Sie sind auf Seite 1von 5

STYLE GAYA BAHASA & STILISTIKA, BIDANG DAN JENIS KAJIAN STILISTIKA

(disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Stilistika)

Oleh:
Dini Tian Puspita
157835065

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA ASING
2016

Style Gaya Bahasa & Stilistika, Bidang dan Jenis Kajian Stilistika
Bahasa sastra diberdayakan dan dieksploitasi oleh sastrawan sedemikian rupa untuk
menyampaikan berbagai gagasan kepada pembaca. Segenap potensi bahasa diusahakan
sastrawan agar asosiatif, ekspresif dan indah sehingga menarik dan mengesankan
pembaca. Dalam konteks itulah style gaya bahasa memegang peran penting dalam karya
sastra guna menciptakan efek makna tertentu dalam rangka mencapai efek estetik. Berikut
dijelaskan lebih lanjut mengenai style gaya bahasa dan stilistika, bidang kajian terkait serta
jenis-jenis stilistika.
A. Style Gaya Bahasa dan Stilistika
Arti kata style dalam bahasa inggris yang berasal dari bahasa Latin stilus adalah alat
(berujung tajam) yang dipakai untuk menulis di atas lempengan lilin (Shipley, 1979; Leech
&Short, 1984: 13). Selanjutnya, dalam perkembangan bahasa Latin kata stylus memiliki arti
khusus yang mendeskripsikann tentang penulisan; kritik terhadap kualitas penulisan. Dalam
tulisan ini, style diartikan sebagai gaya bahasa yang memiliki arti cara pemakaian bahasa
dalam karangan atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan
dikemukakan (Abrams, 1981: 190-191).
Lebih lanjut Ratna (2007: 232) mengatakan bahwa style adalah keseluruhan cara
pemakaian (bahasa) oleh pengarang dalam karyanya. Hakikat style adalah teknik
pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang diungkapkan.
Dalam penciptaan karya sastra, gaya bahasa mengikuti konsep teori sebelumnya. Ia
menjadi gaya bahasa sastra karena sengaja ditulis dalam konteks kesusastraan, ditujukan
untuk didapatkan segi estetik dan membungkus gagasan tertentu. Terdapat konteks,
bentuk dan tujuan tertentu untuk menentukan gaya suatu karya. Oleh karena itu, gaya
bahasa memiliki keterkaitan dengan selera pribadi pengarang dan kepekaannya terhadap
masalah di lingkungannya.
Lalu Chomsky memiliki istilah deep structure (struktur batin) dan surface structure
(struktur lahir) yang identik dengan isi dan bentuk gaya bahasa (Fowler, 1977:6). Struktur
batin adalah gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui gaya bahasanya.
Sedangkan struktur lahir merupakan performansi kebahasaan dalam wujudnya yang
konkret dan seperti itulah gaya bahasa.
Disebutkan pula bahwa Keraf (1991:113) menuliskan gaya bahasa merupakan cara
pengungkapan pikir melalui bahasa yan khas untuk memperlihatkan jiwa dan kepribadian
pengarang. Dalam mengkaji gaya bahasa tidak menutup kemungkinan untuk dapat pula
menilai pribadi, karakter dan kemampuan pengarang yang menggunakan bahasa tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa style gaya bahasa merupakan
cara mengungkapkan gagasan dan perasaan dengan bahasa yang khas sesuai dengan
kreativitas, kepribadian dan karakter pengarang untuk mencapai sisi estetik atau kepuitisan
dan juga sisi penciptaan makna. Gaya bahasa dalam karya sastra memiliki hubungan yang
erat dengan ideologi dan latar sosiokultural sang pengarang.
Setelah mengkaji beberapa teori tentang style' gaya bahasa di atas, selanjutnya akan
dipaparkan beberapa teori pula mengenai stilistika. Kata stilistika secara harfiah berasal
dari bahasa Inggris stylistics dan memiliki arti studi mengenai style gaya bahasa. Adapun
secara istilah, stilistika adalah ilmu yang meneliti tentang penggunaan dan gaya bahasa
dalam karya sastra (Abrams, 1979:165-167). Dengan kalimat lain dapat dideskripsikan
bahwa stilistika adalah proses menganalisis karya sastra dengan mengkaji unsur-unsur
bahasa sebagai medium karya sastra oleh seorang sastrawan sehingga terlihat bagaimana

perlakuannya terhadap bahasa dalam rangka menuangkan sebuah gagasan. Oleh karena
itu, semua proses yang berhubungan dengan analisis bahasa dalam karya sastra diarahkan
untuk mengungkapkan aspek kebahasaan dalam karya tersebut, seperti diksi, kalimat,
penggunaan bahasa kias atau figuratif, bentuk-bentuk wacana dan sarana retorika yang
lain (Cuddon, 1979: 647-648). Hal tersebut mendukung Ratna (2007: 236) yang
mengungkapkan bahwa stilistika adalah ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam
karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya.
Bagi Simpson (2004:2) stilistika adalah sebuah metode interpretasi tekstual karya sastra
yang dipandang memiliki keunggulan dalam pemberdayaan bahasa. Pengkajian stilitika
suatu karya sastra dipandang penting karena memilki fungsi tertentu dalam bentuk, pola
dan struktur linguistik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa stilistika dapat
dimasukkan dalam bidang linguistik terapan. Oleh sebab itu, penelitian gaya bahasa dalam
teks non-sastra dan wacana sehari-hari pun disebut stilistika. Dalam pengertian extended,
stilistika merupakan cara untuk mengungkapkan teori dan metologi analisis formal teks
sastra. Adapun secara restricted, stilistika sebagai linguistik terapan dikaitkan khusus pada
budang pendidikan bahasa (Satoto, 1995: 36).
Leech dan Short (1984: 13) mengungkapkan bahwa stilistika adalah studi mengenai
wujud performansi kebahasaan, khususnya yang terdapat dalam karya sastra. Analisis
stilistika karya sastra lazimnya menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi
artistik dan juga maknanya. Selanjutnya, hakikat stilistika adalah studi mengenai pemakaian
bahasa dalam karya sastra (Junus, 1989; xvii). Stilistika dipakai sebagai ilmut gabung,
yakni sastra dan linguistik. Studi stilistika yang dilakukan oleh seorang linguis masih
menaruh perhatian pada ilmu sastra, begitu juga sebaliknya. Dengan kata lain, seorang
linguis bekerja dengan menggunakan data pemakaian bahasa dalam karya sastra dan
memperhatikan keistimewaan bahasa sastra. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
stilistika adalah aplikasi teori linguistik pada penggunaan bahasa dalam karya sastra.
Pengkajian karya sastra dari segi bahasa tidak dapat dihindarkan dari adanya analisis
dan pengamatan terhadap gejala llinguistik atau ciri libguistik yang terdapat dalam sebuah
karya sastra untuk mengetahui efek yang ditimbulkan (San, 2005: 3). Oleh karena itu, studi
stilistika erat hubungannya dengan pengkajian bahasa dalam karya sastra dan stilistika
berada di antara bidang linguistik dan ilmu sastra.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa stilistika merupakan ilmu yang
mengkaji wujud pemakaian bahasa dalam karya sastra yang meliputi seluruh
pemberdayaan potensi bahasa, keunikan dan kekhasannya, juga gaya bunyi, pilihan kata,
kaliamat, wacana, citraan hingga figuratif. Agar kajian stilistika tidak terlalu luas, lazimnya
dibatasi pada karya sastra tertentu dengan memperhatikan preferensi penggunaan kata
atau struktur bahasa. Selain itu, diperlukan juga untuk mengamati antarhubungan pilihan
kata dalam rangka mengidentifikasi ciri-ciri stilistika (stylistic features) yang membedakan
karya, pengarang, aliran atau periode tertentu dengan karya, pengarang, aliran atau
periode lainnya.
Terdapat batasan-batasan stilistika sebagai ilmu yang mengkaji penggunaan bahasa
dalam karya sastra yang berorientasi linguistik atau menggunakan paramater linguistik,
yakni: pertama, stilistika merupakan kajian linguistik yang menitikberatkan pada variasi
penggunaan bahasa dan kadangkala memberikan perhatian pada penggunaan bahasa
yang kompleks (Turner, 1977: 7). Kedua, stilistika dapat dikatakan sebagai studi yang
menghubungkan antara ilmu linguistik dengan fungsi sastra (Leech dan Short, 1984: 4).
Ketiga, stilistika adalah ilmu kajian gaya yang digunakan untuk menganalisis karya sastra
(Mas, 1990: 3). Keempat, stilistika mengkaji wacana sastra dengan berorientasi linguistik

dan merupakan pertalian antara linguistik dan kritik sastra. secara morfologis dapat
dikatakan bahwa komponen style berhubungan dengan kritik sastra, sedangkan komponen
istic berkaitan dengan linguistik (Widdowson, 1979: 3).

B. Bidang dan Jenis Kajian Stilistika


Stilistika kesusastraan merupakan metode analisis karya sastra (Abrams, 1981: 192).
Stilistika dimaksudkan untuk menggantikan kritik sastra yang subjektif dan impresif dengan
analisis style teks kesastraan yang bersifat objektif dan ilmiah. Lebih lanjut, Keraf (1991:
112) mengemukakan bahwa gaya bahasa meliputi semua hierarki kebahasaan, yakni diksi,
frasa, klausa, kalimat dan wacana. Selaras dengan hal tersebut, Pradopo (2004: 9-14)
menyatakan bahwa unsur-unsur gaya bahasa meliputi intonasi, bunyi, kata, kalimat dan
wacana. Akan tetapi, karena intonasi hanya terdapat dalam bahasa lisan, maka gaya
intonasi tidak dapat diteliti dalam penelitian teks sastra.
Adapun Sayuti (2000: 174) menjelaskan bahwa unsur-unsur yang membangun gaya
seorang pengarang dalam menulis sebuah karya pada dasarnya meliputi diksi, citraan dan
sintaksis. Lebih luas, Aminuddin (1995:44) memaparkan bahwa bidang kajian stilistika
dapat meliputi kata-kata, tanda baca, gambar, serta bentuk tanda lain yang dapat
dianalogikan sebagai kata-kata.
Dengan demikian, berdasarkan kajian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kajian
stilistika karya sastra dapat dilakukan dengan mengkaji bentuk dan tanda-tanda linguistik
yang digunakan dalam struktur lahir karya sastra sebagai media ekspresi pengarang dalam
mengemukakan gagasannya. Bentuk-bentuk atau unsur-unsur stilistika sebagai tandatanda linguistik dapat berupa:
1. Fonem (phonem) pemanfaatan bunyi-bunyi tertentu sehingga menimbulkan
harmonisasi bunyi yang indah.
2. Leksikal atau diksi, misalnya penggunaan kata konotatif, konkret, vulgar, kosakata
bahasa daerah, kata asing, nama diri dan kata seru khas.
3. Kalimat atau bentuk sintaksis, misalnya struktur kompleks, sederhana, invensi,
panjang atau pendek kalimat.
4. Wacana (discourse), misalnya kombinasi kalimat, paragraf, termasuk alih kode dan
campur kode dalam paragraf.
5. Bahasa figuratif (figurative languange atau figure of speech) yaitu bahasa kias,
misalnya: majas, idiom dan peribahasa.
6. Citraan (imagery) meliputi citraan visual, audio, perabaan, penciuman, gerak,
pencecapan dan intelektual.
Untuk dapat mengungkapkan gagasan atau makna yang ingin dikemukakan sastrawan
melalui karya sastranya, kajian stilistika dilakukan melalui tiga aspek, diantaranya: pertama,
analisis terhadap latar belakang pemanfaatan bentuk-bentuk dan satuan kebahasaan
tertentu yang sengaja diciptakan sastrawan sebagai wujud stilistika karya sastra. kedua,
analisis terhadap pemanfatan satuan dan bentuk-bentuk kebahasaan tertentu oleh
sastrawan dalam karya sastranya. Ketiga, analisis terhadap tujuan pemanfaatan bentuk
atau satuan lingual tertentu dalam karya sastra.
Selanjutnya, jenis kajian stilistika meliputi dua jenis, yaitu: stilistika genetis dan stilistika
deskriptif ( Hartoko dan Rahmanto, 1986: 138). Stilistika genetis adalah pengkajian stilistika
individual sastrawan berupa penguraian ciri-ciri gaya bahasa yang terdapat dalam salah
satu karya sastranya atau keseluruhan karyanya, baik berupa prosa maupun puisi. Dalam

hal ini gaya bahasa dianggap sebagai ungkapan khas pribadi yang terdapat dalam salah
satu atau keseluruhan karya sastra.
Adapun stilistika deskriptif adalah pengkajian gaya bahasa sekelompok sastrawan atau
sebuah angkatan sastra, baik ciri-ciri gaya bahasa prosa maupun puisinya. Pengkajian gaya
bahasa tersebut dapat meliputi gaya ekspresi kejiwaan yang terkandung dalam bahasa dan
nilai-nilai ekspresivitas khusus dalam bahasa karya sastranya, yakni secara morfologis,
sintaktis dan semantik.
Dalam kajian stilistika karya sastraa terdapat dua macam pendekatan, yaitu: (i) dimulai
dengan analisis sistematis engenai sistem linguistik karya sastra, dilajutkan dengan
menginterpretasi ciri-ciri tujuan estetik karya tersebut sebagai makna total dan (ii)
mempelajari sejumlah ciri khas yang membedakan sistem satu dengan lainnya, dengan
menggunakan metode pengontrasan. Peneliti berusaha mencari distorsi dan deviasi
pemakaian bahasa sastra untuk menemukan daya estetiknya. Agar kajian tidak terlalu luas,
lazimnya kajian stilistika dibatasi pada karya sastra tertentu (Endaswara, 2003: 25-76).
Sebagi ilustrasi, sebuah kajian stilistika genetis dengan memfokuskan kajiannya pada
kumpulan puisi Blues untuk Bonnie (1975) karya Rendra dengan pendekatan pertama.
Kajian dimuali dengan analisis semantik terhadap sistem linguistik karya sastra Blues untuk
Bonnie. Setelah itu, dilanjutkan dengan interpretasi tentang ciri-ciri kebahasaan yang
dikaitkan dengan latar belakang sosiohistoris sastrawan, fungsi tanda-tanda kebahasaan
hingga tujuan estetik karya dalam mendukung gagasan atau makna yang ingin
dikemukakan oleh Rendra.

Referensi
Al-Maruf, Ali. 2009. Stilistika: Teori, Metode dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Solo:
CakraBooks

Das könnte Ihnen auch gefallen