Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktik Klinik Keperawatan II Prodi DIV
Keperawatan Semester Empat.
NIM. P07120213019
Mahasiswa Praktik
Mahasiswa Praktik
Andri Susilowati
NIM.P07120213005
Heryuni Prastiwi
NIM.P07120213019
Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan
Pembimbing Lapangan
Suprapto, S.ST.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan Asuhan Keperawatan Perioperatif pada
Ny.S dengan Kistoma Ovari di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
tanpa halangan apapun.
Penulisan asuhan keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik
Keperawatan II DIV Keperawatan semester empat. Penulis menyadari bahwa penulisan
asuhan keperawatan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Suprapto,SST selaku pembimbing lapangan di Instalasi Bedah Sentral RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro
2. Surantono, APP., M.Kes.. selaku pembimbing akademik
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi
penyempurnaan asuhan keperawatan ini. Semoga penulisan asuhan keperawatan ini
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ovarium mempunyai fungsi dan peranan yang penting sebagai organ
reproduksi khususnya bagi wanita , namun dalam fungsi dan peranannya
terdapat masalah yang patut untuk diperhatikan. Masalah tersebut adalah kista
ovarium, potensinya dapat menyerang kaum wanita pada umumnya. Namun
pada hegemoni sekarang ini kaum wanita kurang atau bahkan tidak
memperhatikan hal-hal yang berkaitan sehingga resiko timbul kista ovarium
menjadi tinggi. Demikian juga etiologi dari kista ovarium juga sangat erat
dengan aktifitas sehari-hari menjadi faktor pendukung kerentanan individu
terkena kista ovarium.
Tahun 2008 WHO (World Health Organization) telah memaparkan bahwa
kista ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus keganasa
ginekologi. Kista ovarium juga merupakan kanker kelima yang sering menjadi
penyebab kematian pada wanita setelah setelah kanker paru-paru, kolorental,
payudara dan pankreas. Angka insiden pada wanita di bawah 50 tahun sebanyak
5,3/100.000 dan meningkat menjadi 41,4/100 pada wanita di atas 50 tahun.
Resiko yang paling ditakuti dari kista ovarium yaitu mengalami degenerasi
keganasan, disamping itu bisa juga mengalami torsi atau terpuntir sehingga
menimbulkan nyeri akut, perdarahan, atau infeksi.
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak terisi oleh cairan
atau fisilogis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan
untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 98 % lesi
yang terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah
jinak. Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang jinak. Perawatan pascaoperatif
setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan
perawatan setelah pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian.Penurunan
tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat
dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.
memberikan
tindakan
keperawatan
yang
diharapkan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan dan proses belajar mengajar tentang
asuhan keperawatan perioperatif pasien dengan kistoma ovari yang dapat
digunakan sebagai acuan praktek mahasiswa keperawatan
3. Bagi Pembaca
Sebagai sarana untuk memperoleh dan menambah pengetahuan tentang
masalah pasien dengan kistoma ovari beserta penatalaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh
di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis,
berisi cairan atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung
telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput
yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly, 2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium
yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista
yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi.
(Lowdermilk, dkk. 2005)
B. Etiologi
Kista ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama yang
bersifat non neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari korpus luteum. Tetapi
di samping itu ditemukan pula jenis yang merupakan neoplasma. Oleh karena itu
menurut Wiknjosastro (2005), kista ovarium dibagi dalam 2 golongan :
1. Non-neoplastik (fungsional)
a. Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel yang menjadi besar semasa proses atresia
foliculi. Setiap bulan, sejumlah besar folikel menjadi mati, disertai
kematian ovum disusul dengan degenerasi dari epitel folikel. Pada masa
ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak jarang ruangan folikel diisi
dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar, yang
dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis. Tidak jarang terjadi perdarahan
yang masuk ke dalam rongga kista, sehingga terjadi suatu haematoma
folikuler.
b. Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan.
Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum
haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus selalu terjadi pada masa
1. Genetalia Eksterna
a. Mons veneris/pubis
Bagian yang menonjol diatas symfisis dan terdiri dari jaringan lemak.
b. Labia mayora
Berbentuk lonjong dan menonjol, terdiri dari jaringan lemak ke bawah dan
ke belakang kedua labia mayora bertemu membantuk komisura posterior.
c. Labia minora
Lipatan tipis dari kulit sebelah dalam labia mayora.
d. Klitoris
Tertutup oleh preputium klitoris, sebesar kacang ijo.
e. Vulva
Membentuk lonjong, dibatasi di depan klitoris, kanan kiri oleh labia
minora, dibelakang oleh perineum.
f. Hymen
Berupa lapisan tipis dan menutupi sebagian besar introitus vagina.
Bentuknya berbeda-beda dari bulan sabit sampai berbulan-bulan.
2.
Genetalia Interna
a. Vagina
Suatu saluran maskula-membranosa yang menghubungkan uterus dengan
vulva. Terletak antara kandung kencing dan rektum.
b. Uterus
Berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam, terdiri dari 1) fundus
uteri, 2) korpus uteri, 3) serviks uteri merupakan bagian uterus terbesar
dan sebagai tempat janin berkembang.
c. Tuba fallopi
Berjalan ke arah lateral, mulai dari kornu uteri kanan kiri. Terdiri dari 4
bagian :
1. Pars interstisialis, bagian dalam dinding uterus.
2. Pars ismika, bagian tengah tuba yang sempit.
3. Pars ampularis : bagian yang terlebar dan sebagai tempat konsepsi
terjadi.
4. Infundibulum, bagian ujung tuba yang mempunyai fimbria, tuba
fallopi berfungsi membawa ovum ke kavum uteri.
d. Ovarium
Ada 2 kiri dan kanan. Terdiri dari bagian luar (korteks) yang mengandung
folikel-folikel dan bagian dalam (medulla) yang berisi pembuluh darah,
serabut saraf, dari pembuluh limfe ovarium berhubungan dengan uterus
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis : Kista ovari
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Intra Operasi
1. PK Perdarahan berhubungan dengan luka insisi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan pembedahan
Post Operasi
Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan persepsi sensori karena anestesi
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Hari/tanggal
Jam
: 10.00 WIB
Sumber data
Oleh
Wonosari Klaten
Pendidikan
Pekerjaan
Diagnosa medis
Tanggal masuk
No. Rekam Medis
: SD
: Buruh
: Cistoma ovarii
: 18 Juni 2015
: 85xxxx
Klien masuk rumah sakit pada hari Kamis, 18 Juni 2015 dengan keluhan
utama nyeri perut bagian bawah selama 4 hari. Klien mengatakan nyeri
hilang timbul seperti diiris-iris, tidak ada penjalaran nyeri ke daerah lain.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit sperti yang
dialaminya sekarang. Beberapa bulan yang lalu klien sering merasakan
sakit perut namun dianggap seperti sakit perut biasa sampai akhirnya
klien periksa ke rumah sakit.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami
penyakit serupa dengannya. Tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit menular dan keturunan seperti TBC, asma, diabetes
mellitus, dll
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: Klien nampak gelisah
b. Kesadaran
c. Tanda Vital
f. Mata
Inspeksi
Inspeksi
bentuk
simestris,
tidak
ada
gangguan
fungsi
pendengaran
Palpasi
h. Hidung
Inspeksi
Palpasi
i. Mulut
Inspeksi
j. Wajah
Inspeksi
k. Leher
Inspeksi
Palpasi
l. Kulit
Inspeksi
Palpasi
m. Dada
1) Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi, tidak ada penggunaan otot
pernafasan tambahan
Palpasi : ekspansi dada maksimal, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara resonan
Auskultasi: suara vesikuler
2) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak pada ICS ke-5 medial linea
midclavicularis sinistra
Palpasi : tidak ada pergeseran ictus cordis
Perkusi : tidak ada pelebaran batas jantung, suara redup
Auskultasi: suara jantung S1, S2, regular tidak ada suara tambahan
n. Abdomen
Inspeksi
: simetris
Auskultasi
: peristaltic 20 x/menit
Perkusi
: kuadran 1 redup,kuadran 2 timpani, kuadran 3
Palpasi
o. Genitalia
Tidak terpasang kateter, bulu kemaluan sudah dicukur
p. Ekstremitas
1) Atas
Inspeksi : terpasang infus NaCl 20 tpm sejak 18 Juni 2015, tidak ada
edema, tidak ada kelainan jari
Palpasi : tidak adanyeri tekan
2) Bawah
Inspeksi : tidak ada edema, tidak ada lesi, tidak ada kelainan jari.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
q. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium tanggal 23 Juni 2015
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
11,4
g/dL
12,0-16,0
Eritrosit
5,32
10^6/uL
4,20-5,50
Leukosit
10,4
10^3/uL
4,8-10,8
Trombosit
468
10^3/Ul
150-450
Hematokrit
38,5
35-47
MCV
72,4
Fl
81-99
MCH
21,4
fL
27-31
MCHC
29,6
g/dl
33-37
Neutrofil
69,9 %
50-70%
Limfosit
25,2 %
25-40%
MXD
4,9 %
1,0-12,0 %
RDW
62,7 %
fL
35,0-45,0 %
DIEF COUNT
Masalah
DS:
Nyeri akut
1. Klien
mengatakan
nyeri
perut
bagian
bawah
selama 4 hari
tidak sembuh
2. Klien
mengatakan
nyeri
timbul
hilang rasanya
seperti diiris-iris
DO:
1. P:Nyeri
meningkat ketika
beraktivitas berat
2. Q: Nyeri seperti
diiris-iris
3. R: Nyeri perut
bagian
bawah
(kuadran
3,4)
tidak
ada
penjalaran
4. S: Skala 5
5. T: Nyeri hilang
dan
timbul
kurang dari 1
jam
Penyebab
Agen cidera biologis
DS:
1. Klien
mengatakan
semalam tidak
bisa tidur/sering
terbangun
membayangkan
operasi.
2. Klien
menanyakan
berapa lama saya
dioperasi
3. Klien
mengatakan degdegan sebelum
operasi
DO :
1. Ekspresi wajah
nampak tegang
2. Nadi 86 x/menit
3. Jantung
berdebar-debar
Ansietas
Kurang pengetahuan
tentang
penatalaksanaan
tindakan operasi
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan
DS:
1) Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah selama 4 hari tidak
sembuh
2) Klien mengatakan nyeri timbul hilang rasanya seperti diiris-iris
DO:
1) P:Nyeri meningkat ketika beraktivitas berat
2) Q: Nyeri seperti diiris-iris
3) R: Nyeri perut bagian bawah (kuadran 3,4) tidak ada penjalaran
4) S: Skala 5
5) T: Nyeri hilang dan timbul kurang dari 1 jam
b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan
tindakann operasi ditandai dengan
DS:
1) Klien mengatakan semalam tidak bisa tidur/sering terbangun
membayangkan operasi.
2) Klien menanyakan berapa lama saya dioperasi
3) Klien mengatakan deg-degan sebelum operasi
DO :
1) Ekspresi wajah nampak tegang
2) Nadi 86 x/menit
3) Jantung berdebar-debar
4. Intervensi Keperawatan
No.
Diagnosa
1
Nyeri akut
berhubungan dengan
agen cidera biologis
Ansietas berhubungan
dengan kurang
pengetahuan tentang
penatalaksanaan
tindakan operasi
Tujuan
Intervensi
Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan
selama
secara
komprehenfif
pasien di ruangan pre
termasuk
lokasi,
operasi, diharapkan rasa
karakteristik,
durasi,
nyaman pasien meningkat.
frekuensi, kualitas nyeri
2. Latih klien teknik relaksasi
Kriteria hasil :
nyeri
a. Klien mampu
3. Berikan posisi yang nyaman
mengenali nyeri
4. Evaluasi keefektivan
(skala, intensitas,
control nyeri
frekuensi)
b. Klien mampu
mengontrol nyeri
dengan tekhnik non
farmakologi
c. Klien mengatakan
merasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
Setelah dilakukan asuhan
1. Bina hubungan saling
keperawatan selama
percaya
pasien di ruangan pre
2. Jelaskan tentang tindakan
operasi, diharapkan
dan efek anestesi yang
kecemasan klien
akan dilakukan
berkurang.
3. Instruksikan pada pasien
untuk
menggunakan
Kriteria hasil :
tehnik relaksasi
1. Klien tidak tampak 4. Dorong pasien untuk
Rasional
1. Mengetahui kesadaran dan
kondisi tubuh dalam batas
noral atau tidak
2. Tindakan nonfarmakologi
untuk menurunkan nyeri
3. Posisi
nyaman
mampu
engurangi nyeri
4. Mengetahui
keefektivan
teknik manajemen nyeri
tegang
2. Klien
mampu
mengungkapkan
penyebab kecemasan
3. Klien
mengetahui
tentang
penatalaksanaan
tindakanoperasi
mengungkapkan perasaan
dan persepsi
5. Implementasi Evaluasi
Diagnosa
Nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera
biologis
Implementasi
Evaluasi
Rabu, 24 Juni 2015
Rabu, 24 Juni 2015
10.15 WIB
10.15 WIB
Mengajarkan pasien teknik relaksasi nyeri
DS:
1. Klien mengatakan nyeri sedikit
Menjelaskan manfaat relaksasi nafas dalam
berkurang
Membantu klien untuk mengatur posisi
2. Klien mengatakanmengalihkan rasa
tidur yang nyaman
nyeri dengan berdoa
Mengobservasi nyeri klien
3. Klien mengatakan sudah nyaman tidur
dengan posisi tidur terlentang
DO :
1. P:Nyeri meningkat ketika beraktivitas
berat
Q: Nyeri seperti diiris-iris
R: Nyeri perut bagian bawah (kuadran
3,4) tidak ada penjalaran
S: Skala 4
T: Nyeri hilang dan timbul
A : Nyeri akut teratasi sebagian
: 24 Juni 2015
Jam mulai
: 11.15 WIB
: 13.15 WIB
Lama operasi
: 2 jam
Jenis anestesi
: General anestesi
Nama tindakan
: Bisalpingooforektomi parsial
Jumlah darah yang keluar : 600 cc
Persiapan Instrumen :
- Gunting kasa 1
- Jas operasi 4
- Gunting jaringan 1
- Handschoen steril 4
- Klem arteri 10
- Duk besar 3
- Pinset anatomis (besar dan kecil) 2
- Duk lubang 1
- Pinset cirurgis (besar dan kecil) 2
- Canul suction 1
- Kocher 4
- Selang suction 1
- Duk klem 6
- Kassa 6
- Nail holder
Cutter 1
- Scuple (no 3 dan 4) 2
- Bisturi no.22 1
- Bengkok 2
- Benang : plain2/0, chromic 0, cide 2/0, chromic 3/0, side 3/0 2
- Big hak 2
- Klem ovarium 2Klem arteri 2
- Big kassa 1
- Elis 4
Laporan operasi :
- Dalam stadium narkose dilakukan insisi linea mediana sampai dengan 3 cm
-
diatas umbilicus
Insisi diperdalam lapis demi lapis
Tampak uterus ukuran dan bentuk normal
Tampak tuba kanan membesar dan berkelok-kelokdengan diameter 3 cm
terdapat perlengketan dengan ovarium kanan dan dinding posterior uterus
Analisa Data
Data
DS : DO :
1. Pasien dilakukan
insisi pada bagian
abdomen
2. Terdapat
perdarahan pada
area insisi
3. Darah yang keluar
600 cc
DS : DO:
1. Klien dianestesi
secara general
2. Klien dipasang
intubasi selama 2
jam
3. Suara nafas
ronchi setelah
diekstubasi
DS: DO:
1. Suhu ruangan
20oC
2. Suhu klien
berada dalam
rentang 24-25 oC
DS: DO:
1. Klien mengalami
perdarahan pada
lokasi insisi
2. Jumlah
darahyang keluar
600 cc
3. Tekanan darah
mengalami
penurunan dari
133/92 mmHg
menjadi 127/77
Masalah
PK perdarahan
Penyebab
Insisi bedah
Ketidakefektivan
bersihan jalan nafas
Hipotermi
Pemajanan lingkungan
yang dingin
Resiko
hipovolemik
syok Perdarahan
mmHg
kemudian 77/38
mmHg dalam
jam pertama
operasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. PK perdarahan berhubungan dengan insisi bedah ditandai dengan
DS : DO :
1) Pasien dilakukan insisi pada bagian abdomen
2) Terdapat perdarahan pada area insisi
3) Darah yang keluar 600 cc
b. Ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi secret
berlebih ditandai dengan
DS: DO:
1) Klien dianestesi secara general
2) Klien dipasang intubasi selama 2 jam
3) Suara nafas ronchi setelah diekstubasi
c. Hipotermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin ditandai
dengan
DS: DO:
1) Suhu ruangan 20oC
2) Suhu klien berada dalam rentang 24-25 oC
d. Resiko syok hipovolemi berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan
DS: DO:
1) Klien mengalami perdarahan pada lokasi insisi
2) Jumlah darahyang keluar 600 cc
3) Tekanan darah mengalami penurunan dari 133/92 mmHg menjadi 127/77
mmHg kemudian 77/38 mmHg dalam jam pertama operasi
3. Intervensi Keperawatan
No.
Diagnosa
1.
PK perdarahan
berhubungan
dengan insisi
bedah
Tujuan
Intervensi
Setelah dilakukan
1. Pantau jumlah
asuhan keperawatan
perdarahan yang keluar
selama pasien dioperasi,
melalui daerah
komplikasi perdarahan
pembedahan
tidak terjadi.
2. Pantau TTV klien secara
Kriteria hasil:
berkala
1. TTV klien dalam
3. Kolaborasi pemberian
batas normal
hemostatik
2. Tidak terjadi
komplikasi
perdarahan
2.
Ketidakefektivan
bersihan jalan
nafas berhubungan
dengan produksi
secret berlebih
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama pasien dioperasi,
bersihan jalan nafas
klien efektif.
Kriteria hasil :
1. Suara nafas
vesikuler
2. Sekret mampu
dikeluarkan
3. Frekuensi nafas
dalam batas normal
3.
Hipotermi
berhubungan
dengan pemajanan
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama pasien dioperasi,
Rasional
1. Mengetahui banyaknya
darah yang keluar saat
proses pembedahan melalui
tabung suction
2. Mengetahui tanda-tanda
komplikasi perdarahan,
apakah nadi dan tekanan
dalam batas normal atau
tidak
3. Penatalaksanaan secara
farmakologi
1. Posisi kepala ekstensi
membantu memaksimalkan
jalan nafas
2. Membantu mmbuka jalan
nafas pada pasien karena efek
anestesi
3. Menghindari tertutupnya
jalan nafas karena lidah
4. Mengeluarkan secret yang
berada di jalan nafas
1. Mengetahui perkembangan
suhu klien
2. Mencegah hilangnya panas
lingkungan yang
dingin
tubuh
Kriteria hasil :
1. Suhu tubuh dalam
batas normal (36,5
37,5 oC)
2. Nadi (60-100
x/menit) dan RR
dalam batas normal
4.
Resiko syok
hipovolemi
berhubungan
dengan perdarahan
Setelah dilakukan
1. Monitor nadi,
asuhan keperawatan
pernafasan, suhu, dan
selama pasien dioperasi,
irama jantung
syok tidak terjadi
2. Pelihara kepatenan jalan
nafas
Kriteria hasil:
3. Kolaborasi pemberian
1. Nadi dalam batas
cairan intra vena
normal (60-100
x/menit)
2. Irama jantung
teratur
3. Frekuensi nafas
dalam batas normal
4. Irama nafas dalam
batas normal
4. Implementasi Evaluasi
No.
Diagnosa
PK perdarahan
berhubungan dengan
inssi bedah
Implementasi
Rabu, 25 Juni 2015
11. 45 WIB
- Memantau jumlah perdarahan
yang keluar melalui pembedahan/
yang disuction
- Memantau TTV secara teratur
Evaluasi
Rabu, 25 Juni 2015
13.15 WIB
DS: DO :
1. Jumlah darah yang keluar 600 cc
2. Nadi
11.00 = 92 x/menit
11.30 =90 x/menit
12.00 = 86 x/menit
12.30 = 84 x/menit
13.00 = 78 x/menit
3. Tekanan darah
11.00 = 133/92 mmHg
11.30 = 127/77 mmHg
12.00 = 77/38 mmHg
12.30 = 116/78 mmHg
13.00 = 102/62 mmHg
A: Komplikasi perdarahan tidak terjadi
P:
- Monitoring TTV dan tanda perdarahan di
ruang pemulihan
- Monitoring hasil pemeriksaan laboratorium
post operasi
- Kolaborasi pemberian anti perdarahan
Ketidakefektivan
bersihan jalan nafas
berhubungan dengan
produksi secret berlebih
Hipotermi berhubungan
dengan pemajanan
lingkungan yang dingin
Data
DS : Klien mengatakan merasa pusing
Masalah
Risiko jatuh
DO :
1. Pasien masih dibawah pengaruh
general anestesi
2. Keadaan umum lemah
3. Pasien berbaring ditempat tidur
Penyebab
Gangguan
persepsi sensori
karena anestesi
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan persepsi sensori karena anestesi
ditandai dengan
DS : Klien mengatakan merasa pusing
DO :
1. Pasien masih dibawah pengaruh general anestesi
2. Keadaan umum lemah
3. Pasien berbaring ditempat tidur
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Resiko jatuh
berhubungan dengan
gangguan persepsi
sensori karena anestesi
Tujuan
Selama dirawat di Ruang
pemulihan,
diharapkan
resiko jatuh tidak terjadi.
Kriteria hasil :
- Rasa nyaman pasien
terpenuhi
- Pasien terhindar dari
cidera
Intervensi
1. Posisikan pasien dengan
nyaman
2. Pasang restrain di sisi kanan
kiri klien untuk menjaga
keamanan klien.
3. Berikan informasi pada
klien bahwa dirinya masih
berada dibawah pengaruh
anestesi
Rasional
1. Posisi yang nyaman
mencegah pasien bergerakgerak
2. Restrain meminimalkan
pasien terjatuh dari
brankar.
3. Klien mampu
meminimalkan pergerakan
yang bisa mencederainya
4. Implementasi Evaluasi
Diagnosa
Resiko jatuh berhubungan
dengan gangguan persepsi
sensori karena anestesi
Implementasi
Rabu, 25 Juni 2015
13.20 WIB
- Memposisikan klien di brankar
- Memasang restrain di sisi kanan dan
kiri
- Memberikan informasi pada klien
bahwa dirinya masih berada dibawah
pengaruh anestesi
Evaluasi
Rabu, 25 Juni 2015
13.20 WIB
DS: Klien mengatakan akan meminimalkan
pergerakan yang dapat membahayakan dirinya di
brankar
DO:
- Pasien masih dibawah pengaruh general anestesi
- Keadaan umum lemah
- Pasien berbaring ditempat tidur
- Restrain sudah terpasang
A : Risiko jatuh teratasi
P : Lanjutkan pemantauan pasien sampai pengaruh
anestesi hilang
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik
Edisi 6. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC. 2000.
Ganong, F. William. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius. 2000.
Marrilyn, E. Doengus. 1999.
Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 . Jakarta : EGC.
Smelster, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2 . Jakarta :
EGC.
Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.