Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Abstract
Our world is always full of uncertainties and unexpected. In general, any development project
vessel has a plan and schedule for the implementation of specific, when the implementation of
the project should begin, when to be resolved, how the project would be done, and how the
provision of resources. PT PAL Indonesia (Persero) delayed the handover of the ship to the
owner or the Ownerwithin 5 (five) years as many as five (5) boats. This study was conducted
to determine what factors that cause delays in the construction of ships.Completion of the
study is divided into 2 phases House of Risk. Stages in the first phase starts from the
identification of the risk event and the second phase of the House of Risk is the risk
management phase. The results showed that there are 42 risk events and 29 agents of risk,
which potentially occur in the supply chain shipbuilding manufacturing company PT. PAL
Indonesia (Persero). From these results then selected one agency risk of risk based on Pareto
diagram 80/20 that require further treatment by management. Risk mitigation strategies used
to deal with the risk of all three agencies are proactive supply strategy, strategy stock,
coordination,multiple route, contract penalty.
Keywords: Mitigation, Risk Management, RPI, Risk Map, House of Risk.
Abstrak
Dunia kita selalu dipenuhi oleh ketidakpastian dan hal yang tidak terduga.Pada umumnya,
setiap proyek pembangunan kapal mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan
tertentu, kapan pelaksanaan proyek tersebut harus dimulai, kapan harus diselesaikan,
bagaimana proyek tersebut akan dikerjakan, serta bagaimana penyediaan sumber dayanya.
PT PAL Indonesia (Persero) mengalami keterlambatan serah terima kapal kepada pemilik atau
Owner dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sebanyak 5 (lima) kapal. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab keterlambatan proyek
pembangunan kapal.Penyelesaian penelitian ini terbagi dalam 2 fase House of Risk. Tahapan
pada fase pertama diawali dari identifikasi kejadian risiko dan fase kedua House of Risk yaitu
fase penanganan risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 42 kejadian risiko dan
29 agen risiko, yang berpotensi terjadi pada supply chainperusahaan manufaktur pembuatan
kapal PT. PAL Indonesia (Persero). Dari hasil tersebut kemudian terpilih satu agen risiko
terjadinya risiko berdasarkan diagram Pareto 80/20 yang memerlukan penanganan lebih
lanjut oleh pihak manajemen. Strategi mitigasi risiko yang digunakan untuk menangani ketiga
agen risiko tersebut adalah strategyproactivesupply, yaitu berupa strategy stock, coordination,
multiple route, contract penalty.
1
Kata kunci: Mitigasi, Manajemen Risiko, RPI, Risk Map, House of Risk.
Pendahuluan
Tantangan terbesar dalam proses produksi saat ini adalah mengelola dan mengurangi risiko
yang melekat dalam setiap situasi bisnis. Pembuatan rencana suatu proyek pembangunan kapal selalu
mengacu pada perkiraan yang ada pada saat rencana pembangunan tersebut dibuat, karena itu masalah
dapat timbul apabila ada ketidaksesuaian antara rencana yang telah dibuat dengan pelaksanaannya.
Sehingga dampak yang sering terjadi adalah keterlambatan waktu pelaksanaan proyek yang dapat juga
disertai dengan meningkatnya biaya pelaksanaan proyek tersebut.
Pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi kejadian risiko yang berpotensi timbul pada
suatu proses pembangunan kapal baru PT. PAL Indonesia (Persero). Pengukuran tingkat likelihood dan
consequence serta pemetaan dalam risk map dan perhitungan nilai Risk Priority Index merupakan
langkah-langkah yang dilakukan untuk mengetahui kejadian risiko mana yang akan dipilih dan
diperlukan adanya corrective action dengan memberikan korelasi antara kejadian risiko dan agen
risiko sehingga terpilihlah agen risiko yang kemudian akan dilakukan penanganan dengan
strategyproactivesupply yang diharapkan dapat memitigasi kejadian risiko yang timbul.Adapun
permasalahan yang dihadapi adalah Bagaimana cara untuk memitigasi risiko pada proses
pembangunan kapal baru di PT. PAL Indonesia (Persero)?. Dalam penelitian ini ada beberapa tujuan
sebagai berikut adalah :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor dominan yang mempengaruhi keterlambatan pekerjaan
pembangunan kapalbarudi PT. PAL INDONESIA (Persero).
2. Menganalisisrisikoyang berpeluang terjadi dari faktor dominan pada pekerjaan pembangunan
kapalbarudi PT. PAL INDONESIA (Persero).
3. Merencanakan strategi yang yang dapat diambil sebagai upaya untuk menangani dan memitigasi
risiko yang menjadi penyebab keterlambatan terbesar pada penyelesaian proyek-proyek
pembangunan kapalbarudiPT PAL INDONESIA (Persero).
Metodologi Penelitian
Penelitian ini terbagi dalam 2 fase dalam House of Risk. Fase pertama diawali dari identifikasi
sampai penentuan kejadian risiko yang akan di hitung nilai Risk Priority Index (RPI). Pengukuran
tingkat likelihood dan consequence serta pemetaan dalam risk map dan melakukan perangkingan dari
hasil perhitungan nilai RPI. Langkah-langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui kejadian risiko
mana yang akan dipilih. Diperlukan adanya corrective action sehingga terpilihlah agen risiko. Fase
kedua adalah fase penanganan risiko yaitu perancangan strategi mitigasi risiko dengan menggunakan
strategyproactivesupply.
Mulai
Identifikasi masalah
Penetapan Tujuan penelitian
Studi Pustaka
Tahap
Persiapan
Studi Lapangan
A1
A2
2.
Penyebaran kuisioner
- Menentukan likelihood
- Menentukan consequence
Perhitungan nilai Risk PriorityIndex
Tahap Pengumpulan
dan Pengolahan Data
Evaluasi Risiko
Tahap
Analisis
Data
Tahap Kesimpulan
& Saran
Selesai
RPI
(L) x (C)
20
20
16
16
16
16
16
16
12
12
12
Ranking
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
E14
E15
12
12
3
3
RPI
(L) x (C)
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
9
9
9
9
9
9
9
8
6
6
6
6
6
6
6
6
4
4
4
E17
E18
E21
E22
E23
E30
E36
E37
E39
E41
E01
E09
E11
E20
E27
E28
E34
E13
E02
E03
E12
E19
E24
E31
E38
E40
E16
E32
E33
Ranking
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
5
6
6
6
6
6
6
6
6
7
7
7
Kemudian dilakukan pemetaan risiko dengan menggunakan risk map seperti dilihat pada tabel
2. Ada 4 area dalam risk map, yaitu area hijau menunjukkan tidak diperlukan tindakan korektif, area
kuning menunjukkan tindakan korektif perlu dipertimbangkan, area orange menunjukkan bahwa
tindakan korektif sangant dianjurkan, dan area merah menunjukkan tindakan korektif harus dilakukan.
Risiko yang akan ditindaklanjuti adalah risiko pada area oranye dan area merah.
Tabel 2. Risk Map
C
5
0
00
0
00
E1
3
E0
2
E2
4
E1
2
E3
1
E1
9
E3
8
E1
0
E1
7
E3
0
E0
1
E2
0
4
E1
4
E2
2
E1
5
E2
3
E0
9
E2
7
E1
1
E2
8
E2
9
E4
2
E0
4
E2
5
E3
7
E0
6
E2
1
E0
5
E2
6
E3
9
E0
8
E3
6
E0
7
E3
5
E1
8
E4
1
E4
0
E0
3
E3
3
E3
4
E1
6
E3
2
1
Agen risiko merupakan faktor penyebab yang menyebabkan terjadinya risiko dengan berbagai
macam karakteristik yang melekat dalam setiap risiko yang ditimbulkannya. Setiap kejadian risiko
bisa ditimbulkan tidak hanya berasal dari satu faktor penyebab sehingga bisa dikatakan lebih dari satu
faktor penyebab dapat menimbulkan terjadinya beberapa risiko tergantung dari kondisi yang ada.
Berikut adalah hasil identifikasi agen risiko:
Tabel 3. Hasil Identifikasi Agen Risiko
Kode
A01
A02
A03
A04
A05
A06
A07
A08
A09
A10
A11
A12
A13
A14
A15
A16
A17
A18
A19
A20
A21
A22
A23
A24
A25
A26
A27
A28
A29
Agen Risiko
Kebutuhan material dalam jumlah banyak
Rendahnya kemampuan manajerial / leadership
Keterlambatan pengadaan barang dari Supplier
Kelemahan dalam nota kesepakatan, tidak bisa klaim asuransi
Kesalahan pemilihan supplier
Referensi harga material yang tidak akurat
Minimnya pengawasan di lapangan terhadap subkontraktor dan pemasok
Permintaan yang mendadak
Belum ada perancangan jangka panjang
Evaluasi teknis lama dan perlu penyesuaian anggaran
Permintaan barang tidak menyebutkan spesifikasi yang jelas
Verifikasi permintaan barang kurang tepat
Ketergantungan pada satu sumber pasokan (supplier)
Dokumen yang tidak lengkap
Minimnya maintenance / miss operasional
Ketidakpuasan Karyawan terhadap Sistem Manajemen
Kesalahan informasi Jam Orang pada saat tender
Fluktuasi nilai tukar rupiah dengan mata uang asing
Kapasitas menganggur
Minimnya Alat Pelindung Diri (APD)
Perubahan rencana produksi
Pasokan listrik terhenti / listrik padam dari pemasok energi
Ketidakjelasan prosedur / kebijakan yang ada
Cacat Produksi / Defect
Kualitas barang dari supplier tidak sesuai dengan standar mutu
Banyaknya SDM kompeten yang keluar / pindah ke perusahaan lain
Alat angkut / transporter / crane rusak
Kurangnya koordinasi antar bagian
Approval yang lama
Dalam mengidentifikasi korelasi antara setiap kejadian risiko dengan agen risiko.
Digunakan House of Risk yaitu membandingkan hubungan secara langsung antara kejadian risiko
dan agen risiko. Tabel 4. dibawah ini merupakan penilaian korelasi yang digunakan mengikuti
aturan sebagai berikut:
Bobot
9
3
1
Keterangan
Menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara agen risiko dan kejadian risiko
Menunjukkan adanya korelasi yang sedang antara agen risiko dan kejadian risiko
Menunjukkan adanya korelasi yang lemah antara agen risiko dan kejadian risiko
A02
A03
9
3
A04
9
9
A05
A06
Risk Agent
A08 A09
1
A07
A10
A13
3
A14
A15
9
9
3
9
3
9
9
3
9
3
9
3
16
14
528
4
48
48
36 468
12
8
228
Ranking Agen
Risiko
18
10
15
15
17
11
A16
A12
3
Jumlah Korelasi
A11
A17
A18
9
A19
A20
A21
Risk Agent
A22 A23 A24
1
96 108
96
60
10
108
8
13
13
14
12
12
A25
3
A26
A27
3
1
A28
9
9
12
A29
3
3
9
9
3
3
3
9
3
9
E17
12
E18
12
E21
12
E22
12
E23
12
E30
12
E36
12
E37
12
E39
12
E41
12
Jumlah Korelasi
Ranking Agen
Risiko
9
9
3
9
9
1
9
1
9
9
49
44
227
40
81
300
216
32
75
372
135
108
84
144
23
25
26
21
10
27
22
15
17
20
14
Nilai korelasi didapatkan dari perhitungan RPI dikalikan dengan bobot antara kejadian
dan agen risiko yang diberikan. Setelah nilai korelasi untuk masing-masing agen risiko diperoleh,
selanjutnya adalah menggambarkan hasil korelasi untuk setiap agen risiko tersebut dalam diagram
Pareto.
Prinsip Pareto dengan aturan 80/20 meggambarkan bahwa 80% kejadian risiko yang
muncul itu berasal dari 20% agen risiko yang menyebabkannya. Oleh karena itu melalui
penggambaran Diagram Pareto dibawah ini akan ditentukan agen risiko terpilih yang termasuk
dalam 20% penyebab utama munculnya kejadian risiko yang terjadi di PT. PAL Indonesia
(Persero).
Agen Risiko
Keterlambatan pengadaan barang dari supplier
Nilai Korelasi
576
Rencana strategi mitigasi yang bisa diimplementasikan untuk mereduksi dampak dari
agen risiko terpilih tersebut berfokus pada supply. Strategi mitigasi yang tergolong dalam strategy
proactive supplydapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8. Strategy Proactive Supply
Strategy Factor
Strategy Mitigation
Strategy Stock
Multiple Route
Coordination
Contract Penalty
Secara lebih jelas penentuan strategi mitigasi untuk masing-masing agen risiko terpilih
dapat dilihat pada MatriksHouse of Riskpada fase penanganan risiko berikut.
Tabel 9. Matriks House OfRisk Fase Penanganan Risiko
A03
Keterlambatan pengadaan
barang dari Supplier
Contract Penalty
Multiple Route
Agen Risiko
Coordination
Kod
e
Strategy Stock
Strategi Mitigasi
Strategi Proaktif
Supply
Kode
Kejadian Risiko
E2
9
E4
2
E2
5
E2
6
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rancangan strategi mitigasi yang bisa
diimplementasikan untuk mereduksi dampak dari agen risiko terpilih adalah sebagai berikut :
Tabel 10.Perancangan Strategi Mitigasi
No.
1
Kode
A03
Agen Risiko
Keterlambatan pengadaan barang dari Supplier
Strategi Mitigasi
Strategy Stock
Multiple Route
Coordination
Contract Penalty
Strategi Mitigasi
Strategy stock
Keterangan
Keterlambatan
pengadaan
barang
berakibat pada terjadinya shortage stock
barang, diperlukan adanya penerapan
strategystock untuk memitigasi agen
risiko ini.
Dengan melakukan penambahan persediaan, perusahaan dapat mempertimbangkan untuk melakukan penyimpanan pada lokasi strategi tertentu seperti
gudang / pusat distribusi dimana gudang
tersebut berbagi penggunaannya dengan
beberapa partner.
Contoh : material konsinyasi, dimana PT
PAL dapat mengambil material yang
dibutuhkan untuk keperluan produksi dari
gudang dengan sistem pencatatan yang
dilakukan
oleh
distributor/supplier/vendor
dan
penagihannya dilakukan pada periode
yang ditetapkan sebelumnya.
Strategi Mitigasi
Coordination
Multiple route
Contract Penalty
Keterangan
Keterlambatan pengadaan barang dapat
di mitigasi dengan melakukan koordinasi
dengan user agar permintaan barang
sesuai dengan rencana dan tepat waktu
serta koordinasi dengan pihak distributor
perlu dilakukan sehingga dapat diatur
perancangan permintaan yang lebih baik.
Contoh : komunikasi dengan pihak
terkait dengan memberikan informasi
yang ter-update melalui fasilitas telepon
kantor / fix phone, telepon genggam /
mobile phone, surat memorandum,
faksimili, handy talky dan alat
komunikasi lainnya sehingga tercipta
keharmonisan di antara bagian-bagian
tersebut.
Keterlambatan pengadaan barang dapat
dimitigasi apabila terjadi kendala di
dalam perjalanan, maka dapat dicari rute
alternatif pengiriman material sehingga
material dapat terkirim sesuai jadwal
penerimaan yang telah ditentukan.
Misalnya melalui jalur alternatif, baik itu
melalui jalur darat, laut dan udara.
Contoh : Material untuk warranty.
Material tersebut harus segera dipasang /
di install pada kapal yang mengalami
gangguan dalam permesinannya, maka
untuk proses pengirimannnya melalui
jalur udara karena material tersebut
bersifat urgently.
Barang yang mengalami keterlambatan
dapat menyebabkan molornya pada
schedule produksi. Untuk itu perusahaan
dapat memberlakukan sistem contract
penalty seperti denda atau sanksi tertentu
kepada supplier/vendor yang melanggar
aturan, agar supplier/vendor dapat lebih
berhati-hati dalam pengiriman sehingga
barang/material yang dikirim tepat
waktu.
Contoh : Distributor / Supplier / Vendor
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah:
1. Identifikasi risiko yang terjadi dalam aktivitas supply chain diperoleh 42 kejadian risiko
dan 29 agen risiko yang teridentifikasi.
2. Pengurutan nilai RPI dan pemetaan kejadian risiko dalam risk map memperlihatkan
bahwa terdapat 2 (enam) kejadian risiko yang berada pada area merah yang berarti
menunjukkan perlu dilakukannya corrective action dan 21 (empat belas) kejadian risiko
di area oranye yang berarti juga sangat direkomendasikannya corrective action agar tidak
terjadi keterlambatan pada proses pembangunan kapal baru.
3. Berdasarkan perhitungan pada tabel House of Risk fase pertama (fase identifikasi risiko)
dan penggambaran Diagram Pareto 80/20, didapatkan 1 (satu) agen risiko terpilih yaitu
A03 (Keterlambatan pengadaan barang dari supplier).
4. HasilHouse of Risk fase kedua (fase penanganan risiko) adalah strategi mitigasi untuk
agen risiko yang terpilih, yaitu dengan menerapkan strategi proaktif supply.Strategi yang
digunakan meliputi strategy stock,coordination, multiple routedancontract penalty.
Daftar Pustaka
Barkley, Bruce T, 2004,
Companies.
Chopra, Sodhi, 2004, Mengelola Risiko Untuk Hindari Supply Rantai Breakdown, Australian; MIT Sloan
Management Review.
Christopher, Peck, 2004, Membangun Supply Chain Resilien, Jakarta; Jurnal Manajemen Logistik.
Crow, A, 2002, Pengelolaan Risiko, Yogyakarta; Nur Cahaya.
Geraldin,
Laudine
H,
2007,
Manajemen
Risiko
dan
Aksi
Mitigasi
untuk
menciptakan Rantai Pasok yang Robust. Surabaya; Tesis Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Hanafi, Dr. Mahmud, 2006, Manajemen Risiko, Yogyakarta; UPP STIM.
Pressman, Roger S. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi (Buku 1), Yogyakarta; Andi
Offset.
Pujawan, I Nyoman, 2005, Supply Chain Manajemen, Surabaya; Guna Widya.
Supply Chain Council, 2009, Supply Chain Reference Model, Overview Version 9.0. [http:www.supplychain.org].
Tang, 2001, Proactive Product Supply and Demand Strategic for Conctructing Robust Supply Chain,
(www.anderson.ucla.edu/documents/areas/fac/dotm/supplychain.pdf).
Tang, 2006, Perspektif dalam Manajemen Rantai Suplai Risiko, Jakarta; Jurnal Ekonomi Produksi.
Taqwa Insan, 2008, Manajemen Risiko Untuk Mengatasi Gangguan Pada Supply Chain (Studi Kasus: PT.
Susanti Megah), Surabaya; Skripsi Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
10
Utama, Yuris Permana Yoga, 2008, ManajemenRisiko di PT. Industri Kereta Api (Persero), Surabaya; Tesis
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Wildanur Rizal, 2006, Identifikasi dan Analisis Risiko Operasional Berdasarkan Konsep Manajemen Risiko
Di PT. IGLAS (Persero), Surabaya; Skripsi Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
---oOo---
11