Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun Oleh :
SITI NURAENI
14334018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang "Imuno profilaksis" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita
jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat
bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah imunologi dengan judul
"Imuno profilaksis". Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah
makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa
ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
Jakarta, Oktober 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
Ikan nila merupakan ikan budidaya yang mempunyai prospek sangat baik saat ini. Potensi
budidaya ikan ini sangat besar karena mempunyai kelebihan mudah berkembang, tidak sulit
dipelihara, pertumbuhan relatif cepat, dapat dikembangkan secara intensif, dan mempunyai
pasaran ekspor terutama ke Jepang, Hongkong, Eropa maupun Amerika.
Aktivitas budidaya sangat erat kaitannya dengan manipulasi dan modifikasi (lingkungan, biologireproduksi, kepadatan, pakan, dan lain-lain). Kondisi tersebut sudah tentu akan melahirkan
tekanan atau stres terhadap komoditas yang dibudidayakan, sehingga rentan terhadap munculnya
penyakit. Gangguan penyakit pada budidaya ikan merupakan risiko biologis yang harus selalu
diantisipasi. Oleh karena itu, aplikasi pengelolaan kesehatan yang terintegrasi pada budidaya ikan
harus menjadi program yang tak terpisahkan.
Dewasa ini yang sering menjadi kendala dalam budidaya ikan nila adalah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus spp. Ikan yang terserang Streptococcosis menunjukkan
gejala seperti sisiknya hilang, gerakkan renang tidak menentu (erratic), sirip gripis (Clark et al.,
2000), pigmen kulit lebih gelap (melanosis), bola mata menonjol (exopthalmia), perdarahan
(haemorhagic), perut kembung (dropsy), pada infeksi yang akut terjadi kerusakan pada hati
menjadi pucat, limpa membesar (bengkak), dan terjadi kerusakan pada otak (Plumb, 1975).
Timbulnya penyakit ini pada ikan nila disebabkan oleh kondisi yang kurang baik, misalnya
kualitas air yang menurun, pakan yang kurang baik dan padat tebar yang terlalu tinggi.
Upaya untuk menghindari hal tersebut perlu digalakkan usaha pencegahan salah satunya adalah
melalui vaksinasi. Vaksinasi merupakan upaya penanggulangan penyakit yang murah, mudah
dilaksanakan, dan laju pertumbuhan ikan akan berjalan baik. Prinsip pengunaan vaksin adalah
untuk meningkatkan daya tahan inang dengan pertahanan humoral yang bersifat spesifik juga
dapat meningkatkan pertahanan seluler yang bersifat non spesifik (Kamiso, 2004).
Tabel 1. Persentase tingkat sintasan (%) pada saat induksi kekebalan dan pasca uji tantang
Sintasan (%)
Perlakuan
Induksi kekebalan
A (108 cfu/mL)
85,56
6,67
B (106 cfu/mL)
93,33
28,89
C (104 cfu/mL)
87,78
4,44
D (102 cfu/mL)
86,67
8,89
E (kontrol)
93,33
bahwa vaksin yang diinjeksikan ke badan ikan tidak secara maksimal menstimulasi peningkatan
respons kekebalan tubuh.
Hasil pemeriksaan diferensial leukosit (Tabel 2) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata
antara kelompok perlakuan dan kontrol, hal ini dapat diasumsikan bahwa vaksin tidak bekerja
secara maksimal menstimulasi terbentuknya peningkatan kekebalan tubuh pada ikan uji.
Tabel 2. Persentase sel limfosit, monosit, dan neutrofil pada pemeriksaan diferensial Leukosit
Sampling
Persentase rataan
Limfosit
Monosit
Neutrofil
A0 (Pre vaksin)
A1 (induksi minggu ke-1)
A2 (induksi minggu ke-2)
A3 (induksi minggu ke-3)
A4 (Pasca uji tantang)
72
79,5
80
69
53,5
1
2
2
2
7,5
27
18,5
18
29
39
B0 (Pre vaksin)
B1 (induksi minggu ke-1)
B2 (induksi minggu ke-2)
B3 (induksi minggu ke-3)
B4 (Pasca uji tantang)
85
70,5
68
68,5
43,5
1
2,5
3
2
22,5
14
27
29
29,5
31,5
C0 (Pre vaksin)
C1 (induksi minggu ke-1)
C2 (induksi minggu ke-2)
C3 (induksi minggu ke-3)
C4 (Pasca uji tantang)
79
62
79,5
66
40
2
3,5
2
1,5
35
19
34,5
18,5
32,5
25
D0 (Pre vaksin)
D1 (induksi minggu ke-1)
D2 (induksi minggu ke-2)
D3 (induksi minggu ke-3)
D4 (Pasca uji tantang)
51
85
80,5
65,5
37
4
2
2
1,5
24
45
13
17,5
33
39
E0 (Pre vaksin)
E1 (induksi minggu ke-1)
E2 (induksi minggu ke-2)
E3 (induksi minggu ke-3)
E4 (Pasca uji tantang)
78
84
76,5
66
55
3
2
1
2
2
19
14
22,5
32
43
Respons antibodi ikan diekspresikan dengan adanya aglutinasi terhadap antigen dan presipitasi
terhadap antigen terlarut (Nitimulyo & Triyanto, 1990). Pemberian vaksin pada ikan akan
mengakibatnya terjadinya proses yaitu adanya pembentukkan antibodi dalam jumlah banyak
sehingga dapat terjadi pengumpalan yang biasa dikenal dengan nilai titer antibodi.
Hasil pemeriksaan terhadap titer antibodi (Tabel 3) dengan metode direct agglutination
menunjukkan ada sedikit perbedaan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Titer pada
kelompok perlakuan relatif lebih tinggi dari kelompok kontrol, hal ini mengindikasikan bahwa
vaksin mampu menstimulasi kekebalan pada tubuh ikan uji walaupun tidak maksimal. Tizard
(1988) mengatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi respons antibodi adalah dosis
vaksin, waktu pemberian vaksin, antigenisitas dari bakteri, dan respons imunogenik ikan yang
divaksin. Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa vaksin Streptococcus sp.
yang diinaktivasi dengan teknik heatkilled kurang memiliki potensi imunogenik, hal ini ditandai
dengan peningkatan kekebalan yang masih kurang protektif terhadap infeksi penyakit
Streptococcosis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Vaksin adalah sediaan yang mengandung zat antigenik yang mampu menimbulkan
kekebalan aktif dan khas pada manusia. Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari
antigen yang menyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam keadaan
sudah dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke dalam jaringan lemak atau
otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan tanda-tanda penyakit, tetapi
cukup kuat bagi sistem imun untuk menghasilkan antibodi terhadap mereka. Adapun jenis-jenis
vaksin yaitu Vaksin Toksoid, Vaksin Acellular dan Subunit, Vaksin Idiotipe, Vaksin Rekombinan,
Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines), Vaksin Hepatitis B, Vaksin Pneumokokus.
Imunofilaksis adalah pencegahan penyakit infeksi terhadap antibodi spesifik. Selain itu
juga, merupakan pencegahan penyakit melalui sistem imun dengan tindakan mendapatkan
kekebalan resistensi relatif terhadap infeksi mikroorganisme yang patogen serta menimbulkan
efek positif untuk pertahanan tubuh dan efek negatif menimbulkan reaksi hipersensivitas.
Fungsi Imunoprofilaksis :Meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit, kekebalan
terhadap penyakit dapat dipacu dengan pemberian imunostimulan termasuk vaksinasi dan
vitamin dan Mengurangi penularan suatu penyakit .
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta.
Agustian, ary. 2000. Kesehatan Modern. Jakarta : Puspa Swara.
Usman. 1990. Perkembangan Pembuatan