Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Tujuan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Menurut The national patient safety (2003), keselamatan pasien adalah proses
yang dijalankan oleh organisasi yang bertujuan membuat layanan kepada pasien
menjadi lebih aman. Proses tersebut mencakup pengkajian risiko, identifikasi dan
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisa insiden, dan kemampuan belajar dari
suatu kejadian, menindaklanjuti suatu kejadian, dan menerapkan solusi untuk
meminimalkan risiko berulangnya kejadian serupa.
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) adalah suatu sistem dimana RS
membuat asuhan pasien lebih aman.(KKP-RS PERSI 2005). Sedangkan menurut
penjelasan UU 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 43 yang dimaksud dengan
keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu Rumah Sakit yang
memberikan pelayanan pasien yang lebih aman.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit/KKP-RS (2008) mendefinisikan
bahwa keselamatan (safety) adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard).
Keselamatan pasien (Patientsafety) adalah pasien bebas dari harm/cedera yang tidak
seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera
fisik, sosial, psikologi, cacat, kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan
kesehatan.
situasi ini termasuk yang perlu untuk dilaporkan contohnya ruangan ICU yang sangat
sibuk tetapi jumlah personil selalu kurang (understaffed), penempatan defibrilator di
IGD ternyata diketahui bahwa alat tersebut rusak, walaupun belum diperlukan, 2)
Kejadian Nyaris Cidera KNC (A near Miss) adalah terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar atau terkena pasien, contohnya unit transfusi darah sudah terpasang
pada pasien yang salah tetapi kesalahan tersebut segera diketahui sebelum transfusi
dimulai sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, 3) Kejadian Tidak Cidera
KTC (A No Harm Incident) adalah suatu insiden yang sudah terpapar ke pasien tetapi
tidak timbul cidera, contohnya darah transfusi yang salah sudah dialirkan tetapi tidak
timbul gejala inkompatibiltas, 4) Kejadian Tidak Diharapkan KTD (A Harmful
incident/adverse event) adalah insiden yang mengakibatkan cidera pada pasien,
contohnya transfusi yang salah mengakibatkan pasien meninggal karena reaksi
hemolysis.
Setelah keempat jenis insiden di atas dapat dimengerti, maka ada satu
kejadian lagi yang sangat fatal dan penting untuk dilaporkan dalam keselamatan
pasien yaitu kejadian sentinel (sentinel event) yang artinya suatu Kejadian Tidak
Diharapkan KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera yang serius, biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti
operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel terkait dengan
keseriusan cedera yang terjadi misalnya amputasi pada kaki yang salah dan
sebagainya sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya
masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
peran
untuk
(monitoring)
melakukan
dan
motivasi,
penilaian
edukasi,
(evaluasi)
konsultasi,
tentang
terapan
pencatatan,
pelaporan
insiden,
analisa
insiden
serta
b.
c.
pengobatan
atau
prosedur
untuk
pasien
termasuk
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kriteria :
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk,
pemeriksaan,
diagnosis,
perencanaan
pelayanan,
tindakan
Kriteria :
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang
baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang
sehat, dan faktor faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
dengan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah sakit
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara
lain terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko,
utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi terkait dengan semua
Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu
proses kasus risiko tinggi.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja
dan keselamatan pasien terjamin.
5) Standar V : Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar :
a.
b.
c.
d.
e.
Kriteria :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
b.
Kriteria :
a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan serta
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing masing.
b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam
setiap kegiatan in service training dan memberi pedoman yang jelas
tentang pelaporan insiden.
c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
7) Standar VII : Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
Standar :
a. Rumah sakit merencanakan dan merancang proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat
Kriteria :
a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan merancang proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal hal terkait
dengan keselamatan pasien.
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada
2.3.3. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Mengacu kepada standar keselamatan pasien di atas, maka rumah sakit harus
merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitoring dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisa secara intensif
Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
serta Keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi dan tujuan rumah
sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik
bisnis yang sehat, dan faktor faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
dengan Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Berkaitan hal tersebut di
atas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit
tersebut.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah
sebagai berikut :
1) Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan :
a. Bagi Rumah Sakit
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang
harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah
langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus
diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
i.
ii.
iii.
Lakukan
asesment
dengan
menggunakan
survei
penilaian
keselamatan pasien
b. Bagi Unit/ Tim
i.
ii.
Pastikan
ada
anggota
Direksi
atau
Pimpinan
yang
iii.
Prioritaskan
keselamatan
pasien
dalam
agenda
rapat
b. Untuk Unit/Tim
i.
ii.
iii.
dan
terintegrasi
indikator
dengan
indikator
keselamatan
kinerja
bagi
pasien
sistem
b. Untuk Unit/Tim
i.
ii.
iii.
Lakukan
proses
asesmen
risiko
secara
teratur,
untuk
Pastikan
penilaian
risiko
tersebut
disampaikan
sebagai
Langkah penerapan :
a. Untuk rumah sakit
i.
ii.
iii.
b. Untuk Unit/Tim
i.
ii.
iii.
Langkah penerapan :
a. Untuk rumah sakit
i.
secara
tepat,
yang
dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi penyebab
ii.
Analisis
Akar
Masalah
(Root
cause
ii.
Langkah penerapan :
a. Untuk Rumah Sakit
i.
ii.
klinis
termasuk
pengguanaan
instrumen
yang
iv.
v.
b. Untuk Unit/Tim
i.
ii.
iii.
lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat sama dengan 50% atau lebih
pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi
dengan baik diunit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak
diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat
darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi
kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat obat
yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit
pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan
suatu kebijakan dan/ atau prosedur untuk membuat daftar obat obat yang
perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada dirumah sakit. Kebijakan dan/ atau
prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit
konsentrat, seperti di Instalasi Gawat Darurat atau kamar operasi, serta
pemberian label secara benar pada elektrolit yang benar dan bagaimana
penyimpanannya di area tersebut sehingga membatasi akses, untuk mencegah
pemberian yang tidak sengaja/ kurang hati hati.
Elemen Penilaian Sasaran III :
a. Kebijakan dan/ atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,
menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
b. Implementasi kebijakan dan prosedur
c. Elekrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang kurang hati hati diarea tersebut sesuai kebijakan.
d. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi
label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).
4) Sasaran IV : Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien
Operasi.
Standar SKP IV :
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan
tepat - lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi.
Maksud dan Tujuan Sasaran IV :
Salah lokasi, salah prosedur, salah - pasien pada operasi, adalah
sesuatu yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit.
Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak
adekuat antara anggota tim bedah, kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam
penandaan lokasi (site marking) dan tidak ada prosedur verifikasi lokasi
operasi. Disamping itu, asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang
catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi
terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan
tulisan tangan yang tidak terbaca (illegible hand writing) dan pemakaian
singkatan adalah faktor faktor kontribusi yang sering terjadi. Rumah sakit
perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/ atau
prosedur yang efektif didalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan
ini. Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang digambarkan di
Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga The Joint
infeksi
yang
berhubungan
dengan
pelayanan
kesehatan
merupakan
dan
atau
prosedur
dikembangkan
untuk
mengarahkan
b.
c.
9) Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana
ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak
anak, lanjut usia.
10) Melaksanakan sistem rujukan
11) Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika
serta peraturan perundang undangan
12) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien
13) Menghormati dan melindungi hak hak pasien
14) Melaksanakan etika rumah sakit
15) Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana
16) Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional
maupun nasional
17) Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
18) Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit (hospital by
laws).
19) Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas rumah sakit
dalam melaksanakan tugas.
20) Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawan tanpa rokok.
Apabila kewajiban tersebut tidak dapat dijalankan secara baik, maka rumah
sakit akan mendapatkan konsekuensi berupa :
1) Teguran lisan
2) Teguran tertulis
3) Denda dan pencabutan izin rumah sakit
Dalam Undang undang ini juga diatur beberapa hal yang menjadi hak rumah
sakit (Pasal 30 UU No. 44 Tahun 2009) sebagai berikut :
1) Menentukan jumlah, jenis dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai
dengan klasifikasi rumah sakit
2) Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif dan
penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
3) Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan
pelayanan
4) Menerima bantuan dari pihak lin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan
5) Mendapatkan insentif pajak bagi rumah sakit publik dan rumah sakit
pendidikan
2.5. Peran Perawat dalam Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
ICN
(International
Council
of
Nursing)
tahun
1965,
Kedua teori tersebut pada hakekatnya memberi penjelasan bahwa IKP terjadi
karena adanya multiple faktor yang saling berpengaruh dan berinteraksi antara
petugas pemberi layanan langsung dengan sistem, kebijakan, prosedur dan tata
regulasi yang dibangun.
Gambar berikut di bawah ini mengilustrasikan kedua model penyebab
terjadinya IKP :
Keterangan :
a. Tujuan penerapan Keselamatan Pasien adalah untuk mencegah atau
menurunkan Insiden Keselamatan Pasien
b. Terjadinya IKP dapat dipengaruhi ujung tajam dan ujung tumpul, active
error dan latent error.
c. Ujung tajam/ active error : petugas pemberi layanan kesehatan di garis
depan rumah sakit, dalam penelitian adalah perawat yang bertugas di unit
kerja pelayanan pasien di rumah sakit
d. Ujung tumpul/latent error : kebijakan, prosedur, peraturan regulasi
sistem.
Dalam penerapan sistem keselamatan pasien rumah sakit tidak boleh terfokus
pada sistem mikro, tetapi harus terintegrasi dalam sistem mikro ke sistem makro
(oganisasi
dan
lingkungan)
dalam
bentuk
adanya
dukungan
sistem
dan
Tujuan :
mencegah Insiden
Keselamatan Pasien (IKP)
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
(TKPRS) yang bertugas untuk melaporkan setiap insiden yang terjadi di rumah sakit
kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) yang berskala nasional.
Dari 2 kebijakan pemerintah tersebut di atas, sudah dapat menjadi pedoman
dasar bagi rumah sakit untuk menerapkan keselamatan pasiennya (patient safety).
Adapun tujuan dari proses penerapan tersebut adalah agar keselamatan pasien di
rumah sakit dapat terlindungi dan lebih terjamin serta mutu pelayanan di rumah sakit
dapat ditingkatkan terus menerus sesuai standarnya. Selain itu dengan penerapan
keselamatan pasien (patient safety ) di rumah sakit, insiden keselamatan pasien dapat
dicegah kejadiannya.