Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DISUSUN OLEH
MHS SMT VA PENDIDIKAN MATEMATIKA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikumwr.wb.
Segala puji hanya milik Allah yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya dan hanya kepada-Nyalah kita berhak
bersyukur dan tiada yang lain selain Allah, karena sesungguhnya
Allah
lah
yang
mampu
memberikan
kita
kekuatan
untuk
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................ ii
Topik 1 (Konsep Akhlak).................................................................1
Definisi Akhlak..........................................................................3
Proses Terbentuknya Akhlak.....................................................13
Tujuan dan Manfaat Mempelajari Akhlak..................................14
Landasan dan Kedudukan Akhlak.............................................15
Tujuan dan cara mewujudkan Akhlak........................................14
Topik 2 (Standar dan Rentang Nilai Akhlak)...................................18
Standar Nilai Akhlak.................................................................21
Rentang Nilai Akhlak.................................................................37
Topik 3 (Ciri dan Arah Akhlak)........................................................58
Ciri-ciri Akhlak.........................................................................60
Arah Akhlak............................................................................. 65
Topik 4 (Potensi Dasar dan Induk Akhlak)......................................81
Potensi Dasar..........................................................................82
Induk Akhlak............................................................................92
Topik 5 (Status, Kewajiban, dan Hak).............................................101
Status Seorang Muslim..........................................................104
Kewajiban Seorang Muslim....................................................108
Hak Seorang Muslim..............................................................113
Topik 6 (Konsep Tasawuf)...............................................................137
Definisi................................................................................... 140
Wilayah Kajian dan Obyek Persoalan.....................................142
Tujuan Tasawuf dan Cara Mencapainya..................................144
Fungsi Tasawuf.......................................................................150
Sikap Umat.............................................................................152
Topik 7 (Perkembangan Tasawuf)...................................................155
Cikal Bakal Tasawuf...............................................................157
Tasawuf Fase ke-1 (abad ke 1-2 H)........................................160
Tasawuf Fase ke-2 (abad ke 3-4 H)........................................167
Tasawuf Fase ke-3 (abad ke 5 H)...........................................168
Tasawuf Fase ke-4 (abad ke 6-7 H)........................................169
Tasawuf Fase ke-5 (abad ke 8 H dst.....................................171
Tasawuf Masa Kini.................................................................172
Topik 8 (Maqamat dan Ahwal)........................................................176
Maqamat...............................................................................179
Ahwal.................................................................................... 190
Topik 9 (Mahabbah dan Makrifah)..................................................200
Mahabbah............................................................................203
Makrifah.............................................................................. 208
Topik 10 (Tasawuf dan Masyarakat Modern)..................................218
2
Krisis Modernisme...............................................................222
Tasawuf sebagai Alternatif...................................................230
Daftar Pustaka............................................................................... 238
TOPIK 1
KONSEP AKHLAK
Disusun Oleh :
Ahmad Ruslan
Alin Laelatulatifah
1132050002
1132050005
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di masa kini dimana kemajuan ilmu pengetahuan telah meningkat pesat
tidak terkecuali ilmu akhlak telah menghadirkan pembahasan-pembahasan lebih
mendalam tentang akhlak ini terutama secara teoritis yang dirumuskan dalam
sebuah konsep yang rinci dari mulai definisi, proses terbentuknya, hingga manfaat
dan tujuan dari akhlak itu sendiri. Ini dikarenakan pembelajaran tentang akhlak ini
di tingkat pendidikan sebelum perguruan tinggi hanya dipelajari secara umum.
Sebenarnya memang akhlak itu lebih menjurus ke pengaplikasiannya
dibanding teorinya. Namun untuk menunjang aplikasi itu diperlukan fondasi yang
kuat, yaitu berupa teori yang matang dan mendalam.
Adapun mengapa akhlak itu penting untuk dipelajari, karena salah satu
misi utama kerasulan Muhammad SAW ialah menyempurnakan akhlak manusia.
Maksud sempurna disini harapannya setiap manusia itu khususnya umat islam
memiliki akhlak yang telah baik sebagaimana telah dicontohkan oleh para Nabi.
Selanjutnya di dalam kehidupan sehari-hari juga akhlak itu menjadi hal
yang paling utama yang menjadi penilaian orang banyak dibanding kemampuan
maupun materi. Dan ketika menunjukan akhlak anda baik maupun buruk itu akan
menunjukan kepribadian anda sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi berdasarkan bahasa dan pendapat para ulama dan obyek
persolan akhlak?
2. Bagaimana proses terbentuknya akhlak?
3. Apa tujuan dan manfaat mempelajari akhlak?
4. Apa landasan dan kedudukan akhlak?
PEMBAHASAN
2.1 Definisi, Teks Suci dan Objek Persoalan Akhlak
A. Pengertian Akhlak Menurut Bahasa
Dari segi bahasa, akhlak (bahasa arab) bentuk jamak dari khulk.
Khulk di dalam kamus al-Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah
laku atau tabiat1. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan Khalqun ( )yang berarti kejadian, serta erat
hubungannya dengan Khaliq ( ) yang berarti pencipta dan
Makhluq ( ) yang berarti yang di ciptakan dan dari sinilah asal
mula perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi ugeran yang
memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara Makhluk dengan
Khaliq dan antara Makhluk dengan makhluk .
Dalam bahasa Yunani pengertian Khuluqun ( ( ini dipakai
kata ethicos atau ethos, artinya adat kebiasaan, perasaan batin,
kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan, kemudian kata ethicos
ini berubah menjadi ethika ( memakai h ) atau etika ( tanpa h ) dalam
istilah Indonesia . Sedangkan dalam pengertian sehari-hari Khuluqun
((umumnya disamakan artinya dengan arti kata budi pekerti atau
kesusilaan atau sopan santun .
Ibn Al- Jauzi menjelaskan bahwa al-khuluq adalah etika yang
dipilih seseorang. Dinamakan khuluq karena etika bagaikan khalqah
(karakter) pada dirinya. Dengan demikian khuluq adalah etika yang
menjadi pilihan dan di usahakan seseorang. Adapun etika yang yang
sudah menjadi tabiat bawaannya dinamakan al-khayam.
Angkatan kata budi pekerti , dalam bahasa Indonesia,
merupakan kata majemuk dari kata budi dan pekerti . Perkataan
budi berasal dari bahasa Sansekerta, bentuk isim fail atau alat, yang
berarti yang sadar atau yang menyadarkan atau alat kesadaran .
Bentuk mashdarnya ( momenverbal ) budh yang berarti kesadaran .
Sedang bentuk mafulnya ( obyek ) adalah budha, artinya yang
1 Dadan Nurul Haq,dkk. Aqidah Akhlak. Hal. 20 dari Luis Maluf, Kamus
al-Munjid al- Maktabah al-Katulitiayas,(Beirut, tt) hal. 194
2.
Artinya:(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan
.orang dahulu
Ayat pertama merupakan ungkapan dalam bentuk pujian, Ayat ini
memuat pujian Allah Subhanahu wa Taala kepada Rasul-Nya yg pilihan
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Kenyataan memang tdk ada
manusia yg lbh sempurna akhlak daripada beliau Shallallahu alaihi wa
sallam sebagai suatu anugerah dari Allah Subhanahu wa Taala yg telah
memberi taufik kepada beliau. Tidak ada satu pun kebagusan dan
kemuliaan melainkan didapatkan pada diri beliau dlm bentuk yg paling
sempurna dan paling utama
Yang kedua mengungkapkan sifat yang terdapat pada orang-orang
kuno dahulu.Ungkapan pertama tadi merupakan barometer terhadap
sesuatu yang seyogyanya akan dilakukan, sedangkan yang kedua
memberikan sifat yang telah ada.2
C. Makna Akhlak Secara Istilah
Dilihat dari segi terminologi Akhlak terdapat beberapa pakar yang
berpendapat antara lain :
Abu Ali Ibnu Muhammad Ibnu Yaqub Miskawaih :
2 Drs. H.M. Athoullah Ahmad, Antara Ilmu Akhlak dan Tasawuf. Hal. 15
perbuatan-perbuatan
tanpa
melalui
pertimbangan
was-shiffat
maupun
afal
(perbuatan-Nya)
serta
yang
telah
menjauhkan
diri
dari-Nya
dan
Mengikuti
dan
mematuhi
Rasulullah
berarti
10
Artinya:Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik
bagimu, agar kamu (selalu) ingat.
Surat Al-Baqaraah ayat 83
Perilaku
Ekspresi
niat
dengan
kesadaran dan pemikiran,
biasanya masih ada rasa
keterpaksaan.
Kebiasaan
Setelah
perilaku
dibiasakan
maka
iamenjadi ringan untuk
dilakukan, tidak ada
rasa
berat
dalam
melakukan itu.
Akhlak
Jika kebiasaan itu diinternalisasikan lebih dalam maka akan
terbentuklah perbuatan yang muncul tanpa pemikiran dan
pertimbangan lagi. Pada level ini pelaku akan selalu merasakan
kenikmatan melakukan akhlak terkait.
Dari bagan di atas dapat dituliskan hal itu bermula dari sebuah wacana ke
dekontruksi menuju rekonstruksi, dari sebuah niat ia lakukan sehingga
menjadi sebuah prilaku, prilaku dilihat kuantitas masih lemah. Ketika
kuantitasnya dinaikkan maka hal itu akan menjadikan sebuah kebiasaan.
Walaupun kuantitas sudah baik namun secara kualitas belum. Maka ketika
kualitasnya dinaikkan hal itu menjadi sebuah akhlak. Patokan ia sudah
14
dan
pertimbangan.
Akhlak
terbentuk
jika
kebiasaan
itu
15
16
Artinya :
Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (teladan) bagi orang yang mengharap (rohmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamt dan yang banyak mengingat Allah.
2.4.2. Kedudukan Akhlak
Dalam Islam, akhlak memiliki posisi yang sangat penting, yaitu
sebagai salah satu rukun agama islam. Akhlak memberikan peran
penting bagi kehidupan, baik bersifat individual maupun kolektif.
Diantara hadist yang menekankan pentingnya akhlak adalah sabda
Rasulullah SAW :
( )
Artinya :
Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang
paling bagus akhlaknya.
17
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akhlak adalah tingkah laku manusia yang di tinjau dari segi baik dan
buruknya, apa yang harus dilakukan dan
sesuatu untuk diri sendiri dan orang lain dalam mencapai tujuan.Terdapat
banyak pendapat tentang akhlak salah satunya adalah menurut Imam AlGhazali, beliau mendefinisikan akhlah adalah suatu ibarat dari dorongan
jiwa yang secara otomatis, menimbulkan perbuatan dengan mudah dah
gampang tanpa membutuhkan pikiran dan usaha. Dalam akhlak terdapat
objek persoalan akhlak yang meliputi hubungan manusia dengan Allah
SWT, hubungan manusia dengan Rasullulah SAW, hubungan manusia
dengam dirinya, hubungan manusia dengan sesamanya, serta hubungan
manusia dengan alam sekitar atau lingkungan hidupnya.
Proses pembentukan akhlak dimulai dengan niat, yaitu hasil
perdebatan batin yang mempertimbangkan masukan berupa ilham dan
was-was, yang menghasilkan perilaku. Perilaku merupakan ekspresi niat
dengan kesadaran dan pemikiran, biasanya masih ada rasa keterpaksaan.
Selanjutanya yaitu kebiasaan. Setelah perilaku dibiasakan maka ia menjadi
ringan untuk dilakukan, tidak ada rasa berat dalam melakukan itu. Jika
kebiasaan itu diinternalisasikan lebih dalam maka akan terbentuklah
perbuatan yang muncul tanpa pemikiran dan pertimbangan lagi. Pada level
ini pelaku akan selalu merasakan kenikmatan melakukan akhlak terkait.
Adapun tujuan dalam mempelajari akhlak salah satunya adalah
membersihkan qalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan marah sehingga
hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima nur
cahaya Tuhan. Sedangkan manfaat mempelajari akhlak salah satu
manfaatnya adalah dapat mengetahui criteria perbuatan baik dan buruk,
selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan
yang buruk.
18
TOPIK 2
STANDAR DAN RENTANG NILAI AKHLAK
Disusun Oleh :
Anggun Pertiwi
(1132050006)
Annisa Nurul Aeni
(1132050007)
19
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang
kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan, selain itu akhlak pula
mengawal dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat dunia dan
akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad SAW
adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, beliau berhasil dalam
dakwahnya karena akhlaknya yang prima. Kepada umat manusia yang
beriman kepada Allah SWT diminta agar akhlak dan keluhuran budi Nabi
Muhammad SAW itu dijadikan contoh dalam kehidupan di berbagai
bidang.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, muncullah
sejumlah besar ulama di bidang akhlak. Mereka tampil pada mulanya
untuk memberi koreksi pada perjalanan umat saat itu yang sudah mulai
miring ke arah yang salah. Untuk melestarikan pemikiran dan pendapatnya
itu mereka menulis sejumlah buku yang secara khusus membahas tentang
akhlak. Sebelum itu hasil penelitian para ulama Islam terhadap Al-quran
dan hadis menunjukkan, bahwa hakikat agama Islam itu adalah akhlak.
Pernyataan yang antara lain dikemukakan al-Mawardi dalam kitabnya
Adab al-Dunya wa al-Din ini mengatakan bahwa agama tanpa tasawuf
akhlak tidak akan hidup, bahkan kering dan layu. Ia juga mengatakan
bahwa seluruh ajaran Al-quran dan hadis pada ujungnya menghendaki
perbaikan akhlak dan mental spiritual.
Lalu, bagaimana sebenarnya standar akhlak dan rentang nilai
akhlak yang baik dan benar. Maka dalam makalah ini akan dibahas
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan standar akhlak dan rentang nilai
akhlak.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja yang termasuk dalam standar nilai akhlak
b. Bagaimana standar nilai akhlak dapat menjadi standar dalam akhlak
seseorang?
c. Apa saja yang termasuk rentang nilai akhlak?
d. Bagaimana rentang akhlak tersebut dalam penilaian akhlak seseorang?
20
yang
telah
di
uraikan
sebelumnya,
PEMBAHASAN
2.1 Standar Nilai Akhlak
A. Hati
1. Hati Nurani
Pengertian Hati Nurani
Hati atau sukma terjemahan dari kata bahasa Arab qalb.
Sebenarnya terjemahan yang tepat dari qalb adalah jantung, bukan hati
atau sukma. Tetapi, dalam pembahasan ini kita memakai kata hati
sebagaimana yang sudah biasa. Hati adalah segumpal daging yang
berbentuk bulat panjang dan terletak di dada sebelah kiri. Hati dalam
pengertian ini bukanlah objek kajian kita di sini, karena hal itu termasuk
21
22
Hati nurani erat kaitannya dengan tanggung jawab yang ada dalam
diri manusia karena seseorang baru dapat disebut bertanggung jawab
apabila secara intuisi perbuatannya itu dapat dipertanggungjawabkan pada
hati nurani dan kepada masyarakat pada umumnya.
Karena sifatnya yang demikian itu, maka hati nurani harus menjadi
salah satu dasar pertimbangan dalam melaksanakan kebebasan yang ada
dalam diri manusia, yaitu kebebasan yang tidak menyalahi atau
membelenggu hati nuraninya, karena kebebasan yang demikian itu pada
hakikatnya adalah kebebasan yang merugikan secara moral.
Selain itu, kebebasan dan tanggung jawab juga memiliki hubungan
dengan hati nurani dalam akhlak manusia. Karena masalah kebebasan,
tanggung jawab dan hati nurani adalah factor dominan yang menentukan
suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan akhlaki. Disini terdapat
hubungan fungsional antara kebebasan, tanggung jawab dan hati nurani
dengan akhlak.
Kemutlakan Hati Nurani :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
yang baik dan sebaliknya bisa mati jika diracuni dengan didikan yang buruk.
Suara hati ini beberapa tingkatan, yaitu:
Melakukan kewajiban karena merasa takut kepada manusia.
Melakukan kewajiban karena merasa ada undang-undang, mau
sendirian ataupun dihadapan orang banyak.
Melakukan kewajiban karena merasa seharusnya mengikuti apa
yang dipandang benar oleh dirinya, meskipun hal itu berbeda
dengan pendapat orang, atau mungkinj juga menyalahi dengan
aturan yang terkenal diantara mereka. Tingkatan ini merupakan
23
jika
tentang
perbuatan
orang
lain.
Saya
hanya
Teks suci
Hati nurani merupakan karunia Allah SWT yang sangat mahal dan
terpenting dalam jiwa manusia. Dan, ia tidak akan terlepas dari
pertanggungjawaban di akhirat kelak. ''Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung
jawabannya.'' (QS Al-Isra' [17]: 36).
''Ketahuilah bahwa dalam jasad ada segumpal daging, apabila
segumpal daging itu baik, maka akan menjadi baik semuanya, dan apabila
26
tersebut
berubah
menjadi
kecerdasan
hati
zulmani.
27
28
29
Atau
undang-undang
nomor
31
tahun
1999
mengenai
adalah
kode
etik
guru
dan
dosen.
Menilik
31
praktek penyelenggarannya
Tidak bertentangan dengan Undang-undang Dasar dan berjalan sejajar
Diterima oleh seluruh rakyat
Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturanaturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-undang Dasar.
maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat
punah. Contohnya adalah tradisi menghormati orang yang lebih tua,
tradisi akikah untuk bayi laki-laki maupun perempuan, tradisi yang
bersifat baik dapat membawa dampak positif namun jika tradisi itu
menyimpang dari norma agama islam seharusnya tidak perlu diikuti.
c. Sumber norma
Norma adalah pedoman, ketentuan dan acuan yang menjadi
keharusan bagi para anggota masyarakat dan segala objek yang
menjadi milik masyarakat tersebut untuk mengikuti dan mematuhi
serta mengakui dan sekaligus memberi sanksi bagi yang tidak
mengikuti, mematuhi dan mengakui pedoman tersebut. Adapun fungsi
norma adalah :
-
yang diharapkan
Menjaga kebersamaan dan solidaritas antara anggota masyarakat
Menjaga ketertiban dan keteraturan dalam Masyarakat
Menjaga kelestarian lingkungan sekitar
Sumber norma bagi umat muslim tentunya adalah Al-quran,
33
saksi
sekali-kali
amal
kecuali
dilakukan
dengan
ikhlas
dan
Azza wa Jalla.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin
Hambal, sahabat Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah
35
memeliharanya.
Akhlak yang diajarkan Rasulullah SAW terbagi dalam 4
macam:
1. Akhlak terhadap Allah SWT, bentuk akhlak terhadap Allah
tercermin pada suatu hal yang dicintai Allah. Contohnya : siwak
adalah menyucikan mulut dan membawa keridhoan Allah
(Sahih Bukhari) sungguh Nabi SAW melihat bekas ludah yang
mengering diarah kiblat, maka hal itu sangat membuat beliau
sedih, hingga terlihat bekas kesedihan pada wajah beliau SAW,
seraya berdiri dan membersihkannya dengan jarinya dan
bersabda: Jika diantara kalian berdiri untuk melakukan
shalatnya, sungguh ia sedang berbicara pada Tuhannya(Sahih
Bukhari) dsb.
2. Akhlak terhadap orang lain. Diantaranya seperti :
memuliakan tamu, memuliakan yang lebih tua, murah senyum,
memuliakan orang tua, menolong tanpa pamrih dalma hal
kebaikan dan lain sebagainya.
3. Akhlak pada diri sendiri, sebagai hamba Allah, manusia
diwajibkan untuk selalu bersikap tunduk dan patuh terhadap
Allah Swt. Kepatuhan dan ketaatan bukan dipaksa melainkan
datang dari kemauan hati, sesuai dangan dasar akal fikiran yang
telah dianugerahkan oleh Allah SWT dan Allah tidak menyukai
suatu yang berlebih-lebihan.
4. Akhlak pada lingkungan dalam kajian al-Quran dan Sunnah
Rasul bentuk aktualisasi akhlak terhadap lingkungan dibedakan
menjadi dua yaitu akhlak terhadap alam nyata dan akhlak
terhadap alam ghaib.
36
serangkaian
perbuatan-pewrbuatan
tercela
secara
dan
kedekatan
kepada
Allah
swt.
Sehingga
38
b. Cerdas
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna
(Q.S. At-Tin: 5). Secara fisik, manusia memiliki struktur tubuh yang
sangat sempurna, ditambah lagi dengan pemberian akal, maka ia
adalah makhluk jasadiyah dan ruhaniyah. Akal yang dianugrahkan
kepada manusia memiliki tingkatan kecerdasan yang berbeda-beda.
Menurut Howard Gordner definisi kecerdasan sebagaimana
dikutip oleh Agus Efendi, adalah kemampuan untuk memecahkan atau
menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu. Sedangkan
menurut Alfred binet dan Theodore Simon, kecerdasan terdiri dari
tiga komponen : (1) kemampuan mengarahkan pikiran dan atau
tindakan, (2) kemampuan mengubah arah tindakan jika tindakan
tersebut telah dilakukan, dan (3) kemampuan mengkritik diri sendiri.
Dalam literatur Islam ada beberapa kata yang apabila ditinjau
dari pengertian etimologi memiliki makna yang sama atau dekat
dengan kecerdasan, antara lain :
1. Al-fathanah atau al-fithnah, yang artinya cerdas, juga memiliki makna
sama denganal-fahm (paham) lawan dari al-ghabawah (bodoh).
2. Adz-dzaka yang berarti hiddah al-fuad wa surah al-fithnah (tajamnya
pemahaman hati dan cepat paham). Ibn Hilal al-Askari membedakan
antara al-fithnah dan adz-dzaka,
bahwa adz-dzaka
kecerdasan
dengan
menggunakan
kata
al-kayyis,
()
Dari Syaddad Ibn Aus, darr Rasulullah saw. Bersabda : orang yang
cerdas adalah orang yang merendahkan dirinya dan beramal untuk
persiapan sesudah mati (H.R. At-Tirmidzi).
Al-Mawardi dalam kitab Adab ad-Dunya wa ad-Ddin pada bab
pertama menjelaskan tentang keutamaan akal, bahwa segala yang mulia
memilki asas dan segala etika memiliki sumber, asas bagi segala
kemuliaan dan sumber bagi segala etika adalah akal. Lebih lanjut AlMawardi menyimpulkan definisi akal yaitu pengetahuan tentang hal-hal
yang diketahui secara langsung.
Agus Efendi menyimpulkan dari beberapa pendapat ahli, ada 14 jenis
kecerdasan :
1.Intelligence Quotient (Kecerdasan Inteligensi).
2. Multiple Intelligence (Kecerdasan Majmuk).
3. Practical Intelligence (Kecerdasan Praktis)
4. Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional)
5. Entrepreneurial Intelligence (Kecerdasan Berwiraswasta)
6. Financial Intelligence (kecerdasan Finansial)
7. Adversity Quotient (Kecerdasan Advesitas)
8. Aspiration Intelligence (Kecerdasan Aspirasi)
9. Power Intelligence (Kecerdasan Kekuatan)
10. Imagination Intelligence (Kecerdasan Imajinasi)
11. Intuition Intgelligence (Kecerdasan Intuitif)
12. Moral Intelligence (Kecerdasan Moral)
13. Spiritual Intelligence (Kecerdasan spiritual)
14. Succesful Intelligence (Kecerdasan Kesuksesan)
Kecerdasan Pribadi
Kecerdasan pribadi ini banyak dijelaskan di dalam al-Quran,
seperti pada Surat Adz-Dzariyat ayat 21 berikut:
40
41
diungkapkan
di
atas,
juga
kemampuan
mencermati
dan
Al-Baqarah/2 : 44)
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri
kita sendiri dan perasaan orang lain, kamampuan memotivasi diri
sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri
sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Emosi merupakan
salah satu dari trilogi mental yang terdiri dari ; kognisi, emosi, dan
motivasi.
Menurut Paul Ekman, sebagaimana dikutip oleh Agus Efendi, ada
enam (6) jenis emosi dasar, yaitu ; anger (marah), fear (takut), surprise
(kejuan), disgust (Jengkel), happiness (kebahagiaan), dan sadness
(kesedihan).
Kecerdasan Emosional (EQ) yang diungkap oleh Al-Quran dalam ayatayat yang diberi stressing dengan menggunakan kata yang memiliki
makna kecerdasan seperti tafakkur dan sejenisnya, seperti pada Surat
al-Rum : 21 beikut ;
dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
42
dengan mengendalikan
Kecerdasan Spiritual
Kecedasan Spiritual (Spiritual Quotion) adalah kecerdasan untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup kita dalam konteks
makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
43
44
Dan Dia lah Yang menjadikan bumi terbentang luas, dan
menjadikan padanya gunung-ganang (terdiri kukuh) serta sungai-sungai
(yang mengalir). dan dari tiap-tiap jenis buah-buahan, ia jadikan padanya
pasangan: dua-dua. ia juga melindungi siang Dengan malam silih berganti.
Sesungguhnya semuanya itu mengandungi tanda-tanda kekuasaan Allah
bagi kaum Yang (mahu) berfikir.(Q.S.Al-Rad : 3)
-
Kecerdasan Tubuh
Kecerdasan Tubuh adalah Kecerdasan Atletik dalam mengontrol
tubuh seseorang dengan sangat cermat. Oleh karena itu, ditegaskan oleh
Buzan bahwa jika kita memiliki kecerdasan Fisik yang tinggi maka kita
akan memahami hubungan antara otak dan tubuh, men sana in corpore
sano, pikiran yang sehat terdapat dalam badan yang sehat, Sebaliknya,
badan yang sehat berada dalam pikiran yang sehat (Agus Efendi : 2005 :
152).
Al-Quran memberikan petunjuk kepada manusia, agar memilki
kecerdasan memeliharaha badannya, sehingga terhindar dari hal-hal yang
membahayakan badannya, seperti al-Quran Surat al-Baqarah ayat 219
berikut :
Mereka bertanya tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada
keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya. Dan mereka
bertanya kepadamu : apa yang mereka nafkahkan? Katakanlah: Yang
lebih dari keperluan. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
-
akan melihat(Q.S.Al-Qalam/68:4-5)
Sumber Kecerdasan
Al-Quran memberikan isyarat bahwa ada 3 sumber Kecerdasa,
46
c. Tangguh
Tangguh sama artinya dengan kuat, kokoh, tahan banting, bertekad
untuk beridri tegak dan gigih pantang menyerah. Sedangkan ketangguhan
adalah kemampuan seseorang untuk berbuat yang terbaik dari apa yang
dipercayakan kepadanya. Tangguh juga dpaat diartikan dengan membuat
keputusan untuk mengubah sikap mengasihani diri, suka mengeluh dan
bergantung menjadi percaya diri, mandiri dan totalitas dalam bertindak.
Kita dapat merenungkan ayat al-quran Bertakwalah kepada
Allah. menurut kemampuanmu (QS. At-Taghabun [64]: 16) dan hadis
yang mengatakan bahwa : Allah merahmati seseorang yang mengetahui
kemampuannya (Al-Hadits)
d. Peduli
Muslim diajarkan bagaimana ia cinta terhadap sesama muslimnya.
Peduli akan kesusahannya, kesenangannya. Banyak sekali ajaran-ajaran
islam yang mengajarkan akan arti peduli. Banyak ayat yang menganjurkan
kita untuk tidak menghardik anak yatim, menyayanginya, menyantuninya.
Peduli. Dalam islam juga dikenal dengan adanya sedekah yang sunnah.
Zakat yang wajib. Ini dilakukan supaya tidak ada senggang antara si kaya
dan si miskin. Peduli, semuanya rata, Allah menilai tingkat ketaqwaan
bukan kekayaan. Rasulullah SAW ketika dipenghujung usianya, beliau tak
memikirkan keadaan dirinya. Tapi yang terucap dari lisannya yang agung
adalah, ummati, ummati, ummati. Lagi-lagi beliau mengajarkan betapa
pentingnya peduli.
Bahkan sampai dengan tegas ada hadits yang menyatakan
pedulilah pada tetanggamu, jika tidak maka kau bukan bagian dari orangorang mukmin. Bukan mukmin, orang yang kenyang perutnya sedang
tetangga sebelahnya kelaparan (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra
18108, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 149).
Maka Allah mempertegas bahwa seorang muslim harus memiliki rasa
peduli kepada sesamanya dalam ayat-Nya.
47
al-quran
juga
dijelaskan
mengenai
dusta
yaitu
50
1. Bangga diri.
2. Banyak bicara dalam hal yg tidak bermanfaat.
3. Melarang orang lain dari suatu perbuatan, namun ia sendiri
melakukannya. (Lihat Uyuunu Al-Akhbaar, karya Ibnu
Qutaibah II/39).
Jadi, Orang pintar itu selalu berupaya membebaskan diri dari 3
Tanda Orang Bodoh di atas, dan juga dari tanda-tanda yg lainnya, seperti
bermalas-malasan dalam beramal ibadah dan tidak peduli dengan
menuntut ilmu agama, mengharapkan keselamatan dan kebahagian di
dunia dan akhirat tetapi ia berjalan di atas jalan kesesatan, kesengsaraan.
Kebodohan dalam Pandangan Ali bin Abi Tholib :
- Kamu tidak melihat orang bodoh kecuali dia cenderung ifrath
(melampaui batas) atau tafrith (lalai)
- Banyak orang alim dibunuh oleh kebodohannya sendiri dan ilmunya
tidak bermanfaat baginya
Sahabat Ali bin abi thalib ditanya "Terangkan kepada kami sifat
orang bijak" Beliau menjawab: "Dia adalah orang yang meletakkan
sesuatu pada tempatnya"; kemudian beliau ditanya lagi "Jelaskan kepada
kami sifat orang bodoh" sahabat Ali kw. Menjawab: "Sudah aku jelaskan
(yakni orang yang meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya). Barang
siapa yang berdiri (menentang) kebenaran niscaya akan binasa.
Kebodohan dalam pandangan Muhammad Baqir:
51
Suatu ketika Muhammad Baqir ibn Ali ibn Husain ibn Ali bin Abi
Thalib ra. berniat untuk bepergian. Tiba-tiba ayah beliau Imam Ali AsSajjad ra. masuk ke rumah. Salah satu yang diucapkan beliau adalah,
Wahai anakku, hindarilah bersahabat dan bergaul dengan orang bodoh;
jauhi dan hindari berbicara dengannya. Beliau menjelaskan tanda-tanda
kebodohan serta sempitnya pemikiran dan pandangannya. Beliau berkata:
-Apabila berbicara, kebodohannya mempermalukannya
-Apabila berdiam diri, celanya tertutupi
-Apabila berbuat (sesuatu), (ia) merusak
-Apabila diminta untuk menjaga (sesuatu), (ia) menghilangkannya
-Ilmunya tidak cukup bagi dirinya dan ilmu orang lain tidak berguna
baginya
-Ia tidak taat kepada (orang) yang menasihatinya dan temannya tidak
pernah (merasa) tenang dengan kehadirannya.
-Ibunya merasa tidak melahirkannya dan isterinya merasa telah kehilangan
dirinya
-Tetangganya jauh dari rumahnya dan temannya menjauh darinya
-Apabila ia yang paling muda dalam majelis, (ia) merasa lebih sadar dari
orang yang lebih tua (darinya)
-Apabila ia yang paling tua, (ia) merusak (orang) yang lebih muda darinya.
c. Rapuh
Allah telah menjadikan manusia dari unsur Ruh (jiwa) dan jasad
(jasmani). Ilmu kedokteran telah berkembang sedemikian pesatnya,
banyak penyakit jasmani yang sudah dikenal dan ditemukan obatnya oleh
dunia kedokteran dewasa ini. Namun sedikit sekali yang diketahui
manusia tentang penyakit dan obat bagi gangguan atau penyakit jiwa
(Ruh). Jika sakit jasmani bisa diobati dengan memberikan obat kimia,
herbal atau tindakan operasi. Sakit atau gangguan kejiwaan tidak bisa
diobati dengan cara tersebut. Jiwa tidak bisa diraba atau disentuh secara
fisik.
52
53
ini
berkata: Rasulullah saw bersabda, "tidak akan masuk surga orang yang
memutuskan tali persaudaraan/ tali kekeluargaan." (HR. Bukhori dan
Muslim)
PENUTUP
3.1 Simpulan
Standar nilai akhlak terletak pada bagaimana hati kita saat
melakukan perbuatan tersebut, jika hal tersebut berasal dari hati nurani
maka hal tersebut pasti tulus. Namun bila hati zulmani yang berkehendak
maka akan sebaliknya. Dan dalam kehidupan bermasyarakat juga dilihat
beberapa undang-undang yang terikat baik secara tertulis maupun tidak
tertulis. Norma-norma yang berlaku dalam masyarakat bersumber dari Alquran sebagai pedoman hidup kita, hadis, UUD dan pancasila.
Kemudian akhlak merentang dari akhlak terpuji sampai akhlak
tercela. Akhlak terpuji adalah sifat-sifat terrpuji yang memikirkan
serangkaian perbuatan-perbuatan moderat (utama), yang berada di tengah
antara kedua ujung ekstrimnya. Sedangkan akhlak tercela, yaitu sifat-sifat
tercela yang memunculkan serangkaian perbuatan-pewrbuatan tercela secara
konsisten. Perbutan tercela itu adalah perbuatan yang memihak pada salah
satu titik ekstrim.
56
TOPIK 3
CIRI DAN ARAH AKHLAK
Disusun Oleh :
Asry Erma Yunita (1132050009)
Atoillah
(1132050010)
57
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman yang modern ini manusia dihadapkan pada masalah moral
dan akhlak yang cukup serius dan jika dibiarkan akan menghancurkan masa
depan bangsa yang bersangkutan. Praktek hidup yang menyimpang dan
penyalahgunaan kesempatan dengan mengambil bentuk perbuatan sadis dan
merugikan orang lain kian tumbuh subur diwilayah yang tak berakhlak dan tak
bertasawuf. Korupsi, kolusi, perampokkan, pembunuhan dan perampasan hakhak asasi manusia pada umumnya terlalu banyak yang dapat dilihat, cara
mengatasinya tidak hanya dengan uang, ilmu pengetahuan dan teknologi saja
akan tetapi harus dibarengi dengan penanganan dibidang mental spiritual dan
akhlak yang mulia.
Oleh karena itu, pada zaman modern ini akhlak-akhlak manusia sangat
bertentangan dengan akhlah rasulullah SAW. Walaupun berbedanya zaman
sekarang dengan zaman diwaktu rasulullah SAW akan tetapi kita adalah umat
rasulullah dan sudah seharusnya kita meniru akan akhlak dan keluhuran budi
rasulullah dan dijadikan contoh dalam kehidupan diberbagai bidang. karena
rasulullah adalah uswatun hassanah bagi manusia (umatnya), bagi mereka
yang mematuhi dan meniru akhlak dan keluhuran rasull maka dijamin akan
keselamatan hidupnya didunia dan diakhirat.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja yang termasuk kepada cirri-ciri akhlak ?
2. Di tujukan Kepada siapa sajakah arah akhlak tersebut ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa lebih paham akan cirri-ciri akhlak
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui arah akhlak
3. Agar mahasiswa bisa mengaplikasikan akhlak yang baik dalam kehidupan
sehari-hari
58
PEMBAHASAN
A. Ciri-ciri akhlak
1. Pangkalnya disengaja
a) Niat
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh mutaafaqun alaih
yang artinya sesungguhnya amal itu dengan niat dan setiap orang itu
tergantung pada apa yang diniatkannya. Dan dalam hadits lain juga
dikatakan bahwa jika dua orang muslim bertemu dengan pedangnya
masing-masing, maka pembunuh dan yang terbunuh sama-sama masuk
neraka. Ditanyakan kepada beliau : wahai rasullallah, kalau pembunuh
betul bagaimana dengan orang yang terbunuh? Maka Rasullullah SAW
bersabda : karena ia juga ingin membunuh sahabatnya. (mutafaqun
alaih).
Seperti yang sudah dipaparkan diatas bahwa segala sesuatu yang
ingin kita perbuat berawal dari sebuah niat,dan niat itu menjadi pijakan
bagi kita untuk melangkah berbuat, dan kekuatan niat itu juga yang
menjadi topangan untuk menentukan kekuatan langkah kita berikutnya.
Barangsiapa yang menanam maka dialah yang akan menuainya dan jika
kita menanam buah apel maka kita akan memanen buah apel kelak,
pribahasa tersebut sudahlah tidak asing lagi di telinga kita sebagai
perumpamaan bahwa niat itu sangatlah menentukan hasil.
Niat berarti menyengaja untuk memulai berbuat, kekuatan niat itu
dari yang rendah hingga yang tinggi, yaitu terpaksa, ada unsur sengaja,
disengaja dan terancang.
b) Kehendak
Dalam berbuat diawali dengan
mempertimbangkannya
dan
berikutnya
satu
keinginan
59
60
memukul anaknya itu agar menariknya pada rasa jera dari kesalahan
yang sudah ia perbuat dan juga untuk kebaikan dan kepentingan
anaknya juga.
Sesuatu yang mendorong kita untuk berbuat. Misalnya, seorang
ayah yang memukul anaknya, itu berarti pendorongnya adalah rasa
marah ayahnya dan marahnya itu mendorong nya untuk memukul
anaknya itu, dan itu semata untuk kepuasan dirinya.
Adapun contoh salah satu hadis yaitu:
sesungguhnya suatu amal itu dengan niat, dan sesungguhnya setiap
amr itu terletak pada apa yang diniatkannya itu
2. Prosesnya terbiasa
Kebiasaan adalah suatu perbuatan yang selalu dilakukan oleh manusia
secara berkelanjutan atau terus menerus dilakukan. Dan mayoritas dari
konsep atau cara hidup setiap manusia adalah suatu kebiasaan yang selalu
mereka lakukan, seperti cara makan, cara bicara, cara berjalan, cara
berpakaian, cara berpenampilan dan sebagainya.
Setiap kebiasaan dibentuk oleh 3 hal:
1) Adanya rasa menyukai pada perbuatan itu.
2) Adanya wujud perbuatan itu.
3) Adanya pengulangan yang berlanjut pada keduanya.
dengan
alat
perasa,peraba,
penglihatan,
pendengaran,
61
diteruskan ke otak melalui urat syaraf. Dan sifat urat saraf itu dapat
menerima perubahan.
Seperti halnya air yang mengalir dari dataran tinggi kedataran
rendah yang mengikuti rendahnya permukaan tanah, setiap air
melewati suatu tempat maka semakin bertambah dalamnya tempat
itu, dan berikutnnya menjadikannya semakin mudah untuk melewati
tempat itu. Demikian pula dengan sistem saraf, setiap tindakan yang
dilakukan pasti ada rekamannya(membekas) dan setiap ia
melakukan pebuatan baru, awalnya akan terasa kaku atau susah
untuk dilakukan akan tetapi kalau perbuatan itu dilakukan secara
kontinu maka perbuatan itu akan mudah untuk dilakukan karena
sistem sarafnya sudah terbentuk untuk perbuatan itu.
2) Sifat kebiasaan
Kebiasaan itu memiliki empat macam karakter, yaitu:
Memudahkan berbuat.
Suatu perbuatan yang sudah terbiasa dilakukan maka ia akan
sangat relative mudah untuk melakukan perbuatan tersebut,
berbeda dengan hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya
(baru). Seperti halnya di saat seorang mahasiswa di berikan tugas
untuk membuat makalah, maka pada saat ia mulai belajar membuat
makalah mungkin untuk membuat kata pengantarnya pun akan
sangat sulit akan tetapi jika ia terus menerus membuat makalah
atas perintah tugas dari dosennya yang berkelanjutan maka dengan
sendirinya ia akan terbiasa membuat makalah dengan mudah.
Menghemat waktu dan perhatian.
Suatu perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan maka ia dapat
malakukannya dalam waktu yang singkat dan relative sedikit. Mungkin
pada awalnya untuk menulis sebuah makalah bisa memakan waktu yang
lama dan pehatian yang cukup banyak, tetapi setelah diulang beberapa
kali maka untuk kesekian kalinya sudah menjadi kebiasaan sehingga ia
dapat dengan mudah membuat suatu makalah dengan waktu yang
relative lebih cepat disbanding dengan semmula ia membuat makalah.
Kekuatan kebiasaan
62
terbiasa dengan sarapan pagi karena hati kita sudah tercetak dengan
kebiasaan yang dilakukan dari kecil.
Mengubah kebiasaan
Untuk membentuk kebiasaan kita harus ada keinginan pada
sesuatu,
memulai
melakukannya,
kemudian
melatihkannya
dan
kepatuhan
dalam
beribadah
dan
berkarya
dalam
63
Maksud dari arah akhlak itu sendiri ialah akhlak itu arahnya
ditujukan kepada siapa. Akhlak ini diarahkan pada dua hal,
yaitu akhlak kepada khalik dan akhlak kepada makhluk. Khalik
adalah yang menciptakan, sang pencipta, yaitu Allah SWT,
dan makhluk adalah yang diciptakan, yaitu manusia dan yang
selainnya.
a. Akhlak kepada Allah swt
swt
sesuatu
tidak
mengampuni
dengan-Nya,
dan
dosa
Dia
mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang dikehendakiNya. Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah
swt, sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.
Senantiasa patuh terhadappetunjuk-Nya
Untuk
memelihara
ketercantelan
penghambaan
kepada-Nya, maka kita mengupayakan senantiasa patuh
kepada setiap perintah yang datang dari-Nya, samina
wathana, kami dengar dan kami taat.
Q.S. An-Nur, 52 ; 2.
Barang siapa taat kepada Allah swt dan Rasul-Nya serta
takut kepada Allah serta bertaqwa kepada-Nya, maka itulah
orang-orang yang memperoleh kemenangan.
Senantiasa mencontoh sifat-sifat-Nya
64
tak
berujung,
yang
marahnya
dkalahkan
oleh
al
Husna,
nama-nama
terbaik.
Sebagaimana
firmannya ;Katakanlah, serulah Allah swt atau serulah Arrahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia
mempunyai
Asma
al-
Husna
dan
janganlah
kamu
dan
carilah
jalan
tengah
di
antara
kepada
Allah
Swt
dan
65
keharusan
dan
menunjukan
materi
untuk
yang
kehinaan
tabah
layak
diri
dan
berusaha
untuk
dengan
disampaikan,
berharap
mendapat
anugrah kebaikan.
3) Menyampaikan keluhan ( bermunajat )
Sejak semula al-quran telah menggariskan bahwa
manusia itu suka mengeluh. Sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dalam keadaan susah payah. ( QS.
Al-balad, 90;4 )
Sejak dalam kandungan, selama dalam kehidupan ini
hingga kematian dan masa sesudahnya, manusia itu tidak
pernah luput dari kesulitan demi kesulitan.
Orang yang beriman, keimanannya akan melahirkan
sikap optimisme karena ia yakin bahwa apa yang ada
dalam genggaman ilahi, jauh lebih dapat diandalkan
daripada apa yang ada di dalam genggamannya. Boleh
saja mengeluh, apa lagi jika ditujukan kepada Allah Swt
sabil
berusaha.
Saat
optimisme.
Para nabi pun mengeluh,
QS.Shad, 38 : 41
Ingatlah hamba kami,
itu
keluhan
Ayub,
menjadi
ketika
ia
tanda
menyeru
Allah
Swt
aku
66
dan
harus
senantiasa
menghiasi
diri
dengan
beroptimis.
QS. Ath-Thalaq, 65;7
Allah
Swt
akan
menjadikan
setelah
kesempitan
itu
kelapangan
Bahkan kelapangan akan berganda sesudah satu
kesulitan.
Maka
sebetulnya
tidak
ada
tempat
bagi
berarti
hidup
anugrahnya
irit,
secara
sederhana,
teliti,
proporsional,
yang
secara
berlebihan,
dan
kikir
yaitu
menahan
68
balaslah
salam
itu
degan
yang
setimpal.
Akhlak
terhadap
orang
lain,
difokuskan
terhadap
orang
tua
ini
hingga
mencapai
kedewasaannya.
tempat
berolahraga
dan
tinggal
berobat
papan),
biaya
(kesehatan),
biaya
perhatian,
memberikan
hak-haknya,
69
baik,
mencukur
mengaqiqahkannya,
rambutnya,
mengkhitankannya,
terhadap
memaafkan,
mereka.
berhati
Dan
lapang,
jika
dan
kamu
memberi
Artinya,
mempererat
tali
tetangga
berarti
orang
yang
tempat
tinggalnya
Rasulullah
Saw
melihat
empat
macam
kategori tetangga.
(1) tetangga yang kerabat, muslim, memiliki 3 hak,
yakni
hak
keislaman,
hak
kekerabatan,
hak
ketetanggaan.
(2) tetangga yang muslim, bukan kerabat, memiliki dua
hak.
(3) tetangga yang bukan kerabat dan bukan muslim,
memiliki satu hak.
(4) tetangga yang kerabat tapi bukan muslim memiliki
dua hak.
d) berakhlak terhadap sesama muslim
pada hakikatnya, muslim itu saling menyelamatkan
antar sesamanya, ada ikatan keluarga semuslim dan
tidak saling mengganggu antar mereka. Rasulullah
Saw bersabda :
muslim itu adalah
orang
yang
tidak
pernah
satu
anggotanya
sakit,
maka
seluruh
Nabi bersada :
Hak seorang muslim atasmuslim yang lain itu ada 6,
yaitu :
- Jika
- Jika
- Jika
- Jika
-
jawablah yarhamukallah
Jika sakit, maka tengoklah
Jika mati, antarkanlah ia
ke
peristirahatan
terakhirnya.
( HR. Bukhori )
e) Akhlak terhadap kaum lemah
Rasulullah Saw bersabda :
Sesungguhnya Allah Swt memfardukan atas orangorang kaya muslim, sekadar dalam hartanya sehingga
menutupi kebutuhan kaum fakir miskin. Kemelaratan
orang-orang miskin adalah karena ulah orang-orang
kaya
di
kalangan
mereka.
Ingatlah,
Allah
akan
isinya,
selain
Allah.
Allah
melalui
Al-Quran
dan
kewajiban
terhadap
alam
sekitarnya,
yakni
72
tangan
manusia,
kemudian
Allah
Swt
dengan
segala
macam
perangkat
yang
adalah
seperti
membiarkan
keadaan
semula.
sesuatu
seperti
nikmat
itu,
dan
kedua,
sesudah
kepadanya
dibangunnya.
dengan
rasa
Dan
takut
mohonlah
dan
harap.
keadaan
dimana
telat
kenyamanan
adalah
keadaan
yang
74
untuk
menciptakan
kenyamanan adalah :
Merawat suasana kebersihan
Kebersihan
adalah
keadaan
bebas
dari
kotoran,
kebersihan
dan
perlunya
mewujudkan
75
keindahan
merupakan
kewajiban
kita
Menjaga ketertiban
kalanya
diartikan
sebagai
ketertiban,
aspek
kehidupan
sudah
barang
tentu
rumah,
sekolah
dalam
beragamapun
agar
masyarakat
tertata
rapih
tidak
pinsip
yang
Islam
mencangkup
sekumpulan
manusia
agar
berakhlaq
baik
dalam
karena
Dialah
sang
Pencipta,
Pengatur
dan
sebagai
amanat
untuk
disalurkan
dan
SWT),
baik
dalam
pengembangannya
komprnsasiny
baik
karena
diambil
yang bermanfaat.
Menjaga barang milik orang lain
Menjaga barang orang lain itu sangat erat kaitannya
dengan amanah. Apabila berbicara tentang amanah,
pasti kita selaku hamba Allah yang beriman harus
menjaga setiap amanah yang diberikan kepada kita,
termasuk menjaga barang orang lain yang dtitipkan
kepada kita.
Adapun hadits Rasulullah tentang amanah sebagai
berikut :
77
) .
Nabi bersabda :
Seorang perempuan masuk neraka akibat mengurung
kucing
sampai
minum,
dan
mati,
tidak
tidak
memberinya
melepasnya
makan
makan,
sendiri.
( Mutafaq alaih )
78
hewan
dengan
cara
memberikan
rasa
senang
kepada
manusia
sebagainya,
semuanya
sangat
menopang
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ciri-ciri akhlak
Pangkalnya disengaja
Prosesnya terbiasa
Eksistensinya mewarnai
Arah Akhlak
79
Maksud dari arah akhlak itu sendiri ialah akhlak itu arahnya ditujukan
kepada siapa. Akhlak ini diarahkan pada dua hal, yaitu akhlak kepada khalik
dan akhlak kepada makhluk.
Akhlak kepada Allah swt
Akhlak terhadap Makhluk
80
TOPIK 4
POTENSI DASAR DAN INDUK AKHLAK
Disusun Oleh :
Budi Bhaskara ( 1132050013)
Desi Ratnasari ( 1132050014)
PEMBAHASAN
1. Potensi Dasar
Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to
potent yang berarti keras atau kuat. Dalam pemahaman lain kurang lebih
semakna yaitu mengandung arti kekuatan, kemampuan, dan daya, baik
yang belum maupun yang sudah terwujud, tetapi belum optimal.
Sementara itu, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dimaksud
potensi adalah kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang
dimiliki oleh seseorang, namun belum digunakan secara maksimal.
81
terhadap tekanan.
Kepribadian, yaitu pola menyeluruh terhadap semua kemampuan,
perbuatan, serta kebiasaan seseorang, baik yang jasmani, rohani,
emosional, maupun sosial yang ditata dengan cara yang khas di bawah
pengaruh dari luar. Pola ini berbentuk tingkah laku dalam usahanya
menjadi manusia sebagaimana yang dikehendaki. Beberapa contoh
kepribadian, antara lain ikhlas, tulus, lincah, cerdas, dan lain
sebagainya.
a. Potensi Fitrah
Pengertian : Kata fitrah berasal dari kata (fiil) fathara yang berarti
menjadikan secara etimologi fitrah berarti kejadian asli,agama,
ciptaan, sifat semula jadi, potensi dasar, dan kesucian.
Menurut Ibn Al-Qayyim dan Ibn Al-Katsir, karena fatir artinya
menciptakan, maka fitrah artinya keadaan yang dihasilkan dari
penciptaannya itu. Menurut hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas,
fitrah adalah awal mula penciptaan manusia. Sebab lafadz fitrah tidak
pernah dikemukakan oleh al-Quran dalam konteksnya selain dengan
manusia.
Dalam kamus susunan Mahmud Yunus, fitrah diartikan sebagai agama,
ciptaan, perangai, kejadian asli. Dalam kamus Munjid kata fitrah
diartikan dengan agama, sunnah, kejadian, tabiat.
Menurut Syahminan Zain (1986 : 5), bahwa fitrah adalah potensi laten
atau kekuatan yang terpendam yang ada dalam diri manusia, yang
dibawanya sejak lahir.
Pengertian secara Etimologi tersebut masih bersifat umum, untuk
mengkhususkan arti fitrah, hendaklah perhatikan firman Allah SWT
dalam Q.S Ar-Rum30:Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama
82
agama
yang
lurus.
Namun
kebanyakan
orang
tidak
mengetahuinya.
Adapun sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
adalah
28)
Tunduk kepada allah
Seperti yang terkandung dalam surat al-hujurat ayat 14
Orang-orang badui berkata: kami telah beriman, katakanlah
kepada mereka kamu belum beriman, tapi katakanlah kami
telah tunduk karena iman itu belum masuk kedalam hatimu. (Qs
Al-Hujurat : 14).
Mendapat cahaya (islam)
Seperti yang terkandung dalam surat Az-Zumar ayat 22
Orang-orang yang dibukakan hatinya oleh allah untuk
menerima islam, lalu dia mendapatkan cahaya dari tuhannya
(Qs Al-Zumar : 22).
2. Fitrah Beribadah
Ibadah adalah satu nama yang mencakup apa-apa yang dicintai dan
diridhai Allah berupa perbuatan dan ucapan, yang lahir maupun
yang batin.
Ayat yang menerangkan tentang ibadah:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah kepada-Ku. (Qs. adz-Dzariyaat/51: 56)
Untuk apa beribadah? Untuk menjaga diri kita manusia supaya tidak
rugi di dalam kehidupan dunia dan akhirat kita. Allah memberitahu
kepada umat manusia siapa diri-Nya: Allah adalah Dzat yang
84
Pemerintahan
Islam
hal
73).
85
Apakah
Khilafah
sama
dengan
Negara
Faktor Lingkungan.
Keegoan seseorang itu biasanya akan sulit terkontrol jika
lingkungannya
tidak
mendukung.
Seperti
keadaan
yang
Faktor Kebiasaan.
Faktor yang ini masih berkaitan dengan Faktor Lingkungan.
Faktor ini disebabkan oleh kemanjaan yang dibiasakan oleh orang tua
kepada anaknya sehingga membuatnya merasa apapun bisa dia
dapatkan.
86
Faktor Keturunan.
Faktor ini ada karena ego adalah sifat yang dapat "diturunkan"
kepada keturunannya. Jika ego orang tua besar maka biasanya ego
anaknya pun akan besar juga. Begitupun sebaliknya.
1. Aspek-aspek Ego
Kognitif : fungsi otak, fungsi akal, fungsi qolbu
Otak dan akal adalah pusat aktifitas pikiran manusia berada. Seluruh
peradaban manusia pun dihasilkan oleh kedua hal ini. Itu pula,
kenapa dunia binatang tidak memiliki peradaban seperti manusia
tidak punya sains, teknologi, seni budaya, bahkan agama.
Bicara tentang otak dan akal, Al-Quran memiliki cakupan yang luas
tentang akal dan otak, seperti pada ayat berikut ini :
(Orang yang berakal adalah) orang-orang yang mengingat
(yadzkuruna) Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka berpikir (yatafakkaruna) tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka, [QS. Al-Imraan: 190-191].
Memang dalam kaitan antara akal dan qalbu sering dilakukan oleh
para ilmuwan ilmuwan muslim, karena dalam proses diatas bahwa
proses berfikir memang saling berhubungan dengan qalbu.
Selaras dengan kitab suci Al-Quran , Rasulullah saw juga bersabda
yang pertama kali diciptakan oleh allah adalah akal . lalu allah
berkata kepadanya datanglah kemari , maka akalpun datang
kepadanya.kata Allah : demi kemuliaan serta keagunganku, tidaklah
aku ciptakan makhluk yang lebih muia bagiku daripada kamu .
dengan engkaulah aku mengambil dan dengan engkaulah aku
87
88
otot
dan
fisik.PancaIndera
atau
indria
merupakan
alat
2. Macam-Macam Ego
a. Ego Kedirian
Ego kedirian atau juga ego individualis adalah konsep keakuan yang
bersifat individu sebagai pusat lingkungan dirinya,dan orang lain
siapapun itu, berada di luarnya.orang seperti ini memiliki sifat
egois,angkuh,segalanga
di
lakukan
untuk
dirinya
saja.
Ini
90
kesatria), dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat). Yang
ini semua berinduk kepada sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau
seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang terdapat
dalam diri manusia, yaitu aql (pemikiran) yang berpusat di kepala,
ghadab (amarah) yang berpusat di dada, dan nafsu syahwat (dorongan
seksual) yang berpusat di perut, mengenai terakhir ini telah dibicarakan
sebelum ini.
Tetapi walau demikian sikap adil ini tidak luput dari kritik para peneliti di
bidang akhlak sebagaimana dikemukakan oleh Aristoteles yang diikuti
oleh Ibn Miskawaih dan para filosof akhlak lainnya, di mana sikap adil,
tengah-tengah ini tidak sepenuhnya diterima oleh mereka, karena
menurutnya keutamaan sebenarnya berada pada titik yang jauhnya tidak
sama dari dua sisi keburukan, sikap dermawan misalnya, akan lebih dekat
kepada sikap boros dibandingkan pada sifat kikir. Demikian juga yang
lainnya. Selain itu, lanjutnya, banyak keutamaan yang tidak mempunyai
tengah-tengah seperti jujur dan adil itu sendiri pun demikian dengan benar
dan baik. Sehingga dengan ini teori pertengahan tidak dapat menjelaskan
seluruh contoh perbuatan akhlak yang baik ataupun yang buruk karena
memang teori pertengahan hanya terbatas pada akhlak yang dasarnya
adalah bersumber pada penggunaan potensi rohani, akal, amarah dan nafsu
syahwat yang digunakan secara pertengahan.
a. Hikmah
Definisi Hikmah secara bahasa menurut kamus bahasa Arab, AlHikmah berarti : kebijaksanaan, pendapat atau pikiran yang bagus,
pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan, peribahasa (kata-kata
bijak), dan al-Quranul karim.
Sedangkan Imam al-Jurjani rahimahullah dalam kitabnya memberikan
makna AL-HIKMAH secara bahasa artinya : ilmu yang disertai amal
(perbuatan), atau perkataan yang logis dan bersih dari kesia-siaan.
Orang yang ahli ilmu HIKMAH disebut al-Hakim, bentuk jamaknya
(plural) adalah al-Hukama. Yaitu orang-orang yang perkataan dan
perbuatannya sesuai dengan sunnah Rasulullah..
92
Hikmah bisa didapat dari siapa saja dan dalam peristiwa apa saja.
Ambillah hikmah yang kamu dengan dari siapa saja, sebab hikmah
itu kadang-kadang diucapkan oleh seseorang yang bukan ahli
hikmah. Bukankah ada lemparan yang mengenai sasaran tanpa
disengaja? (HR. Al-Askari dari Anas ra dalam kitab Kashful Khafa
Jilid II, h.62)
Begitu banyak ilmu dan hikmah yang disebarkan Allah subhana
wataala di dunia ini. Sering kita menemukannya dari pelajaran di
lembaga pendidikan, majlis talim, nasihat-nasihat orang tua, diskusi
dengan teman, bahkan saat kita menyaksikan apa yang terjadi di
penjuru langit dan bumi. Kekayaan ilmu yang Allah miliki tak pernah
terbatas dan akan diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
b. Syajaah
secara sederhana, syajaah biasa diartikan berani.BIla hendak
didefinisikan
dengan
lebih
luas,
Syajaah
dikatakan
sebagai
kemampuan menundukkan jiwa agar tetap tegar dan teguh serta tetap
maju saat berhadapan dengan musuh atau musibah. Istilah yang
93
laga.
Imam Syahid
Hasan Al-
Banna
rahimahullah
mengatakan begitu).
2. Kitmanus-sirr (menyebunyikan rahasia, tidak membukanya, apalagi
menyebarkanluaskannya).Apapun
yang
dia
hadapi
dalam
94
c. Iffah
Secara bahasa, iffah adalah menahan. Adapun secara istilah; menahan
diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah haramkan. Dengan
demikian, seorang yang afif adalah orang yang bersabar dari perkaraperkara yang diharamkan walaupun jiwanya cenderung kepada perkara
tersebut dan menginginkannya.
95
Katakanlah kepada wanita-wanita mukminah: Hendaklah mereka
menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan
mereka (An-Nur: 31)
Asy-Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithi rahimahullah berkata:
Allah Jalla wa Ala memerintahkan kaum mukminin dan mukminat
untuk menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan
mereka. Termasuk menjaga kemaluan adalah menjaganya dari
perbuatan zina, liwath (homoseksual) dan lesbian, dan juga
menjaganya dengan tidak menampakkan dan menyingkapnya di
hadapan manusia. (Adhwa-ul Bayan, 6/186)
2. Tidak bepergian jauh (safar) sendirian tanpa didampingi mahramnya
yang akan menjaga dan melindunginya dari gangguan. Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Tidak boleh seorang wanita safar kecuali didampingi mahramnya.
(HR. Al-Bukhari no. 1862 dan Muslim no. 1341)
3. Tidak berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahramnya. Karena
bersentuhan dengan lawan jenis akan membangkitkan gejolak di
dalam jiwa yang akan membuat hati itu condong kepada perbuatan
keji dan hina.
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah berkata:
Secara mutlak tidak boleh berjabat tangan dengan wanita yang bukan
mahram, sama saja apakah wanita itu masih muda ataupun sudah tua.
Dan sama saja apakah lelaki yang berjabat tangan denganya itu masih
96
muda atau kakek tua. Karena berjabat tangan seperti ini akan
menimbulkan fitnah bagi kedua pihak. Aisyah radhiallahu anhu
berkata tentang teladan kita (Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam):
Tidak boleh sama sekali seorang lelaki bersepi-sepi dengan seorang
wanita kecuali bila bersama wanita itu ada mahramnya. (HR. AlBukhari no. 5233 dan Muslim no. 1341)
5. Menjauh dari hal-hal yang dapat mengundang fitnah seperti
mendengarkan musik, nyanyian, menonton film, gambar yang
mengumbar aurat dan semisalnya.
97
orang-orang
bodoh
untuk
menyesatkan
dan
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridhaan
Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik. (Al-Ankabut: 69).
98
PENUTUP
A. Simpulan
Potensi Dasar
Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to
potent yang berarti keras atau kuat. Dalam pemahaman lain
kurang lebih semakna yaitu mengandung arti kekuatan,
kemampuan, dan daya, baik yang belum maupun yang sudah
terwujud, tetapi belum optimal. Sementara itu, dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, yang dimaksud potensi adalah
kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh
seseorang, namun belum digunakan secara maksimal.
Induk akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab,yaitu jama dari kata
khuluqun yang secara linguistic diartikan dengan budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat.
Akhlak secara garis besar terbagi kepada dua bagian, yaitu
akhlak yang terpuji, al-akhlaq al-karimah dan akhlak yang
tercela, al-akhlaq al-mazmumah. Dan secara teoritis macammacam akhlak ini berinduk kepada tiga perbuatan utama, yaitu
hikmah (bijaksana), syajaah (perwira, kesatria), dan iffah
(menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat). Yang ini semua
berinduk kepada sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau
seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang
terdapat dalam diri manusia, yaitu aql (pemikiran) yang
berpusat di kepala, ghadab (amarah) yang berpusat di dada, dan
99
TOPIK 5
STATUS, KEWAJIBAN, DAN HAK
Disusun Oleh :
Dewi Nurnina
1132050015
Dhea Gishela
1132050016
100
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.Tidak
hanya bagi umat Islam, namun juga bagi orang-orang yang tidak percaya
dengan Islam, bahkan yang memusuhi Islam sekalipun.Islam yang hadir pada
saat manusia dalam kegelapan dan kebekuan moral, telah merubah dunia
dengan wajah baru, terutama dalam hal revolusi akhlak. Nabiyyuna
Muhammad SAW di utus, tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak
manusia dari kebiadaban menuju umat yang berkedaban. Oleh karena itu
sudah selayaknya kita sebagai pengikut beliau untuk mengikuti sunnah-sunnah
beliau, salah satunya adalah berakhlak sesuai dengan akhlak Nabi SAW.
Dalam masalah akhlak tentu saja tidak akan lepas dari pembahasan
masalah hak dan kewajiban, sedangkan hak dan kewajiban adalah suatu
tindakan yang harus dilakukan oleh setiap manusia dalam memenuhi
hubungan sebagai makhluk individu, sosial dan bertuhan. Pengetahuan akan
status, hak dan kewajiban mutlak perlu bagi kita. Hal ini dikarenakan
pengetahuan tentang hal tersebut perlu disampaikan supaya dapat tercipta
keseimbangan antara status, hak dan kewajiban. Maka untuk menambah
pengetahuan para pembaca, dalam makalah ini penyusun akan membahas
tentang status, hak dan kewajiban seorang muslim terhadap Allah.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa dan bagaimana Status seorang muslim kepada Allah?
2. Apa dan bagaimana Kewajiban seorang muslim kepada Allah?
3. Apa dan bagaimana Hak seorang muslim kepada Allah?
101
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami Status seorang muslim baik sebagai saksi,
hamba, maupun sebagai khalifah Allah.
2. Memahami dan mengetahui Kewajiban seorang muslim baik sebagai
saksi, hamba, maupun sebagai khalifah Allah.
3. Memahami dan mengetahui Hak seorang muslim baik sebagai saksi,
hamba, maupun sebagai khalifah Allah.
102
BAB II
PEMBAHASAN
A. Status Seorang Muslim
Status Terlahir didunia ini sebagai seorang muslim. muslim secara umum
adalah sebutan bagi orang yang beragama Islam. Hal yang lain yang lebih
tinggi selain status sebagai seorang muslim adalah status sebagai orang yang
beriman. Dan janganlah seseorang mengatakan bahwa dirinya telah beriman
jika masih saja berbuat curang, dholim, dan mencela orang lain. lebih-lebih
terhadap tetangga dekat rumah. Jika belum bisa membuat tetangganya nyaman
dan aman dari keburukannya, maka dia belum beriman dengan sebenarbenarnya iman. Status berarti peran atau kedudukan.4
"Aku adalah seorang muslim." mungkin mudah mengatakannya, akan tetapi,
apakah kita sadar akan status yang kita sandang sebagai seorang muslim?
karena bukanlah seorang muslim yang belum menyerahkan hati dan lisannya
kepada Allah. Menyerahkan hati dengan segala keikhlasan akan apa yang
Allah berikan kepada kita dan akan apa yang ditimpakan atas kita. tunduk
serta takut akan perintah dan larangan-Nya. beramal hanya karena Allah
semata dengan penuh keikhlasan dalam jiwa. Tidak mengharapkan apapun
kecuali ridho Allah -ta'ala.
Menyerahkan lisan dengan cara membasahi lisan ini dengan dzikir kepadaNya. senantiasa bersyukur atas apa yang diberikan kepada kita berupa
kenikmatan. dan membujuk diri untuk selalu sabar atas apa yang ditimpakan
atas kita berupa musibah dan masalah.
Jika seseorang tidak bisa menyerahkan hati dan lisannya kepada Allah, maka
janganlah pernah bangga diri sebagai orang muslim, karena seorang muslim
adalah orang yang menyerahkan hati dan lisan kepada Allah -ta'ala.5
Dengan demikian status manusia sebagai seorang muslim terbagi ke dalam 3
bagian, yaitu :
4Dadan Nurulhaq, Bahan Ajar Mata Kuliah Akhlak Tasawuf, 2009,hal 39
5http://www.artikelislami.com/2011/04/yang-disebut-muslim-danmukmin.html#ixzz1llevbRlm
103
104
sebagai
hamba-nya,
memiliki
peran
sebagai
seorang
itu
secara
actual
fana,
namun
secara
potensial
6Wildan Baihaqi, dkk. Ilmu Akhlak / Tasawuf, Bandung, Berkat Press, hal 85
105
Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain
Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah
7SayyidHosein Nasr, Ensiklopedia Tematis : Spiritualitas Islam,
Bandung, Mizan, 2002, hal 528
106
y
-N
b
m
a
H
y
lif-N
a
h
K
ditinggalkan mendapat dosa. Menurut ilmu tauhid, wajib sesuatu yang pasti
benar adanya.Sedangkan menurut ilmu akhlak, wajib adalah suatu perbuatan
yang
harus
dikerjakan,
karena
perbuatan
itu
dianggap
baik
dan
107
menyambung
silahturahmi
adalah
9Arifmanto.blogspot.com/2010/04/hak-kewajiban-keadilan.html
108
6. Menjawab doa orang yang sedang bersin: Hal ini bahkan dilakukan
pula oleh setiap malaikat apabila mendengar ataupun melihat
seseorang yang sedang bersin dan membaca Hamdallah setelahnya
maka wajib hukumnya bagi yang mendengar untuk menjawab
Yarhamukallah / killah dan dijawab kembali dengan Yahdikumullah /
kumillah bagi yang telah bersin.
7. Mendoakan sesama muslim.
Dengan demikian kewajiban manusia sebagai seorang muslim terbagi ke
dalam 3 bagian, yaitu :
1) Kewajiban sebagai Saksi-Nya
Kewajiban manusia sebagai saksi Allah yaitu kita sebagai makhluk harus
meyakini akan keesaan Allah sebagai Tuhan yang menciptakan seluruh
alam semesta.
Bahkan sangat jelas, keesaan Allah juga tertera dalam Surat Al-Ikhlas:
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Manusia menjadi saksi tentang kebenaran dan datangnya petunjuk
Allah, yang telah diberikan dan diterima lewat para nabi dan RasulNya.Dan
mereka
menjalankan,
serta
mempertahankan
dan
menyebarkannya.
Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa
kabar gembira dan pemberi peringatan. (Q. S. Ahzab : 45)
2) Kewajiban sebagai Hamba-Nya
Kewajiban seorang hamba merupakan hal-hal yang harus ditunaikan
dalam posisinya sebagai hamba Allah dalam bentuk ibadah ritual, sebagai
109
wujud refleksi hakikat iman, untuk mencapai ridha Allah dan mendapatkan
pahala dari-Nya. Hal tersebut merujuk pada hadits mahsyur: Islam itu
didirikan di atas lima perkara, yaitu syahadat bahwa tidak ada ilah selain
Allah dan Muhammad itu rosul Allah, mendirikan salat, menunaikan
zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan naik haji bagi yang mampu.
Untuk menunaikan kewajiban, diperlukan kekuatan ihsan yang berisi
kerja keras dan patuh, dengan demikian maka kewajiban seorang hamba
adalah menunaikan kewajiban beribadah dengan cara yang ihsan. Ihsan
dalam konteks ini berarti kehalusan dalam mematuhi perintah-Nya, kerja
-
110
Skema:
Kewajiban sebagai
Kewajiban sebagai
Kewajiban sebagai
11Dadan dan Wildan, Bahan Ajar Ilmu Akhlak dan Tasawuf, Bandung,
khalifah-Nya
hamba-Nya
saksi-Nya
2014, hal 60
111
.
Menjadi saksi tentang
kebenaran dan datangnya
petunjuk Allah, yang telah
diberikan dan diterima
lewat para nabi dan RasulContoh:menjadi saksi tentang
kebenaran petunjuk Allah
112
113
114
Skema:
115
HmHi a aa e b kk m e ri lh i ka ik h a k u n t u k
Hi a b k e r h a k u n t u k m e m a n f a a t k a n
smsm ee bb nm aa dgg i l aai kpii a qt ka al b n u k e n i k m a t a n , b a i k
sd e b n a g g a a n i b a i k a p a s a j a y a n g a d a d i
sdhy aai kndm sgu bi n- ba i ae- r ms i ha u p u n d i a k h i r a t
kb h u a m l i f a u h n - t u k k e p e r l u a n n y a
NN yy aa
Nya
HH aa kk ss ee bb aa gg aa ii sh aa km s bi - aN - y N a y a
H a k s e b a g a i k h a lifa h -N y a
PENUTUP
A. Simpulan
116
117
TOPIK 5
STATUS, KEWAJIBAN DAN HAK
SEORANG MUSLIM
Disusun Oleh :
Dewi Nurnina
1132050015
Dhea Gishela
1132050016
PENDAHULUAN
C. Latar Belakang Masalah
118
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
4. Mengetahui dan memahami Status seorang muslim baik sebagai saksi,
hamba, maupun sebagai khalifah Allah.
5. Memahami dan mengetahui Kewajiban seorang muslim baik sebagai
saksi, hamba, maupun sebagai khalifah Allah.
119
PEMBAHASAN
D. Status Seorang Muslim
Status Terlahir didunia ini sebagai seorang muslim. muslim secara umum
adalah sebutan bagi orang yang beragama Islam. Hal yang lain yang lebih
tinggi selain status sebagai seorang muslim adalah status sebagai orang yang
beriman. Dan janganlah seseorang mengatakan bahwa dirinya telah beriman
120
jika masih saja berbuat curang, dholim, dan mencela orang lain. lebih-lebih
terhadap tetangga dekat rumah. Jika belum bisa membuat tetangganya nyaman
dan aman dari keburukannya, maka dia belum beriman dengan sebenarbenarnya iman. Status berarti peran atau kedudukan.14
"Aku adalah seorang muslim." mungkin mudah mengatakannya, akan tetapi,
apakah kita sadar akan status yang kita sandang sebagai seorang muslim?
karena bukanlah seorang muslim yang belum menyerahkan hati dan lisannya
kepada Allah. Menyerahkan hati dengan segala keikhlasan akan apa yang
Allah berikan kepada kita dan akan apa yang ditimpakan atas kita. tunduk
serta takut akan perintah dan larangan-Nya. beramal hanya karena Allah
semata dengan penuh keikhlasan dalam jiwa. Tidak mengharapkan apapun
kecuali ridho Allah -ta'ala.
Menyerahkan lisan dengan cara membasahi lisan ini dengan dzikir kepadaNya. senantiasa bersyukur atas apa yang diberikan kepada kita berupa
kenikmatan. dan membujuk diri untuk selalu sabar atas apa yang ditimpakan
atas kita berupa musibah dan masalah.
Jika seseorang tidak bisa menyerahkan hati dan lisannya kepada Allah, maka
janganlah pernah bangga diri sebagai orang muslim, karena seorang muslim
adalah orang yang menyerahkan hati dan lisan kepada Allah -ta'ala.15
Dengan demikian status manusia sebagai seorang muslim terbagi ke dalam 3
bagian, yaitu :
4) Status sebagai Saksi-Nya
Menjadi saksi bagi Allah bertingkat-tingkat. Seorang dapat menjadi saksi
dimana ketika ia mengetahui, mengerti dan mengenal sesuatu yang ia
bersaksi atasnya. Dengan kata lain status sebagai saksi dapat dilihat dari
makna lafadz Asyhadu.
Secara bahasa, Asyhadu berarti saya bersaksi. Kesaksian ini bisa
dilihat dari waktu, termasuk dalam aktivitas yang sedang berlangsung dan
121
masih sedang dilakukan ketika diucapkan Asyhadu ini sendiri memiliki tiga
arti:
4. Al Ilan (pernyataan), QS. Ali Imran (3) : 18
5. Al Wad (janji), QS. Ali Imran (3) : 81
6. Al Qosam (sumpah), QS. Al Munafiqun (63) : 2
Secara istilah syahadat merupakan pernyataan, janji sekaligus sumpah
untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya melalui :
4. Pembenaran dalam hati (tasdiqu bil qolbi)
5. Dinyatakan dengan lisan (al qaulu bil lisan)
6. Dibuktikan dengan perbuatan (al amalu bil arkan)
Menurut hadist : Iman adalah dikenali oleh hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan rukun-rukunnya. (HR Ibnu Hibban). Setelah memahami syahadah
maka akan muncul keimanan, keimanan ini harus terus disempurnakan
dengan sikap istiqomah.
Dijelaskan pula dalam Firman Allah:
Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Rabbmu". Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)." (QS.
Al Araaf:172)
5) Status sebagai Hamba-Nya (Abdullah)
Dihadapan Yang Mahakuasa, manusia merupakan makhluk kecil yang
berjalan di muka bumi dalam waktu yang sangat singkat, dan dalam kondisi
yang rentan terkena duri sekalipun sekecil peniti. Pengetahuan, kebajikan,
indera-indera yang dimilikinya merupakan titipan sebagai amanah dari-Nya
yang sewaktu-waktu dapat diambil.16Hamba berarti sedia menerima segala
perintah-Nya, sedia menjadi wadah, cetakan, yang isinya adalah kehendak16Wildan Baihaqi, dkk. Ilmu Akhlak / Tasawuf, Bandung, Berkat Press, hal 85
122
Nya.Status
sebagai
hamba-nya,
memiliki
peran
sebagai
seorang
itu
secara
actual
fana,
namun
secara
potensial
123
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."
Dan QS.Hud : 61
Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain
Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya)."
Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan
memakmurkan dunia.
Indikasinya adalah kerja keras yang kreatif, menemukan sesuatu yang
baru.Contohnya menjadi seorang guru.
Skema :
Status Seorang Muslim
124
y
i-N
s
k
a
S
y
-N
b
m
a
H
y
lif-N
a
h
K
ditinggalkan mendapat dosa. Menurut ilmu tauhid, wajib sesuatu yang pasti
benar adanya. Sedangkan menurut ilmu akhlak, wajib adalah suatu perbuatan
yang
harus
dikerjakan,
karena
perbuatan
itu
dianggap
baik
dan
125
menyambung
silahturahmi
adalah
126
mereka
menjalankan,
serta
mempertahankan
dan
menyebarkannya.
Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa
kabar gembira dan pemberi peringatan. (Q. S. Ahzab : 45)
5) Kewajiban sebagai Hamba-Nya
Kewajiban seorang hamba merupakan hal-hal yang harus ditunaikan
dalam posisinya sebagai hamba Allah dalam bentuk ibadah ritual, sebagai
wujud refleksi hakikat iman, untuk mencapai ridha Allah dan mendapatkan
pahala dari-Nya. Hal tersebut merujuk pada hadits mahsyur: Islam itu
didirikan di atas lima perkara, yaitu syahadat bahwa tidak ada ilah selain
Allah dan Muhammad itu rosul Allah, mendirikan salat, menunaikan
zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan naik haji bagi yang mampu.
Untuk menunaikan kewajiban, diperlukan kekuatan ihsan yang berisi
kerja keras dan patuh, dengan demikian maka kewajiban seorang hamba
adalah menunaikan kewajiban beribadah dengan cara yang ihsan. Ihsan
dalam konteks ini berarti kehalusan dalam mematuhi perintah-Nya, kerja
keras, patuh dan layak.
127
128
Skema:
Kewajiban sebagai
saksi-Nya
Kewajiban sebagai
hamba-Nya
Kewajiban sebagai
khalifah-Nya
.
Menjadi saksi tentang
kebenaran dan datangnya
petunjuk Allah, yang telah
diberikan dan diterima
lewat para nabi dan Rasul-
130
131
akhirat yaitu sebagai seorang muslim yang kaffah yang jalannya selalu
dilindungi oleh Allah SWT.
5) Hak sebagai Hamba-Nya
Manakala kewajiban sebagai hamba ini ditunaikan secara maksimal,
maka ia berhak memiliki qalbu yang bersih, sifat-sifat yang bersih, pikiran
yang bersih, langkah-langkah yang bersih, yang pada akhirnya ia memiliki
suatu amal persembahan yang dipersembahkan kepada Dzat yang
memberi amanah penghambaan ini.23
Dengan kata lain, jika kewajiban sebagai seorang Hamba-Nya tidak
ditunaikan dengan baik, maka wadah dirinya menjadi kotor dan tidak
layak diisi oleh nur keridhaan-Nya. Dirinya kotor, amalnya tidak layak
diterima oleh-Nya, dan jika kewajiban sebagai hamba-Nya ditunaikan
dengan baik, maka wadah dirinya menjadi bersih dan layak diisi oleh
nur keridhaan-Nya.Dirinya yang bersih, amalnya menjadi layak diterima
oleh-Nya.
Dan adapula yang menjadi balasan yang pasti Allah berikan kepada
hamba tatkala hamba sudah menunaikan haknya Allah yaitu untuk
beribadah kepada Allah semata dan tidak syirik.
Dan bukan berarti hamba mewajibkan sesuatu terhadap Allah, karena
tidak ada sesuatupun yang dapat memaksa Allah.Akan tetapi yang
dimaksud hak hamba terhadap Allah adalah Allah yang telah menjanjikan
terhadap hambanya dan Allah mewajibkan terhadap diri-Nya sendiri untuk
memberikan hak hamba yang sudah menunaikan kewajibannya.
6) Hak sebagai Khalifah-Nya
Manakala kewajiban sebagai khalifah ditunaikan secara maksimal,
maka ia berhak untuk memanfaatkan dengan baik apa saja yang ada di
bumi untuk keperluannya. Pada akhirnya ia memiliki amal kekhalifahan
yang dipersembahkan kepada Dzat yang memberi amanah kekhalifahan
ini.
132
Skema:
HmHi a aa e b kk m e ri lh i ka ik h a k u n t u k
Hi a b k e r h a k u n t u k m e m a n f a a t k a n
smsm ee bb nm aa dgg i l aai kpii a qt ka al b n u k e n i k m a t a n , b a i k
sd e b n a g g a a n i b a i k a p a s a j a y a n g a d a d i
sdhy aai kndm sgu bi n- ba i ae- r ms i ha u p u n d i a k h i r a t
kb h u a m l i f a u h n - t u k k e p e r l u a n n y a
NN yy aa
Nya
HH aa kk ss ee bb aa gg aa ii sh aa km s bi - aN - y N a y a
H a k s e b a g a i k h a lifa h -N y a
133
PENUTUP
Simpulan
Status adalah peran atau kedudukan dengan segala potensi yang
dimilikinya. Status manusia dimuka bumi ini memiliki dua peran yaitu sebagai
Abdullah dan sebagai khalifatullah.Kedudukan sebagai Abdullah (hamba) itu
merupakan sebuah cermin jernih yang memantulkan realitas-realitas
kehendak-Nya.Kedudukan sebagai khalifah (majikan) berkaitan sangat erat
dengan kedudukan sebagai hamba.
Kewajiban adalah hal yang harus dilakukan manusia, terkait statusnya baik
sebagai saksi Allah,hamba Allah, maupun khalifah-Nya. Kewajiban manusia
sebagai saksi Allah yaitu kita sebagai makhluk harus meyakini akan adanya
Allah sebagai Tuhan yang menciptakan seluruh alam semesta.
Hak berarti sesuatu yang layak diperoleh setelah menunaikan kewajiban
sebagai saksi Allah.Hak itu mencakup hak manusia sebagai saksi Allah, hak
manusia sebagai hamba Allah, dan hak manusia sebagai khalifah di muka
bumi.
134
135
TOPIK 6
KONSEP TASAWUF
Disusun Oleh:
1. Dian Safitri
2. Dina Kartina Yulisa
3. Dini Oktaviani Solihat
1132050017
1132050018
1132050019
137
PENDAHULUAN
1.
2.
3.
4.
5.
PEMBAHASAN
Definisi Tasawuf
1. Secara Bahasa
Secara bahasa, pengertian tasawuf dapat dilihat menjadi beberapa macam
pengertian, seperti di bawah ini :
a. Tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan ahlu suffah,
yang berarti sekelompok orang pada masa Rasulullah SAW. yang
hidupnya berdiam di serambi-serambi masjid, mereka mengabdikan
hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT.
139
b. Tasawuf berasal dari kata Shafa. Kata Shafa ini berbentuk fiil mabni
majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya nisbah, yang
berarti nama bagi orang-orang yang bersih atau suci. Maksudnya
adalah orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhannya.
c. Tasawuf berasal dari shuf, yang berarti wol kasar karena orangorang sufi selalu memakai pakaian tersebut sebagai lambang
kesederhanaan.
d. Tasawuf berasal dari kata shopos. Kata tersebut berasal dari Yunani
yang berarti hikmah.
e. Tasawuf berasal dari kata shaf. Makna shaf dinisbahkan kepada orangorang yang ketika shalat selalu berada di shaf yang paling depan.
f. Tasawuf berkaitan dengan kata ash-shifah karena para sufi sangat
mementingkan sifat-sifat terpuji dan berusaha keras meninggalkan
sifat-sifat tercela.
g. Tasawuf berasal dari kata shaufanah yaitu sebangsa buah-buahan
kecil yang berbulu-bulu dan banyak tumbuh dipadang pasir di tanah
arab, dimana pakaian kaum sufi itu berbulu-bulu seperti buah itu pula,
dalam kesederhanaannya.
2. Secara Istilah
Pengertian Tasawuf secara istilah, telah banyak diformulasikan oleh para
ahli yang satu sama lain berbeda sesuai dengan seleranya masing-masing.
a. Menurut Al Jurairi, tasawuf adalah memasuki ke dalam segala budi
(akhlak) yang bersifat sunni, dan keluar dari budi pekerti yang
rendah.
b. Al-Junaidi memberikan rumusan tentang tasawuf sebagai berikut,
Tasawuf adalah bahwa yang Hak adalah yang mematikanmu, dan
Haklah yang menghidupkanmu.
c. Dalam ungkapan lain, Al Junaidi mengatakan, adalah beserta Allah
tanpa adanya penghubung.
d. Abu Hamzah memberikan cirri terhadap ahli tasawuf sebagai berikut
Tanda sufi yang benar adalah yang berfakir setelah dia kaya,
merendahkan diri setelah dia bermegah-megahan, menyembunyikan
diri setelah dia terkenal.,dan tanda sufi palsu adalah kaya setelah dia
fakir, bermegah-megahan setelah dia hina, dan tersohor setelah dia
bersembunyi.
140
141
M
B
S
S
I
A
a
h
h
ls
b
u
a
tlia
u
h
f
iu
J
a
s
a
la
u
H
m
(
h
S
r
n
a
m
(
W
B
h
m
a
o
a
(
iu
z
d
B
le
S
f
r
d
a
r
)
if
h
A
s
s
f
la
a
ih
h
tn
)
(
A
/
T
lS
S
u
e
c
r
k
Q
i
p
e
a
)
lu
s
j
o
s
i
m
a
)
p
b
o
k
O
r
a
n
g
)
142
WPPW
eml
ry
oho
a
aK
amj
n
pT
eses
nw
gu
aa
k
u
a
n
I
u
K
ii
a
s
a
l a
a
a
aa
f
2. Objek Tasawuf
Tasawuf merupakan suatu perjalanan panjang berdimensi spiritual
sebagai upaya menuju Tuhan. Dimensi spiritual itu bersifat unconsuisness,
di daalmnya berisi segala upaya untuk mengasah kecerdasan spiritual
individu. Kemudian apa yang menjadi objek tasawuf? Yang menjadi objek
tasawuf adalah qalbu, mempersoalkan karakteristik qalbu, mempersoalkan
manajeman qalbu, agar dengannya kita mulai melangkah menelusuri
perjalananspiritual
untuk
menghampiri-Nya.
Yang
menjadi
pusat
perhatiannya ada dua, yaitu qalbu dan Tuhan. Dengan kehalusan qalbunya
seorang hamba berupaya mendekat kepada tuhannya.
143
O
Q
K
M
b
a
j
l
t
n
e
b
a
k
u
r
j
e
t
T
e
m
r
a
s
i
n
a
s
w
t
Q
u
i
a
f
k
l
b
u
Q
a
l
b
u
144
dan meliputi mereka dan segala arah dengan ilmu, kekuasaan (qudrat),
pendengaran (sama) dan penglihatan (bashar) Nya.
f. Menggapai kekuatan iman yang dulu pernah dimiliki para sahabat
Rasulullah SAW, menyebarkan ilmu-ilmu syariat dan meniupkan ruh
kehidupannya, sehingga menghasilkan motivasi bagi kaum muslimin
untuk dapat memimpin kembali umat, baik ilmiah, pemikiran
keagamaan maupun politik. Selain itu mereka juga mampu
mengembalikan kepemimpinan global ke pangkuannya, baik peta
politik maupun ekonomi serta dapat menyelamatkan bangsa-bangsa
yang ada dari alenasi dan kehancuran.
2. Cara Mencapai Tujuan Tasawuf
Untuk mencapai tujuan ini seorang sufi harus menjalani proses dan
latihan spiritual yang panjang yaitu melalui tahapan-tahapan kesufian
menuju Allah yang disebut dengan maqamat.
Definisi maqamat
Definisi maqamat secara etimologis adalah bentuk jamak dari kata maqam,
yang berarti kedudukan spiritual (English: Station).
a. Maqam arti dasarnya adalah "tempat berdiri", dalam terminologi
sufistik berarti tempat atau martabat seseorang hamba di hadapan
Allah pada saat dia berdiri menghadap kepada-Nya.
b. Adapun "ahwal" bentuk jamak dari'hal'biasanya diartikan sebagai
keadaan mental(mental states)yang dialami oleh para sufi di sela-sela
perjalanan spiritualnya.
Para
ulama atau
sufi
banyak
berbeda
pendapat
mengenai
pengkategorian susunan tahapan atau maqamat ini, seperti Abu Nasr AsSarraj mengemukakan ada tujuh yang harus ditempuh oleh seorang sufi,
hal ini berbeda dengan Abu Khair, yang menyebutkan sampai 40
maqamatyang harus ditempuh oleh seorang sufi. Perbedaan ini karena di
antara para sufi itu memiliki pengalaman rohani yang berbeda-beda ketika
menempuh maqamat tersebut. Lebih jelasnya sebagai berikut:
145
147
syubhat
ini,
karena
dikhawatirkan
nanti-akan-jatuh-kepada-yang-
diharamkan.
Jenjang ketiga yang harus dicapai, setelah timbul kebiasaan
meninggalkan yang syubhat ini adalah maqm al faqr, yakni tidak
meminta sesuatu kepada Tuhan, melebihi apa yang telah ada pada diri
sendiri. Maqm faqr ini sebenarnya merupakan manifestasi dari
ketundukan dan ketawadluan seseorang di hadapan Allah s.w.t. itulah
sebabnya tidak akan meminta melebihi apa yang telah dimiliki. Bila masih
terus meminta, padahal kebutuhan diri sendiri sudah tercukupi,
dikhawatirkan akan menimbulkan sikap tamak yang pada gilirannya akan
meruntuhkan dua jenjang yang terdahulu, yang berarti proses-pensuciandlamair-menjadi-hancur-berantakan.
Jenjang keempat adalah maqam al-shabr. Maqam ini mengandung
makna sabar dalam menjalankan perintah Allah, sabar dalam menjauhi
segala larangannya, dan juga sabar dalam menerima cobaan dari Allah.
Kesabaran di sini diartikan dengan konsisten, tidak pernah bergeser, dan
menenima dengan penuh kepasrahan segala ketentuan Allah. Sikap inii
akan melahirkan kekuatan hati, dalam bentuk tidak pernah tergoncang dan
mengeluh
dalam
menghadapi
cobaan
yang-datang,-bagaimanapun-
beratnya.
Setelah jenjang al-shabr dilalui, maka seorang calon sufi meningkat ke
maqam al-tawakkul. Yakni sikap penyerahan secara totalitas, lahir batin
kepada Allah s.w.t., sehingga seorang sufi selamanya berada dalam
suasana tentram. Bahkan dalam maqam ini akan lahir tingkat kepekaan
kalbu yang sangat tinggi, yaitu perasaan tidak diperdulikan Allah bila tidak
diberi cobaan. Maka cobaan Allah dipandang sebagai pernyataan cintaTuhan-kepadanya.
Maqam yang terakhir adalah maqam al-ridha, yakni mengeluarkan
perasaan benci dari hati, sehingga yang tinggal dalam hati hanyalah
perasaan senang dan cinta. Inilah yang disenandungkan, misalnya oleh alAdawiyah dengan mengatakan, Hatiku tidak punya tempat lagi untuk
148
benci kepada syetan, karena telah dipenuhi oleh perasaan cinta kepadaAllah.
Maqamat sebagai Jalan Tasawuf untuk Mendekatkan Diri kepada Allah
Tujuan para sufi dalam bertasawuf, adalah untuk mempereroleh
hubungan langsung dan disadari dengan Allah. Kesadaran tersebut
dihayati sebagai sungguh berada pada hadirat Allah s.w.t.serta merasakan
kelezatan berdialog atau berbisik-bisik dengan-Nya. Kelezatan berdialog
dengan Tuhan hanya mungkin dirasakan secara rohaniah melalui sujud dan
mendekatkan diri kepada-Nya. Allah berfirman, Sujudlah dan dekatkanlah
diri engkau dengan kepada Allah (Q.S. a1-Alaq/96:19).
Rasa dekat dengan Tuhan bisa mencapai situasi spiritual bersatu
dengan Tuhan, yang juga harus dipahami dalam makna spiritual.
Pernyataan Allah dalam al-Quran, Dialah yang Awal, Dialah yang
Akhir,Dialah yang Zhahir, dan Dialah yang Batin. Pernyataan bersatu
dengan Allah dalam konsep para sufi adalah timbulnya kesadaran total
berada dalam hadirat dan kekuasaan Allah, fan dalam kebesarannya,
serta tenggelam dalam baqa. Bukan dalarn pengertian ketercampuran zat
Allah yang immateri dengan zat manusia yang materi.
Di sini berlaku dasar pernikiran bahwa Allah, Dia Yang Maha Suci,
hanya bisa didekati oleh yang suci. Sesuatu yang kotor tidak bisa
mendekati Maha Suci. Maka dasar aktifitas tasawuf diletakkan pada
kesucian, kesucian lahir (al-zhawahir, eksotenis) maupun kesucian batin
(al-dlamair, esoteris). Namun perlu diberi catatan, bahwa kesucian batin
lebih diutamakan daripada kesucian lahir. Maka dalam mencapai tingkat
kesufian, para calon sufi haruslah melalui perjalannan panjang untuk
membersihkan
dlamairnya.
Berbeda
dengan
pensucian
zhawahir,
pensucian dlamair itu lebih sulit dan lebih memakan waktu. Karena
pensucian dlamir itu, seorang bid (hamba) berusaha sekuat tenaga
menundukkan diri dan hawa nafsunya, sehingga hawa nafsu tersebut
dijinakkan untuk mencapai jalan yang diridlai Allah s.w.t. Perjalanan
149
Fungsi Tasawuf
1. Fungsi Tasawuf terhadap Keindahan Akhlak
Akhlak yang baik itu disebut juga ihsan. Ihsan itu berarti merasa
dilihat oleh Allah SWT. Merasa dilihat ini merupakan langkah awal masuk
ke khazanah tasawuf. Tingkatannya adalah merasa dilihat, lalu merasa
melihat, merasa dekat dan akhirnya merasa satu. Dengan begitu, maka
tasawuf berfungsi sebagai khazanah illahiyah yang menampak pada
keindahan akhlak. Tasawuf merupakan sisi dalamnya dan akhlak
merupakan sisi luarnya.
Berawal dari tindakan tindakan yang suci, lalu mengkristal menjadi
sifat yang suci dan berikutnya terbentuklah qalbu yang suci. Kemudian
setelah itu dalam keadaan suci, mulai menghadap dzat Yang Mahasuci dan
berikutnya terus saja menghadap untuk semakin mendekat kepada-Nya
dengan berbagai sandungaan.
3. Fungsi Tasawuf terhadap Keindahan Teknologi
Nilai tasawuf menjadikan teknologi informasi tidak menjadi
sekuler. Teknologi diwarnai nilai-nilai ilahiyah. Secara lahir, tidak
150
dari
rambu-rambu
syariat
batin.
Kuncinya
a
d
n
i
e
K
k
A
h
l
e
K
a
d
n
i
k
T
h
g
l
o
e
K
h
a
d
n
i
s
f
o
r
P
u
F
ia
s
g
n
T
w
f
te
a
rh
d
p
e
K
in
a
d
rh
p
S
l
tu
151
Ihya
Ulumuddin,
oleh
penulisnya
sendiri,al
152
PENUTUP
Simpulan
Tasawuf adalah ilmu tentang kedekatan kita terhadap Allah SWT, dengan
segala kejadian kejadian yang didalamnya mencerminkan bagaimana tingkat
kedekatan kita terhadap pencipta kita. Tasawuf ada karena adanya makhluk
dan penciptanya, dan semua itu adalah suatu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan bagi orang orang yang memeluk agama Allah SWT.
153
TOPIK 7
PERKEMBANGAN TASAWUF
154
Disusun Oleh:
1. Erni Susilawati
2. Fajar Ridwanulah
3. Fitri Wulansari
1132050026
1132050028
1132050030
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan sufi sudah terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW
bahkan sebelum diangkat menjadi rasul pun beliau sudah sering
melakukan kegiatan sufi dengan melakukan uzlah di gua Hiro sampai
beliau menerima wahyu pertama.
Perkataan tasawuf atau sufi belum dikenal pada zaman nabi
ataupun zaman sahabat-sahabatnya. Tetapi perkataan dan perbuatan yang
dikerjakannya sudah mencerminkan kehidupan sufi.
Menurut catatan sejarah, sahabat yang pertama kali memfilsafatkan
ibadah dan menjadikan ibadah secara satu hariqah yang khusus adalah
khudzaifah bin Al-Yamani dan dialah yang perama kali mendirikan
madrasah asawuf tetapi belum terkenal dengan nama tasawuf.
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas penulis akan
memaparkan mengenai sejarah perkembangan tasawuf dari masa kemasa,
sejak masa rosulillah sampai perkembangan tasawuf masa kini.
B. Rumusan Masalah
155
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Tasawuf
1. Cikal Bakal Tasawuf (Masa Nabi)
Benih-benih tasawuf sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi. Hal
ini dapat dilihat dalam ibadah dan kehidupan Nabi. Sebelum diangkat
menjadi Rasul, berbulan-bulan terutama dibulan Ramadhan, beliau
berkhalawat, mengasingkan diri dari karakter-karakter manusia pada
umumnya saat itu. Kemudian puncaknya terjadi ketika beliau Isra miraj.
Beliau telah sampai ke sidratyllmuntaha, yaitu tempat terakhir yang
dicapai Nabi ketika miraj di langit ke tujuh. Bahkan sampai kehadiratNya dan sempat berdialog berulang kali saat beliau menerima perintah
kewajiban shalat lima puluh kali sehari, atas usul Nabi Musa as, beliau
memohon agar jumlahnya diringankan dengan alasan karena bahwa
umatnya tidak akan mampu melaksanakannya, keadaan demikian
merupakan benih-benih yang menumbuhkan sufisme dikemudian hari.
Demikian pula halnya dalam kehidupan Nabi. Beliau memiliki
pola hidup sederhana, baik dalam keadaan tertindas maupun disaat
berkuasa. Dalam salah satu doanya beliau memohon : Ya Allah
hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan matikanlah aku sebagai orang
miskin (HR. Tirmidzi). Menurut Haikal pola hidup sederhana yang
156
dilakukan oleh Nabi bukanlah suatu kewajiban agama, tetapi dengan cara
itulah ia memberikan teladan tentang ketangguhan mental yang kuat.
Nabi adalah orang yang paling tekun beribadah, Aisyah
meriwayatkan bahwa pada suatu malam Nabi mengerjakan salat malam.
Ketika salat itu lututnya bergetar karena panjang dan banyaknya rakaat
salat. Tatkala ruku dan sujud, terdengar suara tangisnya namun ia tetap
melakukannya sampai azan Bilal bin Rabbah terdengar diwaktu subuh.
Melihat Nabi demikian tekun melakukan salat, Aisyah bertanya : wahai
junjungan, bukankah dosamu yang terdahulu dan yang akan datang telah
diampuni Allah? Mengapa engkau masih banyak melakukan salat? Nabi
menjawab : Aku ingin menjadi hamba yang banyak bersyukur (HR.
Bukhari Muslim)
Disamping
itu
beliau
pun
banyak
berzikir
ia
berkata:
keburukan-
keburukan
5) Tidak pernah mencela makanan
Sabdanya :
1) Sederhana dalam berpakaian itu termasuk bagian dari iman.
2) Aku dan dunia,seumpama seorang pengembara, dibawah
lindunganpohon pada hari yang panas,kemudian dia pergi pada
sore hari dan meninggalkannya.
3) Demi Zat yang mengenggam nafs Muhammad diTangannya.
Sekirannya kalian tahu apa yang kuketahui,niscaya kalian akan
sedikit tertawa dan banyak menangis.
b. Nuansa Zuhudnya para sahabat
1. Zuhudnya Abu Bakar As Shiddik
Menjelang perang Tabuk, Rasulullah s.a.w., mengimbau para aghninya
untuk
menyumbang.
Abu
Bakar
datang
menghadap,
ia
159
Beliau adalah seorang zahid yang berlandaskan pada niat khauf yaitu takut
terjerumus pada maksiat hingga Allah murka, dan diiringi dengan raja,
yaitu senantiasa mengharap rahmat-Nya. Hal ini memunculkan minat
untuk menghindari kelezatan duniawi (zuhud) untuk meraih yang ukhwari.
Pesannya seperti ini : jauhilah dunia ini karena sebenarnya ia serpa
dengan ular, licin pada bagian perasaan tangan, tetapi racunnya
mematikan.
Tokoh tabiin di Kuffah antara lain adalah Sofyan Tsauri (97-161 H)
yang terkenal dengan kealimannya dalam hadits (bergelar khalifah hadits)
dan fiqh (sebagai mujtahid mutlak). Dalam kerohanian ia terkenal zuhud
dan sanggup menentang penguasa yang dzalim.
Warna kezuhudan lebih tampak pada Rabiah al Adawiyah (95-185
H) seorang anak keluarga miskin, hidup sebagai hamba sahaya, kemudian
menjalani hidup zuhud. Hari-harinya dihabiskan di tikar sajadah. Yang
menjadi pendorongnya adalah rasa cinta kepada Allah sehingga tidak
tersisa lagi ruang dihatinya selain itu, pada akhir abad ke-2 H, peralihan
dari zuhud ke tasawuf sudah mulai nampak. Analisis singkat tentang
kesufian yang dipelopori oleh tokoh-tokoh kerohanian yang zahid itu
mulai bermunculan.
Perkembangan tasawuf pada abad ke-1 dan ke-2 H dapat dibagi
dalam empat aliran, yaitu :
1) Aliran Madianah
Sejak masa awal, di Madinah telah muncul para sufi. Mereka kuat
berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunah, dan meneapkan Rosulullah
SAW sebagai panutan kezuhudannya. Para sahabat dalam kehidupan selalu
mencontoh kehidupan Rosulullah SAW yang serba sederhana dan
hidupnya hanya diabdikan kepada tuhannya. Para sahabat tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Abu Bakar Ash-Shiddiq (w.13 H)
Abu Bakar pada umumnya adalah seorang saudagar Quraisy yang
kaya. Seelah masuk Islam, ia menjadi seorang yang sangat sederhana.
Ketika menghadapi perang Taduk, Rosulullah SAW. Bertanya pada para
sahabat, Siapakah yang bersedia memberikan harta kepadanya di jalan
160
161
yang
dalam
pengajaran
tasawuf
sebab
hal
itu
bisa
162
teoretis
atas
tasawuf.
Sementara
sarana-sarana
168
Al-Ghuyub;
serta
termasuk
pengikut
tarekat
Naqsyabandiyah.
Sudah menjadi kebiasaan bagi setiap golongan yang menekuni
suatu ajran (paham) untuk merindukan masa kejayaan yang telah dialami
oleh pendahulunya, apabila mereka mengalami suatu kemunduran. Begitu
juga halnya pengikut ajaran tasawuf, mereka sanga merindukan kejayaan
tasawuf yang terjadi sekitar abad kedua, ketiga dan keempa Hijriyah.
Masa kejayaan yang seperti tersebut itu, tidak pernah dicapai
hingga sekarang ini. Sekalipun demilkian, ajarannya tetap hidup karena
merupakan suatu unsur dari ajaran Islam, tetapi kadang-kadang disalah
gunakan oleh orang-orang tertentu untuk mencapai tujuannya misalnya
untuk tujuan pilitik, magis dan sebagainya. Akibanya citra tasawuf dimata
masyarakat muslim menjadi rusak, karena dikotori oleh motif-motif
terentu. Oleh karena itu, fakor-faktor inilah yang menyebabkan tasawuf
mengalami kemunduran hingga sekarang ini. Akan tetapi, masih selalu
diupayakan oleh pengikunya dari berbagai macam aliran tareka untuk
menyemarakkan kembali.
170
menambahkan.
Bentuknya tentu yang singkat, esensial, dan instant. Dunia
tasawwuf bagi masyarakat kota, semacam obat gigi saya resah, saya
menemukan problem, saya stress, maka saya belajar tasawwuf agar
memperoleh ketenangan ujar Asep, menirukan keluhan para pengikut
tarekat dikalangan perkotaan itu.
Asep juga menilai, dari lima komponen tarekat : mursyid, murid,
wirid, tata tertib dan tempat, yang paling berat bagi masyarakat kota
adalah wirid dan tata tertib. Adapun tata tertib yang paling tidak masuk
logika orang modern adalah baiat kesetiaannya kepada guru. Mereka
ingin bebas tanpa baiat, dan tak mau terjebak kultus, kata Asep.
Orang-orang kota juga tidak berminat pada zikir yang panjangpanjang, apalagi harus berpuasa. (lihat Majalah Gatra, hal : 65-67, edisi
30 September 2000 M).
172
PENUTUP
Simpulan
1. Akal Cikal bakal tasawuf
Untuk melihat cikal bakal tasawuf, perlu dilihat perkembangan peradaban
Islam sejak zaman Rasulullah s.a.w., sebab, pada hakikatnya kehidupan
rohani itu telah ada pada dirinya sebagai panutan umat. Kesederhanaan hidup
dan upaya menghindari bentuk-bentuk kemewahan sudah tumbuh sejak Islam
datang masa Rasulullah s.a.w., dan para sahabatnya hidup dalam suasana
kesederhanaan.
2. Dalam sejarah perkembangannya, tasawuf dapat dibedakan kedalam beberapa
periode, dalam periode mempunyai karakteristik dan tokohnya masingmasing. Periode tersebut adalah :
1) Perkembangan tasawuf abad ke-1 dan ke-2 Hijriah
2) Perkembangan tasawuf abad ke-3 dan ke-4 Hijriah
3) Perkembangan tasawuf abad ke-5 Hijriah
4) Perkembangan tasawuf abad ke-6 dan ke-7 Hijriah
5) Perkembangan tasawuf abad ke-8 Hijriah
6) Perkembangan tasawuf abad ke-9 dan ke-10 serta sesudahnya
7) Perkembangan tasawuf masa kini
173
TOPIK 8
MAQAMAT DAN AHWAL
Disusun Oleh:
1. Fitriani Apendi
1132050031
2. Ghina Fauziyyah
1132050032
1132050033
PENDAHULUAN
174
A. Latar Belakang
Selama ini umat Islam cenderung memahami agama Islam secara
sempit. Islam dipahami sebagai agama yang di dalamnya terdapat aturanaturan yang hanya berkisar pada wilayah ibadah, muamalah, dan aqidah.
Sehingga agama sering dipandang sebagai aturan-aturan yang bersifat ketat
dan kaku dan cenderung terlihat sebagai kegiatan-kegiatan lahiriyah semata
walaupun orientasinya mengarahkan manusia untuk meraih kebahagiaan di
dunia dan akhirat.
Ada aspek yang banyak dibicarakan atau sekedar diketahui oleh banyak
orang tentang Islam yang sangat mewarnai perjalanan sejarah Islam dari
dulu hingga sekarang yang tidak henti-hentinya menjadi bahan kajian dan
perdebatan baik dari kalangan akademisi maupun masyarakat luas baik di
perkotaan maupun di tingkat pedesaan. Aspek ini dikenal dengan istilah
tasawuf atau sebagaimana yang dikenal para orientalis sebagai mistisme
dalam Islam. Dalam konteks tasawuf terdapat pembahasan mengenai
Maqamat dan Ahwal. Dimana, Maqamat adalah tempat orang berdiri atau
pangkal mulia, sedangkan Ahwal berarti kondisi mental atau kejiwaan yang
diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah, bukan hasil dari usahanya.
Dalam pembahasan maqamat dan Ahwal dikenal beberapa istilah seperti
tobat, zuhud, sabar, tawakal, tumaninah, yakin, dan sebagainya
Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas lebih mendalam
mengenai Maqamat dan Ahwal.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan bahasan yaitu Maqamat dan Ahwal,adapun rumusan
masalah yang akan di bahas antara lain sebagai berikut :
1. Pengertian dan Perbedaan Maqam dan Ahwal
2. Macam-Macam Maqam dalam Tasawuf
C. Tujuan Pembahasan
Begitupun tujuan dari pembahasan makalah ini antara lain untuk:
1. Memahami pengertian dan perbedaan Maqam dan Ahwal
2. Mengetahui macam-macam Maqam dalam Tasawuf
175
176
PEMBAHASAN
A. Maqamat
a) Definisi
Secara harfiah maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat
orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti
sebagai jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat
dengan Allah. Dalam bahasa Inggris maqamat dikenal dengan istilah stages yang
berarti tangga. Tentang berapa umlah tangga atau muqamat yang harus ditempuh
oleh seorang sufi untuk sampai menuju Tuhan, di kalangan para sufi tidak sama
pendapatnya. Muhammad al-Kalabazy dalam kitabnya al-Taarruf li Mazhab ahl
al-Tasawwuf, sebagai dikutip Harun Nasution misalnya mengatakan bahwa
maqamat itu jumlahnya ada sepuluh, yaitu al-taubah, al-zuhud, al-shabr, al-faqr,
al-tawadlu, al-taqwa, al-tawakkal, al-ridla, al-ma-habbah, dan al-marifah.
Sementara itu, Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi dalam kitab al-Luma
menyebutkan jumlah maqamat hanya enam, yaitu al-taubah, al-wara, al-zuhud,
al-faqr, al-tawakkal, dan al-ridla.
Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum al-Din mengatakan bahwa
maqamat itu ada tujuh, yaitu al-taubah, al-shabr, al-zuhud, al-tawakkal, almahabbah, al-marifah, dan al-ridla.
Kutipan diatas memperlihatkan keadaan variasi penyebutan maqamat yang
berbeda-beda, namun ada maqamat yang oleh mereka disepakati, yaitu altaubah, al-zuhud, al-wara, al-faqr, al-shabr, al-tawakkal, dan al-ridla. Sedangkan
al-tawaddlu, al-mahabbah, dan al-marifah oleh mereka tidak disepakati sebagai
maqamat. Untuk itu dalam uraian ini, maqamat yang akan dijelaskan lebih lanjut
adalah maqamat yang disepakati oleh mereka.
b) Struktur
1. Taubat
Menurut Sayyid Abi Bakar Ibnu Muh. Syatha, taubat adalah kembali dari
segala sesuatu yang dicela oleh Allah menuju ke arah yang dipuji oleh-Nya.
Taubat adalah tahap pertama dalam menempuh tahap-tahap berikutnya. Taubat
adalah jalan untuk membersihkan segala dosa. Setelah manusia dilumuri
berbagai dosa. Tanpa adanya taubat seorang salik tidak akan dapat menempuh
jalan menuju Allah SWT.
Ada banyak definisi taubat di kalangan sufi, Abul Husain an-Nuri,
mengungkapkan definisi tentang taubat. "Taubat adalah menolak dari semua,
kecuali Allah yang Maha Tinggi", dan pemikiran yang sama dari penyesalan
tahap tertinggi adalah berbeda sama sekali dari yang biasa terjadi, sebagaimana
ditemukan dalam suatu pernyataan, "Dosa-dosa bagi mereka yang dekat
dengan Allah SWT. adalah suatu perbuatan baik yang pada tempatnya". Sedang
al-Ghazali menyatakan bahwa hakikat taubat adalah kembali dari maksiat
menuju taat, kembali dari jalan yang jauh menuju jalan yang dekat.
Taubat yang dilakukan adalah taubat yang sungguh-sungguh (taubatan
nasuhan). Dalam hal ini, baik hati, lisan dan amal mencerminkan pertobatan.
Beliau menganalogikan seseorang yang bertaubat nasuha seperti menggali akar
(dosa) umbi dengan cangkul berupa didikan ruhaniah dari guru atau syekh
yang sebenarnya (guru munsyid). Sebelum berladang atau berkebun, tanahnya
harus dibersihkan terlebih dahulu dari akar-akar pohon, tunggul-tunggul pohon,
dan semak-semak belukar. Rasulullah SAW pernah ditanya seorang sahabat,
Apakah penyesalan itu taubat? Rasulullah SAW menjawab, Ya. (HR. Ibnu
Majah) Amr bin Ala pernah mengatakan, Taubat nasuha adalah apabila kamu
membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu mencintainya.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah pernah mengatakan bahwa taubat yang murni
itu mengandung tiga unsur, antara lain :
1. Taubat yang meliputi atas keseluruhan jenis dosa, tidak ada satu dosa pun
melainkan bertaubat karenanya;
2. Membulatkan tekad dan bersungguh-sungguh dalam bertaubat, sehingga tiada
keraguan dan menunda-nunda kesempatan untuk bertaubat; dan
3. Mensucikan jiwa dari segala kotoran dan hal-hal yang dapat mengurangi rasa
keikhlasan, khauf kepada Allah SWT dan menginginkan karunia-Nya.
178
Salah satu unsur taubat yang harus dipenuhi adalah adanya penyesalan diri
atas dosa-dosa yang dilakukan kepada Allah SWT. Sebagaimana yang
dikatakan al-Qusyairi dalam Syamsun Niam, "Menyesali kesalahan adalah
cukup untuk memenuhi syarat pertaubatan", demikian kata mereka yang telah
melaksanakannya, karena tindakan tersebut mempunyai akibat berupa dua
syarat yang lain. Artinya, orang tidak mungkin bertaubat dari suatu tindakan
yang tetap dilakukan atau yang ia mungkin bermaksud melakukannya. Inilah
makna taubat secara umum.
Taubat dari segala kesalahan tidak membuat seorang manusia terhina di
hadapan Tuhannya. Justru, akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang
hamba dengan Tuhannya. Karena Allah sangat mencintai orang-orang yang
bertaubat dan mensucikan diri. Sebagaimana firman Allah SWT :
(222)
Artinya : Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah: 222)
Karena itu, ingat syarat taubat nasuha. Antara lain, pertama, segera
meninggalkan dosa dan maksiat, kedua, menyesali dengan penuh kesadaran
segala dosa dan maksiat yang telah dilakukan dan ketiga, bertekad untuk tidak
akan mengulangi dosa. Abdul Kadir al-Jilani menegaskan bahwa tanda taubat
yang diterima Allah SWT adalah seseorang tidak akan mengulangi perbuatan
dosa.
2. Wara
Secara harfiah al-wara artinya saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa.
Kata ini selanjutnya mengandung arti menjauhi hal-hal yang tidak baik.
Sedangkan dalam pengertian sufi, al-wara adalah meninggalkan segala yang di
dalamnya terdapat keraguan-keraguan antara halal dan haram (syubhat). Sikap
menjauhi diri dari yang syubhat ini sejalan dengan hadits Nabi yang berbunyi:
179
( )
Barangsiapa yang dirinya terbebas dari syubhat, maka sesungguhnya ia
telah terbebas dari yang haram. (HR Bukhari).
Hadits tersebut menunjukkan bahwa syubhat lebih dekat pada yang haram.
Kaum sufi menyadari benar bahwa setiap makanan, minuman, pakaian, dan
sebagainya yang haram dapat memberi pengaruh bagi orang yang memakan,
meminum, dan memakainya. Orang yang demikian akan keras hatinya, sulit
mendapatkan hidayah dan ilham dari Tuhan. Hal ini dipahami dari hadits Nabi
yang menyatakan bahwa setiap makanan yang haram yang dimakan oleh
manusia akan menyebabkan noda hitam pada hati yang lama-kelamaan hati
menjadi keras. Hal ini sangat ditakuti oleh para sufi yang senantiasa
mengharapkan nur ilahi yang dipancarkan lewat hatinya yang bersih.
Dalam tasawuf, wara merupakan langkah kedua sesudah taubat, dan
disamping merupakan pembinaan mentalitas (akhlak) juga merupakan tangga
awal untuk membersihkan hati dari ikatan keduniaan. Oleh karena itu
dikembangkan dalam tasawuf dengan berbagai macam pengertian, dan juga
mempunyai tingkat-tingkat kewaraan mereka.
Yahya Ibn Maadz misalnya mengatakan:
Wara itu dua tingkat, wara segi lahir yaitu hendaklah kamu tidak bergerak
terkecuali untuk ibadah pada Allah; dan wara batin yakni agar tidak masuk
dalam hatimu terkecuali Allah taala.
3. Zuhud
Secara bahasa Zuhud adalah Zuhd (Arab) darwis; pertapa dalam Islam;
orang yang meninggalkan kehidupan duniawi, mempunyai sikap tidak
terbelenggu oleh hidup kebendaan. Amin Syukur menambahkan, zuhud berarti
mengasingkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah. Sedangkan orang yang
memiliki sikap zuhud disebut zahid.
Dalam tasawuf zuhud dijadikan maqam dalam upaya melatih diri dan
menyucikan hati untuk melepas ikatan hati dengan dunia. Al-Ghazali
180
(20)
(21)
(22)
181
(23)
Artinya :
20. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan
dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu
serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan
yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu.
21. berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan
syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orangorang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai
karunia yang besar.
22. tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
23. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap
apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap
apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap orang
yang sombong lagi membanggakan diri,
Dari ayat itu, kita mendapat pelajaran bahwa akhlak zuhud tidak mungkin
diraih kecuali dengan mengetahui hakikat dunia yang bersifat sementara, cepat
berubah, rendah, hina dan bahayanya ketika manusia mencintainya, dan
hakikat
akhirat
yang
bersifat
kekal,
baik
kenikmatannya
maupun
penderitaannya.
Para ulama memperjelas makna dan hakikat zuhud. Secara syari, zuhud
bermakna mengambil sesuatu yang halal hanya sebatas keperluan. Abu Idris
Al-Khaulani berkata, Zuhud terhadap dunia bukanlah mengharamkan yang
182
halal dan membuang semua harta. Akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah
lebih menyakini apa yang ada di sisi Allah ketimbang apa yang ada di tangan
kita. Dan jika kita ditimpa musibah, maka kita sangat berharap untuk
mendapatkan pahala. Bahkan ketika musibah itu masih bersama kita, kita pun
berharap bisa menambah dan menyimpan pahalanya. Ibnu Khafif berkata,
Zuhud adalah menghindari dunia tanpa terpaksa. Ibnu Taimiyah berkata,
Zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat di akhirat nanti,
sedangkan wara adalah meninggalkan sesuatu yang ditakuti bahayanya di
akhirat nanti.
Imam Ahmad bin Hanbal membagi zuhud ke dalam tiga tingkatan atau
derajat, antara lain :
i. zuhudnya orang awam yaitu meninggalkan sesuatu yang diharamkan.
ii. zuhudnya orang khawash (orang khusus, orang istimewa), yaitu meninggalkan
barang halal, jika barang halal itu dipandangnya telah berlebih dari kebutuhan
dasarnya.
iii. zuhudnya orang arif (orang yang mengetahui hakikat Allah), yaitu meninggalkan
segala sesuatu yang membuatnya sibuk dan lalai dari mengingat Allah SWT.
Banyak orang yang berpandangan sempit terhadap zuhud. Zuhud dianggap
harus
meninggalkan
harta,
menolak
segala
kenikmatan
dunia,
dan
rampasan paraarifin, peringatan bagi pencari, benteng bagi para abid, dan
penjara bagi para pendosa.
Simuh mengutip Abu Bakar al-Mishri berkata Fakir yang sesungguhnya
adalah tidak memiliki sesuatu dan hatinya juga tidak menginginkan sesuatu.
Sedang Abu Abdullah ibn Al-Jalla menjelaskan mengenai hakikat fakir,
Bahwa engkau tidak memiliki apa pun dan jika engkau memiliki sesuatu,
engkau masih tidak memilikinya, dan sejauh engkau tidak memilikinya,
engkau tidak memilikinya. Beragam interpretasi yang dijumpai di kalangan
sufi mengenai istilah Faqr (al Faqr) ini. Meskipun demikian, pesan yang
tersirat di dalamnya adalah agar manusia bersikap hati-hati terhadap pengaruh
negatif akibat keinginan kepada harta kekayaan.
Jelasnya, faqr adalah maqam yang bertujuan untuk menyucikan diri dari
segala keinginan selain Allah. Tidak ada yang lebih penting dalam
menghambakan diri kepada sang khalik selain membebaskan keterikatan batin
kepada selain-Nya. Dengan pengertian bahwa melalui faqr, para salik akan
menyadari serba terbatasnya dirinya sebagai hamba. Sehingga, perasaan itu
melahirkan kepasrahan dan ketundukan.
5. Sabar
(10)
Artinya : Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah
kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh
kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Al-Ghazali
mengatakan,Sabar
berarti
bersemayamnya
pembangkit
secara garis besar, sabar dimaksudkan sebagai wujud ibadah hamba Allah
dalam menggapai keridhaan-Nya. Dan orang yang telah berhasil membentuk
dirinya sebagai insan penyabar, ia akan memperoleh keberuntungan yang besar.
6. Tawakal
Artinya : Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi
orang-orang yang benar kebenaran mereka. bagi mereka surga yang
dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selamalamanya; Allah ridha terhadapNya [457]. Itulah keberuntungan yang paling
besar".(QS. Al-Maidah (5) : 119)
185
sampai di sini. Masih ada perjalanan selanjutnya yang mesti ditempuh dan
tentunya masing-masing mereka akan mengalami pengalaman spiritual yang
berbeda.
c) Skema
Definisi
Tingkatan seorang
hamba dihadapanNya,
dalam hal ibadah dan
latihan-latihan (riyadhah)
jiwa yang dilakukannya.
kemampuan spiritual
yang diperoleh melalui
mujahadah.
Maqam
at
Struktur
Tobat yaitu kembali kepada
kebenaran yang dilegalkan Allah
SWT. dan diajarkan Rasulullah
Wara
artinya
saleh,
SAW
menjauhkan
diri
dari
perbuatan dosa.
Zuhud berarti mengasingkan diri
dari kesenangan dunia untuk ibadah
187
B. Ahwal
a) Definisi
Ahwal adalah bentuk jama dari kata hal, yang berarti kondisi mental atau
situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah, bukan hasil
dari usahanya. Hal bersifat sementara, datang dan pergi (datang dan pergi bagi
seorang sufi dalam perjalananya mendekati Tuhan).
188
3. Mahabbah
pandangan
Al-Junaidi,
cinta
didefinisikan
sebagai
Tingkatan Mahabbah
Abu Nasr as Sarraj at-Tusi seorang tokoh sufi terkenal membagi
mahabbah kepada tiga tingkat:
i.
Mahabbah orang biasa, yaitu orang yang selalu mengingat Allah SWT
dengan zikir dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan-Nya
ii.
iii.
sifatnya sendiri, sebab hatinya penuh dengan rindu dan cinta kepada Allah.
Mahabbah orang arif, yaitu cintanya orang yang telah penuh sempurna
makrifatnya dengan Allah SWT. Mahabbah orang arif ini, yang dilihat dan
190
dirasakannya bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Pada akhirnya sifatsifat yang dicintai masuk ke dalam diri yang mencintai. Cinta pada tingkat
ketiga inilah yang menyebabkan mahabbah orang arif ini dapat berdialog
dan menyatu dengan kehendak Allah SWT.
Setiap orang mengakui bahwa cinta itu sulit untuk digolongkan, namun
hal itu tidak melelahkan seseorang untuk mencoba melakukannya.
Klasifikasi mistik terhadap tingkatakan cinta berbeda dari analisis cinta
secara filosofis yang legal dan sekuler. Karena, para sufi secara konsisten
menempatkan cinta dalam konteks psikologi mistik mereka dari keadaan
(ahwal) dan makam, dengan penekanan pada cinta sebagai transenensi diri.
Lebih-lebih, cinta dalam beragam bentuknya demikian penting, sehingga ia
secara umum diakui sebagai, tujuan tertinggi dari seluruh makam dan
puncak tertinggi dari segala tingkatan.
4. Khauf
Khauf (Takut kepada Allah) Abu Hafsh berkata, khauf (takut) adalah
cambuk Allah SWT. yang digunakan-Nya untuk menghukum manusia yang
berontak keluar dari ambang pintu-Nya. Khauf dikatakan pula sebagai
ungkapan derita hati dan kegundahannya terhadap apa yang akan dihadapi.
Sehingga mampu mencegah diri dari bermaksiat dan mengikatnya dengan
bentuk-bentuk ketaatan. Allah SWT meridhai hamba-Nya yang khauf
kepada-Nya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya.
Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya
(QS.Al-Bayyinah [98] : 8).
Banyak
diantaranya QS. Al-Araf [7]:156, QS. Fatir [35]:28, QS. Ali Imran [3]:175,
dan lainnya.
191
Suhrawardi dalam Solihin berujar, selama masih ada cinta, syauq tetap
diperlukan. Kerinduan yang terdalam ingin berjumpa dengan Tuhan,
sehingga matinya jasad malah bukan sesuatu yang ditakuti. Bahkan
diinginkan para sufi, karena dengan begitu impiannya ingin berjumpa
dengan sang maha kasih, Allah SWT. dapat terkabul.
7. Uns
Uns adalah sifat merasa selalu berteman, tidak pernah merasa kesepian.
Untuk mendeskripsikan uns ini, simak petikan syair sufistik berikut : Ada
orang yang merasa sepi dalam keramaian. Ia adalah orang yang selalu
memikirkan kekasihnya sebab sedang dimabuk cinta. Seperti halnya
sepasang pemuda dan pemudi. Ada pula orang yang merasa bising dalam
kesepian. Ia adalah orang yang selalu memikirkan atau merencanakan tugas
pekerjaannya semata-mata. Adapun engkau, selalu merasa berteman di
manapun berada. Alangkah mulianya engkau berteman dengan Allah,
artinya engkau selalu berada dalam pemeliharaan Allah Syair tersebut
menggambarkan sekilas perasaan keintiman para sufi dengan Tuhan. Istilah
intim disini, jelas bukan merujuk pada pengertian hubungan sesama
makhluk. Intim hanya digunakan sebagai simbol bahasa dalam memahami
kedalaman hubb (cinta) hamba kepada Allah SWT. yang disimbolkan
sebagai sang kekasih.
8. Tumaninah
Secara bahasa tumaninah berarti tenang dan tentram. Tidak ada rasa
was-was atau khawatir, tak ada yang dapat mengganggu perasaan dan
pikiran karena ia telah mencapai tingkat kebersihan jiwa yang paling tinggi.
9. Musyahadah
193
Yaqin berarti percaya sebagai paduan antara ilm al yaqin, ain al yaqin,
dan haq al yaqin. Ilm al yaqin berarti sesuatu yang ada dengan syarat adanya
bukti, ain al yaqin berarti sesuatu yang ada dengan disertai kejelasan dan
haq al yaqin berarti sesuatu yang ada dengan sifat-sifat yang menyertai
kenyataan-Nya. Ilm al yaqin dibutuhkan untuk mereka yang cenderung
rasional. Ain al yaqin bagi para ilmuan sedangan haq al yaqin bagi orang
yang makrifah jelasnya al yaqin adalah sebuah kepercayaan yang kuat
tentang kebenaran pengetahuan yang dimiliki, karena penyaksiannya
dengan segenap jiwanya dan dirasakan oleh seluruh ekspresinya serta
dirasakan oleh segenap eksistensinya.
194
c) Skema
Definisi
Akhwal
Struktur
Muraqabah keterjagaan
195
PENUTUP
Simpulan
Dari penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Maqamat secara harfiah berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat
orang berdiri atau pangkal mulia.
2. Maqamat yang disepakati para ulama yaitu al-taubah, al-zuhud, alwara, al-faqr, al-shabr, al-tawakkal, dan al-ridla.
3. Ahwal adalah bentuk jama dari kata hal, yang berarti kondisi mental
atau situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia
Allah, bukan hasil dari usahanya.
4. Yang termasuk dalam ahwal di antaranya: muraqabah, qurb,
mahabbah, khauf, raja, syauq, uns, tumaninah, musyahadah dan yakin.
196
TOPIK 9
MAHABBAH DAN MARIFAH
Disusun Oleh:
1. Indira Nabila Insani Wahyudi
2. Irmawati Mardian
3. Ismatul Hoeriyah
(1132050036)
(1132050037)
(1132050038)
197
PENDAHULUAN
mencintai
Allah
SWT
dengan
cinta
yang
sebenarnya.
Mahabbah dan Marifat ini adalah merupakan azas yang sangat penting dalam
pembinaan akhlak dan pembentukan kepribadian manusia yang berakhlakul
karimah melalui proses pengendalian diri. Untuk itu dalam makalah ini, kami
akan memberikan ulasan tentang mahabbah dan marifat dalam hubungannya
dengan proses pengendalian diri dengan tujuan agar pembaca memahami tentang
keutamaan mahabbah dan marifat ini dalm proses pembentukan kepribadian
manusia islami.
2. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan mahabbah dan marifah itu ?
2. Bagaimanakah teks suci yang berkaitan dengan pembahasan mahabbah
dan marifah ?
3. Bagaimanakah konsep mahabbah dan marifat menurut para tokoh ?
3. Tujuan Pembahasan
198
PEMBAHASAN
199
1. Mahabbah
a. Definisi
Secara etimologi, mahabbah adalah bentuk masdar dari kata: yang
mempunyai arti: a) membiasakan dan tetap, b) menyukai sesuatu karena punya
rasa cinta. Selain itu, secara etimologi jugaMahabbah berasal dari kata ahabba,
yuhibbu, mahabbatan, yang secara harfiah berarti mencintai secara mendalam.
Dalam bahasa Indonesia kata cinta, berarti: a) suka sekali, sayang sekali, b) kasih
sekali, c) ingin sekali, berharap sekali, rindu, makin ditindas makin terasa betapa
rindunya, dan d) susah hati (khawatir) tiada terperikan lagi.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa mahabbah (cinta)
merupakan keinginan yang sangat kuat terhadap sesuatu melebihi kepada yang
lain atau ada perhatian khusus, sehingga menimbulkan usaha untuk memiliki dan
bersatu dengannya, sekalipun dengan pengorbanan.
Sedangkan secara terminologi, terdapat perbedaan defenisi di kalangan
ulama. Pendapat kaum Teologi yang dikemukakan oleh Webster bahwa
mahabbah berarti; a) keredaan Tuhan yang diberikan kepada manusia, b)
keinginan manusia menyatu dengan Tuhan, dan c) perasaan berbakti dan
bersahabat seseorang kepada yang lainnya. Pengertian tersebut bersifat umum,
sebagaimana yang dipahami masyarakat bahwa ada mahabbah Tuhan kepada
manusia dan sebaliknya, ada mahabbah manusia kepada Tuhan dan sesamanya.
Dalam kajian tasawuf, mahabbah berarti mencintai Allah dan mengandung
arti patuh kepada-Nya dan membenci sikap yang melawan kepada-Nya,
mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali Allah SWT serta menyerahkan
seluruh diri kepada-Nya.
Harun Nasution (w.1998 M) mengemukakan bahwa mahabbah mempunyai
beberapa pengertian:
1. Memeluk kepatuhan pada Tuhan dan membenci sifat melawan pada-Nya.
2. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.
200
b. Teks Suci
Ajaran mahabbah memiliki dasar dan landasan, baik di dalam Alquran
maupun Sunah Nabi SAW. Hal ini juga menunjukkan bahwa ajaran tentang cinta
khususnya dan tasawuf umumnya, dalam Islam tidaklah mengadopsi dari unsurunsur kebudayaan asing atau agama lain seperti yang sering ditudingkan oleh
kalangan orientalis
Dalil-dalil dalam al-Quran, misalnya sebagai berikut:
a) Q.S Al-Baqarah : 165
201
Artinya: Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingantandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.
dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
b) Q.S Al-Maidah : 54)
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah
Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang
kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang
suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.
c) Q.S Ali Imran : 31
Artinya : Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dalil-dalil dalam hadits Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut :
202
Tiga hal yang barang siapa mampu melakukannya, maka ia akan merasakan
manisnya iman, yaitu: pertama Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada
selain keduanya; kedua: tidak mencintai seseorang kecuali hanya karena Allah;
ketiga benci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci dilemparkan ke
neraka
..
.Tidaklah seorang hamba-Ku senantiasa mendekati-Ku dengan ibadah-ibadah
sunah kecuali Aku akan mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku pun
menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar; menjadi
penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat; menjadi tangannya yang ia
gunakan untuk memukul; dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan..
c. Konsep
Terlepas dari banyaknya penjelasan mengenai defenisi dan seluk-beluk
cinta atau mahabbah tersebut, namun yang pasti, mahabbah pada dasarnya
merupakan sebuah sikap operasional. Dengan kata lain, batin saja, akan tetapi ia
adalah cinta yang memiliki kecenderungan pada kegiatan nyata sekaligus menjadi
sumber keutamaan moral.
Hanya saja dalam perjalanan sejarah umat Islam, term cinta atau
mahabbah telah menjadi salah satu pokok pembicaraan orang-orang sufi.
Mereka menggeser penekanan cinta ke arah idealism emosional yang dibatinkan
secara murni. Sehingga di kalangan sufi, mahabbah adalah satu istilah yang
hampir selalu berdampingan dengan makrifat, baik dalam penempatannya
maupun dalam pengertiannya. Kalau makrifat merupakan tingkat pengetahuan
tentang Tuhan melalui hati, sedang mahabbah adalah merupakan perasaan
kedekatan dengan Tuhan melalui cinta. Seluruh jiwa terisi oleh rasa kasih dan
kasih dan cinta kepada Tuhan. Rasa cinta yang tumbuh dari pengetahuan dan
pengenalan kepada Tuhan, sudah sangat jelas dan mendalam, sehingga yang
203
dilihat dan dirasa bukan cinta, tetapidiri yang dicintai. Oleh karena itu menurut
al-Gazali, mahabbah itu adalah manifestasi dari makrifat kepada Tuhan.
Demikian
cintanya
orang-orang
sufi
kepada
Tuhan,
mereka
rela
204
2. Marifat
a. Definisi
Menurut ahli bahasa, kata Marifat diambil dari kata Arafa, Yarifu, Irfan,
Marifatan, semua ilmu disebut Marifat, dan semua Marifat adalah ilmu, dan
setiap orang memiliki ilmu (alim) tentang Allah SWT. berarti seorang yang arif,
205
dan setiap yang arif berarti alim. Berdasarkan pengertian ini orang yang
bermarifat adalah orang yang memiliki ilmu (arif).
Kata Marifat secara harfiah atau semantik dapat diartikan mengenal atau
mengetahui dan dapat diperluas lagi pengertianya menjadi cara mengetahui atau
mengenal eksistesi Tuhan.
Makna Makrifah adalah:
a. Kalau mata yang ada di dalam hati sanubari manusia terbuka, maka mata
kepalanya tertutup, dan waktu inilah yang dilihat hanya Allah.
b. Marifah adalah cermin. Apabila seorang yang arif melihat ke arah
cermin maka apa yang dilihatnya hanya Allah.
c. Orang arif baik di waktu tidur dan bangun yang dilihat hanyalah Allah
SWT.
d. Seandainya Marifah itu materi, maka semua orang yang meliat akan
mati karena tidak tahan melihat kecantikan dan keindahannya. Dan
semua cahaya akan menjadi gelap disamping cahaya keindahan yang
gilang-gemilang.
b. Teks suci
a) Q.S Qaaf : 22
Artinya : Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, Maka kami
singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari
itu amat tajam.
b)
Q.S Al-Insaan : 13
Artinya: Di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di
dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan.
206
c. Konsep
Tidak semua orang yang menuntut ajaran Tasawuf dapat sampai kepada
tingkatan marifah. Karena itu sufi yang sudah mendapatkan marifah, memiliki
tanda-tanda tertentu, sebagaimana keterangan Dzun Nun Al-Mishri yang
mengatakan: ada beberapa tanda yang dimiliki sufi bila sudah sampai kepada
tingkatan marifah, antara lain:
a. Selalu memancar cahaya marifah padanya dalam segala sikap dan
perilakunya, karena itu, sikap wara selalu ada pada dirinya.
b. Tidak menjadikan keputusan pada sesuatu yang berdasarkan fakta yang
bersifat nyata, karena hal-hal yang nyata menurut ajaran tasawuf belum
tentu benar.
c. Tidak menginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, karena hal
itu bisa membawanya kepada perbuatan yang haram.
Dari sinilah kita dapat melihat bahwa seorang sufi tidak membutuhkan
kehidupan yang mewah, kecuali tingkatan kehidupan yang hanya sekedar dapat
menunjang kegiatan ibadahnya kepada Allah SWT., sehingga Asy Syekh
Muhammad bin Al-Fadhal mengatakan bahwa marifah yang dimiliki Sufi,
cukup dapat memberikan kebahagiaan batin padanya, karena merasa selalu
bersama-sama dengan Tuhannya.
Menurut Zunnun Al-Misrilah (Bapak paham Marifah) bahwa pengetahuan
tentang Tuhan ada tiga macam:
a. Pengetauan Awam
Memberi penjelasan bahwa Tuhan satu dengan perantara ucapan
syahadat.
b. Pengetahuan Utama
Memberi penjelasan bahwa Tuhan satu menurut akal (logika)
c. Pengetahuan Sufi
Memberi penjelasan bahwa Tuhan satu dengan perantara Hati Sanubari.
Pengetahuan Awam dan Ulama di atas belum dapat memberikan
pengetahuan hakiki tentang Tuhan. Sehingga kedua pengetauan tersebut baru
disebut Ilmu belum dapat dikatakan sebagai Marifah. Adapun pengetahuan
yang disebut Marifah adalah pengetahuan Sufi.
207
d. Tokoh
1) Salah satu tokoh sufi yang terkenal dengan ilmu marifatnya
adalah,Zunnun Al-Misri, beliau berasal dari Akhtaman salah satu
kota di daerah pedalaman Mesir, beliau dimakamkan di Pemakaman
asy-Syafii, dan beliau bernama lengkap Abu al-Fayd Sauban bin
Ibrahim al-Misri., ayahnya seorang Nubian (sebutan bagi penduduk
Nubiah, dan termasuk keturunan pembesar Quraisy), beliau
memiliki banyak saudara, dan salah satunya adalah Zu al-Kifli yang
banyak memberikan keterangan tentang hal-ikhwal saudaranya
Beliau adalah merupakan tokoh sufi pertama yang menonjolkan tentang teori
Marifat. Padahal Paham tentang Marifat sudah banyak dikemukakan oleh tokohtokoh sufi sebelum Al-Misri, tapi yang paling menekankan konsep Marifat pada
ajaran tasawuf adalah Zunnun Al-Misri, ya habibullah.
208
Zunnun ber mutawatta dan mempelajari disiplin ilmu fiqh kepada Malik Ibn
Anas, dan di bidang spritual beliau belajar pada Israfil Al-Maghribi. Zunun pernah
mengatakanaku menempuh perjalanan 3 kali dan mendapatkan 3 ilmu. Pada
perjalanan pertama aku dapatkan ilmu yang bisa diterima kalangan awam dan
khass, pada perjalanan kedua aku dapatkan ilmu yang hanya bisa diterima
kalangan khass, dan pada perjalanan yang ketiga aku dapatkan ilmu yang tidak
bisa diterima oleh kalangan awam maupun khass. Maka tinggalah aku hampa
papa seorang diri.
Maka dari pernyataan diatas itu Zunnun pun membagi tingkatan Marifat
dalam tiga tingkatan, yaitu : yang pertama adalah tingkat awam, dan yang kedua
adalah tingkat ulama dan yang ketiga adalah tingkat sufi, seperti yang sudah
diuraikan dalam Jalan Menuju Marifat dan Hakekat.
Menurut Zunnun Al-Misri, Marifat atau mengenal Allah swt yang
sesungguhnya adalah marifat lewat hati sanubari, karena pada tingkatan syahadat
dan logika itu sebenarnya bukanlah termasuk Marifat, tetapi itu hanya dapat
digolongkan kedalam kategori ilmu saja.
Memikirkan zat Allah adalah kebodohan, mengisyaratkan sesuatu kepadaNya
adalah kesyirikan, dan hakikat makrifat adalah kebingungan
Pada suatu kesempatan beliau pernah ditanya tentang bagaimana memperoleh
makrifat itu, beliau berkata : araftu rabbi bi rabbi yang artinya aku mengenal
Tuhanku karena Tuhan. Karena mengenal Allah SWT tidak akan bisa dengan
logika dan penalaran akal, melainkan dengan hati sanubari yang bersih dan selalu
diisi dengan asma agung Allah SWT, yaitu dzikrullah. Dzikir yang dilakukan
secara terus menerus.
Beliau mengatakan bahwa akhlak seorang Arif billah adalah Allah, dan orang
yang arif selalu akan bersifat seperti sifat-sifat Tuhan dan selalu menjaga
perilakunya agar tidak terjebak dalam kenistaan dunia yang menghanyutkan dan
menghinakan orang yang dekat kepada Allah.
209
AZcQTKTD a u r k a u p
.mlukoe S a e r n e g n e a
ASa-Qnk t l a u
kf-m e n g e
unossi
IQe n k s i s t e
Gsuhe
nsaT u h a n .
hanpa
iaiA
af
szrln: iaiM:2
M
a
d a p a t m e m b e r ik a n k e b a h a g ia a n b a t in p a d a n y a ,
t a m h ue i r a s a s e l a l u b e r s a m a - s a m a d e n g a n T u h a n n y a
n a l
s i
i1l
is3
r
i
212
PENUTUP
Simpulan
Mahabbah (cinta) merupakan keinginan yang sangat kuat terhadap sesuatu
melebihi kepada yang lain atau ada perhatian khusus, sehingga menimbulkan
usaha untuk memiliki dan bersatu dengannya, sekalipun dengan pengorbanan.
Artinya: Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingantandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.
dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
Di kalangan sufi, mahabbah adalah satu istilah yang hampir selalu
berdampingan dengan makrifat, baik dalam penempatannya maupun dalam
pengertiannya. Dan dapat dibadakan pula antara makrifat dan mahabbah yaitu,
makrifat merupakan tingkat pengetahuan tentang Tuhan melalui hati, sedang
mahabbah adalah merupakan perasaan kedekatan dengan Tuhan melalui cinta.
Seluruh jiwa terisi oleh rasa kasih dan kasih dan cinta kepada Tuhan. Rasa cinta
yang tumbuh dari pengetahuan dan pengenalan kepada Tuhan, sudah sangat jelas
dan mendalam, sehingga yang dilihat dan dirasa bukan cinta, tetapidiri yang
dicintai. Oleh karena itu menurut al-Gazali, mahabbah itu adalah manifestasi
dari makrifat kepada Tuhan.
Marifat secara harfiah atau semantik dapat diartikan mengenal atau
mengetahui dan dapat diperluas lagi pengertianya menjadi cara mengetahui atau
mengenal eksistesi Tuhan
213
214
TOPIK 10
TASAWUF DAN MASYARAKAT MODERN
Disusun Oleh:
1. Khofiyah
(1132050039)
2. Lastri Asmara Kurnia Ningsih (1132050040)
3. M. Fakhri J.
(1132050043)
215
PENDAHULUAN
Makin maju suatu masyarakat, maka makin tinggi pula tingkat kompetisinya.
Sebaliknya masyarakat yang kurang maju, maka tingkat kompetisinya juga
rendah.
Pemakalah berasumsi bahwa segala yang menghadang di tengah
masyarakat modern harus ditantang dengan nilai-nilai spiritual yang
dihidupkembangkan dalam mistisisme islam yaitu tasawuf..
B. Rumusan Masalah
Merujuk penjelasan dalam latar belakang diatas, pemakalah menarik
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana krisis modernisme pada masyarakat modern dan masyarakat
muslim?
2. Apa saja tawaran yang diberikan terhadap masyarakat modern dan
masyarakat muslim?
218
PEMBAHASAN
1. Krisis Modernisme
Proses modernisasi dibarat memberi dampak positif-negatif. Positifnya
membawa kemudahan-kemudahan dalam penyelesaian berbagai persolar
kehidupan
sedangkan
negatifnya
menimbulkan
krisis
makna
hidup.
Menghadapi kenyataan ini para pemikir berusaha keras mencari jalan keluar
dengan caranya sendiri-sendiri. Sayed Hosein Nasr (Ali Maksum, 2003:70)
memberikan alternative jalan keluarnya yang ditujukan kepada (1) masyarakat
barat modern, agar kembali kepada hikmah spiritual agama yang memberikan
rambu-rambu dalam meraih kesenangan duniawi (2) masyarakat islam agar
mengkaji kembali khazanah pemikiran islam klasik. Kajian berikutnya
mengenai krisis dunia modern dan krisis dunia islam.
a. Krisis Dunia Modern
1. Kehilangan Visi Keilahian
Krisis peraban modern bersumber pada penolakan terhadap hakikat ruh,
Tuhan, kehidupan akhirat, hidupnya hanya mengandalkan roti semata.
Eksesnya,
kekuatan
manusia
mengalami
eksternalisasi.
Berikutnya,
hingga
perangkat
teknologinya
serba
mekanis.
Namun
220
Barat menjadi
data empiris dari bentuknya yang philosofi yang hanya melajirkan konsep
ruhaniah yang palsu.
Rasionalisme Descartes menyatakan bahwa sesuatu dipandang benar
jika sesuai dengan criteria rumusan rasio. Cogito ergo sum, saya berfikir maka
saya ada. Pengetahuan ini bersifat persial, pengetahuan yang utuh hanya dapat
diraih melalui visi Intellectus-Nya, diupayakan melalui pendakian ruhani kea
rah titik pusat, hikmah spititual agama.
Manusia demikian:
Meskipun hidup dalam batas ruang dan waktu, berkarya dengan disiplin ilmu
yang fragmentalis, namun dapat memahami watak alam, sehingga dapat
mengelolanya, sementara mata hatinya memandang alam yang dikelolanya
sebagai sesama makhluk tuhan, yang mengisyaratkan al-Rahman.
Manusia Modern:
222
lewat:
Latihan spiritual
Pengalaman ajaran agama
2. Kehampaan Spiritual
Terlalu menggunakan rasio berakibat pada mudah dihinggapi penyakit
kehampaan spiritual. Kemajuan pesat di Barat dalam bidang filsafat, ilmu,
teknologi, hanya mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia yang immanen,
empiris, namun kebutuhan pokoknya yang transenden tidak terpenuhi.
Kebutuhan ini hanya bisa dipenuhi dengan menggali sumber ilahiyah.
Menghidupkan sikap keagamaan.
Herlihy berpendapat:
Hijab dan ilusi merupakan dua hal yang bertentangan dalam kebijaksanaan
manusia. Hijab menutupi kebenaran, sedangkan ilusi mengaburkannya.
Manusia tradisional mencoba menyikap hijab itu, tetapi manusia modern
berusaha untuk mengapusnya. Akibatnya manusia modern menciptakan ilusi.
Memandang dunia ini sebagai realitas kehidupan yang sesungguhnya.
Kehidupan yang final tidak ada lagi kehidupan setelahnya. Manuisa tradisional
berpandang sebaliknya, bahwa kehidupan dunia ini hanya bersifat sementara
dan setelah itu ada kehidupan lain, sebagai kehidupan yang sesungguhnya.
Manusia modern menciptakan ilusi untuk melepas tanggungjawabnya
atas keberadaan tuhan. Menjauh dari hijab itu dan menggantinya dengan ilusiilusi yang menyenangkan baginya dan manuisa modern tradisional berupaya
menyikap hijab itu untuk sampai kepada tuhan. Itulah gambaran manusia
modern yang sudah terjatuh.
Nilai-nilai supranatural di dunia modern sudah lenyap, tuhan sudah
mati. Berakhirnyazaman kristus.
Batasan-batasan yang sacral hilang, sehingga mereka lelingkar-lingkar
dalam dunia yang serba relative mengenai system nilai dan moralitas yang
dibangunnya. Berikutnya ketentraman batin tidak kunjung ditentukan, menjadi
223
rapuh. Mereka asik bergelut dengan problem empiris, menekuni dimensi luar
yang senantiasa berubah.
Untuk menentukan kembali integritas manusia secara utuh, manusia
harus berada pada titik pusat, mampu mengambil jarak dari kenyataan yang
senantiasa berubah dan serba profane.
Agar manusia modern:
Memikirkan kembali kehadiran tuhan sebagai landasan kebijakan.
Kembali kepada agama yang menuntun jalan hidup manusia agar selamat.
b. Krisis Dunia Islam
Menurut Nasr, sepanjang 12 abad pertama, umat Islam tidak menghadapi
masalah yang serius karena mereka hidup dengan kesadaran penuh mengenai
keberadaan dan realisasi janji Allah mengikuti ajaran agamanya. Mereka
menghancurkan pasukan salib, menguasai tiga benua yaitu asia, eropa dan
afrika.
1. Krisis pemikiran islam
224
225
ii
Neo-Sufisme
226
1) Suatu jenis kesufian yang merupakan kelanjutan dari ajaran islam, tetap
menjaga keterlibatan dimasyarakat secara aktif
2) Sufisme yang diperbaharui, sifat akstatik metafisis yang dominan
ditasawuf awal. Digantikan dengan postulat-postulat agama ortodoks
(salaf)
3) Tekanannya pada motif moral, penerapan metode dzikir dan muraqabah.
Pemikiran Neo-Sufisme di Indonesia dikembangkan oleh :
1) Hamka (m.1981 M) dengan bukunya tasaawuf modern, meletakkan dasardasar sufisme baru ditanah air. Esoteris islam disampaikan secara wajar,
terkendali standar syariah, mendalam namun tidak uzlah. Tetap terlibat
dimasyarakat
2) Norcholis Madjid (1.1939 M) cenderung menghidupkan kembali aktifitas
salafi, menanamkan kembali sikap positif kepada dunia. Praktiknya dalam
lingkungan kitab suci. Penghayatan keagamaan yang lebih dalam. Sesekali
menyingkirkan diri, uzlah, mungkin ada baiknya. Untuk meyegarkan
kembali wawasan, meluruskan pandangan, yang dijadikan titik tolak untuk
penobatan diri dan aktivitas yang lebih segar.
Konsep Nasr :
1) Menekankan perlunya sufisme yang tidak mengisolir diri dari kehidupan
dunia, tapi terlibat aktif dimasyarakat
2) Mengenal uzlah, meminjam konsep Said Ramdan, Uzlah, mengasingkan
a)
b)
c)
d)
e)
Kehadiran dimensi
Modern
mulai
merasakan
kekeringan
batin
dan
kini
upaya
227
dan
231
Skema:
T
a
us
sa
aw
au
Af
ed
a
n
S
y
a
r
a
h
w
f
e
g
i
r
t
t
n
i
232
PENUTUP
Simpulan
Proses modernisasi dibarat memberi dampak positif-negatif. Positifnya
membawa kemudahan-kemudahan dalam penyelesaian berbagai persolar
kehidupan
sedangkan
negatifnya
menimbulkan
krisis
makna
hidup.
Menghadapi kenyataan ini para pemikir berusaha keras mencari jalan keluar
dengan caranya sendiri-sendiri. Sayed Hosein Nasr (Ali Maksum, 2003:70)
memberikan alternative jalan keluarnya yang ditujukan kepada (1) masyarakat
barat modern, agar kembali kepada hikmah spiritual agama yang memberikan
rambu-rambu dalam meraih kesenangan duniawi (2) masyarakat islam agar
mengkaji kembali khazanah pemikiran islam klasik. Kajian berikutnya
mengenai krisis dunia modern dan krisis dunia islam.
Tasawuf dapat mempegaruhi Barat dalam 3 aliran yaitu :
Mempraktekkan tasawuf secara aktif. Ini mensyaratkan penterahan mutlat
kepada disiplinnya. Sesuai hadits Nabi : matilah kamu sebelum engkau mati.
Mulanya mematikan dirinya, lalu dilahirkan kembali secara spritual.
Kesenangan terhadap materi dibatasi dan mengarahkannya pada meditasi,
berdoa, mensucikan batin, mengkaji hati nurani dan ritual lainnya yang lazim
dilakukan para sufi.
Menyajikan Islam dalam bentuk yang lebih menarik. Praktek-praktek
tasawuf yang benar ditemukan. Konflik histotik yang berlarut menyebabkan
Barat menyikapinya dengan memusuhi Islam. Untuk memulihkan citra Islam
ini maka mendakwahkan Islam kepada barat harus menarik. Paket yang
harmonis antara aspek spritual dengan aspek aktivitas duniawi. Sufisme Islam
membuka peluang bagi kebutuhan spritual kebutuhan Barat yang dilanda krisis
makna kehidupan itu
Memfungsikan tasawuf sebagai alat bantu untuk mengingatkan
dan
DAFTAR PUSTAKA
233
234
Dadan
dan
Wildan
Baihaqi.
2014.
Ilmu
235