Sie sind auf Seite 1von 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Makluk hidup secara alami memiliki system pertahanan tubuh yang berkaitan
dengan

pemeliharaan

kelangsungan

hidupnya.Maklukhidup

akan

berusaha

mempertahankan dirinya sendiri dari penyerang yang tidak dikehendaki seperti


bakteri,virus

dan

pathogen

lainnya

yang

berpotensi

mempertahankan

tubuhnya.Substansi yang mampu merangsang antibody disebut antigen pada makalah


ini kami akan membahas mengenai antigen dan pengaruh nya dalam tubuh
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu antigen?
2. Bagaimana klasifikasi antigen?
3. Bagaimana Peran antigen dalam tubuh?
1.3 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini yaitu untuk menjelaskan mengenai antigen dan bagaimana
peran nya bagi manusia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian antigen
Antigen merupakan substansi yang mempunyai kemampuan merangsang respons
imun (di dalam kasus ini juga disebut sebagai imunogen). Termasuk di dalam respons imun ini
yaitu pembentukan suatu antibodi yang spesifik atau sel T yang penting. Untuk lebih tepatnya,

suatu antigen juga merupakan suatu substansi yang bereaksi dengan antibodi atau sel T prima
tanpa mengindahkan kemampuannya untuk menurunkan mereka. Sebagian besar antigen
merupakan molekul besar (berat molekul lebih dari 1000). Molekul yang lebih kecil biasanya
tidak mempengaruhi respons imun kecuali bila mengikatkan diri pada molekul pembawa yang
lebih besar. Struktur topografi yang paling kecil pada permukaan molekul besar yang dapat
dikenal oleh sistem imun disebut sebagai epitope atau penentu antigenik (antigenic
determinant) Antigen adalah suatu substansi yang mampu merangsang
terbentuknya respon imun
yang dapat dideteksi, baik respon imun seluler, respon imun humoral atau
kedua-duanya.
Karena sifatnya itu antigen disebut juga sebagai imunogen. Imunogen yang
paling poten
umumnya merupakan makromolekul protein, polisakarida atau polimer
sintetik yang lain
seperti polivinilpirolidon (PVP).
2.2 Karakteristik antigen
Karakteristik antigen meliputi bentuk, ukuran, rigiditas, lokasi determinan
dan struktur tersier:
a) Ukuran
Antigen lengkap (imunogen) biasanya mempunyai berat molekul yang besar. Tetapi
molekul kecil dapat bergabung dengan protein inang sehingga dapat bersifat imunogen
dengan membentukkompleks molekul kecil (hapten) dan protein inang (carrier).
b) Bentuk
Bentuk determinan sangat penting sebagai komponen utama, seperti DNP dalam DNPLlisin yang memberi bentuk molekul yang tidak dapat ditemukan dalam homolog
primer. Kopolimer dari dua asam amino bersifat imunogenik untuk beberapa spesies,
yang mana polimer dari tiga atau empat asam amino yang merupakan syarat yang
penting untuk spesies lain. Lokasi dari struktur dalam determinan juga sangat penting.
C.Regiditas
Gelatin, yang mempunyai berat molekul yang sangat besar, hampir
semuanya non

imunogenik. Kespesifitasanya dari produksi antigen secara langsung


diangkut ke gelatin
D.Lokasi Determinan
Bagian

protein

yang

terdenaturasi

mengindikasikan

determinan

antigen yang penting


yang dapat dimasukkan oleh molekul besar.
E.Struktur tersier
Struktur tersier dari protein (spatial folding) penting dalam mendeterminasi
kespesifikan dari respon suatu antibody. Produksi antibody rantai A dari insulin tidak
bereaksi dengan molekul alami. Reduksi dan reoksidasi dari ribonuklease di bawah
kondisi kontrol diproduksi dari campuran molekul protein yang berbeda hanya dalam
struktur tiga dimensi. Jika katabolisme terjadi, struktur tersier dari imunogen akan
dihancurkan
2.3 Letak Antigen
Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem
kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap sel-nya sendiri. Sehingga dapat dikatakan
antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam
produksi antibodi.Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa
molekul Iainnya.Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan polisakarida yang
bersifat antigen,sehingga antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, selsel kanker, dan racun.

APC (Antigen presenting cell)


AntigenPresenting Cells (APCs) adalah sel asessoris yang berfungsi
mempresentasikan antigen terhadap limfosit agar respon imun berhasil dengan baik.
Banyak antigen yang harus ditelan dan diproses secara intraseluler kemudian
dipresentasikan kepermukaan agar dikenali oleh limfosit. Macam antigen tersebut antara

lain sel kanker, virus, sedang untuk antigen yang berupa protein akan diproses dan
dipresentasikan menjadi peptide.Jenis sel yang dapat bertindak sebagai APCs antara lain
makrofage, sel dendrite, sel B, dan sel Langerhans.
2.4 Klasifikasi antigen
Antigen dapat dibagi menurut epitop, spesifitas, ketergantungan
terhadap sel
T,sifat kimiawi dan fungsional:
1. Pembagian antigen menurut epitop:

Unideterminan, univalen : hanya mempunyai 1 jenis determinan pada 1


molekul.

Unideterminan, multivalen : hanya mempunyai 1 jenis determinan tetapi


dikemukakan 2 atau lebih determinan pada 1 molekul.

Multideterminan, univalen : mempunyai banyak determinan tetapi hanya

terdiri dari 1 senyawa (biasanya protein).

Multideterminan, multivalen : mempunyai banyak jenis determinan yang


terdiri dari beberapa komponen senyawa kompleks.

2. Pembagian antigen menurut spesifitas:

Heteroantigen, dimiliki oleh banyak spesies.

Xenoantigen, hanya dimiliki oleh spesies tertentu.

Alloantigen, spesifik untuk individu dalam satu spesies.

Antigen organ spesifik, hanya dimiliki oleh organ antigen.

Autoantigen, dimiliki oleh tubuh sendiri.

3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T:

T dependen, memerlukan pengenalan oleh sel T dan sel B


terlebih dahulu untuk
menimbulkan respon antibodi. Pada umumnya antigen protein

termasuk dalam
golongan ini.

T independen, dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T

untuk membentuk
antibodi. Misalnya lipopolisakarida, dekstran, levan, dan flagelin
polimerik bakteri.
4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi:

Polisakarida, pada umumnya bersifat imunogenik.


Glikoprotein, terdapat pada permukaan sel mikroorganisme.
Lipid, biasanya tidak bersifat imunogenik, tetapi menjadi imunogenik apabila
terikat dengan protein karier. Lipid dianggap sebagai hapten, misalnya

sphingolipid.
Asam nukleat, tidak bersifat imunogenik, tetapi menjadi imunogenik apabila

terikat dengan protein karier.


Protein, pada umumnya bersifat imunogenik yang memiliki multideterminan
yang univalen.

5. Pembagian menurut hubungan genetika dari asal antigen dan


penerimaantigen:

Antigen histokompabilitas, yaitu suatu antigen yang menimbulkan reaksi pada

transplantasi jaringan.
Autoantigen, adalah antigen yang dimiliki oleh seseorang, tetapi karena suatu
sebab dapat menimbulkan antibodi terhadapnya.

Isoantigen, merupakan antigen yang terdapat pada individu lain dalam spesies
yang sama namun secara genetik dapat dikenal oleh penerima, misalnya antigen

yang menentukan golongan darah.


Alloantigen, merupakan antigen yang terdapat pada individu tertentu yang dapat
menimbulkan antibodi pada individu lain dalam satu spesies, karena secara
genetic antigen ini tidak dikenal oleh penerima.

6. Secara fungsional antigen terbagi menjadi 2, yaitu:

Imunogen, yaitu molekul besar (disebut molekul pembawa).


Bagian dari molekul antigen besar yang dikenali oleh sebuah
antibodi (oleh reseptor sel-T) atau bagian antigen yang dapat
membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi,
menginduksi pembentukan antibodi yang dapat diikat dengan

spesifik oleh bagian

dari antibodi atau oleh reseptor antibodi, bisa

juga disebut determinan antigen

atau epitop.

Hapten, yaitu kompleks yang terdiri atas molekul kecil. Bahan


kimia ukuran kecil seperti dinitrofenol dapat diikat antibodi,
tetapi bahan tersebut sendiri tidak dapat mengaktifkan sel B
(tidak imunogenik). Untuk mengacu respon antibodi, bahankecil
tersebut perlu diikat oleh molekul besar. Hapten merupakan
sejumlah
molekul kecil yang dapat bereaksi dengan antibodi namun tidak

dapat

menginduksi produksi antibodi.

2.5 Contoh antigen


1) Bakteri
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan
lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain . Bakteri
memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan
dan

pada

tempat-tempat

yang

ekstrim.

Bakteri

ada

yang

menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki


ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain.
Bakteri adalah organisme
uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan
berukuran
renik (mikroskopis).

2) Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel
organisme
biologis. Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang
menginfeksi sel-sel
eukariotaVirus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan

karena virus hanya


dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi
dan memanfaatkan
sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan
selular untuk
bereproduksi sendiri.

3) Sel darah yang asing


Sel darah yang asing dapat diperoleh dari pendonoran darah.
Transfusi darah
merupakan jenis transplantasi yang paling sering dilakukan. Dan
apabila darah yang
masuk ke dalam tubuh resipien tidak kompatibel maka tubuh akan
mengenalinya
sebagai antigen.
4) Sel-sel dari transplantasi organ
Pencangkokan (Transplantasi) adalah pemindahan sel, jaringan
maupun organ hidup dari seseorang (donor) kepada orang lain
(resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya
(misalnya pencangkokan kulit), dengan tujuan mengembalikan
fungsi yang telah hilang. Namun sel- sel tersebut dapat menjadi
antigen ketika sel tidak cocok dengan tubuh resipien.

5) Toksin

Toksin adalah segala bentuk zat yang memiliki efek destruktif bagi
fungsi sel dan
struktur sel tubuh. Beberapa jenis toksin bersifat fatal, dan
beberapa jenis lain
bersifat lebih ringan.
2.6 Infeksi Virus, Infeksi bakteri, dan imunitas terhadap parasit
Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul lainnya,
termasuk molekul kecil (hapten) dipasangkan ke protein-pembawa. Antigen diketahui
memasuki tubuh melalui daerah sebagai berikut :

Saluran pernafasan merupakan gerbang masuk semua antigen.


Walaupun kulit memberikan perlindungan yang efektif, retakan
kecil tak diragukan selalu ada yang memungkinkan masuknya

antigen tertentu.
Selaput lender saluran alat kelamin adalah tempat yang umum
untuk invasi anti gen. Antigen yang masuk secara langsung

kedalam darah untuk menimbulkan penyakit


biasanya ditularkan dari satu orang keorang lain dengan gigitan
serangga. Bisa juga melalui suntikan dan transfusi darah.

Gerbang

keluar

bagi

antigen

biasanya

sama

dengan

gerbang

(antibody)

disetiap

masuknya. Akan tetapi


didalam

tubuh

juga

memiliki

pertahanan

bagiannya, ia merupakan
pertahanan pertama yang bersifat alamiah. Sistem kekebalan atau
sistem imun adalah sistemperlindungan pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika
sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi
tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus,

2.7 Inveksi virus


Perbedaan utama antara virus dengan organisme lain yaitu
bentuk yang sangat
sederhana,

karena

virus

tidak

mempunyai

kelengkapan

untuk

melakukan metabolism termasuk sintesa protein tanpa bantuan sel inang,


sehingga untuk hidup dan

pembiakannya diperlukan hidup dalam sel

inang. Tergantung dari jenis informasi

genetiknya,

menjadi virus DNA dan virus RNA. Untuk dapat masuk ke

virus

dibedakan

dalam sel inang,

sel inang perlu memiliki reseptor untuk virus bersangkutan, ataupun


dengan cara endositosis oleh sel inang. Untuk bertahan hidup dan
memperbanyak dirinya di dalam sel inang, virus selalu menyisipkan unsure
genetiknya ke dalam untaian DNA dari

sel

inang

Maka,molekul baru pada permukaan sel akan dikenal

yang

diinfeksinya.

oleh system imun

sebagai antigen asing.


2.8 Penyebaran dan pembiakan virus
Penyebaran dan pembiakan virus :
Tipe I : penyebaran ekstraseluler
Virion yang mampu menginfeksi dilepaskan dari sel inang untuk
disebar dalam
lingkungan ekstraseluler. Contohnya adalah influenza dan adenovirus.
Tipe II : penyebaran intraseluler
Virion menyebar dari sel ke sel melalui desmosom atau fusi antar sel
tanpa melalui
lingkungan ekstraseluler. Contohnya adalah virus herpes.
Tipe III : penyebaran melalui inti

Genom dari virus berada dalam keadaan laten dan terpadu dengan
genom inang
sehingga dapat disebarkan pula selama meiosis ke anak-anak sel.
Contohnya adalah
retrovirus, HIV-1 dan HIV-2.

Ditinjau pada tingkat organisme inang terbagi 3 cara penyebaran virus :


1 .Setempat
V irus menginfeksi terbatas pada selaput lendir permukaan atau organ tertentu.
2 . Hema to gen pr imer
Virus dinokulasikan secara langsung ke dalam peredaran darah yang akan diikuti
penyebaran dalam organ.
3. Hema to gen s ekun der
Mula-mula

infeksi

virus

dan

pembiakannya

berlangsung

pada

permukaan selaput lendir


yang kemudian diikuti penyebarannya melalui darah untuk mencapai
organ sasaran.
4. Penyebaran melalui syaraf
Virus tertentu yang dinokulasi di daerah perifer akan menyebar melali sistem syaraf.
2.9 Penghindaran mekanisme pertahanan
Beberapa virus mampu untuk menghindarkan diri dari mekanisme pertahanan
imunologik. Usaha ini dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain:
a. Tidak imunogenik

Ada

kalanya

terdapat

virus

yang

tidak

dapat

membangkitkan respon imun. Bahkan terdapat virus yang


bersifat imunosupresif.
b. Penyebaran Tipe II dan III
Penyebaran ini menyebabkan terbatasnya

pemaparan

antigen virus terhadap system imun, walaupun pada


permukaan sel inang sendiri terjadi ekspresi antigen virus
yang menginfeksinya.
c. Multiplisitas
Beberapa virus seperti enterovirus dan rhinovirus mampu
mengubah struktur antigen permukaannya dengan cara
mutasi atau rekombinan sehingga menyebabkan infeksi
yang berkelanjutan. Maka, seseorang dapat dihinggapi
infeksi virus influenza sepanjanghidupnya sebanyak 5-10
kali atau bahkan lebih.
d. Tidak ada netralisasi oleh antybody
Beberapa virus setelah bereaksi dengan antibody-nya tidak
terendam efek patogennya, bahkan antibody tersebut
dapat menyebabkan penyakit kompleks imun. Hal ini
terjadi pada virus Hepatitis B.
e. Modulasi antybody terhadap antigen virus pada sel
Antigen virus yang diekpresikan pada permukaan sel dapat
bereaksi

dengan

antibodysehingga

virus

tidak

dapat

dimatikan oleh limfosit ataupun antibody.


f. Penyamaran
Protein virus yang ada pada permukaan sel bereaksi
dengan protein bahan-bahan inang sehingga sel inang
yang terinfeksi akan terselubung terhadap system imun.
g. Imunosupresi
Infeksi virus dapat menekan respon imun inang.
h. Latensi
Beberapa virus setelah menginfeksi sel tubuh dapat
berada dalam keadaan tidak aktif, sehingga sangat jarang
terdapat antigen virus pada permukaan sel inang atau
bahkan sulit ditemukan.

2.10 Respon imun


Respon imun akan diawali dengan pemrosesan antigen yang
disusul dengan

presentasi

fragmen-fragmen

Presentasi ini harus dilakukan bersama-

antigen

oleh

APC.

sama dengan MHC kelas II, Limfosit

T helper (CD 4+) melalui reseptor TcR akan

mengenal

antigen

sajikan bersama dengan MHC kelas II, kemudian memberikan

yangdi

sinyal

kepada sel B untuk berproliferasi dan berdiferensiasi. Secara garis besar


semua sel yang menampilkan MHC kelas II dapat bertindak sebagai APC,
misalnya sel-sel dendritik, kupfer, langerhans, endotel, fibroblast dan sel B.
Diantara selsel diatas sel

dendritik, makrofag dan sel B merupakan APC

terpenting, bahkan sel dendritik


folikuler mampu menyajikan antigen natif dalam bentuk kompleks
imun tanpa

memprosesnya terlebih dahulu. Diduga sel-sel ini bertindak

sebagai tempat menampung antigen natif atau kompleks antigen antibodi.


Antigen atau kompleks antigen antibodi melekat

pada

dendritik folikuler tanpa diproses lebih lanjut. Bagian- bagian

permukaan
sel

sel
yang

berbentuk tonjolan dilepaskan bersama-sama dengan komplek antigen


antobodi dan membentuk butir-butir komplek imun yang disebut
dengan icoccomes.

Icoccomes ini kemudian ditangkap oleh sel B atau

makrofag untuk diproses lebih lanjut.

Membuktikan bahwa sel dendritik

merupakan APC pertama yang mengaktivasi sel T

pada hewan percobaan

yang belum pernah tersensitisasi. Sedangkan makrofag dan sel B


hanya menyajikan antigen kepada sel B yang teraktivasi atau memori

Selama berlangsungnya pertentangan antara virus menghadapi system imun, secara


terus-menerus virus akan mengubah antigen permukaannya. Perubahan antigen tersebut dapat
bersifat kecil (antigenic drift) atau bersifat perubahan besar (antigenic shift). Contohnya adalah
virus influenza yang mempunyai protein pada permukaan selubungnya dalam bentuk
hemaglutinin dan neuraminidase dapat mengalami perubahan kecil sehingga imunitas terhadap
infeksi virus terdahulu masih dapat melindungi infeksi virus yang telah mengalami mutasi
tersebut. Berbeda jika terjadi perubahan hemaglutinin sangat besar, maka imunitas yang
diperoleh dari infeksi influenza sebelumnya kali ini tidak dapat melindungi infeksi influenza
yang telah mengalami mutasi besar.

Telah diketahui bahwa antibody hanya efektif terhadap mikroorganisme yang berada
diluar sel, sehingga virus yang hanya dapat berbiak dalam sel, sukar dijangkau oleh antibody
secara langsung. Antibody spesifik dapat menghambat penyebaran virus secara setempat atau
sistemik apabila dilepaskan dari sel-sel inang, namun mereka kurang efektif apabila virus
menyebar dari sel ke sel atau apabila penyebarannya melalui pertunasan. Ol;eh karenanya,
biasanya antigen yang diekspresikan pada permukaan sel telah mengalami perubahan. Virusvirus
yang kurang mendapatkan perlawanan dari antibody yaitu yang termasuk golongan virus
oncorna (oncogenic RNA virus) yaitu virus leukaemogenik mencit, orthomyxo (influenza),
paramyxo (gondong, campak), toga (dengue), rhabdo (rabies), arena (lymphocytic
choriomeningitidis), adeno, herpes (simplex, varicella zoster, CMV, EBV, penyakit Marek), pox
(vaccinia), popova (SV40, polyoma) dan virus rubella. Infeksi oleh virus dapat

menyebabkan

efek

penekananterhadap

respons

imun

seluler

inang.

Pengamatan dengan uji kulit terhadap penderita campak sering menunjukan


hasil negative. Sebenarnya jika ada orang yang sakit akibat virus karena
terinfeksinya sel sel limfoid dan fagosit oleh virus, seperti halnya oleh HIV,
atau dapat disebabkan oleh pengelepasan mediator secara berkelebihan
sehingga mengakibatkan aktivitas nonspesifik.
2.11 Mekanisme Pemasukan Antigen
Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul
kecil yang bisa
masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia
melekat pada
protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi antigen
tersebut dikenal dengan
istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non
spesifik (eksternal
maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan
sel limfosit B yang
akan mensintesis pembentukan antibodi. Contoh hapten dia antaranya
adalah toksin poison ivy,
berbagai macam obat (seperti penisilin), dan zat kimia lainya yang dapat
membawa efek alergik.
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel
limfosit B.
Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel
plasma. Sel plasma
kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen
yang merangsang
pembentukan antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada
antigen disebut epitop,

sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.


Secara garis besar, interaksi antigen-antibodi adalah seperti berikut:
Antigen/hapten masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, udara,

injeksi, atau kontak


langsung.
Antigen berikatan dengan antibody.

Histamine keluar dari sel mast dan basofil


Timbul manifestasi alergi
Interaksi antybody antigen dapat dikategorikan menjadi tingkat
primer,sekunder dan

tersier

Primer
Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya
antigen dengan antibody pada situs identik yang kecil, bernama

epitop.
Sekunder
Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi,
di antaranya:
Netralisasi
Adalah jika antibody secara fisik dapat menghalangi
sebagian antigen menimbulkan effect yang merugikan.
Contohnya

adalah

dengan

mengikat

toksin

bakteri,

antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel


yang rentan.
Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri
atau transfuse darah yang tidak cocok berikatan bersamasama membentuk gumpalan.
Presipitasi

Adalah jika complex antigen-antibodi yang terbentuk


berukuran terlalu besar, sehingga tidak dapat bertahan
untuk terus berada di larutan dan akhirnya mengendap.

Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibody yang berikatan dengan
antigen

mampu

mengikat

reseptor

fagosit

(sel

penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban


yang mengandung antigen tersebut.
Sitotoksis
Adalah saat

pengikatan

antibody

ke

antigen

juga

menginduksi serangan sel pembawa antigen oleh killer


cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell kecuali
bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh
antibody sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis
membran plasmanya.

Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic
dari interaksi antigenantibodi yang dapat berguna atau merusak
bagi

penderitanya.

Pengaruh

menguntungkan

antara

lain:

aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immunitas mikroba,dan lain-lain.


Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi
sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan kerentanan
terhadap infeksi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antigen merupakan substansi

yang

mempunyai

Kemampuan

merangsang respon

imun,Karakteristik antigen yaitu: ukuran,bentuk,regiditas,lokasi determinan,struktur tersier,


klasifikasi antigen yaitu:
Menurut epitop terdiri dari: unideterminan univalent,uni determinan multivalent,multi

determinan multivalent,
Menurut spesifitas terdiri dari: Hetero antigen,xenoantigen,allo antigen,antigen organ

spesifik dan auto antigen


Menurut ketergantungan terhadap sel T terdiri dari: Tdependen,Tindependen
Menurut sifat kimiawi terdiri dari:Polisakarida,glikoproteiun,lipid,asam nukleat protein
Menurut hubungan genetic dari asal antigen terdiri dari: antigen histo

kompabilitas,autoantigen,isoantigen,alloantigen,
Secara fungsional terdiri dari: Hapten dan imuno gen

3.2 Saran
Semoga setelah membaca uraian materi diatas pembaca dapat lebih mengerti mengenai
antigen dan dampaknya bagi makluk hidup

DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja K, Rengganis I. 2009. Imunologi Dasar Edisi 8. Penerbit FKUI.
Jakarta.
Naim

R,

Helbert

M.2002.

Immunology

for

Medical

Students.

Hosby.

Edinburgh.
Radji, Maksum. 2010. Imunologi & Virologi. Penerbit PTISFI. Jakarta
Suardana, I. B. K. 2010. Antigen. Online at http://id.shvoong.com/medicineandhealth/
imuunology/2079646-antigen/#ixzz1oQvVyMf0
Subowo. 2009. Imunologi klinik. Angkasa. Bandung
Underwood, J. C. E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik Vol 1 E/2. Buku
Kedokteran EGC.
Jakarta

Makalah imunologi
system imun

KELOMPOK 3
1.Maria wuwur
2.Maria hokeng
3.mitha bere
4.Natalia weking
5.Retno hartanti
6.Ridwan kono
7.Serli tanone
8.teresia willi
9.yongky amalo
10.yulius maran
KELAS:FARMASI B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG
2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.
kami tahu bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun, agar kedepannya semakin menjadi
lebih baik dari sebelumnya.
Terima Kasih

Penulis

Kupang, 29 juni 2016

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
Latar
belakang.................................................................................................................................1.1
Rumusan masalah.................................................................................................................1.2
Tujuan....................................................................................................................................1.3
BAB II PEMBAHASAN
PENGERTIAN

ANTIGEN.

.................................................................................................................2
KLASIFIKASI...........................................................................................................................4
MEKANISME
PEMASUKAN..........................................................................................................................12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................................................................1
Saran............................................................................................................................................2
Daftar Pustaka

Das könnte Ihnen auch gefallen