasi yang diberikan dokter
terhadap penyakit pasien.
c. Beheficience
Prinsip bahwa seorang perawat harus melakukan kebaikan. Perawat
melakukan kebaikan dengan menginflementasi tindakan yang mengntungkan.
Contoh: memberikan kebutuhan pertama dari pasien.
d. Fidelity
Prinsip bahwa individu wajib setia terhadap komitmen atau kesepakatan dan
tanggun jawab yang dimiliki. Kesetiaan yang meliputi aspek kerahasiaan/ privasi
adan komitmen adanya kesesuanan antara informasi fakta. Contoh : perawat harus
menjaga kerahasiaan atas penyakit decompensasi cordis yang diderita pasien terhadap
orang lain.
e. Veracity
Mengacu pada mengatakan kebenaran. Book (1992) mengatakan bahwa
bohong pada orang sakit atau menjelang ajal jarang dibenarkan. Kehilangan
kepercayaan kepada perawat dan kecemasan tidak mengetahui kebenaran biasanya
lebih merugikan. Contoh : agar pasien tidak kehilangan kepercayaan maka dalam
menjelaskan penyakitnya jangan sampai membuat pasien menjadi droop.
f. Justice
Prinsip bahwa individu memiliki hak diperlukan setara. Contoh : merawat
pasien tidak boleh melihat tingkatan social pasien.
15
N. Advokasi :
a. Memberikan penjelasan yang sesuai dengan penyakitnya, apabila pasien kurang
mengerti pejelasan yang diberikan oleh dokter.
b. Memberikan dukungan moral, agar klien lebih memiliki semangat untuk sembuh.
c. Membeikanr penjelasan mengenai perawatan dan pengobatan yang harus pasien
dapatkan agar cepat sembuh.
O. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian.
Anamnesa.
Neonatal meningitis
Perdarahan subaracnoid
Biasanya
Pemeriksaan Fisik
adanya
myelomeningocele,
pengukuran
lingkar
kepala
(Occipitifrontal)
16
Tanda-tanda awal:
Mata juling
Sakit kepala
Lekas marah
Lesu
Melihat kembar
Ataksia
Pupil edema
Tanda-tanda selanjutnya:
Pupil edema
Strabismus
17
Gangguan respirasi
Kejang
Letargi
Muntah
Tanda-tanda ekstrapiramidal/ataksia
Lekas marah
Lesu
Apatis
Kebingungan
Kebutaaan
Diagnosa
Intervensi
Rasional
Keperawatan
Risiko
Hasil
Tidak terjadi
perubahan
gangguan
memantau
integritas kulit
integritas kulit.
monitor terhadap
keadaan
area yang
integumen kulit
tertekan
secara dini.
Kriteria:
Kulit utuh, ber-sih
dan kering.
Untuk
Untuk
meningkatkan
18
pe-ningkatan
dipertimbangkan
ukuran dan
untuk mengubah
berat kepala
poisisi kepala
setiap jam.
sirkulasi kulit.
menyerap
Hindari tidak
keringat sehing-
adanya linen
ga kulit tetap
pada tempat
tidur
Linen dapat
kering
Untuk
Baringkan
mengurangi
kepala pada
tekanan yang
menyebabkan
atau
stres mekanik.
menggunakan
tempat tidur air
Jaringan mudah
nekrosis bila
jika mungkin.
kalori dan
Berikan nutrisi
protein kurang.
sesuai
kebutuhan.
Perubahan
Keluarga mene-
Jelaskan secara
Pengetahuan
rinci tentang
dapat
b/d situasi
anaknya, mampu
kon-disi klien,
mempersiapkan
krisis (anak
menjelaskan
prosedur terapi
keluarga dalam
dalam catat
keadaan penderita.
dan
merawat
prognosanya.
penderita.
fisik)
Kriteria:
Ulangi
Keluarga dapat
Keluarga
penjelasan
menerima
ber-
tersebut bila
seluruh
partisipasi
perlu dengan
informasi agar
19
dalam
contoh bila
tidak
merawat
keluarga belum
menimbulkan
anaknya
mengerti
salah persepsi
Secara
Untuk
verbal
kesalahan
menghindari
keluarga
asumsi dan
salah persepsi
da-pat
misinterpretasi
mengerti
tentang
penyakit
3
Klarifikasi
Keluarga dapat
Berikan kesem-
mengemukakan
patan keluarga
pe-rasaannya
untuk bertanya
Resiko tinggi
anaknya.
Tidak terjadi pe-
terjadi cidera
ningkatan TIK
tanda-tanda pe-
mengetahui
b/d
Kriteria:
ningkatan TIK
peningkatan
tekanan intra
kranial
efektif,
reflek
cahaya
Observasi ketat
ningkatan TIK
Untuk
Tentukan skala
Penurunan
kesadar-an
coma
menandakakan
adanya
gangguan
kesa-
peningkatan
daran,
tidak
TIK
Hindari
Mencegah
pemasangan
terjadi infeksi
infus di kepala
sistemik
Hindari sedasi
Tingkat
kesadaran
merupakan
indika-tor
peningkatan
20
TIK
Dapat
mengakibat-kan
untuk memeriksa
sumbatan
fungsinya
sehing-ga terjadi
pening-katan
CSS atau
obtruksi pada
ujung kateter di
Ajari keluarga
peritonial.
mengenai tandatanda
peningkatan TIK
Keluarga dapat
ber-patisipasi
dalam perawatan klien
anak
hidrosefalus.
21
P. PENKES
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Tema
: Penyakit Hidrosefalus
Sub Tema
Sasaran
: Keluarga Tn. D
Tempat
: Di rumah sakit
Hari/Tanggal
Waktu
: 30 Menit
E. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan
1. Pembukaan
Penyuluh
Salam pembuka
Menyampaikan tujuan
Peserta
Menjawab salam
Menyimak,
Waktu
Mendengarkan,
penyuluhan
5 Menit
Menjawab pertanyaan
2.
Kerja/ isi
Penjelasan pengertian,
Mendengarkan dengan
penuh perhatian
penatalaksanaan tentang
penyakit Hidrosefalus
belum jelas
Memperhatikan jawaban
Evaluasi
dari penceramah
Menjawab pertanyaan
Mendengarkan
Menjawab salam
Memberi kesempatan
peserta untuk bertanya
Menjawab pertanyaan
3.
Penutup
Menyimpulkan
Salam penutup
20 menit
5 menit
F. Media
Leaflet : Tentang penyakit Hidrosefalus
Power point
G. Sumber/Referensi
Haws, paulette s. 2008.Asuhan neonatal rujukan cepat.Jakarta: EGC
Subekti, nike budhi. 2007. Buku saku managemen masalah BBL. Jakarta : EGC
Surasmi, asriningsih dkk. 2003. Perawatan bayi resiko tinggi. Jakarta : EGC
H. Evaluasi
Formatif
:
i.
ii.
iii.
iv.
(Yessika Puspitasari)
Q. JURNAL
FK UGM Pantenkan Alat Terapi Hidrosefalus
By Republika Newsroom
Senin, 21 Desember 2009 pukul 20:20:00
YOGYAKARTA--Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr dr P
Sudiharto SpBS, salah satu dari dua orang peraih Anugerah Hamengku Buwono IX 2009,
secara resmi mengumumkan temuan alat terapi untuk penderita hidrosefalus yang dikenal
dengan nama sistem pirau katup semilunar. Alat yang baru dipatenkan September 2009
lalu ini sebenarnya telah dikembangkan Sudiharto sejak 1978 dan hingga kini telah
dipasang kurang lebih pada 7.000 pasien hidrosefalus.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Peter Paul Rickham. 2003. Obituaries. BMJ 2003: 327: 1408-doi: 10.1136/
bmj.327.7428.1408.
Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victors Principles Of
Neurology: Eight Edition. USA.
http://informasitips.com/penanganan-dan-pencegahan-hidrosefalus
http://koran.republika.co.id/berita/97319/FK_UGM_Pantenkan_Alat_Terapi_Hidrosefalu
s
27