Sie sind auf Seite 1von 13

Halim, Djumilah Hadiwidjojo, Solimun dan Djumahir

Kapabilitas Pemasaran sebagai Mediasi Pengaruh Orientasi Pasar


Orientasi Pembelajaran dan Orientasi Kewirausahaan terhadap Kinerja
Pemasaran (Studi pada Usaha Menengah di Sulawesi Tenggara)
Halim
Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo Kendari
Djumilah Hadiwidjojo, Solimun, Djumahir
Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang

Abstract: The purpose of this research is to develop market orientation and learning orientation and
entrepreneurial orientation with reviewing the role of marketing in an effort to increase the capabilities of
performance marketing. Research contributions are expected to be able to develop a marketing startegi
which is a blend of marketing and strategic management. Sample research as much as 158 companies
spread over 7 county/city in Southeast Sulawesi. Results of the analysis, with path analysis, found that the
marketing capabilities serve as a full mediation which connects learning orientation and entrepreneurial
orientation with the performance marketing. However the marketing capabilities havent been able to
market orientations mediated the relationship between on performance marketing. Market orientation of
individually determine the performance marketing. Additional, The study found that the marketing capabilities influenced directly by the entrepreneurial orientation and learning orientation, but the orientation
of the market instead of deciding the marketing capabilities.
Keywords: market orientation, learning orientation, entrepreneuer orientation,marketing capability, marketing performance
Abstrak: Kinerja pemasaran perusahaan menjadi perhatian utama para akademisi dan praktisi dan kapabilitas
pemasaran merupakan media yang menjembatani cara pandang atau orientasi bisnis pelaku usaha. Artinya
orientasi bisnis akan mampu meningkatkan kinerja pemasaran lebih efektif ketika dimediasi oleh kapabilitas
pemasaran. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan konsep orientasi
bisnis yang meliputi orientsi pasar, orientasi pembelajaran dan orientasi kewirausahaan dengan menekankan
peran kapabilitas pemasaran dalam usaha meningkatkan kinerja pemasaran. Penelitian ini mengembangkan
bidang startegi pemasaran yang merupakan perpaduan antara bidang pemasaran dan strategi. Jumlah sampel
sebanyak 158 perusahaan yang tersebar di 7 kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara. Hasil analisis menemukan
bahwa kapabilitas pemasaran berperan sebagai mediasi penuh yang menghubungkan orientasi pembelajaran
dan orientasi kewirausahaan dengan kinerja pemasaran. Namun kapabilitas pemasaran belum mampu memediasi
hubungan antara orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran. Orientasi pasar secara individual menentukan
kinerja pemasaran. Selain itu penelitian ini juga menemukan bahwa kapabilitas pemasaran dipengaruhi langsung
oleh orientasi pembelajaran dan orientasi kewirausahaan, namun orientasi pasar bukan penentu kapabilitas
pemasaran.
Kata Kunci: orientasi pasar, orientasi pembelajaran, orientasi kewirausahaan, kapabilitas pemasaran, kinerja
pemasaran.
Alamat Korespondensi:
halim_unhalu@yahoo.com Alamat: Fak. Ekonomi Univ.
Haluoleo JL.HEA Mokodompit Kendari Sultra Handphone: 081
140 2897
472

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME472
10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012

Kapabilitas Pemasaran sebagai Mediasi

Permasalahan UM di Sulawesi Tenggara berkaitan dengan masalah SDM, akses pendanaan dan
pemasaran. Dilihat dari aspek pendidikan, hanya
34,2% pengusaha UKM yang berpendidikan lanjutan
dan hanya 6% yang sempat menyerap pendidikan
tinggi. Ditinjau dari akses terhadap sumber daya
menunjukkan bahwa hanya 2,0% yang memanfaatkan
jasa kredit perbankan selebihnya mengandalkan modal yang bersumber dari keluarga dan modal sendiri.
Konsekwensi atas permasalahan yang dihadapi
oleh UM di Sulawesi Tenggara berdampak terhadap
capaian kinerja yang relatif sangat rendah. Dilihat dari
aspek omzet penjualan, sebagian besar, yakni sekitar
84,9% UKM di Sulawesi Tenggara hanya mampu
mencapai penjualan maksimal 100 juta rupiah atau
kurang dari 10 juta rupiah per bulan. Hanya sekitar
14,3% UKM yang mampu mencapai penjualan antara
100 juta1 miliar rupiah. Jangkauan pemasaran hanya
terbatas pada kabupaten/kota setempat yang mencapai 97%. Akibatnya UKM di Sulawesi Tenggara sulit
untuk berkembang.
Berbagai usaha telah dilakukan dalam usaha
meningkatkan kinerja UM mulai dari kegiatan
pelatihan, bantuan modal, dan pembuatan undangundang yang mengatur UM, namun hingga saat ini
UM belum menunjukkan kinerja yang optimal.
Berdasarkan uraian aspek-aspek yang terkait
dengan keberhasilan perusahaan, maka usaha untuk
mencapai kinerja yang lebih baik bagi usaha menengah sesungguhnya bertumpu pada dua pendekatan
yakni pendekatan struktural (Porter, 1980, 1985)
sebagai pendekatan berbasis pasar (Makhija, 2003)
dan pendekatan Resource Base View of the firm
(Barney, Wright & Ketchen Jr, 2001). Perkembangan
RBV tersebut berkenaan dengan orientasi bisnis.
Berdasarkan hal ini maka muncul persoalan Apakah
orientasi bisnis yang mencakup orientasi pasar,
orientasi pembelajaran dan orientasi kewirausahaan
akan mampu menggerakan kinerja pemasaran
perusahaan?. Persoalan yang terakhirlah yang
menjadi perhatian penelitian ini.
Budaya market-oriented diperlukan untuk
membangun dan mempertahankan kemampuan inti
untuk terus menciptakan nilai pelanggan yang superior. Hooley, et al. (1999); Slater & Narver, (1993)
menemukan bahwa kemampuan pemasaran dianggap
lebih penting daripada kemampuan operasional.

sehingga ketika perusahaan yang up-to-date dengan


informasi tentang pelanggan dan pesaing, perusahaan
ini mampu secara efektif menangani aktivitas pemasaran di dalam organisasi mereka.
Dawes (2000) menekankan bahwa setiap komponen MO sangat berhubungan dengan profitabilitas.
Setiap elemen memiliki fitur yang unik dan untuk alasan
utama ini, MO dinilai berdasarkan tiga indikator (Tan
& Smyrnios, 2004a).
Studi empirik yang dilakukan oleh Appiah-Adu
(1997) menemukan bahwa MO berpegaruh positif
terhadap kinerja perusahaan yang sejalan dengan
temuan penelitian Kumar, Subramanian, & Yauger,
(1998). Berdasarkan penjelasan tersebut maka penelitian ini merumuskan hipotesis pengaruh orientasi pasar
terhadap kinerja sebagai berikut:
Hipotesis 1 : Semakin kuat orientasi pasar perusahaan maka akan semakin tinggi kinerja
pemasaran perusahaan.
Gounaris, et al. (2004) mengidentifikasi bahwa
perusahaan yang mengadopsi pendekatan MO secara
sistematis melakukan riset pasar secara formal, mengumpulkan dan menyebarkan intelijen keseluruh pasar perusahaan dan menekankan perencanaan pemasaran strategis. Selain itu, organisasi ini cenderung
melakukan segmentasi dan menyesuaikan produk,
harga dan strategi promosi agar sesuai dengan segmen
sasaran. MO juga mempengaruhi kontrol terhadap
arah perusahaan dengan membuat perusahaan lebih
fokus pada pelanggan, pasar dan informasi yang
terkait dengan produk, serta merespon informasi yang
dikumpulkan.
Dalam perusahaan manufaktur dan jasa skala
besar di Australia dan Amerika (Vorhies & Harker,
2000, 1999) menemukan MO berpengaruh signifikan
positif kapabilitas pemasaran. Slater dan Narver
(1994a) menyatakan bahwa budaya market-oriented
diperlukan untuk membangun dan mempertahankan
kemampuan inti yang terus menciptakan nilai
pelanggan yang superior. Dalam usaha memperkuat
pernyataan Slater dan Narver (1994a) dalam konteks
UM di negara berkembang maka hipotesis penelitian
ini adalah:
Hipotesis 2 : Semakin kuat orientasi pasar perusahaan maka kapabilitas pemasaran perusahaan akan semakin tinggi.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

473

Halim, Djumilah Hadiwidjojo, Solimun dan Djumahir

Sinkula, et al. (1997) menyatakan bahwa LO


adalah serangkaian nilai-nilai organisasi yang mempengaruhi kecenderungan perusahaan untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan. Orientasi
pembelajaran dikaitkan dengan tiga nilai: commitment
to learning, open mindedness dan shared vision
(Sinkula, et al., 1997).
Para peneliti menggarisbawahi bahwa LO dikaitkan dengan kinerja perusahaan (Stewart & Mavondo,
2004). Farrell (1999) mengidentifikasi bahwa LO
berhubungan secara positif dengan komitmen organisasi, kebersamaan dan inovasi organisasi. Demikian
pula, Sadler-Smith, Spicer dan Chaston (2001)
menunjukkan secara empiris bahwa pertumbuhan
yang lebih tinggi dimiliki oleh perusahaan manufaktur
yang lebih aktif LO-nya yang membuat lebih baik
dalam menggunakan aset pengetahuan dibandingkan
dengan pesaingnya dengan perumbuhan yang lebih
rendah. Namun, sesungguhnya LO bisa menimbulkan
masalah karena inside-out orientation (Day, 1994).
Senada dengan hal tersebut, sejumlah peneliti
(Baker & Sinkula, 1999b, 2002; Farrell & Oczkowski,
2002) setuju bahwa pasar dan LO adalah anteceden
bagi kinerja perusahaan. Hult, et al. (2004), menunjukkan bahwa hubungan positif antara LO dan kinerja
perusahaan. berdasarkan uraian tersebut maka
hipotesis pengaruh LO terhadap kinerja perusahaan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Hipotesis 3 : Semakin kuat orientasi belajar perusahaan maka kinerja perusahaan akan
semakin tinggi.
Celucha, et al. (2002) secara empiris menunjukkan bahwa manajer yang menganggap perusahaan
mereka memiliki LO lebih tinggi, menemukan bahwa
sistem informasi dan kemampuan pemasarannya,
lebih baik. Sebagai learning organization yang
berusaha memahami pasar mereka, mereka mengembangkan aturan-aturan untuk memproses informasi
yang akan mempengaruhi organisasi internal dan
eksternal (Sinkula, et al., 1997, Calantone, et al.,
(2002). Tindakan-tindakan eksternal merujuk kepada
produk, promosi, distribusi dan strategi harga dan
taktik yang semuanya merupakan bagian dari kapabilitas pemasaran. LO secara positif meningkatkan
informasi pasar dan penyebaran luasan informasi
yang pada gilirannya, mempengaruhi tingkat dimana
perusahaan melakukan perubahan strategi pemasaran.
474

Dengan demikian, maka hipotesis yang diusulkan


adalah bahwa:
Hipotesis 4 : Semakin kuat orientasi pembelajaran
maka kapabilitas pemasaran perusahaan
akan semakin tinggi.
Kewirausahaan yang diindikasikan oleh keinovasian, keproaktipan, agresif dalam bersaing dan bersikap risk taking akan mampu meningkatkan kemampuan penelitian pasar, distribusi, penentuan harga
produk dan jasa, pengembangan produk, komunikasi/
promosi dan pengelolaan pemasaran, sebagai indikator
kapabilitas pemasaran. Artinya bahwa perusahaan
yang memiliki orientasi kewirausahaan akan meningkatkan kapabilitas pemasaran. Capability-base
theory menyatakan bahwa dalam usaha mencapai
keunggulan bersaing maka entrepreneur merupakan
unsur yang penting. Entrepreneurship akan mendorong kapabilitas untuk mencapai keunggulan bersaing.
Penelitian Guenzi & Troilo (2006) menemukan
bahwa kemampuan untuk menciptakan nilai superior
bagi konsumen mengalir dari kapabilitas pemasaran
yang dimiliki perusahaan. Lee & Hsieh (2010) menyatakan bahwa dalam periode dengan tingkat persaingan yang sangat tinggi maka perusahaan perlu memiliki
keunggulan bersaing dalam pasar global. Hal ini berarti
bahwa kapabilitas mampu meningkatkan keunggulan
bersaing secara langsung. Atas dasar temuan ini maka
dapat dinyatakan
Hipotesis 5 : Semakin kuat orientasi kewirausahaan
maka kinerja pemasaran akan semakin
tinggi.
Berdasarkan uraian yang mendahului perumusan
hipotesis 5, studi emprik pengaruh orientasi kewirausahaan telah banyak dilakukan. Wiklund, (1999)
menunjukkan hubungan positif antara EO dan kinerja
perusahaan. Covin & Slevin (1989) menyimpulkan
bahwa efek EO terhadap kinerja perusahaan adalah
positif dalam lingkungan dengan persaingan yang
saling mematikan dan bergantung pada struktur
organisasi. Tzokas, et al. (2001) mencatat bahwa
teknik-teknik pemasaran yang unik berhubungan
dengan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Konsisten dengan pandangan ini, Smart dan Conant (1994)
yang menegaskan bahwa hubungan yang kuat tampaknya ada antara perusahaan EO dan kemampuan
pemasaran yang khas. Berdasarkan uraian tersebut
maka hipotesis yang diusulkan adalah:

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012

Kapabilitas Pemasaran sebagai Mediasi

Hipotesis 6 : Semakin kuat orientasi kewirausahaan


perusahaan maka kapabilitas pemasaran
perusahaan akan semakin tinggi.
Perkembangan yang baik tentang kemampuan
pemasaran sangat penting untuk kegiatan pemasaran
dalam usaha pengumpulan informasi tentang kebutuhan pasar dan pemilihan segmentasi target pasar
(pasar kegiatan perencanaan); pengembangan layanan baru untuk memenuhi kebutuhan segmen yang
ditargetkan (melalui kegiatan pengembangan produk);
harga jasa/produk dan layanan komunikasi manfaat
yang ditawarkan kepada target pasar (Day, 1994).
Kegiatan ini dapat dicapai melalui iklan/promosi atau
penjualan personal (Vorhies & Yarbrough, 1998; Tzokas,
et al. (2001); Weerawardena, 2003b). Perusahaan
kecil/kewirausahaan (Chaston, 1998a) menekankan
bahwa pemasaran memiliki pengaruh besar terhadap
kinerja pemasaran. Untuk alasan ini, maka hipotesis
penelitian ini menyatakan bahwa:
Hipotesis 7 : Semakin tinggi kapabilitas pemasaran
perusahaan maka kinerja pemasaran
akan semakin meningkat.

METODE
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh usaha menengah (UM) di Provinsi Sulawesi Tenggara. Penentuan
sampel wilayah menggunakan judgement sampling.
Sampel kabupaten/kota di wilayah daratan dipilih 1
kota dan 3 kabupaten sedangkan sampel di wilayah
kepulauan dipilih 1 kota dan 1 kabupaten, Kabupaten/
kota yang menjadi sampel di wilayah daratan adalah
(1) Kota Kendari, (2) Kabupaten Kolaka, (3)
Kabupaten Konawe Selatan (4) Kabupaten Bombana.
Sementara itu sampel kabupaten/kota di wilayah
kepulauan terdiri dari satu kota yakni Kota Bau-Bau
dan satu Kabupaten yakni Kabupaten Buton. sehingga
total wilayah penelitian adalah 2 kota dan 4 kabupaten.

Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada 20 variabel manifes
(indikator) dengan 5 faktor (variabel) yang dianalisis
untuk menentukan berapa faktor (variabel) yang akan
terbentuk. Adapun variabel-variabel dalam penelitian
ini adalah :Tiga Variabel independen yakni Orientasi

pasar (MO), Orientasi Belajar (LO), Orientasi


Kewirausahaan (EO), Satu variabel dependen yakni
dan Kinerja Pemasaran.Satu variabel mediasi yakni
Kapabilitas Pemasaran (MC).

Variabel Orientasi Pasar ( Eksogen-Bebas)


Orientasi pasar merupakan perilaku untuk memberikan nilai superior kepada pelanggan, respon
terhadap tindakan pesaing dan melakukan komunikasi
secara internal (Venkatesan,Soutar, 2000); Farrell,
Oczkowski; 2002), berdasarkan definisi tersebut,
maka orientasi pasar diukur oleh tiga indikator yakni:
Orientasi konsumen; Orientasi pesaing; Koordinasi
antar fungsi/komunikasi secara internal
Variabel Orientasi Pembelajaran adalah derajat
penekanan perusahaan terhadap nilai belajar demi
kemanfaatan jangka panjang (Sinkula et al. (1997)
yang diukur dengan indikator : Komitmen untuk belajar
(commitment to learning); Berbagi visi (shared organizational vision) Keterbukaan pemikiran (open
mindedness).

Variabel Orientasi kewirausahaan


Miller (1983), Lamkin dan Des (2001) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai entrepreneurial
perusahaan yang berkaitan dengan inovasi produk,
melakukan kegiatan yang beresiko dan yang pertama
memperkenalkan inovasi yang proaktif serta dalam
persaingan yang agresif maka diperlukan kegiatan
yang intensif untuk mengungguli pesaing yang dicirikan
dengan mengkombinasikan postur atau respon agresif
untuk meningkatkan posisi dalam persaingan. Indikator
untuk variabel ini adalah: Keinovatifan (innovativeness); Keproaktipan (proactiveness); Keagresipan bersaing (competitive aggressiveness dan Berani
mengambil risiko (risk taking).

Variabel Kapabilitas Pemasaran


Kapabilitas pemasaran adalah kemampuan perusahaan dalam melakukan berbagai fungsi pemasaran.
Variabel kapabilitas pemasaran diukur dengan 6
indikator (Tzokas, et al., 2001). Penelitian pasar (marketing research); Relationship/distribusi, Penetapan
harga (pricing), Pengembangan produk, Promosi/
komunikasi pemasaran; Manajemen pemasaran.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

475

Halim, Djumilah Hadiwidjojo, Solimun dan Djumahir

Variabel Kinerja Pemasaran


Kinerja pemasaran adalah hasil yang dicapai
perusahaan dalam memenuhi harapan konsumen
(Vorhies, et al., 1999; Vorhies & Harker, 2000;
Vorhies, 1998) Variabel ini diukur dengan empat
indikator yakni: Kepuasan pelanggan (customer satisfaction; Penyampaian nilai (customer value delivery; Efektivitas program pemasaran (efektiveness
marketing program); Kesuksesan produk baru (new
product success. Skala Likert digunakan untuk
mengukur fenomena sosial, dimana dalam penelitian
fenomena sosial ini ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti yang selanjutnya di sebut variabel penelitian.

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Penelitian
Sebelum instrumen penelitian digunakan sebagai
media pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan
uji coba instrumen. Semua indikator memenuhi syarat
validitas (korelasi > 0,3) dan reliabeilitas (alpha
cronbach >0,6)

Metode Analisis Data


Berhubung masalah yang diuji merupakan
hubungan berbagai variabel dan mempunyai hubungan

kausal antar variabel, maka analisis data yang


digunakan adalah Path Analysis (analisis jalur)(Hair,
J.F. Jr., Black, W. C., Babin, B. J., Anderson, R. O.,
Tatham, R. L. 2006). Alasan spesifik penggunaan
analisis jalur adalah: hubungannya antar variabel
adalah kausalitas berjenjang. Variabel-variabel dalam
penelitian adalah variabel laten yaitu variabel yang
bersifat unobservable. Dengan adanya variabelvariabel laten dalam model disatu sisi sementara
analisis jalur menghendaki variabel observable maka
untuk mendapatkan nilai variabel laten digunakan
score factor dengan metode Comfirmatory Factor
Analysis, menggunakan software SPSS.

HASIL
Hasil Analisis Faktor Konfirmatory
Analisis faktor konformatori digunakan untuk
meneliti variabel-variabel yang mendefiniskan sebuah
konstruk yang tidak dapat diukur secara langsung.
Analisis atas indikator-indikator yang digunakan itu
memberi makna atas label yang diberikan pada
variabel-variabel laten atau konstruk lain yang
dikonfirmasi. Hasil analisis Faktor Konfirmatori untuk
setiap variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Faktor Konfirmatori


Variabel
Orientasi Pasar

Orientasi
Pembelajaran
Belajar

Orientasi
Kewirausa haan

Indikator
Orientasi
Konsumen
Orientasi
pesaing
Koordinasi
antar fungsi
Komitmen
belajar
Berbagi Visi
Keterbukaan
pemikiran
Keinovatifan
Keproaktifan
Berani
me ngambil
Risiko
Agresif
bersaing

Bobot
faktor

Kapabilitas
Pemasaran

0,979
0,985
0,989
0.925
0.928
0.878
0.657
0.545
0.624
0.699

K inerja
Pemasaran

Penelitian Pasar
Penetapan harga
Produk
Pengembangan
produk
Relationship
Komunikasi
pemasaran
Manajemen
pemasaran
Kepuasan
pelanggan
Penyampaia n
nilai
Efektivitas
program
pemasaran
Kesuksesan
produk baru

Sumber: Lampiran 5. 2012.


476

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012

0,968
0,930
0,944
0,964
0,960
0,950
0.966
0.955
0.970
0.965

Kapabilitas Pemasaran sebagai Mediasi

Hasil analisis konfirmatori sebagaimana tampak


pada Tabel 1 diketahui bahwa indikator yang terkuat
mengukur variabel orientasi pasar adalah koordinasi
antar fungsi dengan nilai loading Disisi lain indikator
yang dominan untuk mengukur variabel orientasi
pembelajaran adalah Berbagi Visi. Indikator Agresif
bersaing adalah indikator dominan untuk variabel
orientasi kewirausahaan. Penelitian pasar dan efektifitas program pemasaran adalah indikator dominan
untuk variabel kapabilitas pemasaran dan kinerja
pemasaran.

Hasil Analisis Jalur (Path Analysis)


Hasil analisis Jalur dapat dilihat pada Gambar 1.
dan Tabel 2.
Orientasi
Pasar (X1)

Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan pada


Tabel 2 maupun pada Gambar 1. tampak pengaruh
langsung antar variabel penelitian baik yang signifikan
(s) maupun yang tidak signifikan (ts). Tabel 2
menunjukkan bahwa dari tujuh pengaruh langsung
antar variabel yang diuji terdapat empat yang
berpengaruh signifikan dan tiga yang tidak signifikan.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa
koefisien jalur pengaruh langsung orientasi pasar
terhadap kinerja pemasaran diperoleh nilai sebesar
0,344 dengan probabilitas 0,003. Hal menunjukkan
bahwa terdapat cukup bukti secara empiris untuk
menerima hipotesis (H1) bahwa Semakin kuat
orientasi pasar perusahaan maka akan semakin tinggi
kinerja pemasaran perusahaan. Koefisien jalur

0,344S
0,062

ts

0,167ts

Orientasi
Pembelajaran
(X2)

0,426S

0,301

Kapabilitas
Pemasaran
(Y1)

0.203

Kinerja
pemasaran
(Y2)

Orientasi
Kewirausahaan
(X3)

0.105t s

Ket: s = signifikan; ts = tidak signifikan

Gambar 1.

Sumber: hasil analisis

Tabel 2. Pengujian Pengaruh Langsung


Variabel Independen

Variabel dependen

Koefisien
Jalur
0,344

Prob.

Keterangan

Orientasi Pasar

Kinerja Pemasaran

0,003

signifikan

Orientasi pasar

Kapabilitas pemasaran

0,062

0,585

Tidak signifikan

Orientasi pembelajaran

Kinerja Pemasaran

0,167

0,153

Tidak signifikan

Orientasi pembelajaran

Kapabilitas pemasaran

0,426

0,000

signifikan

Orientasi kewirausahaan

Kinerja Pemasaran

0,105

0,198

Tidak signifikan
signifikan

Orientasi kewirausahaan

Kapabilitas pemasaran

0,301

0,000

Kapabilitas pemasaran

Kinerja Pemasaran

0,203

0,012

signifikan

Sumber: Lampiran 4. 2012.


TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

477

Halim, Djumilah Hadiwidjojo, Solimun dan Djumahir

bertanda positif dapat diartikan bahwa hubungan


antara orientasi pasar dengan kinerja pemasaran
bersifat searah. Artinya bahwa semakin kuat orientasi
pasar maka semakin tingi kinerja pemasaran perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis pengaruh orientasi
pasar terhadap kapabilitas pemasaran diperoleh nilai
sebesar 0,062 dengan probabilitas 0,585. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat cukup bukti secara
empiris untuk menerima hipotesis (H2) bahwa
Semakin kuat orientasi pasar perusahaan maka akan
semakin tinggi kapabilitas pemasaran perusahaan.
Hasil analisis pengaruh orientasi pembelajaran
terhadap kinerja pemasaran diperoleh nilai sebesar
0,167 dengan probabilitas 0,153. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat cukup bukti secara empiris
untuk menerima hipotesis (H3) bahwa Semakin kuat
orientasi pembelajaran maka kinerja pemasaran
semakin tinggi.
Hasil analisis pengaruh orientasi pembelajaran
terhadap kapabilitas pemasaran diperoleh nilai sebesar
0,426 dengan probabilitas 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat cukup bukti secara empiris untuk
menerima hipotesis (H4) bahwa semakin kuat orientasi pembelajaran perusahaan maka kapabilitas
pemasaran akan semakin tinggi. Koefisien jalur yang
bertanda positif menunjukkan bahwa semakin kuat
orientasi pembelajaran maka semakin tinggi kapabilitas pemasaran perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa koefisien jalur pengaruh langsung orientasi kewirausahaan terhadap kapabilitas pemasaran perusahaan
diperoleh nilai sebesar 0,301 dengan signifikansi 0,000.
Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat cukup bukti
secara empiris untuk menerima hipotesis (H5) bahwa
semakin kuat orientasi kewirausahaan maka kinerja
perusahaan akan semakin tinggi. Koefisien jalur
bertanda positif dapat diartikan bahwa hubungan
antara orientasi kewirausahaan dengan kapabilitas
pemasaran bersifat searah. Artinya bahwa semakin
kuar orientasi kewirausahaan maka semakin tinggi
kapabilitas pemasaran perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa
koefisien jalur pengaruh langsung orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran perusahaan
diperoleh nilai sebesar 0,105 dengan signifikansi 0,198.
Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat cukup
478

bukti secara empiris untuk menerima hipotesis (H6)


bahwa semakin kuat orientasi kewirausahaan maka
kinerja perusahaan akan semakin tinggi.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa koefisien jalur pengaruh langsung kapabilitas pemasaran
terhadap kinerja pemasaran perusahaan diperoleh nilai
sebesar 0,203 dengan signifikansi 0,012. Hasil ini
menunjukkan bahwa terdapat cukup bukti secara
empiris untuk menerima hipotesis (H7) bahwa semakin tinggi kapabilitas pemasaran perusahaan maka
kinerja pemasaran perusahaan akan semakin tinggi.
Koefisien jalur bertanda positif dapat diartikan bahwa
hubungan antara kapabilitas pemasaran perusahaan
dengan kinerja pemasaran perusahaan bersifat searah. Artinya bahwa semakin tinggi kapabilitas pemasaran perusahaan maka semakin tinggi kinerja pemasaran perusahaan.
Pemeriksaan pengaruh tidak langsung bertujuan
untuk mendeteksi kedudukan variabel intervening
dalam suatu model. Artinya bahwa pemeriksaan ini
dilakukan untuk menentukan pola hubungan antar
variabel. Dalam Pendekatan Path, untuk mengetahui
pengaruh tidak langsung dilakukan dengan cara
mengalikan nilai koefisien jalur pengaruh variabel
eksogen dengan variabel antara dan nilai koefisien
pengaruh variabel antara dengan variabel endogen.
Sedangkan pengaruh total dihitung dengan cara
menjumlahkan nilai koefisien pengaruh langsung
dengan hasil kali nilai koefisien pengaruh tidak
langsung.
Berdasarkan model empirik pada Gambar 1,
maka nilai pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung
dan pengaruh total dapat dilihat pada Tabel 3.
Hasil pengujian pengaruh tidak langsung antar
variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pengaruh tidak langsung variabel orientasi pasar
terhadap kinerja pemasaran melalui kapabilitas pemasaran diperoleh koefisien 0,0126 dan tidak signifikan).
Pengaruh langsung kapabilitas pemasaran terhadap
kinerja pemasaran perusahaan (koefisien 0,203 dan
signifikan). Berdasarkan hal tersebut maka kapabilitas
perusahaan bukan sebagai variabel yang memediasi
pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran.
Pengaruh tidak langsung variabel orientasi pembelajaran terhadap kinerja pemasaran perusahaan
melalui kapabilitas pemasaran diperoleh 0,0865.
Signifikansi pengaruh tidak langsung dapat ditentukan

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012

Kapabilitas Pemasaran sebagai Mediasi

Tabel 3. Identifikasi Kapabilitas pemasaran sebagai Variabel Mediasi


No.

Variabel
Independen

1. Orientasi Pasar
Orientasi

2. Pembelajaran
3.

Orientasi
Kewirausahaan

Variabel Antara
Kapabilitas
Pemasaran
Kapabilitas
Pemasaran
Kapabilitas
Pemasaran

Variabel
dependen
Kinerja
Pemasaran
Kinerja
Pemasaran
Kinerja
Pemasaran

Pengaruh

Keterangan

Langsung Tidak lgs


0.344*

0.0126

0.167

0.0865*

0.105

0.0611*

Bukan mediasi
Mediasi
sempurna
Mediasi
sempurna

Keterangan:
* = signifikan pada
Sumber: Lampiran 14, diolah, 2012.

dengan mengamati signifikansi jalur-jalur pengaruh


yang dilalui. Berdasarkan hal tersebut maka kapabilitas
pemasaran sebagai variabel yang memediasi secara
sempurna pengaruh orientasi pembelajaran terhadap
kinerja pemasaran.
Pengaruh tidak langsung orientasi kewirausahaan
terhadap kinerja pemasaran perusahaan melalui kapabilitas pemasaran sebesar 0,0611. Signifikansi pengaruh tidak langsung dapat ditentukan dengan mengamati signifikansi jalur-jalur yang dilalui. Berdasarkan
hal tersebut maka kapabilitas pemasaran sebagai
variabel yang memediasi secara sempurna pengaruh
orientasi pembelajaran terhadap kinerja pemasaran.

PEMBAHASAN
Bagian berikut menjelaskan perbandingan antara
loading factor dan rata-rata indikator. Loading
Factors atau bobot faktor mendeskripsikan nilai setiap
indikator yang memberikan kontribusi dalam membentuk variabel. Sementara nilai rata-rata mencerminkan persepsi responden terhadap indikator setiap
variabel penelitian. Persepsi responden terhadap
indikator-indikator variabel penelitian ditinjau dari nilai
loading factor dan nilai rata-rata dapat dilihat pada
Tabel 4.
Ketiga indikator orientasi pasar merupakan indikator yang valid dalam karena bobot faktor ke-tiga
indikator tersebut di atas 0,5 pada alpha () 5%.
Berdasarkan nilai bobot faktor ke-tiga indikator
tersebut, indikator koordinasi antara fungsi adalah
yang terkuat dalam merefleksikan orientasi pasar.
Temuan penelitian ini mendukung pendapat yang
dikemukakan oleh Narver dan Slater (1990). Temuan

penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Appiah-Adu, Kwaku (1997); Appiah-Adu,
Ranchhold (1998); Kumar, et al. (1998; 2004)
Dawes John (2000); Farrell M.A & Oczkowski E
(2002); Medina C & Rufin R (2009); yang mengukur
orientasi pasar dengan tiga indikator tersebut di atas.
Variabel orientasi pembelajaran dalam penelitian
ini diukur oleh tiga indikator yakni komitmen belajar,
berbagi visi dan keterbukaan pemikiran. Temuan
penelitian ini mendukung pendapat pengukuran yang
dilakukan Sinkula, et al. (1997), Calantone (2002),
Panayides (2005); Deakins &Freel, (1998) dan
Hendry (1996)
Variabel orientasi kewirausahaan dalam penelitian
ini diukur oleh empat indikator yakni keinovasian,
keproaktifan, agresif dalan bersaing dan berani
mengambil risiko. Temuan ini mendukung pernyataan
bahwa orientasi kewirausahaan memiliki tiga karakteristik utama, yaitu inovasi, pengambilan risiko dan
proaktif (Covin & Slevin, 1989; Miller, 1983; Miller
& Friesen, 1982).
Hasil analisis menemukan bahwa semua indikator yang merefleksikan kapabilitas pemasaran
adalah valid. Indikator yang paling dominan merefleksikan variabel kapabilitas pemasaran adalah kemampuan perusahaan dalam penelitian pasar dengan loading faktor 0,964. Temuan ini mengkonfirmasi pernyataan Vorhies, et al. (1999) dan Conant, et al. (1990).
Mereka mengungkapkan prinsip-prinsip pemasaran
seperti penelitian, pengembangan produk, penetapan
harga, penyiapan saluran distribusi, promosi dan
manajemen pemasaran.
Indikator kinerja pemasaran meliputi; kepuasan
konsumen, penyampaian nilai kepada konsumen,

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

479

Halim, Djumilah Hadiwidjojo, Solimun dan Djumahir

Tabel 4. Persepsi Responden terhadap Variabel Penelitian

Variabel
Orientasi Pasar

Orientasi Belajar

Orientasi
Kewirausahaan

Kapabilitas
Pemasaran

Kinerja Pemasaran

Indikator
Orientasi Konsumen
Orientasi pesaing
Koordinasi antar fungsi
Komitmen belajar
Berbagi Visi
Keterbukaan pemikiran
Keinovatifan
Keproaktifan
Berani mengambil Risiko
Agresif bersaing
Penelitian Pasar
Penetapan harga Produk
Pengembangan produk
Relationship
Komunikasi pemasaran
Manajemen pemasaran
Kepuasan pelanggan
Penyampaian nilai
Efektivitas program pemasaran
Kesuksesan produk baru

Bobot Faktor

Rerata

0,979
0,985
0,989
0.925
0.928
0.878
0.657
0.545
0.624
0.699
0,968
0,930
0,944
0,964
0,960
0,950
0.966
0.955
0.970
0.965

3.64
3.60
3.57
3.47
3.49
3.44
3.63
3.63
3.66
3.62
3.65
3.66
3.63
3.59
3.59
3.59
3.65
3.58
3.56
3.65

Sumber: Lampiran 5, 2012

kefektipan program pemasaran dan kesuksesan


produk baru. Hasil analisis menemukan bahwa semua
indikator ini merupakan merefleksi kinerja pemasaran.
Berdasarkan nilai bobot faktor ditemukan bahwa keefektifan program pemasaran adalah indikator yang
paling besar loading faktornya. Temuan ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Vorhies et al.,
(1999) Vorhies & Harker ( 2000) dan Vorhies (1998).
Berdasarkan hasil analisis pengaruh orientasi
pasar terhadap kinerja pemasaran menunjukkan pengaruh positif dan signifikan. Hal ini berarti bahwa
kemampuan berbagi informasi tentang konsumen,
keberhasilan dan kegagalan pemasaran yang terintegrasi dalam memenuhi kebutuhan pasar sasaran
guna menciptakan nilai pelanggan akan meningkatkan
keefektifan program pemasaran yang lebih baik dari
pada pesaing. Walaupun koordinasi antar fungsi merupakan indikator penting yang mampu meningkatkan
kinerja pemasaran, namun kurang maksimal dilakukan. Hal ini disebabkan karena fungsi-fungsi perusahaan belum secara formal dibentuk, sehingga persepsi
koordinasi antar fungsi lebih pada kegiatan bukan pada
bentuk formal. Temuan penelitian ini mengkonfirmasi
pernyataan Slater dan Narver (1993). Temuan
480

penelitian ini mendukung penelitian Appiah-Adu


(1997) Kumar, et al., (1998) dan Pelham (2000)
Berdasarkan temuan penelitian ini yang dikomparasikan dengan temuan penelitian lain, maka dapat
dinyatakan bahwa pengaruh orientasi pasar terhadap
kinerja cenderung konsisten baik pada perusahaan
besar maupun perusahaan kecil. Temuan penelitian
ini mendukung pandangan bahwa orientasi pasar sebagai budaya organisasi yang berkaitan dengan semua
aktivitas untuk melahirkan dan menyebar-luaskan
keresponsipan terhadap orientasi pasar sebagai mana
pandangan Narver dan Slater (1990).
Berdasarkan hasil analisis pengaruh orientasi
pasar terhadap kapabilitas pemasaran menunjukkan
pengaruh positif namun tidak signifikan. Temuan
penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Vorhies & Harker, (2000) Vorhies, et
al. (1999, Namun Penelitian ini juga bertentangan
dengan peneliti lainnya (Hooley, et al., 1999; Slater
& Narver, 1993) yang menemukan bahwa kapabilitas
pemasaran dianggap lebih penting daripada kepabilitas
operasional. Hasil analisis menunjukkan bahwa orientasi pembelajaran tidak berpengaruh terhadap kinerja
pemasaran. Fakta ini boleh jadi karena kesadaran

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012

Kapabilitas Pemasaran sebagai Mediasi

tentang bisnis perusahaan, apa yang di hasilkan dan


konsumen sasaran yang dituju bukan kegiatan eksternal. Tetapi lebih pada pengkayaan kognisi karyawan.
Sementara usaha menemukan pasar dan konsumen
baru merupakan suatu upaya yang dijalankan oleh
bagian R & D. Kenyataan menunjukkan bahwa belum
ada satupun perusahaan menengah di Sulawesi
Tenggara yang memiliki bagian R&D sebagai bagian
yang mendesain usaha mendapatkan konsumen baru.
Temuan penelitian ini tentu saja berbeda dengan
penelitian Farrell (1999) Sadler, et al. (2001. Selain
itu penelitian ini juga tidak mendukung penelitian
Salavou (2002) Baker & Sinkula, (1999b, 2002);
Farrell & Oczkowski, (2002) Hult, et al. (2004),
Vijande, Perez & Gonjales (2005), Panayides (2005)
Weerawardena, OCass dan Julian (2006)
Berdasarkan hasil analisis pengaruh orientasi
pembelajaran terhadap kapabilitas pemasaran menunjukkan pengaruh positif dan signifikan. Temuan penelitian ini mendukung temuan Celucha, et al. (2002)
bahwa manajer yang menganggap perusahaan mereka memiliki LO lebih tinggi, menemukan bahwa sistem
informasi dan kemampuan pemasarannya, lebih baik.
Selain itu, perusahaan tersebut juga memiliki pengembangan produk/jasa yang lebih kuat, pemenuhan pesanan dan kemampuan kemitraan eksternal. Sebagai
learning organization yang berusaha memahami
pasar mereka, mereka mengembangkan aturan-aturan
untuk memproses informasi yang akan mempengaruhi
organisasi internal dan eksternal. Tindakan-tindakan
eksternal merujuk kepada produk, promosi, distribusi
dan strategi harga dan taktik yang semuanya merupakan bagian dari kapabilitas pemasaran.
Berdasarkan hasil analisis pengaruh orientasi
kewirausahaan terhadap kapabilitas pemasaran
menunjukkan pengaruh positif dan signifikan. Temuan
penelitian mendukung penelitian Lee dan Hsieh (2010)
yang menemukan hubungan positif antara orientasi
kewirausahaan dan kapabilitas pemasaran. Penelitian
ini juga mendukung pernyataan Tzokas, et al. (2001)
yang mencatat bahwa orientasi kewirausahaan berkontribusi secara sinergis dengan munculnya teknikteknik pemasaran yang unik dan kinerja perusahaan
secara keseluruhan. Konsisten dengan pandangan ini,
Smart dan Conant (1994) menegaskan bahwa hubungan yang kuat tampaknya ada antara perusahaan
EO dan kemampuan pemasaran yang khas.

Berdasarkan temuan penelitian ini maka terbuka peluang bagi perusahaan menengah di Sulawesi Tenggara untuk meningkatkan kapabilitas pemasaran
karena adanya orientasi kewirausahaan yang melekat
pada pengelola perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis pengaruh orientasi
kewirausahan terhadap Kinerja Pemasaran menunjukkan pengaruh positif tetapi tidak signifikan. Temuan
penelitian ini mendukung penelitian Arbaughcox &
Camp (2009) yang menemukan bahwa EO tidak
mempengaruhi kinerja. Hal ini disebabkan karena EO
kurang fokus pada hubungan antara budaya organisasional dan orientasi bisnis dan lebih pada hubungan
antara struktur perusahaan, gaya manajemen dan
kinerja (Tzokas, et al., 2001). Entrepreneurship adalah proses menciptakan nilai dengan menggabungkan
sumber daya. Entrepreneur diwajibkan untuk mempertimbangkan skala ekonomi, kemampuan untuk mengunci pelanggan, pertumbuhan pesaing, keterbatasan
sumber daya, kemampuan pembiayaan internal dan
toleran pada tujuan pelanggan dan tujuan personal
pribadi pelanggan (Bhide, 1996).
Berdasarkan hasil analisis pengaruh kapabilitas
pemasaran terhadap Kinerja Pemasaran menunjukkan
pengaruh positif dan signifikan. Temuan penelitian ini
mendukung pernyataan Vorhies & Yarbrough, (1998)
Penelitian ini juga mendukung penelitian, Tzokas, et
al. (20010 (Weerawardena, (2003b)

Pembahasan peran Kapabilitas Pemasaran


sebagai Variabel Mediasi
Hasil analisis jalur menemukan bahwa variabel
kapabilitas pemasaran mampu menjadi mediasi pengaruh orientasi pembelajaran terhadap kinerja pemasaran
dan pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap
kinerja pemasaran. Sementara itu dalam hubungannya
dengan pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja
pemasaran, variabel kapabilitas tidak berperan
sebagai mediasi. Artinya pengaruh orientasi pasar
terhadap kinerja pemasaran tidak terlalu memerlukan
kapabilitas pemasaran.
Temuan penelitian ini mendukung pandangan
Resource Base View yang menjelaskan bahwa kapabilitas sebagai keterampilan manajerial dan pengetahuan untuk memberdayakan akumulasi aset demi
keunggulan bersaing (Teece, et al., 1997); Day (1994)

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

481

Halim, Djumilah Hadiwidjojo, Solimun dan Djumahir

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tentang Kapabilitas
Pemasaran Sebagai Mediasi Pengaruh Orientasi Pasar Orientasi Pembelajaran Dan Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Perusahaan, maka disimpulkan bahwa: kapabilitas pemasaran mampu menajdi
mediasi sempurna orientasi kewirausahaan dan pembelajaran terhadap kinerja namun menjadi mediasi
semu untuk pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja.

Saran
Berdasarkan temuan penelitian tentang kapabilitas pemasaran sebagai medisi pengaruh orientasi
pasar, orientasi pembelajaran dan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran perusahaan maka
rekomendasi dari penelitian ini adalah: Pengelola
perusahaan sebaiknya memberikan nilai tambah atas
prodk/jasa, lebih banyak berkomunikasi dengan
pelanggan, meningkatkan layanan purna jual. Perlu
meningkatkan pemahaman kepada karyawan tentang
arti penting belajar, memberikan bonus bagi karawan
yang berprestasi. Perusahaan sebaiknya lebih respon
atas tindakan pesaing. Meningkatkan usaha mencari
segmen pasar baru, perlu melakukan pelatihan yang
lebih banyak dan insentif kepada karyawan bagian
pemasaran. Kapabilitas pemasaran perusahaan ditentukan oleh orientasi pembelajaran dan orientasi
kewirausahaan. Artinya bahwa untuk mengggerakan
UM Sulawesi Tenggara menjangkau pasar yang lebih
luas Pemerintah Daerah perlu merumuskan kebijakan
yang memberi peluang bagi UM meningkatkan pengetahuannya tentang

DAFTAR RUJUKAN
Appiah-Adu, K. 1997. Market orientation and performance:
do the findings established in large firms hold in the
small business sector? Journal of Euromarketing,
6(3), 126.
Appiah-Adu, R. 1998. Market orientation and performance
in the biotechnology industry an exploratory empirical analysis, Technology Analysis & Strategic Management; Jun 1998; 10, 2; ABI/INFORM Global pg.
19.
Arbaughcox, & Camp. 2009. Is Entrepreneurial Orientation
a Global Construct? A Multi-Country Study of

482

Entrepreneurial Orientation, Growth Strategy, and Performance.


Baker, W.E., & Sinkula, J.M. 1999b. The synergistic effect
of market orientation and learning orientation on organizational performance. Journal of the academy of
marketing science, 27(4), 411427.
Baker, W.E., & Sinkula, J.M. 2002. Market orientation, learning orientation and product innovation: delving into
the organizations black box. Journal of market-focused management, p5, 523.
Barney, J.B. 2001. Resource-based theories of competitive
advantage: a ten year retrospective on the resourcebased view. Journal of management, 27, 643650.
Bhide, A. 2000. The origin and evolution of new businesses. New York: Oxford.
Brush, C.G., & Chaganti, R. 1998. Business without glamour? An analysis of resources on performance by
size and age in small service and retail firms. Journal
of business venturing, 14, 233257.
Brush, C.G., & Greene, P.G. 1996, August. Resources in the
new venture creation process: strategies for acquisition. Paper presented at the Academy of Management, Cincinnati, OH.
Calantone, R.J., Cavusgil, S.T., & Zhao, Y. 2002. Learning
orientation, firm innovation capability, and firm performance. Industrial marketing management, 31,
515524.
Celucha, K.G., Kasoufb, C.J., & Peruvembac, V. 2002. The
effects of perceived market and learning orientation
on assessed organizational capabilities. Industrial
marketing management, 31(6), 545554.
Chandler, G., & Hanks, S.H. 1994. Market attractiveness,
resource-based capabilities, venture strategies and
venture performance. Journal of business venturing,
9(4), 331349.
Chaston, I. 1998. Importance of entrepreneurial marketing
competencies influencing growth potential in small
service sector firms. In M. P. Miles & G. E. Hills (Eds.),
Research at the Marketing/Entrepreneurship Interface (Vol. 11, pp. 408426). Chicago: Institute for Entrepreneurial Studies.
Conant, J.S., Mokwa, M.E., & Varadarajan, P.R. 1990. Strategic types, distinctive marketing competencies and
organizational performance: a multiple measure-based
study. Strategic management journal, 11(5), 365383.
Cooney, T.M., & Malinen, P. 2004. Firm growth as a research issue. European Council for Small Business
and Entrepreneurship (ECSB) online journal (November), 416.
Covin, J.G., & Slevin, D.P. 1989. Strategic management of
small firms in hostile and benign environments. Strategic management journal, 10(January), 7587.

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012

Kapabilitas Pemasaran sebagai Mediasi

Dawes, J. 2000. Market orientation and company profitability: further evidence incorporating longitudinal
data. Australian journal of management, 25(2), 173
199.
Day, G.S. 1994. The capabilities of market driven organizations. Journal of marketing, 58(4), 3752.
Deakins, D., dan Freel, M. 1998. Entrepreneurial learning
and the growth process in SMEs, The Learning Organization, Volume 5 Number 3 pp. 144155.
Farrell, M.A., & Oczkowski, E. 2002. Are Market Orientation and Learning Orientation Necessary For Superior Organizational Performance? Working Paper
Charles Sturt University.
Farrell, M.A. 1999. Antecedents and consequences of a
learning orientation. Marketing bulletin, 10, 3851.
Gimeno, J., Folta, T., Cooper, A., & Woo, C. 1997. Survival
of the fittest? Entrepreneurial human capital and the
persistence of underperforming firms. Administrative
science quarterly, 42(4), 750783.
Gounaris, S.P., Avlonitis, G.J., & Papastathopoulou, P. 2004.
Managing a firms behavior through market orientation development: some empirical findings. European
journal of marketing, 38(11/12), 14811508.
Guenzi, P., & Troilo, G. 2006. Developing marketing capabilities for customer value creation through marketing-sales integration. Industrial marketing management, 35, 974988.
Hair, J.F., Jr., Black, W.C., Babin, B.J., Anderson, R.O.,
Tatham, R.L. 2006. Multivariat data Analysis. Pearson
Prentice Hall.
Hendry, C. 1996. Understanding and creating whole
organisational change through learning theory,
Human Relations, Vol. 49 No. 5, pp. 62141.
Hooley, G., Fahy, J., Cox, T., Beracs, J., Fonfara, K., & Snoj,
B. 1999. Marketing capabilities and firm performance:
a hierarchical model. Journal of market-focused management, 4(3), 259278.
Hult, G.T.M., & Ketchen, Jr., D.J. 2001. Does market orientation matter?: a test of the relationship between positional advantage and performance. Strategic management journal, 22, 899906.
Kumar, K., Subramanian, R., & Yauger, C. 1998. Examining
the market orientation-performance relationship: a
context-specific study. Journal of management, 24(2),
201233.
Lee, & Hsieh. 2010. A Research in Relating Entrepreneurship, Marketing Capability, Innovative Capability and
Sustained Competitive Advantage.
Lichtenstein, B.M.B., & Brush, C.G. 2001. How do resource
bundles develop and change in new ventures? a
dynamic model and longitudinal exploration. Entrepreneurship theory and practice, 25(3), 3757.

Lumpkin, G.T., & Dess, G.G. 2001. Linking two dimensions


of entrepreneurial orientation to firm performance: the
moderating role of environment and industry life cycle.
Journal of business venturing, 16, 429451.
Makhija, M. 2003. Comparing the resource-based and market-based views of the firm: empirical evidence from
Czech privatization. Strategic management journal,
24, 433451.
Medina, C., & Rufin, R. 2009. The mediating effect of innovation in the relationship between retailers strategic
orientations and performance, International Journal
of Retail & Distribution Management .37, 7.
Miller, D. 1983. The correlates of entrepreneurship in three
types of firms. Management science, 29(7), 770791.
Miller, D., dan Friesen, P.H. 1982. Innovation in conservative and entrepreneurial firms: two models of strategic momentum. Strategic Management Journal 3.
pp. 125.
Narver, J.C., Slater, S.F., & MacLachlan, D. 2000. Total market orientation, business performance, and innovation. Marketing Science Institute Working Paper
Series (No. 00-116).
Panayides. 2005. The impact of organizational learning on
relationship orientation, logistics service effectiveness and performance.
Pelham. 2000. Market orientation and other potential influences on performance in SMEs Manufacturing Firm.
Journal of Small Business Management; Jan 2000;
38, 1; ABI/INFORM Global pg. 48.
Penrose, E. 1959. The theory of the growth of the firm.
Oxford: Basil Blackwell.
Porter, M.E. 1980. Competitive strategy. New York: The
Free Press.
Sadler-Smith, E., Spicer, D.P., & Chaston, I. 2001. Learning
orientations and growth in smaller firms. Long range
planning, 34, 139158.
Salavou, H. 2002. Profitability in market-oriented SMEs:
does product innovation matter? European journal
of innovation management, 5(3), 164171.
Sinkula, James, M., Baker, William, E., & Noordewier, T.G.
1997. A framework for market-based organizational
learning: Linking values, knowledge and behavior.
Journal of the Academy of Marketing Science, 25(4),
305 318.
Slater, & Narver. 1993. Product-Market Strategy and Performance: An Analysis of the Miles and Snow Strategy Type, European Journal of Marketing Vol.27, 10.
Slater, S.F., & Narver, J.C. 1994a. Does competitive environment moderate the market-orientation performance
relationship? Journal of marketing, 58(January), 46
55.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

483

Halim, Djumilah Hadiwidjojo, Solimun dan Djumahir

Smart, D.T., & Conant, J.S. 1994. Entrepreneurial orientation, distinctive marketing competencies and organizational performance. Journal of applied business
research, 10(3), 2838.
Stewart, J., & Mavondo, F.T. 2004, 24-25 February. Understanding individual components of market orientation and learning orientation as predictors of types
of innovation. Paper presented at the AGSE-Babson
Regional Entrepreneurship and Innovation Research
Exchange Forum, Melbourne, Australia.
Storey, D.J. 1994. Understanding the small business sector. London: Routledge.
Tan, C.S.L., & Smyrnios, K.X. 2003, 2-5 December. Competitive advantage is not firm performance: conceptual ambiguities. Paper presented at the Australia
New Zealand Academy of Management (ANZAM),
Fremantle, Western Australia.
Teece, D.J., Pisano, G.P., & Shuen, A. 1997. Dynamic capabilities and strategic management. Strategic management journal, 18(7), 509533.
Tzokas, N., Carter, S., & Kyriazopoulos, P. 2001. Marketing
and entrepreneurial orientation in small firms. Enterprise and innovation management studies, 2(1), 19
33.

484

Venkatesan, V.S., & Soutar, G. 2000. The applicability of


some market orientation models to Australian SMEs:
an empirical study. Paper presented at the ANZMAC
2000 visionary marketing for the 21st century: facing
the challenge, Goldcoast, Queensland.
Vijande, M.L.S., Perez, M.J.S., Gonzales, L.I.A. 2005 Organizational learning and market orientation: interface
and effects on performance, Industrial Marketing
Management 34.
Vorhies, D.W., & Harker, M. 2000. The capabilities and performance advantage of market-driven firms: an empirical investigation. Australian journal of management, 25(2), 145172.
Vorhies, D.W., Harker, M., & Rao, C.P. 1999. The capabilities and performance advantage of market-driven
firms. European journal of marketing, 33(11/12),
11711202.
Weerawardena, J. 2003a. Exploring the role of market learning capability in competitive strategy. European journal of marketing, 37(3/4), 407429.
Wiklund, J. 1999. The sustainability of the entrepreneurial
orientation-performance relationship. Entrepreneurship theory and practice, 24(1), 3748.

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012

Das könnte Ihnen auch gefallen