Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2 PERILAKU
2.2.1. PENGERTIAN PERILAKU
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan dan
aktivitas suatu organisme. Pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari
manusia sendiri yang mempunyai cakupan yang sangat luas antara lain :
berbicara, berjalan, berpakaian, bahkan kegiatan internal (internal activity)
seperti berfikir, persepsi, dan emosi juga merupakan prilaku manusia. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
secraa tidak langsung (Notoatmodjo, 2011).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2011),
merumuskan bahwa perilaku adalah hasil hubungan anatara perangsang
(stimulus) dan tanggapan serta respon. Dilihat dari bentuk respon terhadap
stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo,
2011) :
Responden respon atau reflexive response
Responden respon ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsanganrangsangan tertentu. Perangsangan-perngsangan yang semacam ini
48
karena
perangsangan-perangsangan
tersebut
memperkuat respon yang telah dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu
rangsangan mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu yang
telah dilakukan. Sebagai contoh seorang anak belajar kemudia
memperoleh suatu hadiah maka ia akan menjadi lebih giat belajar
dengan kata lain responnya akan menjadi lebih inntensif / lebih kuat
lagi.
2.2.2. PROSEDUR PEMBENTUKAN PERILAKU
Untuk membentuk suatu jenis respon atau perilaku ini perlu
diciptakan adanya suatu kondisi tertntu yang disebut operant conditioning.
Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut
skinner adalah sebagai berikut :
1. Melakukan indentifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau
reinforcer berupa hadiah-hadiah bagi perilaku yang akan terbentuk .
2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil
yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponenkomponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat menuju kepada
terbentuknya perilaku yang dimaksud.
3. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagian
tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk
masing-masing komponen tersebut.
4. Melakukan pembentukan perilaku
yang
menggunakan
urutan
49
50
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat
dan kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat,
atausarana.
c) Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya
strategi dan metode dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk
meletakkan
atau
52
ditanya,
mengerjakan,
dan
53
baik.Artinya
tindakan
itu
sudah
dimodifikasi
tanpa
54
sarana
dan
prasarana
pendukung,
misalnya:
perilaku
pemeriksaaan kehamilan. ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya
karena dia tahu dan sadar manfaat perikksa hamil saja, melainkan ibu tersebut
dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil,
misalnya : puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit. fasilitas
ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku
55
kematian. Situasi kasus DBD tahun 2011 sampai dengan Juni 2011
dilaporkan sebanyak 16.612 orang dengan kematian sebanyak 142 orang
(CFR=0,85%). Dari jumlah kasus tersebut, proporsi penderita DBD pada
perempuan sebesar 50,33% dan laki-laki sebesar 49,67% . Disisi lain angka
kematian akibat DBD pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.
Situasi ini perlu diatasi dengan segera agar indikator kinerja/target
pengendalian DBD yang tertuang dalam dokumen RPJMN yaitu IR DBD
pada tahun 2014 adalah 51/100.000 penduduk, serta ABJ sebesar 95%
dapat dicapai. (Kemenkes RI, 2011)
2.3.2. Morfologi Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Aedes aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan subtropis yang
ditemukan di bumi. Distribusi Aedes aegypti juga dibatasi oleh ketinggian
dan biasanya tidak ditemukan diatas ketinggian 1000 m. Nyamuk Aedes
aegypti berukuranlebihkeciljikadibandingkandenganukurannyamuk
rumah(Culex),mempunyaiwarnadasaryanghitamdenganbintikbintik
putihpadabagianbadannya,terutamapadakakidandikenaldaribentuk
morfologi yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran lire
(Lyre form) yang putih pada punggungnya. Nyamuk Aedes albopictus,
sepintas seperti nyamuk Aedes aegypti, yaitu mempunyai warna dasar
hitamdenganbintikbintikputihpadabagiandadanya,tetapipadathorax
yaitu bagian mesotoumnya terdapat satu garis longitudinal (lurus dan
tebal)yangdibentukolehsisiksisikputihberserakan.
Seperti halnya jenis nyamuk lainnya, Aedes aegypti mengalami
metamorfosis sempurna
yaitu:
a. Stadium Telur
Aedes aegypti suka bertelur di air jernih yang tidak
berpengaruh langsung dengan tanah dan lebih menyukai
kontainer yang di dalam rumah dari pada di luar rumah. Hal ini
disebabkan suhu di dalam rumah relative lebih stabil. Seekor
nyamuk selama hidupnya dapat bertelur 4-5 kali dengan rata-
57
betina
lebih
menyukai
darah
manusia
(antropofilik), sedang nyamuk jantan hanya makan cairan buahbuahan dan bunga. Nyamuk betina memerlukan darah untuk
mematangkan telurnya agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk
jantan dapat menetas. Jangka hidup nyamuk dewasa di alam sulit
ditentukan, nyamuk Aedes aegypti dapat hidup rata-rata 1 bulan.
Kebiasaan menggigit atau waktu menggigit nyamuk Aedes aegypti
lebih banyak pada waktu siang hari dari pada malam hari, lebih banyak
menggigit pukul 08.00 12.00 dan pukul 15.00 17.00 dan lebih banyak
menggigit di dalam rumah dari pada diluar rumah. Setelah menggigit
selama menunggu waktu pematangan telur nyamuk akan berkumpul di
tempat-tempat di mana terdapat kondisi yang optimum untuk beristirahat.
58
kombinasi
pertimbangan
beberapa
metode
keamanan,
pengendalian
rasionalitas
dan
vektor,
efektivitas
59
adalah
racun,
maka
penggunaannya
harus
pirimiphos),
cyhalotrine,
Pyrethroid
(Cypermethrine,
cyflutrine,Permethrine&
S-Bioalethrine).
lamdaYang
dll,
Pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi seperti
predator/pemangsa, parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium pra
dewasa vektor DBD. Jenis predator yang digunakan adalah Ikan
pemakan jentik (cupang, tampalo, gabus, guppy, dll), sedangkan larva
Capung, Toxorrhyncites, Mesocyclops dapat juga berperan sebagai
predator walau bukan sebagai metode yang lazim untuk pengendalian
vektor DBD.
Jenis pengendalian vektor biologi :
Parasit : Romanomermes iyengeri
Bakteri : Baccilus thuringiensis israelensis
Golongan insektisida biologi untuk pengendalian DBD (Insect
Growth Regulator/IGR dan Bacillus Thuringiensis Israelensis/BTi),
60
Growth
pertumbuhan
Regulators
nyamuk
di
(IGRs)
masa
pra
mampu
dewasa
menghalangi
dengan
cara
thruringiensis
(BTi)
sebagai
pembunuh
jentik
di
masyarakat
dilakukan
melalui
upaya
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSNDBD) dalam bentuk kegiatan 3 M plus.
Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan 3 M Plus
ini
harus
dilakukan
secara
luas/
serempak
dan
terus
62
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan
Faktor Predisposisi
Kebiasaan
Nilai-nilai
Perilaku Kesehatan
Lingkungan
Faktor Pendukung
Sarana dan Prasarana
63
64
Pengetahuan
Sikap
Lingkungan
INDEPENDEN
DEPENDEN
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
65
VARIABEL
PERILAKU
DEFINISI
ALAT
UKUR
CARA
UKUR
HASIL UKUR /
KATEGORI
Kuisioner
Wawancara
SKALA
PENGUKURAN
Nominal
PENGETAHUA
N
Kuisioner
Wawancara
Nominal
SIKAP
Kuisioner
Wawancara
Bila
mendapat
nilai 8 15 maka
tingkat
sikap
BAIK
Bila
mendapat
nilai 0 7 maka
tingkat
sikap
BURUK
Nominal
LINGKUNGAN
Keadaan lingkungan di
sekitar individu yang
berpengaruh terhadap
perilaku
pemberantasan
nyamuk aedes aegepty
Kuisioner
Wawancara
Nominal
66
SARANA DAN
PRASARANA
Kuisioner
Wawancara
Nominal
PERAN
PETUGAS
KESEHATAN
Kuisioner
Wawancara
Nominal
67