Sie sind auf Seite 1von 3

Hujan Datang Antraks Siap Menyerang

BELUM juga reda trauma masyarakat dengan berbagai kasus penyakit menular, seperti malaria,
demam berdarah dengue (DBD), dan flu burung, kini sudah muncul lagi penyakit yang siap
menyerang saat musim hujan datang. Penyakit itu tak lain, antraks.
Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pertanian, Anton Apriyanto menyatakan bahwa daerah Jawa
Barat (Jabar) menjadi fokus penanganan nasional penyakit antraks, karena daerah ini paling
banyak kawasan endemisnya dibandingkan provinsi lain. Untuk mempercepat penanganan,
pemerintah menambah pasokan vaksin untuk Provinsi Jabar (PR , 20/11). Lalu, bagaimana
antraks itu bisa menyebar dan menyerang pada saat datang musim hujan?
Sangat merugikan
Secara historis, penyakit antraks di Jabar memang pernah terjadi berkali-kali. Di antaranya terjadi
di Subang pada tahun 1962, Karawang (1963), Bekasi (1980), Purwakarta (1999-2000), Kota
Bogor (2002), dan Kab. Bogor (2004-2005). Sekarang yang menjadi masalah adalah kendati
penyakit ini telah lama terjadi dan dikendalikan, namun harus kita sadari kalau spora antraks itu
sewaktu-waktu masih dapat aktif kembali pada kondisi lingkungan yang mendukung, seperti pada
saat datangnya musim hujan.
Penyakit antraks merupakan penyakit menular dan masuk dalam golongan penyakit zoonosis
(golongan penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia maupun sebaliknya). Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis.
Bakteri tersebut termasuk golongan gram positif, berspora (endospore), aerob dan anaerob.
Penyakit ini menimbulkan kerugian bagi peternak dan masyarakat luas. Pasalnya, hampir semua
ternak mamalia yang memamah biak seperti sapi, kerbau, kambing, kuda, domba, dan babi
dapat diserang oleh antraks.
Menurut dr. Syahrizal Syarif, MPH., ahli penyakit epidemiologi dari FKM-UI, yang cukup
mengkhawatirkan, ternyata tingkat penularan dan pemicu kematian penyakit jenis ini pada
manusia mencapai angka 18 persen banyaknya. Hal ini berarti dari 100 kasus, ada 18 orang
yang meninggal.
Tanda-tanda antraks
Ada beberapa petunjuk yang bisa kita amati dari gejala penyakit antraks ini, baik pada hewan
maupun manusia. Untuk petunjuk pada hewan yang terkena antraks bisa ditandai oleh demam
tinggi, gelisah, dan gemetar. Sedangkan pada hewan yang menghasilkan susu, mengalami
penurunan produksi. Kemudian nafsu makan hewan itu terlihat mulai menghilang. Apabila telah
keluar darah berwarna kehitaman dari anus, mulut, hidung atau air kemih, maka hal itu akan
berlanjut pada kematian.
Sementara tanda-tanda antraks pada manusia diawali dengan demam tinggi dan bisa dilihat
terdapat luka atau bisul pada kulit tangan dan kaki. Lebih spesifik lagi, pada manusia yang
terinfeksi antraks ditandai dengan munculnya bercak hitam atau cenang hideung .
Tanda lanjutannya, ia akan mengalami proses muntah-muntah yang bercampur darah. Dibarengi
dengan sakit perut dan mencret. Sistem pernapasan terasa sesak dan mengakibatkan sakit
kepala, kaku pada saat duduk. Hingga akhirnya, kesadaran menurun, mengalami kejang dan
seterusnya terjadi kematian.
Penyebaran
Hingga kini, para ahli tetap menyatakan penyebab penularan penyakit antraks adalah kuman
Bacillus anthracis. Di alam, bakteri antraks ini biasanya ada dalam kondisi tidur dan

bersembunyi dalam tanah hingga mampu bertahan sampai 50-70 tahun. Bakteri yang tergolong
bersel satu ini bisa terbangun kembali dari tidurnya ketika kondisi lingkungan sangat mendukung
untuk menyebarkan penyakit pada hewan dan manusia.
Dalam bahasa lain, spora yang tinggal dalam tanah itu akan hidup kembali , bila tanah
tempat ia tinggal tergenang air atau datang musim hujan. Kuman ini akan tumbuh kembali dan
siap menyerang hewan yang ada di sekitarnya. Hebatnya lagi, kuman ini dapat terserap oleh
akar tumbuh-tumbuhan, bahkan hingga dapat masuk ke dalam daun dan buah. Apa yang terjadi
selanjutnya, kita bisa menebak bahwa akhirnya ia mampu menginfeksi ternak maupun manusia
yang mengonsumsinya.
Sumber infeksi lainnya ialah bangkai ternak pengindap antraks. Pada kondisi ini, miliaran
Bacillus anthracis bisa memadat di darah dan organ-organ dalam ternak. Bahkan keterangan lain
menyebutkan bahwa disinyalir di seluruh bangkai hewan tersebut dianggap mengandung kuman
penyakit antraks.
Dalam bahasa Syahrizal, dalam satu milimeter darah, setidaknya mengandung satu miliar kuman
antraks. Bila kuman itu berinteraksi dengan oksigen, ia dapat segera mengubah diri dalam
bentuk spora. Bila kondisinya demikian, dipercaya kuman ini memiliki daya tahan tubuh yang
lebih kebal dari sebelumnya. Kuman-kuman dalam bentuk spora inilah yang dapat hidup hingga
70 tahun lamanya itu.
Pintu penularan
Pintu masuknya penyakit antraks pada hewan, umumnya bisa melalui saluran pencernaan
hewan, kontak kulit dan terhirup masuk melalui saluran pernapasan. Sedangkan pada manusia,
selain bisa menular melalui kontak atau mengonsumsi daging hewan ternak yang terkena
antraks, penularan antarmanusia bisa terjadi melalui udara yang tercemar spora antraks dan
masuk ke paru-paru manusia.
Dengan kata lain, bakteri Bacillus anthracis akan bersifat menghancurkan sel-sel darah, baik
pada hewan maupun manusia. Apabila gejala klinis sudah timbul, biasanya diikuti dengan
kematian, baik pada hewan maupun manusia. Untuk itu, orang yang mengonsumsi daging hewan
terkena antraks akan sangat membahayakan. Apalagi kondisi daging hewan tersebut tidak kita
masak terlebih dahulu secara sempurna.
Di sini, yang perlu menjadi catatan kita bersama bahwa antraks yang tersebar melalui saluran
pencernaan jauh lebih berbahaya. Data membuktikan bahwa kasus kematian akibat antraks
melalui pencernaan menyebutkan sekira 25 - 50 persen lebih.
Pengendalian
Untuk menghindari timbulnya penyakit antraks, kita hendaknya selalu menjaga kebersihan
kandang (sanitasi kandang). Lalu, hindari kontak dengan peralatan dan barang yang tercemar
penyakit tersebut menjadikan alternatif pencegahan selanjutnya. Lakukanlah vaksinasi antraks
secara total sebanyak paling tidak dua kali selama setahun.
Selanjutnya, pada hewan ternak yang terinfeksi antraks harus dimusnahkan dengan cara dibakar
dan dikubur dengan kedalaman cukup dalam. Jangan sekali-kali dipotong dan tidak boleh
diotopsi (bedah bangkai). Adapun untuk keperluan pengambilan sampel laboratorium lakukan
dengan swap darah pada lubang telinga dan hidung. Terakhir, yang sangat penting adalah daging
dan bagian lainnya dari hewan terinfeksi antraks tidak boleh dikonsumsi.
Arti lainnya, untuk pencegahan pada manusia diusahakan jangan menyentuh atau mengonsumsi
bahan makanan yang berasal dari hewan yang terinfeksi tersebut. Jangan lupa selalu mencuci
bersih dan memasak bahan makanan sampai matang dan sempurna sebelum kita konsumsi.
Akhirnya, semoga dengan kewaspadaan dan tindakan preventif yang baik seperti dikemukan di

atas, kita siap menghadang penyakit antraks walaupun musim hujan telah datang.*** (telah
dipublikasikan di situs web Pikiran Rakyat)
Penulis: Arda Dinata, AMKL.
Staf Loka Litbang Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Ciamis,
Balitbang Kesehatan Depkes RI.

Das könnte Ihnen auch gefallen