Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DEFINISI
Sindroma Low Back Pain adalah suatu sindroma klinik yang ditandai
dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan yang tidak enak di daerah tulang
punggung bagian bawah dan sekitarnya. Nyeri ini terasa di antara sudut iga
terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral
dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.1,2
Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu:3
A. Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar,
antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau
sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti
kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian
tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan
tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan
spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri
pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
B. Chronic low back pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-ulang
atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan
sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena
osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan
tumor.
EPIDEMIOLOGI
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara
industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode
ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point
prevalence rata-rata 30%.2
Di Indonesia, LBP dijumpai pada golongan usia 40 tahun. Secara
keseluruhan, LBP merupakan keluhan yang paling banyak dijumpai (49%). Pada
negara maju prevalensi orang terkena LBP adalah sekitar 70-80%. Pada buruh di
Amerika, keluhan LBP meningkat sebanyak 68% antara tahun 1971-1981.3
Sekitar 80-90% pasien LBP menyatakan bahwa mereka tidak melakukan
usaha apapun untuk mengobati penyakitnya, jadi dapat disimpulkan bahwa LBP
meskipun mempunyai prevalensi yang tinggi, namun penyakit ini dapat sembuh
dengan sendirinya.3
KLASIFIKASI1
Dalam klinik LBP dibagi dalam empat kelompok.
I.
5. Gangguan metabolik
6. Psikis
FAKTOR RESIKO4,5
Faktor resiko terjadinya LBP adalah usia, kondisi kesehatan buruk, masalah
psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor
(kurvatura >80%), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan
pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri
berjam-jam (posisi tubuh yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban,
menarik beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan.
DIAGNOSIS1
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
neurologis serta pemeriksaan penunjang. Untuk mendapatkan diagnosis low back
pain seawal mungkin, perlu adanya anamnesis yang terarah dan terbimbing.
Antara lain ditanyakan hal sebagai berikut :
-
Sejak kapan keluhan nyeri timbul. Mendadak? Adakah trauma atau aktifitas
dari sendi, tulang, dan ligamen. Sedangkan nyeri otot terasa pegal.
Lokasi nyeri, apakah nyeri setempat atau disertai penjalaran nyeri ke arah
Observasi umum
Perhatikan cara penderita berdiri, jalan dan duduk. Penderita HNP biasanya
tertatih-tatih, tungkai yang sakit dalam posisi fleksi lutut dan panggul untuk
mengurangi nyeri. Penderita yang mengalami sprain berjalan tegak sambil
menahan pinggangnya dengan kedua tangan. Sebaliknya penderita oleh faktor
mekanik menunjukkan postur yang jelek. Selanjutnya perhatikan bagian belakang
tubuh, apakah ada gibbus, skoliosis. Bagaimana bentuk lordosis, normal,
mendatar, atau hiperlordosis. Perhatikan pula apakah ada kemiringan pelvis,
biasanya disebabkan oleh panjang tungkai yang tidak sama. Bagaimana kedua
tungkai, adakah atrofi? Setelah inspeksi di atas kita melakukan palpasi.
Pemeriksaan Neurologik
1. Pemeriksaan motorik :
Apakah ada kelumpuhan, atrofi, fasikulasi. Kalau ada kelumpuhan segmen
mana yang terganggu.
2. Pemeriksaan sensorik
3. Pemeriksaan refleks, percobaan Laseque/SLR, percobaan Laseque menyilang,
percobaan Naffziger, Valsalva, modifikasi Kemp, Patrick/Fabere, Patrick
terbalik, Gaenslens, percobaan Thomas.
Pemeriksaan Radiologik
Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral bermanfaat
untuk diagnostik faktor mekanik, osteogenik dan sebagian diskogenik. Perhatikan
sudut Ferguson, fraktur kompresi, osteoporosis, spondilolistesis, keganasan,
spondilitis ankilosa (bamboo spine), spondilosis ditandai oleh adanya osteofit
penyempitan foramen intervertebra (foto oblik).
Pemeriksaan EMG
Merupakan diagnosa pasti untuk membuktikan keterlibatan radiks.
PROBLEM REHABILITASI1
-
PENATALAKSANAAN1
Pada prinsipnya penanganan LBP terdiri dari :
1. Obat-obatan
2. Penanganan rehabilitasi medik
3. Pembedahan
1. Obat-obatan
Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk mengurangi nyeri
tanpa menghiraukan penyebab dasar LBP. Obat yang diberikan berupa
golongan analgetika, dimana golongan ini terdiri dari analgetik antipiretik dan
analgetik narkotik. Yang umum digunakan adalah analgetik antipiretik yang
bekerja menghambat sintesa dan pelepasan endogenous pain substance
sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Di samping itu dikenal pula obat
yang mempunyai potensi anti-inflamasi di samping analgetik misalnya
pirasolon dan derivatderivat asam organik lainnya, dikenal sebagai NSAID.
Tranquilizer minor bekerja sentral menurunkan respons terhadap rangsangan
nyeri. Di samping itu untuk mengurangi kegelisahan dan untuk relaksasi otot.
2. Penanganan Rehabilitasi Medik
a. LBP oleh faktor mekanik akut
Tirah baring toral disertai pemanasan setempat seperti infra merah, kompres
air hangat, bantal panas. Biasanya kesembuhan setelah 4-5 hari.
b. LBP oleh faktor mekanik kronik
Pada keadaan ini hiperlordosis mendasari patofisiologi nyeri. Karena itu
tatalaksana
ditujukan
pada
latihan-latihan
untuk
menghilangkan
hiperlordosis tersebut.
Pemberian latihan tujuannya untuk :
o Mengurangi hiperlordosis/memperbaiki postur tubuh
dan hamstring.
c. LBP oleh karena fraktur kompresi
Dikenal 2 macam penanganan :
- Konservatif : tirah baring 4-6 minggu disusul mobilisasi dengan korset
untuk 4-6 minggu lagi, bila jenis fraktur stabil. Bila tak stabil,
-
I.
IDENTITAS
Nama
: Tn. FT
Umur
: 71 tahun
Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Pineleng
Agama
: Kristen Protestan
Pendidikan
: Tamat SLTA
Pekerjaan
: Pensiunan tentara
Tanggal Periksa : 11 Desember 2012
II.
ANAMNESIS
Keluhan utama : nyeri punggung bawah kanan
Riwayat penyakit sekarang :
Nyeri punggung bawah sebelah kanan dialami pasien sejak 1 tahun
yang lalu. Pasien pernah mengikuti program rehabilitasi medik namun
berhenti setelah pasien merasa sudah tidak nyeri lagi. Akan tetapi, 1
minggu yang lalu, nyeri punggung bawah kembali dialami oleh pasien
secara tiba-tiba saat pasien sedang duduk. Nyeri hilang timbul, dirasakan
seperti tulang-tulang di bagian belakang bawah saling bergesekan. Tidak ada
keluhan nyeri menjalar sampai ke tungkai. Nyeri terutama timbul saat
pasien membungkuk, memutar badan, naik tangga, dan saat memakai celana
dalam. Nyeri dirasakan lebih berat saat pasien mengangkat air yang
beratnya kira-kira 12 kg yang diangkat pasien sejauh 25 m. Pasien
diketahui.
Asam urat (+) diketahui 3 bulan yang lalu tapi tidak diobati.
Tidak ada riwayat trauma.
Riwayat kebiasaan :
-
Riwayat psikologi :
Pasien merasa stress dan cemas karena nyeri punggung bawah yang sudah
lama dan kambuh lagi.
Riwayat sosial ekonomi :
Pasien adalah seorang pensiunan tinggal bersama istri dan dua orang
anaknya. Pasien tinggal di dataran tinggi sehingga dari jalan harus berjalan
menanjak. Pasien tinggal di rumah permanen berlantai satu, lantai keramik,
berdinding beton, beratapkan seng, WC jongkok satu di luar rumah yang
berjarak 5 meter dari kamar tidur pasien. Sumber air adalah mata air dan
listrik dari PLN. Biaya pengobatan ditanggung oleh program ASKES. Biaya
hidup sehari-hari mencukupi.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum
: Cukup
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS : E4M6V5
Tanda Vital
: Tekanan darah = 130/80 mmHg; Nadi = 80
x/menit; Respirasi = 20 x/menit; Suhu = 36,5 oC
Kepala
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil bulat isokor kiri=kanan
7
Leher
Thorax Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
: gerakan pernafasan simetris kiri = kanan
Palpasi
: stem fremitus kiri = kanan
Perkusi
: sonor kiri = kanan
Auskultasi
:suara pernafasan vesikuler, Ronki -/-, Wheezing -/Abdomen
Inspeksi
: Tampak datar, lemas
Palpasi
: Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: Tympani
Auskultasi
: Peristaltik usus (+) normal
Ekstremitas
: Akral hangat, edema -/VAS skor : 5 (saat pasien istirahat), 8 (saat nyeri kambuh)
Status Lokalis
: Regio Lumbosakral
Inspeksi
: alignment vertebra lurus, edema (-), kemerahan (-),
deformitas (-)
Palpasi
: nyeri tekan (-), kalor (-), spasme otot (+) setinggi L1 - L5.
Pemeriksaan ROM
Trunkus
Ekstensi-Fleksi D/S : 80 0 30
Lateral bending D/S : 30 0 30
Rotasi D/S
: 45 0 45
HIP
Ekstensi-Fleksi D/S
: 30 0 120 / 30 0 120
Abduksi-Adduksi D/S
: 40 0 35 / 40 0 35
Eksternal-Internal Rotasi D/S
: 45 0 45 / 45 0 45
Pemeriksaan neuromuskular
Status motorik
No
1.
Pemeriksaan
Tonus Otot
Ekstremitas Inferior
Dekstra
Sinistra
Normal
Normal
8
2.
Refleks Fisiologis
3.
Refleks Patologis
Kekuatan Otot
L2
L3
L4
L5
S1
Miotom
Fleksor panggul (m. Iliopsoas)
Ekstensor lutut (m. Kuadriseps femoris)
Dorsofleksi pergelangan kaki (m. Tibialis anterior)
Ekstensor jempol kaki (m. Ekstensor halusis longus)
Plantarfleksi pergelangan kaki (m. Gastroknemius soleus)
Nilai
5/5
5/5
5/5
5/5
5/5
Status sensorik
No.
1.
2.
Pemeriksaan
Protopatik
Proprioseptif
Ekstremitas Superior
Dekstra
Sinistra
Normal
Normal
Normal
Normal
Ekstremitas Inferior
Dekstra
Sinistr
Normal
Normal
a
Normal
Normal
Tes provokasi
Laseque -/-, Bragard -/-, Sicard -/-, Patrick -/-, Kontra Patrick -/-, Tes
Valsalva -/-, FNST -/RESUME
Dilaporkan pasien laki-laki 71 tahun dengan keluhan utama nyeri pungung bawah
kanan. Nyeri seperti tulang-tulangnya bergesekan, nyeri bertambah berat saat
mengangkat benda yang berat dan hilang atau berkurang saat pasien duduk atau
berbaring terlentang. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital baik, adanya
spasme otot pada daerah setinggi L1 - L5. VAS skor : 5 (saat istirahat), 8 (saat
nyeri kambuh).
Anjuran : Foto rontgen Lumbosakral AP/Lateral.
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
Diagnosis topis
: vertebra L1-L5
Diagnosis etiologi
: osteoporosis
terlebih dahulu
keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (AKS) seperti naik
tangga dan memakai celana
Program :
- Edukasi cara melakukan AKS dengan proper body mechanism.
C. Ortotik Prostetik
Evaluasi :
- Nyeri punggung bawah dengan VAS 8
- Keterbatasan dalam melakukan AKS
Program :
10
sakit.
Tidak ada masalah dalam biaya pengobatan
Program :
-
body mechanism.
F.Home program
- Menghindari mengangkat beban yang berat
- Back exercises
- Proper body mechanism : (cara berdiri, cara berjalan, cara duduk, cara
tidur yang benar)
Cara berdiri :
Bila berdiri dalam waktu lama, selingilah dengan periode duduk
sebentar
Bila ingin mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tapi
11
PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
12
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Angliadi LS, dkk. Ilmu kedokteran klinik dan rehabilitasi medik. Manado :
Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik; 2006.
2. Wagiu SA. Pendekatan diagnostik low back pain. 2005. Diunduh dari
http://www.neurology.multiply.com. Diakses 11 Desember 2012.
3. Anonymous.
Low
back
pain.
2009.
Diunduh
dari
14