Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
OLEH :
Ani Nurjanah (NIM: 044 143 11 003)
AisaWanci (NIM : 044 143 11 003 )
Falia Dwi Mentari (NIM: 044 143 11 004)
Ira Puji Sariyanti ( NIM: 044 143 11 007)
tua kami yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil serta semangat
kepada penyusun. Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memahami
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna, mengingat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun semangat, agar kedepan kami bias membuat makalah
dengan lebih baik. Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami,
khususnya pembaca dan pihak yang memerlukan pada umumnya.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat serta karunianNya kepada semua pihak
yang telah turut membantu penyusunan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Makalah yang berjudul asuhan keperawatan pada pasien dengan
halusinasi ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata Keperawatan Jiwa.
Dimana dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
halusinasi.
B. TUJUAN
Makalah ini di harapkan dapat membantu mahasiswa untuk
1. Mengerti dan mengetahui pengertian dari halusinasi
2. Mengetahui asuhan keparawatan pada pasien dengan halusinasi
C. SISTEMATIKA PENULISAN
KATA PENGANTAR
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sistematika Penulisan
BAB II : ISI
A. Pengertian Halusinasi
B. Klasifikasi
C. Etiologi
D. Tanda dan Gejala
E. Penatalaksanaan
F. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Halusinasi
BAB III: PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI
A. Pengertian
Halusinasi ialah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak
terdapat simulus (Yosep, 2009).
tak berbentuk ( sinar, kalipan atau pola cahaya ) atau berbentuk ( orang, binatang
atau barang lain yang dikenalnya), berwarna atau tidak
Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) :
suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik
kulitnya
Halusinasi kinestetik :
merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya bergerak
(umpamanya anggota badan bayangan atau phantom limb).
Halusinasi viseral :
perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya
Halusinasi hipnagogik :
terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat sebelum tertidur persepsi
sensorik bekerja salah
Halusinasi hipnopompik : seperti no.8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun
samasekali dari tidurnya.
Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal.
10. Halusinasi histerik : timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.
C. Etiologi
Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang meenyebabkan halusinasi adalah
:
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini
f. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
D. Tanda dan Gejala
Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut Keliat (1999)
dikutip oleh Syahbana (2009) perilaku klien yang berkaitan dengan halusinasi
Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain;
Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata;
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar
atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi
obat yang di berikan.
Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi
masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
Memberi aktivitas pada pasien misalnya pasien di ajak mengaktifkan diri untuk
melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan.
Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih
kegiatan yang sesuai.
Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan. Keluarga pasien dan
petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat
dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan
pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek.
Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
Sebaiknya perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan
diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di
beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien
sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.
Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Halusinasi
1. Pengkajian
Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan
dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data
yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping,
dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005).
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan
formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan
dalam pengkajian.
Isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medik
Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini
periodik
karena
tidak
ada
masalah
serta
klien
telah
menimbulkan masalah.
2) Aktual terjadinya masalah disertai data pendukung.
Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung
merumuskan masalah keperawatan dan masalah kolaboartif. Menurut FASID
pada tahun 1983 dan INJF di tahun 1996, umumnya sejumlah masalah klien
saling berhubungan serta dapat digambarkan sebagai pohon masalah (Keliat,
2005).
Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan akibat.
Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang
dimiliki oleh klien. Umumnya, masalah utama berkaitan erat dengan alasan
masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa
masalah klien yang merupakan penyebab masalah utama. Masalah ini dapat
pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain, demikian seterusnya.
Akibat adalah adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang
merupakan efek atau akibat dari masalah utama.
Berikut adalah pohon masalah dengan masalah utama perubahan persepsi
sensori : halusinasi.
mampu
memperagakan
cara
mengontrol
(c) Frekuensi;
(d) Situasi pencetus;
(e) Perasaan saat terjadi halusinasi.
(2)
2) Keluarga
a) Tujuan
Keluarga mampu merawat klien dengan halusinasi di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi klien.
b) Kriteria evaluasi
(1) Keluarga mampu menjelaskan tentang halusinasi.
(2) Keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan
dan mampu memperagakan cara merawat klien serta mampu
membuat jadwal keluarga.
(3) Keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan
dan mampu melaksanakan follow up rujukan.
(4) Intervensi
(a) Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat kllien;
(b) Jelaskan tentang pengetahuan tentang halusinasi;
c. Rencana Tindakan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial
1) Klien
a) Tujuan
Klien mampu : menyadari penyebab isolasi sosial dan berinteraksi
dengan orang lain.
b) Kriteria evaluasi
(1) Klien dapat menyebutkan : mengenal penyebab isolasi sosial,
menyebutkan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan
orang lain, dan melakukan interaksi dengan orang lain secara
bertahap (dengan seorang perawat).
(2) Klien dapat melakukan interaksi dengan orang lain secara
bertahap (dengan 1 orang klien).
(3) Klien dapat melakukan interaksi dengan orang lain secara
bertahap (dengan 2 orang klien atau lebih).
2) Keluarga
a) Tujuan
Keluarga mampu merawat klien dengan isolasi sosial di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi klien.
b) Kriteria evaluasi
(1)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien (Keliat, 2005). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP sebagai pola pikir.
S, merupakan respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan bagaimana perasaan Ibu setelah
latihan nafas dalam?.
O, merupakan respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan
dilakukan. Atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan
balik sesuai dengan hasil observasi.
A, adalah analisis ulang atas data subjektif atau objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data kontra indikasi
dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.
P, merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada
respons klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut oleh perawat.
6. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan merupakan aspek penting dari praktik keperawatan
yaitu sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai
catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Dokumentasi keperawatan juga
mendeskripsikan tentang status dan kebutuhan klien yang komprehensif, juga
layanan
yang
diberikan
untuk
perawatan
klien
(Potter
&
Perry,
2005).
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Jadi dari beberapa pendapat dapat di simpulkan bahwa halusinasi ialah adanya
rangsang apapun pada panca indera seorang, yang terjadi dalam kehidupan sadar
atau bangun, atau bentuk kesalahan pengamatan tanpa pengamatan objektivitas
penginderaan dan tidak disertai stimulus fisik yang adekuat.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :EGC.
Doenges, Mrylin E, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya
Afia Akperkebonjati
Ikuti