Sie sind auf Seite 1von 8

MATERIALITY DECISIONS AND PERFORMING ANALITICAL

PROSEDURES
PAPER MATA KULIAH AUDITING
DOSEN : Dr. HASAN BASRI, SE, M. Com, Ak

DISUSUN OLEH :
NURLELAHAYATI

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2015

KEPUTUSAN MATERIALITAS DAN PELAKSANAAN


PROSEDUR ANALITIS
(MATERIALITY DECISIONS AND PERFORMING
ANALITICAL PROSEDURES)

PENDAHULUAN
Materialitas dan prosedur analitis merupakan dua hal diantara konsep-konsep dasar perencanaan
audit penting lainnya yang harus dipertimbangkan oleh auditor pada saat melakukan audit, dengan konsep
ini auditor menentukan standar yang tergolong material atau tidak material. Untuk menghindari tingkat
kesalahan, dalam merencanakan suatu audit konsep tersebut sangat membantu auditor dalam
meningkatkan pemahamannya terhadap entitas yang akan diaudit laporan keuangannya.. SAS 47, Audit
Risk and Materiality in Conducting an Audit (AU 312.08), menyatakan agar auditor mempertimbangkan
materialitas dalam (1) merencanakan audit dan (2) mengevaluasi apakah laporan keuangan secara
keseluruhan telah disajikan secara wajar sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dalam pelaksanaan audit dengan berpegang pada konsep-konsep tersebut auditor sebagai pihak
independen pada suatu entitas yang diperiksa dituntut agar dapat memberikan penilaian yang tepat,
karena

sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakan hasil penilaian tersebut sebagai dasar

pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan.


Paper ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang konsep materialitas, pertimbangan
awal mengenai materialitas dan pelaksanaan prosedur analitis. Membahas bagaimana auditor sampai pada
pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas pada tingkat laporan keuangan dan tingkat saldo akun
serta langkah-langkah yang termasuk kedalam pelaksanaan prosedur analitis dalam audit.

Konsep/Definisi Materialitas
(The Concept/Definition of Materiality)
Financial Accounting Standards Board (FASB) mendefinisikan materialitas (materiality)
sebagai : Besarnya suatu pengabaian atau salah saji informasi akuntansi yang di luar keadaan
disekitarnya, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang bergantung pada informasi tersebut
akan berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah saji tersebut.
Definisi tersebut mensyaratkan auditor untuk mempertimbangkan baik (1) situasi yang berkenaan
dengan entitas dan (2) informasi yang dibutuhkan oleh mereka yang akan bergantung pada laporan
keuangan yang di audit. Sebagai contoh, suatu jumlah yang material bagi laporan keuangan suatu entitas
mungkin tidak material bagi keuangan entitas lainnya yang memiliki ukuran atau sifat yang berbeda.

Auditor harus mengikuti lima langkah terkait dalam menerapkan materialitas :


1.
2.
3.
4.
5.

Menetapkan pertimbangan materialitas awal;


Mengalokasikan pertimbangan materialitas awal ke setiap bagian pengauditan;
Mengestimasikan salah saji total di setiap bagian pengauditan;
Mengestimasikan salah saji gabungan;
Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan materialitas dalam penilaian awal atau
penilaian yang direvisi;
Langkah satu dan dua merupakan bagian dari perencanaan, langkah ketiga terjadi disepanjang
kontrak kerja, dimana auditor mengestimasikan jumlah salah saji di setiap bagian ketika
mereka mengevaluasi bukti audit. Mendekati akhir pengauditan selama fase penyelesaian
kontrak kerja, auditor melanjutkan dua langkah terakhir.
Pertimbangan Awal mengenai Materialitas
(Preliminary Judgments about Materiality)

PSA (SA 312) mengharuskan auditor untuk memutuskan jumlah gabungan salah saji dalam
laporan keuangan yang akan mereka anggap material di awal pengauditan bersamaan dengan ketika
mereka mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, hal tersebut sebagai pertimbangan materialitas
awal. Auditor menetapkan pertimbangan materialitas awal untuk membantunya merencanakan
pengumpulan bukti-bukti audit yang tepat. Makin kecil jumlah rupiah dalam penilaian awal, makin
banyak bukti audit yang harus dikumpulkan. Selama melakukan audit, auditor sering kali mengubah
pertimbangan materialitas awal, hal tersebut sebagai penilaian materialitas yang direvisi.
Tingkat materialitas yang digunakan dalam mengevaluasi temuan audit mungkin akan lebih tinggi
daripada materialitas perencanaan. Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas
pada dua tingkat berikut:
1. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor mengenai kewajaran meluas sampai
laporan keuangan secara keseluruhan.
2. Tingkat saldo akun, karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh kesimpulan
keseluruhan atas kewajaran laporan keuangan.
Faktor-faktor yang yang harus dipertimbangkan dalam membuat pertimbangan awal mengenai
materialitas pada setiap tingkat.
-

Materialitas pada tingkat laporan keuangan (financial statement materiality) adalah salah saji
agregat minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting untuk mencegah

laporan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Materialitas pada tingkat saldo akun (account balance materiality) adalah salah saji minimum
yang dapat muncul dalam suatu saldo akun hingga dianggap mengandung salah saji material.

Hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam konsep materialitas adalah sebagai
berikut :
- Materialitas merupakan konsep relatif, bukan absolut
Sebuah salah saji dengan besaran tertentu dapat menjadi material bagi suatu perusahaan kecil,
sebaliknya dengan jumlah saji yang sama menjadi tidak material bagi perusahaan yang besar.
Sehingga tidak mungkin untuk menentukan acuan nilai nominal untuk pertimbangan
materialitas awal yang dapat diterapkan untuk semua klien audit.
- Dibutuhkan dasar untuk mengevaluasi materialitas
Karena materialitas adalah konsep yang relatif, sehingga sangat penting untuk memiliki dasar
dalam menentkan apakah suatu jumlah tertentu material atau tidak. Laba bersih sebelum pajak
biasanya dijadikan sebagai dasar dalam menentukan materialitas bagi perusahaan yang
berorientasi laba karena dianggap sebagai unsure yang sangat penting bagi para penggunanya.
Beberapa perusahaan menggunakan dasar utama yang berbeda, karena laba bersih sering kali
naik atau turun secara signifikan dari tahun ke tahun, sehingga tidak dapat memberikan dasar
yang stabil, atau ketika entitasnya adalah suatu perusahaan nirlaba. Sering kali dasar utama
yang digunakan adalah penjualan bersih, laba kotor dan total aset atau aset bersih. Setelah
menetapkan dasar utama, auditor juga harus memutuskan apakah salah saji tersebut secara
signifikan berpengaruh pada kewajaran aset lainnya seperti aset lancar, total aset, liabilitas
lancar atau ekuitas pemilik. PSA 25 (SA 312) mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan
dasar yang digunakan dalam melakukan pertimbangan materialitas awal kedalam arsip audit.
- Faktor-faktor kualitatif juga mempengaruhi materialitas
Beberapa salah saji kemungkinan menjadi lebih penting dibandingkan salah saji lainnya bagi
para pengguna laporan, meskipun nilai nominalnya sama. Berikut contohnya.

Jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih penting daripada


kesalahan yang tidak disengaja untuk jumlah nominal uang yang sama karena
kecurangan merefleksikan kejujuran dan keandalan manajemen atau personel lainnya

yang terlibat.
Salah saji yang dianggap tidak penting dapat menjadi material jika terdapat
kemungkinan akibat-akibat yang ditimbulkan dari kewajiban kontraktual tersebut.
Anggaplah bahwa modal kerja bersih yang dimasukkan dalam laporan keuangan hanya
beberapa ratus ribu rupiah lebih besar daripada jumlah minimal yang diharuskan dalam
persetujuan pinjaman. Jika jumlah modal kerja bersih yang benar lebih kecil daripada
jumlah minimal yang diharuskan yang menyebabkan pinjaman menjadi gagal bayar,

klasifikasi liabilitas lancar dan liabilitas jangka panjang akan secara material

dipengaruhi oleh hal tersebut.


Salah saji yang dianggap tidak material dapat menjadi material jika salah saji tersebut
berpengaruh pada tren laba. Sebagai contoh, jika laba yang dilaporkan telah menurun 3
persen per tahun selama 5 tahun terakhir namun laba untuk tahun berjalan menurun 1
persen, perubahan tersebut dapat menjadi material. Demikian pula, sebuah salah saji
yang akan menyebabkan suatu kerugian namun dilaporkan sebagai laba dapat menjadi
perhatian penting.

Konsep penerapan materialitas awal untuk PT Perkakas Prima secara praktik akan kita lihat pada
panduan ilustrasi berikut ini.
Pertimbangan Materialitas Awal (dibulatkan dalam jutaan)
Minimal
Maksimal
Persenta
Jumlah
Persentas
Jumlah
se
Rupiah
e
Rupiah
Rp
Rp
Laba operasi
3
221
6
442
Aset lancer

1,531

3,062

Total asset

614

1,841

Liabilitas lancer

396

793

Jika auditor PT Perkakas Prima memutuskan bahwa panduan umum di atas adalah wajar, maka
langkah pertama yang dilakukan adalah mengevaluasi apakah ada factor kualitatif yang secara signifikan
memengaruhi penilaian materialitas. Anggaplah tidak factor kualitatif yang memengaruhi penilaian
materialitas, jika auditor menyimpulkan di akhir auditnya bahwa salah saji gabungan atas laba operasi
sebelum pajak kurang dari Rp. 221.000.000, maka laporan tersebut dianggap sudah disajikan secara
wajar. Jika salah saji gabungan melebihi Rp. 442.000.000, maka laporan tersebut dianggap tidak disajikan
secara wajar. Jika salah saji diantara Rp. 221.000.000 sampai Rp.442.000.000, maka diperlukan
pertimbangan yang lebih hati-hati atas semua fakta yang ada. Auditor kemudian menerapkan proses yang
sama untuk ketiga dasar pengukuran lainnya.

Mengalokasikan Materialitas Laporan Keuangan pada Akun-akun


Ketika pertimbangan awal mengenai materialitas laporan keuangan dikuantifikasi, suatu estimasi
awal mengenai materialitas setiap akun dapat diperoleh dengan mengalokasikan materialitas laporan
keuangan pada akun-akun individual. Pengalokasian ini dapat dilakukan baik pada akun-akun neraca

maupun akun-akun laba rugi. Karena kebanyakan salah saji pada laporan laba rugi juga memengaruhi
neraca dan karena hanya terdapat sedikit akun neraca maka auditor membuat alokasi berdasarkan akunakun neraca. Dalam membuat alokasi, auditor harus mempertimbangkan :
1. Kemungkinan salah saji dalam akun, dan
2. Biaya yang mungkin untuk menguji akun.
Materialitas dan evaluasi bukti
(Materiality and the evaluation of evidence)
Materialitas adalah satu dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai
kecukupan (kuantitas yang diperlukan) bahan bukti. Sebagai contoh, secara umum adalah benar untuk
mengatakan bahwa semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan.
Pelaksanaan Prosedur Analitis
(Performing Analitical Prosedures)
Prosedur analitis diklasifikasikan dalam SAS No. 56 (AU 329) sebagai evaluasi informasi
keuangan yang dilakukan melalui studi hubungan logis diantara data keuangan dan non keuangan yang
melibatkan perbandingan jumlah yang tercatat dengan perkiraan yang dikembangkan oleh auditor.
Prosedur analitis dilakukan dalam tiga tahap audit yaitu tahap perencanaan, tahap pengujian atau tahap
pengerjaan lapangan, dan tahap penyimpulan hasil audit.
Prosedur

analitis

melibatkan

penggunaan

rasio

dan

teknik2

komparatif

lainnya.

Prosedur analitis juga disyaratkan dalam penyelesaian audit sebagai review keseluruhan (atau akhir)
atas laporan keuangan.

SAS 56, Analytical procedures (AU 329.22), menyatakan bahwa tujuan

dari review keseluruhan adalah untuk membantu auditor menilai kesimpulan yang dicapai dalam
audit dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Prosedur analitis digunakan dalam audit dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk membantu auditor dalam merencanakan sifat, penentuan waktu, dan luas prosedur
audit lainnya.
2. Sebagai pengujian substantif untuk mendapatkan bukti tentang asersi tertentu.
3. Sebagai penelaahan yang menyeluruh tentang informasi keuangan dalam tahap penelaahan
akhir dari suatu audit.
Dalam tahap perencanaan, prosedur analitis berguna untuk membantu auditor merencanakan sifat,
penentuan waktu, dan luas prosedur audit. Dalam tahap pengerjaan lapangan, prosedur analitis merupakan
prosedur audit yang optimal. Prosedur analitis dilakukan sebagai salah satu pengujian substansif untuk

menghimpun

bahan

bukti

tentang

asersi

tertentu

yang

terkait

dengan

saldo

rekening.

Dalam tahap pengambilan kesimpulan hasil audit, prosedur analitis berguna sebagai alat untuk
penelaahan akhir tentang rasionalitas laporan keuangan auditan. Prosedur analitis ini digunakan dalam
perencanaan untuk memahami bisnis dan industri klien dan digunakan sepanjang pengauditan untuk
mengidentifikasi kemungkinan salah saji, mengurangi pengujian terperinci, dan untuk menilai masalahmasalah terkait dengan kelangsungan usaha klien. Penggunaan prosedur analitis makin meningkat karena
efektivitasnya dalam mengidentifikasi kemungkinan salah saji dengan biaya yang rendah, serta
dibutuhkan dalam tahap perencanaan dan penyelesaian audit.
Prosedur analitis menganalisis hubungan di antara data untuk menyediakan bukti salah saji yang
material dalam laporan keuangan. Tiga jenis prosedur analitis yang lazim digunakan adalah :
1. Analisis Kecendrungan (Trend Analysis). Analisis perubahan saldo akun selama periode tertentu.
2. Analisis Rasio (Ratio Analysis). Perbandingan hubungan diantara akun-akun laporan keuangan.
3. Pengujian Kelayakan (Reasonableness Tests) Perhitungan yang biasanya melibatkan data non
keuangan yang digunakan untuk mengestimasi saldo akun.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan prosedur analitis :
Mengidentifikasi penghitungan dan perbandingan yang akan dilakukan. Jenis penghitungan
dan perbandingan yang digunakan secara umum termasuk hal-hal berikut :
- Perbandingan data absolute
- Laporan keuangan ukuran umum
- Analisis rasio
- Analisis tren
- Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan
Mengembangkan ekspektasi. Dasar pemikiran ini digunakan dalam mengembangkan ekspektasi
dari berbagai sumber.
Melaksanakan penghitungan/perbandingan. Langkah ini termasuk mengakumulasi data yang
akan digunakan dalam menghitung jumlah absolute dan persentase perbedaan antara jumlah saat ini dan
tahun lalu, menghitung data ukuran umum serta data rasio, dan lain sebagainya.
Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan. Bagian penting dari analisis
tersebut adalah mengidentifikasi fluktuasi dalam data yang tidak diharapkan atau tidak adanya fluktuasi
yang diharapkan yang dapat memberikan pertanda aanya peningkatan risiko salah saji.
Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak diharapkan. Hal ini biasnaya melibatkan
pertimbangan ulang metode-metode dan factor-faktor yang digunakan dalam mengembangkan ekspektasi
dan mengajukan pertanyaan kepada manajemen.
Menentukan dampak atas perencanaan audit. Dalam kasus ini, auditor biasanya akan
merencanakan untuk melaksanakan pengujian yang lebih mendetil terhadap akun-akun tersebut. Dengan

mengarahkan perhatian auditor terhadap bidang-bidang yang memiliki risiko lebih tinggi, prosedur
analitis dapat memberikan kontribusi bagi pelaksanaan audit yang lebih efektif dan efisien.

KESIMPULAN
Materialitas adalah salah satu konsep yang sangat penting didalam merencanakan sebuah audit,
yang diikuti dengan pelaksanaan prosedur analitis. Sebelum auditor melakukan pengauditan pada suatu
entitas atau lembaga, dua hal tersebut harus dipahami oleh auditor, pemahaman terhadap entitas atau
lembaga dan lingkungannya serta salah saji material dalam laporan keuangan atau pencatatannya sudah
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. Pertimbangan awal terhadap materialitas sangat
menentukan tingkat keakuratan suatu audit, dengan penetapan materialitas awal yang tepat akan
menghasilkan suatu keyakinan yang tepat pula didalam pengambilan keputusan terhadap penilaian yang
akan diberikan terhadap hasil dari audit tersebut. Sehingga hasil audit tersebut merupakan sebuah laporan
yang dapat dipertanggung jawabkan oleh auditor dan dapat dipergunakan oleh klien dari entitas atau
lembaga tersebut sebagai sebuah laporan yang utuh dan terhindar dari kesalahan dalam pengambilan
sebuah keputusan.

REFERENSI
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2008. Auditing and Assurance Services and
Integrated Approach. Edisi ke-9. Pearson Prentice Hall.
William C. Boynton and Raymond N. Johnson (BJ), Modern Auditing: Assurance Services and the
Integrity of Financial Reporting, Edisi ke-7, John Wiley & Sons, 2006.
William C. Boynton Raymond N. Johnson, Walter G. Kell Modern Auditing, Edisi ke-7, John Wiley &
Sons, 2003.
Dan M. Guy, C.Wayne Alderman, Alan J. Winters. Auditing, Edisi ke-5, 2002

Das könnte Ihnen auch gefallen