Sie sind auf Seite 1von 30

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Perencanaan Bekerja Pada Ketinggian
PT Pertamina Drilling Services Indonesia merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang pemboran dan memiliki banyak sekali pekerjaan yang
melibatkan kegiatan bekerja pada ketinggian. Adapun jenis pekerjaan tersebut
dibagi dalam dua kategori yakni pekerjaan rutin dan non-rutin. Sebelum
pekerjaan tersebut dilakukan ada beberapa perencanaan yang harus
diperhatikan, antara lain sebagai berikut:
5.1.1Identifikasi resiko bahaya
Identifikasi resiko bahaya merupakan suatu proses untuk
mengetahui, mengenal dan memperkirakan adanya bahaya pada suatu
sistem baik dari segi peralatan, tempat kerja , maupun prosedur
pelaksanaan kegiatan tersebut.
Secara umum resiko yang dapat timbul dalam kegiatan bekerja
di ketinggian antara lain :
1. Material atau peralatan jatuh dari ketinggian (drop object)
2. Pekerja jatuh dari ketinggian yang disebabkan oleh kegagalan
peralatan pelindung diri yang digunakan , terpeleset dari tangga
menara atau platform, pengaman lantai yang terbuka dan
sebagainya.
Potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan
(jatuh

dari

ketinggian)

saat

bekerja

pada

ketinggian

Rig

PDSI#31.3/1500-E adalah :
1. Pekerja jatuh di lantai platform yang sama dikarenakan
tersandung peralatan, lantai catwalk yang rusak dan berlubang
ataupun terpeleset karena lantai platform yang licin;

29

30

2. Pekerja terjatuh kebawah yakni diantaraya jatuh dari tangga, dari


platform, scaffold atau atap (canopi);
3. Adanya tindakan tidak aman dari pekerja misalnya bercanda
berlebihan ketika bekerja
4. Tenaga kerja tidak memakai Full Body Harness baik karena
tenaga kerja menganggap rigan resiko maupun karena tidak
mengerti/memahami potensi bahaya pekerjaannya;
5. Ketika proses bongkar pasang perkakas kerja yang digunakan
misalnya tangga, kotak alat, dan lain-lain.
Potensi bahaya bekerja pada ketinggian yang berkaitan dengan
aktivitas rutin di Rig PDSI#31.3/D1500-E ini terdiri dari:
1. Derrickman terjatuh dari monkey board setinggi 100 feet atau
sekitar 33 meter dikarenakan safety harness yang tidak
dikaitkan dengan baik dan benar;
2. Balancing line yang aus dan sambungan yang tidak benar
menyebabkan line putus atau terlepas sehingga pekerja dapat
terjatuh dari ketinggian;
3. Kegagalan pada hydraulic winch dan rantai yang digunakan oleh
derricman untuk membantu pemindahan drill pipe pada saat
melakukan cabut masuk rangkaian pipa (tubular);
4. Drilling pipe terjatuh pada saat proses cabut masuk rangkaian;
5. Derrickman terjatuh ketika memanjat dan menuruni menara bor;
6. Derrickman terjatuh ketika menaiki menara akibat pemakaian
sepatu atau pakaian yang kendor, dan sol sepatu yang licin karena
minyak atau lumpur sehingga menyebabkan tersangkut pada
tangga dan membentur di mast;
7. Terjadinya kick atau blowout secara tiba-tiba;
8. Kegagalan fungsi alat pelindung jatuh seperti escape chair yang
digunakan untuk penyelamatan diri, maupun kegagalan pada
safety device lainnya.

31

Gambar 5.1
Area kerja Derrickman di monkey board

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilkukan oleh penulis pada


saat pelaksanaan Tugas Akhir diketahui bahwa tingkat resiko bekerja
pada ketinggian yang ada di Rig PDSI#31.3/D1500-E adalah cukup
tinggi, pekerja dihadapkan dengan area pekerjaan yang memiliki akses
terbatas dengan sebagian besar kegiatan berada diatas ketinggian 33
meter dari lantai menara (rig floor) sampai dengan menara bor
(derrick). Untuk itu safety yang diterapkan di PDSI#31.3/D1500-E
harus sangat diperhatikan dan dimulai dari perencanaan sebelum
kegiatan dilaksanakan sampai dengan kegiatan selesai.
5.1.2Evaluasi proses kerja dan kebutuhan
Jenis kegiatan yang dilaksanakan di RIG PDSI #31.3/1500-E
ini merupakan kegiatan work over yang bertujuan untuk memperbaiki
salah satu lapisan dan dilanjutkan untuk melaksanakan uji produksi
sumur lapisan tersebut. Adapun kegiatan work over ini melibatkan
beberapa proses pekerjaan yang kompleks dan memiliki resiko bahaya
yang cukup banyak.

32

Dalam rangka melaksanakan proses kerja tersebut, khususnya


dalam pelaksanaan kerja di ketinggian, harus disertai dengan
penyediaan kebutuhan pendukung melalui hasil evaluasi. Hasil dari
evaluasi proses kerja dan kebutuhan ini kemudian dijadikan acuan
dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut agar dapat berjalan secara
efektif dan efisien, hal ini mencakup :
a. Personil yang akan bekerja dan siapa saja yang akan terlibat dalam
proses kerja;
b. Penanggung jawab pekerjaan;
c. Prosedur kerja;
d. Peralatan dan perkakas kerja yang dibutuhkan;
e. Pengendalian bahaya yang dibutuhkan ;
f. Surat Izin Kerja Aman untuk pekerjaan non-rutin;
g. Alat Pelindung diri yang dibutuhkan.
5.1.3 Metode pencegahan bahaya jatuh Rig PDSI#31.3/D1500-E
Metode pencegahan dari bahaya jatuh secara umum yang
digunakan di PDSI mengacu pada hirarki pengendalian bahaya
(Eliminasi, Subtitusi, Engineering Control, Administrasi, dan APD).
1. Metode Eliminasi Dan Subtitusi
Metode ini tidak dilakukan di Rig PDSI#31.3/D1500-E pada saat
ini. metode eliminasi dan subtitusi umumnya dilakukanpada sisi
manufactur peralatan sebelum peralatan tersebut siap digunalan.
dikarenakan tidak sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada.
2. Metode Engineering Control
Metode ini sudah dilakukan di Rig PDSI#31.3/D1500-E , berikut
ini adalah beberapa contohnya :
a. Pemasangan pagar pengaman di monkey board, mud tank,
Rig floor, dan tempat lain yang memiliki potensi bahaya jatuh
dari ketinggian ;
b. Tersedianya pijakan kaki (deck) di area ketinggian

33

c. Tersedianya basket man dan lift untuk bekerja di ketinggian


3. Metode Administrasi
Seorang pekerja harus membuat permit to work(SIKA),
Risk Assesment (RA)/safety analysis dan juga dilakukan pre job
safety meeting (PJSM) sebelum dilakukan pekerjaan di ketinggian
4. Metode Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri yang digunakan di Rig
PDSI#31.3/D1500-E yakni dengan mengunakan:
a. Fall arrester
b. Full body harness
c. Counter weight balance
d. Escape chair
5.2 Prosedur Bekerja pada Ketinggian di Rig PDSI#31.3/D1500-E
Prosedur bekerja pada ketinggian dimaksudkan untuk menjelaskan
bagaimana langkah kerja secara benar untuk mengatur dan mengkoordinir
pekerjaan agar dapat berjalan dengan baik dan aman. Prosedur ini harus
dapat memastikan keselamatan personil, peralatan dan lingkungan meliputi
semua orang yang ada disekitar pekerjaan serta semua aspek yang terlibat
didalamnya.
Prosedur bekerja pada ketinggian harus berisikan tentang penjelasan
sistem dan peralatan yang digunakan dan kebutuhan personil untuk
melaksanakan tugas atau pekerjaan apapun yang menyangkut bekerja pada
ketinggian dengan potensial resiko pekerja terjatuh lebih dari ketinggian 1,8
meter (OHSA 3146, Fall Protection in Construction).
Berdasarkan Manual HSE Pertamina Drilling Services Indonesia,
batasan untuk pekerjaan yang menyangkut ketinggian adalah setinggi 2 meter
atau lebih, sedangkan menurut peraturan terbaru dari menteri tenaga kerja no
9 tahun 2016 untuk katagori bekerja pada ketinggian adalah untuk setiap
pekerjaan dengan potensi jatuhnya tenaga kerja dari suatu tempat yang

34

memiliki perbedaan ketinggian tanpa menyebutkan jarak minimal dari tempat


kerja sampai ke permukaan tanah.
Adanya perbedaan ini dapat dijadikan salah satu acuan untuk
pertimbangan dalam penyusunan prosedur bekerja pada ketinggian baik bagi
PT Pertamina Drilling Services sendiri maupun industri lain jika mengingat
dalam pekerjaan yang berhubungan dengan ketinggian ini masih memiliki
resiko yang harus dikontrol, misalnya ketika seorang pekerja bekerja dengan
jarak ketinggian 1 meter tanpa adanya Palang / Rintangan (handrails,
guardrails). Hal ini juga didasarkan pada resiko cidera yang akan diderita
oleh pekerja ketika terjatuh dengan asumsi katagori pekerjaan diatas
ketinggian dilakukan dengan jarak kurang dari 2 meter masih cukup serius.

Gambar 5.2
Resiko efek cidera yang mungkin di derita
pada pekerjaan ketinggian dibawah 2 meter

Berdasarkan data hasil pengujian yang dilakukan oleh Labour


Force Survey (LFS2) UK dengan menggunakan sampel mayat
diketahui bahwa tingkat cidera yang mungkin di derita oleh pekerja
dengan tinggi jatuh 0,3 meter saja bisa berakibat patahnya tulang
punggung, sehingga pekerjaan pada ketinggian memang sangatlah
penting untuk diperhatikan dalam hal perlindungannya.

35

5.3.1

Prosedur dan Evaluasi untuk pekerjaan rutin yang dilaksanakan di


RIG PDSI#31.3/D1500-E
Kegiatan

rutin

bekerja

pada

ketinggian

di

RIG

PDSI#31.3/D1500-E ini adalah sebagi berikut :


1. Pekerjaan menaiki menara;
2. Pekerjaan menuruni menara;
3. Bekerja di Monkey Board
Adapun prosedur pelaksanaan kegiatan rutin ini adalah
berdasarkan Tata Kerja Individu PT Pertamina Drilling Service
Indonesia sebagai berikut :
1. Kegiatan Panjat Menara dengan Nomor Dokumen TI.OPS.30:
a. Persyaratan :
1. Harus diketahui dan diawasi oleh toolpusher/driller
2. Cuaca saat itu tidak hujan lebat dan disertai dengan petir
b. Persiapan
1. Periksa kondisi perlengkapan memanjat, yaitu : climbing
belt, balancing lines dan tangga pada menara
2. Rapikan pakaian kerja dan ikat tali sepatu
c. Referensi Dokumen
1. Prosedur HSE PT PDSI
2. Peraturan Keselamatan Kerja Ditjen Migas
d. Peralatan
1. Peralatan safety perorangan untuk semua pekerja pelaksana
yang terdiri dari coverall, sepatu, sarung tangan, kacamata,
ear plug, dan helmet lengkap dengan chin strap
2. Counter weight climb assist assembly
3. Full body harness dan lanyard
e. Sumber Bahaya
1. Interaksi pekerjaan lain (dengan operasi winch/catline)
ketika

derricman

memanjat

mengakibatkan

tersabet atau tersangkut oleh wireline

terbelit,

36

2. Sol sepatu licin karena minyak atau lumpur mengakibatkan


terpeleset

ketika memeriksa pal mast bagian atas dan

pekerja terjatuh ketika memanjat


3. Balancing line aus, sambungan yang tidak benar
mengakibatkan line putus dan pekerja terjatuh
4. Pemakaian pakaian kerja atau cara mengikat sepatu yang
bertali tidak benar mengakibatkan tersangkut pada tangga
dan membentur di mast

f. Langkah Kerja
1. Bersihkan sepatu dari tanah dan minyak
2. Pastikan bahwa pakaian selalu ringkas dan rapi, kancing
semua kancing baju, lengan baju panjang tidak boleh
digulung
3. Pakai tool belt untuk membawa peralatan yang diperlukan
4. Pastikan bahwa peralatan yang dibawa naik tidak
mengganggu kebebasan bergerak
5. Periksa full body harness. Pastikan bahwa full body
harness terikat dengan baik pada counter weight climb
assist:
a) Counter weight dalam kondisi baik
b) Sambungan Counter weight dengan hook tidak cacat
c) Tarik sling Counter weight terlebih dahulu untuk
memastikan mekanismenya bekerja dengan lancar
d) Pakai dan ikatkan climbing belt dengan benar
6. Beritahu operator bahwa sudah siap untuk memanjat
7. Setelah sampai pada ketinggian dimana akan bekerja di
mast :

37

a) Ikatkan lanyard ke beam gird atau brances pada mast


dan kaitkan hooknya
b) Pastikan bahwa ikatan lanyard sudah benar dan kuat
c) Atur panjang yang bebas apabila perlu, dengan
mengatur lilitan pada ikatannya di mast
8. Lepaskan climbing belt dan kaitkan pada anak tangga di
mast
9. Perhatika tempat berpijak ketika bekerja di mast, pastikan
bahwa gerakan tidak terhambat oleh lanyard yang terlalu
(pendek atau panjang)
10. Kembali ke tangga mast
a) Pakai dan ikatkan climbing belt dengan benar
b) Lepaskan ikatan lanyard safety pada mast dan gulung
dan gulung dengan rapi
c) Beri tahu operator bahwa akan memanjat atau turun
untuk pindah
d) Pastikan bahwa tidak ada operasi winch (catline) ketika
derrickman memanjat atau turun
e) Naik/turun anak tangga satu persatu.

Gambar 5.3
Tata Kerja Individu PT Pertamina Drilling Services Indonesia
Kegiatan Panjat menara No. TI.OPS.30

2. Kegiatan Turun dari Menara dengan Nomor Dokumen TI.OPS.31:


a. Persyaratan :
1. Harus diketahui dan diawasi oleh toolpusher/driller

38

2. Cuaca saat itu tidak hujan lebat dan disertai dengan petir
b. Persiapan
1. Periksa peralatan agar tidak ada yang tertinggal diatas
2. Periksa kondisi perlengkapan memanjat, yaitu : climbing
belt, balancing lines dan tangga pada mast
3. Rapikan pakaian kerja dan ikat tali sepatu
c. Referensi Dokumen
1. Prosedur HSE PT PDSI
d. Peraturan Keselamatan Kerja Ditjen Migas
e. Peralatan
1. Peralatan safety perorangan untuk semua pekerja pelaksana
yang terdiri dari coverall, sepatu, sarung tangan, kacamata,
ear plug, dan helmet lengkap dengan chin strap
2. Counter weight climb assist assembly
3. Full body harness dan lanyard
f. Sumber Bahaya
1. Interaksi pekerjaan lain (dengan operasi winch/catline)
ketika derrickman memanjat mengakibatkan terbelit,
tersabet atau tersangkut oleh wireline
2. Sol sepatu licin karena minyak atau lumpur mengakibatkan
terpeleset ketika memeriksa pal mast bagian atas
3. Balancing line aus, sambungan yang tidak benar
mengakibatkan line putus dan pekerja terjatuh
4. Pemakaian pakaian kerja atau cara mengikat sepatu yang
bertali tidak benar mengakibatkan tersangkut pada tangga
dan membentur di mast
5. Kedudukan atau pengaman alat-alat di upper mast atau
monkey board yang kurang aman menyebabkan peralatan
terjatuh dan mungkin menimpa pekerja
g. Langkah Kerja
1. Pastikan semua peralatan naik telah masuk dalam tools
belt
2. Pastikan bahwa climbing belt yang terikat tetap dipakai
selama turun

39

3. Beritahu operator telah siap turun


4. Pastikan bahwa peralatan yang dibawa naik tidak
mengganggu kebebasan bergerak
5. Turuni anak tangga satu persau dengan berpegang pada
anak tangga
6. Setelah sampai dibawah kaitkan climbin belt pada
penahannya
7. Kembalikan peralatan ketempatnya
8. Lakukan serah terima dengan derrickman berikutnya serta
kondisi yang ditingalkan

Gambar 5.4
Tata Kerja Individu PT Pertamina Drilling Services Indonesia
Kegiatan Turun menara No. TI.OPS.31

3. Kegiatan bekerja di monkey board dengan Nomor Dokumen


TI.OPS.32:
a. Persyaratan :
1. Harus diketahui dan diawasi oleh toolpusher/driller
2. Cuaca saat itu tidak hujan lebat dan disertai dengan petir
b. Persiapan
1. Periksa kondisi perlengkapan memanjat, yaitu : climbing
belt, balancing lines dan tangga pada mast
2. Pastikan kursi lari dalam keadaan siap pakai
3. Pastikan ukuran hook penahan safety harness sama besar
dengan ukuran pagar monkey board

40

4. Sediakan 25 ft manila rope ukuran in. untuk bekerja di


monkey boar yang diangkat dengan traveling block
5. Full body harness harus selalu dikenakan selama bekerja
6. Derrickman harus memberi tahu pekerja di floor agar
menyingkir apabila menggunakan handling tools
7. Perlengkapan safety perorangan harus selalu dipakai pada
waktu bekerja di lokasi sumur.
c. Referensi Dokumen
1. Prosedur memanjat Rig mast
2. Prosedur turun dari Rig mast
3. Prosedur penggunaan kursi lari
d. Peralatan
1. perlenglengkap dengan chin strap
2. Counter weight climb assist assembly
3. Full body harness dan perlengkapan safety perorangan,
sarung tangan, kacamata, ear plug, sepatu dan helmet
lengkap dengan chain strap
4. Climbing belt
5. Safety belt dengan lanyard 6 ft
6. Safety harness dengan tali / wire penahan
7. Handy talky
8. Tools belt
e. Sumber Bahaya
1. Kondisi monkey board licin atau adanya rintangan
mengakibatkan jatuh ketika bekerja di monkey board
2. Kesalahan prosedur pindah mengakibatkan terjatuh pada
waktu pindah kea tau dari monkey board
3. Pengamanan drill pipe, drill collar di monkey board kurang
sehingga tangan atau kaki
f. Langkah Kerja
1. Naik ke Rig mast
2. Setelah memanjat sampai atas lower mast, pindah dari
mast ke monkey board
3. Lepaskan climbing dan kaitkan di ujung pagar
4. Beritahu operator bahwa siap untuk turun
5. Pastikan tidak ada operasi winch (catline) ketika
derrickman turun dari mast

41

6. Pastikan bahwa peralatan kerja yang dibawa turun tidak


mengganggu kebebasan gerakan
7. Turuni anak tangga satu per satu dan tangan berpegangan
pada sisi samping anak tangga
8. Setelah sampai dibawah, kaitkan climbing belt tangan kiri
tangan kanan balancing line pada penahannya
9. Kembalikan peralatan ke tempatnya
10. Lakukan serah terima dengan derricman berikutnya
mengenai pekerjaan yang telah dilakukan di atas serta
kondisi tempat kerja yang ditinggalkan

Gambar 5.5
Tata Kerja Individu PT Pertamina Drilling Servies Indonesia
Kegiatan Bekerja Di Monkey Board No. TI.OPS.32

Prosedur bekerja pada ketinggian untuk kegiatan rutin yang


dijalankan oleh PT Pertamina Drilling Services Indonesia khususnya
di RIG #31.3/1500-E telah cukup lengkap dan mencakup semua aspek
keselamatan yang harus diperhatikan mulai dari awal persyaratan yang
harus dipenuhi sebelum pekerjaan dimulai, persiapan yang harus
dilakukan sebelum projek dimulai, referensi dokumen sebagai acuan

42

mengenai dasar hukum yang di ambil dan standar yang harus


dipenuhi, peralatan yang akan dipakai, sumber bahaya, dan langkah
kerja yang akan dilakukan. Hal ini telah sesuai dengan peraturan
menteri no 09 tahun 2016 mengenai persyaratan yang harus di penuhi
dalam pelaksanaan bekerja pada ketinggian secara umum.

5.2.2 Prosedur dan Evaluasi untuk pekerjaan non-rutin


Sebagian kegiatan non-rutin bekerja pada ketinggian yang
dilaksanakan dalam proses work over RIG PDSI#31.3/D1500-E ini
adalah sebagi berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Kegiatan Bongkar pasang BOP (Blow out Preventer )


Kegiatan Stand Up tubing
Memasang Counter Weight Balance Derrickman
Pemasangan Escape Line
Dan lain-lain
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh International

Association Of Drilling Contractors (IADC) pada

tahun 2015

menyatakan bahwa jumlah total lost time adalah sebesar 22.22%


dengan total insiden bekerja di Derrick/Mast (crown, monkey/stabbing
board,

a-frame)

sebesar

6.90

%.

Sedangkan

berdasarkan

laporan Labour Force Survey (LFS2) UK, Salah satu penyebab


terjadinya kecelakaan kerja yang berdampak pada cidera serius dan
kematian adalah terjatuh dari atas ketinggian yakni sebesar 31%.
Dengan

demikian

sebaiknya

perlindungan

terhadap

bekerja

43

diketinggian khususnya untuk pekerjaan no-rutin sebaiknya harus


dipatuhi oleh seluruh kalangan dari mulai pengawas sampai pekerja
itu sendiri.
Di RIG

PDSI#31.3/D1500-E, kegiatan kerja non rutin

dikontrol dengan menggunakan Job Safety Analysis dan Surat Izin


Kerja Aman. Selain itu diterapkan juga Safety Monitoring Card untuk
mengamati prilaku kerja dan kondisi kerja yang ada di lingkungan.
Penerapan Job Safety Analysis dan Surat Izin Kerja Aman ini
hendaknya mencakup control terhadap segala jenis pekerjaan.
Dalam kegiatan Tugas Akhir ini evaluasi prosedur untuk
pekerjaan non rutin bagi pekerjaan di ketinggian di fokuskan kepada
analisis kelengkapan dari Job Safety Analysis dan Surat Izin kerja
Aman tersebut serta implementasi di lapangan. Sebagai sampel
penulis mengambil salah satu studi kasus mengenai pekerjaan Nipple
down/bongkar BOP (Blow Out Preventer).

44

Gambar 5.7

Gambar 5.8

JSA Nipple Down BOP

Sika Nipple Down BOP

Kegiatan Nipple Down BOP

Gambar 5.9
Kegiatan Nipple Down (Bongkar) BOP

Prosedur Pengoperasian Peralatan bekerja pada ketinggian/


program pemenuhan standar keselamatan Rig PDSI#31.3/D1500-E
terdapat

pula

prosedur

mengenai

bekerja

pada

ketinggian

pengoperasian alat, misalnya TKI HSE. 03 yang berisikan tentang


prosedur pengoperasian peralatan fall arrester.
Berdasarkan hasil dari referensi yang diperoleh dapat di tarik
kesimpulan bahwa Prosedur pengoperasian peralatan di

Rig

PDSI#31.3/D1500-E ini sudah cukup baik karena didalamnya telah


mencakup aspek-aspek yang harus dipenuhi sesuai dengan Peraturan
bekerja pada ketinggian yang didalamnya berisikan persyaratan,
referensi dokumen, peralatan, langkah kerja dan sumber bahaya.
Namun demikian masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
pada proses Nipple Down BOP peralatan pelindung jatuh yang

45

digunakan oleh pekerja derrickman menggunakan full body harness


dengan menggunakan single hook, sedangkan dalam pekerjaan nipple
down BOP ini melibatkan perpindahan posisi kerja yang cukup sulit
karena areanya yang terbatas sehingga sebaiknya menggunakan
lanyard dengan double hook untuk meminimalisir potensi jatuh
tersebut.
5.3 Program Pemenuhasn Standar Keselamatan Bekerja Pada Ketinggian
5.3.1 Pencegahan resiko jatuh
1. Sabuk pengaman, tali pelindung tubuh dan tali pengaman yang
disetujui harus dipakai dan terikat sebagaimana mestinya
apabila memiliki resiko jatuh pada ketinggian dua meter atau
lebih.
2. Sabuk pengaman harus digunakan dan terikat dengan tepat bila
bekerja pada bekerja pada ketinggian lebih dari dua meter dan
tidak dipagari dengan pegangan tangga
3. Sabuk pengaman (atau tipe parasut) harus dipakai oleh semua
karyawan yang bekerja pada panggung kerja elevasi tinggi
terbuka
4. Sabuk pengaman harus terpasang ketat dipinggang dan tali
pengaman panjangnya tidak boleh lebih dari 1,2 meter
5. Tali pengaman harus terikat untuk mengamankan pemakainya
dan tidak boleh berada dibawah pinggang.
6. Alat-alat pelindung pencegah jatuh harus diperiksa sebelum
digunakan.
7. Perlengkapan yang tidak layak pakai tidak boleh digunakan
8. Sabuk pengaman, sabuk tipe parasut dan tali pengaman harus
disimpan dan dijaga aga jangan sampai kena minyak, pelumas
atau benda lain yang bias membuatnya kotor

46

9. Alat-alat pencegah jatuh yang pernah terbentur beban yang


keras harus segera diganti.
Sumber: Dokumen Sistem Manajemen HSE / Manual HSE
PT Pertamina Drilling Service Indonesia.

Berdasarkan data yang diambil dari dokumen Sistem


Manajemen HSE/ Manual HSE PT Pertamina Drilling Service
Indonesia, diketahui bahwa sistem pencegah resiko jatuh yang
digunakan adalah dengan menggunakan sabuk pengaman atau safety
belt, sedangkan untuk bekerja di ketinggian sebaiknya menggunakan
full body harness agar dapat memproteksi pekerja secara menyeluruh.
Pemakaian safety belt saja tidak akan efektif untuk bekerja di
ketinggian karena kapasitas pengaman safety belt ini tidak dapat
memproteksi seluruh badan pekerja apabila terjadi sebuah kecelakaan.
Penggunaan safety belt dapat mencegah pekerja dari jatuh namun
masih menyisakan resiko kemungkinan terjadinya cidera pada tulang
punggung karena struktur penggunaan safety belt terbatas di area
pinggang saja.
Setelah melakukan observasi lapangan pemakaian alat
pelindung diri yang digunakan dalam pekerjaan pada ketinggian di
Rig PDSI#31.3/D1500-E adalah dengan menggunakan full body
harness. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sistem Manajemen
HSE/ Manual HSE PT Pertamina Drilling Service Indonesia harus
dilakukan revisi atau pembaharuan agar ada sinkronisasi antara

47

manual prosedur tersebut dengan kondisi dilapangan sehingga


kemungkinan terjadinya kesalahfahaman dapat dihindari.
5.3.2

Pelatihan pekerja
Pelatihan pekerja merupakan salah satu aspek yang harus
dipenuhi agar setiap pekerjaan yang dilakukan oleh kru atau pekerja
Dalam

pelaksanaan

kegiatan

yang

dilakukan

di

RIG

PDSI#31.3/D1500-E PT Pertamina Drilling Services Indonesia dapat


berjalan dengan lancar dan terkendali dalam kondisi aman karena
sesuai dengan spesifikasi keahlian pekerja tersebut. Berikut ini
merupakan daftar up skilling pekerja di ketinggian:

Gambar 5.10
Daftar training khusus pekerja di ketinggian

Daftar training dan sertifikasi yang telah dilaksanakan oleh


kariawan PT PDSI ini tercantum dalam HSE passport. Selanjutnya
HSE Passport ini juga menjadi salah satu persyaratan ketika karyawan
atau pekerja akan masuk ke area lapangan. Seluruh pekerja PT PDSI
diwajibkan untuk memiliki sertifikat propfesi khusus sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan. Program pelatihan up skilling pekerja di PT
PDSI dilakukan secara berkala yakni dalam periode satu tahun sekali.
5.3.3

Sistem Penahan Jatuh (Personal Fall Arrest)

48

Semua perlengkapan pelindung jatuh harus sesuai dengan


OSHA 3146 (Occupational Safety and Health Administration)
mengenai Fall Protection in Construction dan peraturan mengenai
Undang-Undang keselamatan Kerja. Berikut ini merupakan sistem
penahan jatuh (personal fall arrest) yang diterapkan oleh PT
Pertamina Drilling Services Indonesia khususnya di Rig #31.3/1500-E
adalah sebagai berikut :
a. Fall arrester
b.

Gambar 5.10 Fall arrester

Fall arrester merupakan alat pelindung diri yang berfungsi


sebagai pengaman pada Safety Line pada saat bergerak naik
maupun turun dari menara. Cara kerja dari fall arrester ini adalah
dengan menggerakan grab ketika pekerja bergerak, selain fall
arrester ini juga berfungsi untuk mencengkram vertical lifeline
secara mekanik ketika pekerja tiba-tiba terjatuh dari tempat kerja.
c. Full body harness

49

Gambar 5.11Full Body Harness

Full Body Harnes adalah alat pelindung diri yang


disarankan untuk pekerjaan di ketinggian dan dapat mendukung
pekerja dalam kondisi sulit. Komponen-komponen dari full body
harness terdiri dari :
1. Harness, berfungsi untuk menahan bagian bawah pekerja
2. Back D-Ring, berfungsi untuk mengaitkan carabiner pada
harness
3. Carabiner / cinci53n kait dengan pengunci yang berfungsi
sebagai penghubung antara lanyard dan harness
4. Lanyard, berfungsi sebagai tali penghubung antara pekerja
dan bidang kerja
5. Hook, berfungsi sebagai alat pengaman untuk mengaitkan
komponen body harness dengan bidang kerja
6. Shock Absorber
d. Counter weight balance

Gambar 5.12 Counter weight balance

Counter weight balance merupakan komponen untuk


membantu menyeimbangkan bobot tubuh pekerja sehingga dapat

50

mempermudah pekerja (derrickman) saat naik dan turun dari


menara atau monkey board. counter weight balance adalah berupa
katrol dengan pemberat yang berfungsi untuk membantu
mengangkat pekerja (derrickman).
e. Escape Chair
Escape chair merupakan salah satu komponen untuk
penyelamatan diri yang diterapkan khususnya di Rig #31.3/1500E. Escape chair ini berada berupa jalur wire rope yang
membentang dari monkey bord ke area yang aman. Penggunaan
escape chair ini telah telah dicantumkan di Manual HSE PT.
Pertamina Drilling Services Indonesia.
5.3.4 Daftar periksa sarana dan peralatan yang digunakan dalam bekerja
pada ketinggian
Sarana dan peralatan untuk bekerja di ketinggian harus
dipastikan berada dalam kondisi baik dan siap pakai sehingga aman
ketika digunakan. Rig PDSI#31.3/D1500-E telah mengadakan
inspeksi pemeriksaan peralatan secara rutin untuk mengetahui kondisi
kelayakan dari seluruh peralatan yang di pakai.

Gambar 5.13

51

Daftar periksa peralatan bekerja pada ketinggian

Berdasarkan gambar 5.13 dapat dilihat bahwa hasil inspeksi


untuk alat pelindung diri seperti fall arrester, full body harness serta
5.3.5

alat emergency berada dalam kondisi baik.


Prosedur kerja yang digunakan
Berdasarkan HSE Plan yang diterapkan

di

Rig

PT

PDSI#31.3/D1500-E prosedur pelaksanaan bekerja pada ketinggian


terdiri dari Tata Kerja Organisasi, Prosedur HSE, Manual HSE, TKI
Pemeliharaan, TKI Operasi, JSA & PTW terjsedia untuk mendukung
operasi perusahaan dan mengutamakan aspek keselamatan kerja.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan pada saat
pelaksanaan Tugas Akhir diketahui bahwa setiap pekerjaan khususnya
yang berkaitan dengan pekerjaan di ketinggian baik secara rutin
maupun non rutin sudah cukup lengkap, namun dalam penyusunan
prosedur tersebut ada beberapa poin yang masih terlewat atau harus
diperbaharui lagi misalnya pada prosedur Job Safety Analysis
mengenai pemasangan Counter Weight Balance yang dilakukan pada
saat Rig Up tidak disarankan pengguanaan Full Body Harness,
sedangkan pekerjaan tersebut bersinggungan dengan resiko jatuh dari
atas ketinggian. Meskipun dalam pelaksanaan pekerjaannya Full Body
Harness tersebut tetap digunakan, namun tetap saja prosedur tersebut
harus diperbaharui atau diperbaiki karena ada kemungkinan
kesalahfahaman bagi pihak yang tidak mengetahui pekerjaan secara
langsung ataupun menjadi temuan saat dilaksanakan suatu Audit.

52

Gambar 5.14
Job safety analysis pemasangan Counter weihgth balance

5.4

Pelaksanaan Bekerja Pada Ketinggian Di Rig PDSI#31.3/D1500-E.


5.4.1 Persentase Jumlah
#31.3/1500-E.
Setiap

Bekerja

program

Pada

dan

Ketinggian

laporan

Di

pekerjaan

Rig

PDSI

di

Rig

PDSI#31.3/D1500-E di laporkan sebagai suatu dokumen tertulis.


Berdasarkan laporan tersebut diketahui bahwa jumlah kegiatan
bekerja pada ketinggian yang dilaksanakan di Rig PDSI#31.3/D1500E adalah sebagai berikut:
No

Tanggal

Waktu
pelaksanaan

Jumat
05Agustus
2016

14.00-24.00

Nipple Up BOP group 13.5/8" *


1000 Psi

10

Sabtu, 06
Agustus 2016

00.00-04.00

Nipple Up BOP group 13.5/8" *


1000 Psi

18.00-16.00

Cabut rangkaian TCB 6" + BHA


dari 2608 m sampai permukaan

18.00-24.00

Stand Up Tubing 3-1/2" 12 std

00.00-03.00

Stand Up Tubing 3-1/2" 12 std,


kumm 32 std

3
4
5
6

Senin, 08
Agustus 2016
Selasa, 09
Agustus 2016

12.30-16.00

Jenis Kegiatan

PJSM, Aming Handak. Masuk


rangkaian HSD gun ke permukaan.
R/D lubricator wireline & wire
tools. Observasi statistik baik.

Durasi
kerja

3,5

53

Rabu, 10
Agustus 2016

16.00-20.00

Arming Handak. Masuk rangkaian


HSD gun 4-1/2 6 spf, korelasi int
perfo 2576-2577 m, OK. Tambahkan
gun, indikasi fired OK. Cabut
rangkaian HSE gun ke permukaan

00.00-08.30

masuk ROE DP 3-1/2" dari 0-2586


m

8.5

13.00-14.30

cabut amankan string dari 2413


-2260 m (5 std) squezee dengan rate
0.4 bpm pressure 980 psi holding
selama 20 menit, terpompa 2.4 bbls.
Bleed of pressure, cek return 1.9
bbls cemen masuk 0.5 bbls

1.5

14.30-24.00

cabut dan cek rangkaian ROE 3 1/2"


dari 2260 m (5std) sampai
permukaan. Didapat beberapa jts DP
3 1/2 " no 1-17 (urutan bawah)
buntu oleh semen sambil TSK

9.5

01.00-18.00

masuk rangkaian TCB 6" +BHA


rotary dari permukaan sampai
2533.78 m (TOC) duduk 6 klbs.
Break sirkulasi di 500m, 1400m,,
1810 m, 2096 m sambil sablon
setiap std

17

12.00-19.00

Cabut rangkaian TCB 6" + BHA


dari 2608 m sampai permukaan

19.00-24.00

masuk rangkaian TCB 6" +scraper


7" + DP 3 1/2 sampai 1650 meter

Rabu, 10
Agustus 2016
10

11

Kamis, 11
Agustus 2016

12
Jumat Agustus
2016
13

14

00.00-03.30
Senin, 15
Agustus 2016

lanjut masuk rangkaian 4-1/2" TCP


gun 5 SPF + 7" packer (26-29 PPF)
+ 3-1/2" tubing dari 2107-2521 m,
per joint. Duduk 5 klbs. Indikasi
packer duduk di TOL 7" liner (TOL
7" = 2465 m, pounder liner 7" = 29
PPF, ID 6.183")
lanjut usaha masuk rangkaian 4-1/2"
TCP gun 5 SPF + 7" packer + 31/2" tubing dengan angkat rangkaian
dari 2521-2432 m, kemudian masuk
kembai UR di 2575 m (NPT 6.5
jam)

3.5

15

03.30-09.00

16

19.00-24.00

L/D bell nipple. N/D BOP grup 135/8" *10000 psi

00.00-06.00

lanjut cabut rangkaian 6" TCB + 7"


scraper +3-1/2" DP dan 4-3/4" DC.
L/D kelly

17

Sabtu, 13
Agustus 2016

5.5

54

18

19

08.00-24.00

masuk rangkaian 4-1/2" TCP gun 5


SPF (conn 2-7/8' EUE) + 7" packer
(26-29 PPF, mech, DG, HTHP) +31/2" tubing (N-80, 9.3 PPF, EUE, R2) spi 2107 m, per joint water
cussion setinggi 634 m (900psi)

16

00.00-08.30

lanjut malanjut masuk rangkaian


6"TCB + 7 scraper +3-1/2" DP dari
1650 sampai 2608 meter. Scrap
berulang interval 2500-2608 m

8.5

14.30- 24.00

cabut rangkaian TCB 6" + 7


scraper+3-1/2" DP dari 2608-490 m,
sambil slack off 3-1/2" DP

9.5

Minggu, 14
Agustus 2016
20

21

Kamis 18
agustus 2018

03.00-11.00

22

Kamis 18
agustus 2016

21.30-24.00

N/U BOP grup 13-5/8" * 10m. N/U


overflow
cabut rangkaian dari 2574-2561 m.
cek berat rangkaian pick up
weight/slack off weight/normal
weight : 84 klbs/82 klbs/83 klbs.
Usaha set pecker di 2508 m, test
pecker masih bocor. Cabut
rangkaian dari 2561-2551 m
Total waktu pelaksanaan

2.5

148

Tabel 5.1
Laporan kegiatan bekerja pada ketinggian di Rig PDSI#31.3/D1500-E

Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan :


a. Jumlah jam total kegiatan sumur
: 14 hari * 24 = 336 jam kerja
b. Total pelaksaan bekerja di ketinggian : 148 jam kerja
c. Total pelaksanaan bekerja di bawah : 336-148 jam = 188 jam kerja
148
100
d. Persentase jml bekerja di ketinggian : 336
= 44.05%
e. Persentase jumlah bekerja di lantai dasar : 100 - 44.048
= 55.95 %
Berdasarkan hasil analisa antara durasi yang dibutuhkan untuk setiap
jenis kegiatan di Rig PDSI#31.3/D1500-E dalam satu periode kerja (work
over) diketahui bahwa jumlah persentase untuk pekerjaan di ketinggian ini
adalah sebesar 44.048% . Jumlah tingkat resiko bekerja pada ketinggian Rig
PDSI#31.3/D1500-E tersebut tentunya cukup tinggi, karena melibatkan

55

hampir setengah dari seluruh pekerjaan yang dilakukan. Untuk itu dalam
rangka mengontrol bahaya yang mungkin terjadi sebagai akibat dari resiko
bekerja pada ketinggian itu sendiri harus memperhitungkan banyak aspek.
Pekerja, pengawas maupun penanggung jawab setiap kegiatan yang
berkaitan dengan bekerja di ketinggian hendaknya benar benar memahami
dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan sebelum,
ketika dan sesudah pekerjaan dilakukan baik itu menyangkut penyediaan
sarana dan peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan maupun
5.4.2

prosedur kerja yang harus dijalankan.


Frekuensi Kegiatan Naik Turun dalam proses bekerja di ketinggian
Frekuensi jumlah kegiatan naik dan turun dalam proses bekerja pada
ketinggian

di

Rig

PDSI#31.3/D1500-E

diperoleh

dengan

cara

mengasumsikan bahwa pekerjaan yang dilakukan ini di lokasi ini dibagi


dalam 2 shift kerja. Yakni shift pagi yang dimulai pada pukul 07.00-19.00
dan shift malam yang dimulai pada pukul 19.00-07.00, jadi untuk setiap
kegiatan yang berkaitan dengan proses naik dan turun untuk bekerja pada
ketinggian dipengaruhi oleh waktu pergantian sift tersebut. Misalnya untuk
pekerjaan cabut masuk rangkaian Drill Pipe yang dimulai pada pukul 17.30
sampai dengan pukul 21.00 maka disana terjadi proses naik dan turun dari
menara saat bekerja pada ketinggian, sehingga frekwensi kegiatan naik
turun dalam bekerja pada ketinggianpun semakin bertambah.

No

Tanggal

Senin, 08
Agustus

Waktu
pelaksanaan
18.00-16.00

Jenis Kegiatan
Cabut rangkaian TCB 6" + BHA
dari 2608 m sampai permukaan

Asumsi
kegiatan
naik/ turun
1

56

2016

18.00-24.00
00.00-03.00

12.30-16.00
Selasa, 09
Agustus
2016

16.00-20.00

00.00-08.30

13.00-14.30
Rabu, 10
Agustus
2016

10
11

14.30-24.00

Kamis, 11
Agustus
2016

Jumat 12
Agustus
2016

12

01.00-18.00

12.00-19.00
19.00-24.00

00.00-03.30
Senin, 15
Agustus
2016

13

03.30-09.00

Stand Up Tubing 3-1/2" 12 std


Stand Up Tubing 3-1/2" 12 std,
kumm 32 std
PJSM, Arming Handak. Masuk
rangkaian HSD gun ke
permukaan. R/D lubricator
wireline & wire tools. Observasi
statistik baik.
Arming Handak. Masuk
rangkaian HSD gun 4-1/2 6 spf,
korelasi int perfo 2576-2577 m,
OK. Tambahkan gun, indikasi
fired OK. Cabut rangkaian HSE
gun ke permukaan
masuk ROE DP 3-1/2" dari 02586 m
cabut amankan string dari 2413
-2260 m (5 std) squezee dengan
rate 0.4 bpm pressure 980 psi
holding selama 20 menit,
terpompa 2.4 bbls. Bleed of
pressure, cek return 1.9 bbls
cemen masuk 0.5 bbls
cabut dan cek rangkaian ROE 3
1/2" dari 2260 m (5std) sampai
permukaan. Didapat beberapa jts
DP 3 1/2 " no 1-17 (urutan
bawah) buntu oleh semen sambil
TSK
masuk rangkaian TCB 6" +BHA
rotary dari permukaan sampai
2533.78 m (TOC) duduk 6 klbs.
Break sirkulasi di 500m, 1400m,,
1810 m, 2096 m sambil sablon
setiap std
Cabut rangkaian TCB 6" + BHA
dari 2608 m sampai permukaan
masuk rangkaian TCB 6"
+scraper 7" + DP 3 1/2 sampai
1650 meter
lanjut masuk rangkaian 4-1/2"
TCP gun 5 SPF + 7" packer (2629 PPF) + 3-1/2" tubing dari
2107-2521 m, per joint. Duduk 5
klbs. Indikasi packer duduk di
TOL 7" liner (TOL 7" = 2465 m,
pounder liner 7" = 29 PPF, ID
6.183")
lanjut usaha masuk rangkaian 41/2" TCP gun 5 SPF + 7" packer
+ 3-1/2" tubing dengan angkat
rangkaian dari 2521-2432 m,
kemudian masuk kembai UR di
2575 m (NPT 6.5 jam)

1
1

1
1

57

14

00.00-06.00
Sabtu, 13
Agustus
2016

15

08.00-24.00

16

Minggu,
14 Agustus
2016

17

00.00-08.30

14.30- 24.00

Kamis 18
agustus
2016

18

21.30-24.00

lanjut cabut rangkaian 6" TCB +


7" scraper +3-1/2" DP dan 4-3/4"
DC. L/D kelly
masuk rangkaian 4-1/2" TCP gun
5 SPF (conn 2-7/8' EUE) + 7"
packer (26-29 PPF, mech, DG,
HTHP) +3-1/2" tubing (N-80, 9.3
PPF, EUE, R-2) spi 2107 m, per
joint water cussion setinggi 634
m (900psi)
lanjut masuk rangkaian 6"TCB +
7 scraper +3-1/2" DP dari 1650
sampai 2608 meter. Scrap
berulang interval 2500-2608 m
cabut rangkaian TCB 6" + 7
scraper+3-1/2" DP dari 2608-490
m, sambil slack off 3-1/2" DP
cabut rangkaian dari 2574-2561
m. cek berat rangkaian pick up
weight/slack off weight/normal
weight : 84 klbs/82 klbs/83 klbs.
Usaha set pecker di 2508 m, test
pecker masih bocor. Cabut
rangkaian dari 2561-2551 m
Total

18

Tabel 5.2
Ferkuensi Naik Turun Pada Saat Bekerja Di Ketinggian
Berdasarkan Laporan Kegiatan Rutin Pekerjaan

Berdasarkan tabel 5.2 mengenai jumlah freuensi naik dan turun saat
bekerja pada ketinggian diketahui bahwa selama periode kegiatan work over
di Rig PDSI#31.3/D1500-E terdapat

18 kali kegiatan naik dan 18 kali

kegiatan turun. Perlu digaris bawahi bahwa data tersebut hanya diambil dari
kegiatan rutin saja sedangkan non-rutin seperti Nipple Down BOP tidak
dimasukan karena melibatkan frekuensi naik dan turun untuk kegiatan
tersebut tidak dapat dipastikan. Selain itu jumlah frekuensi tersebut bisa saja
lebih besar dengan asumsi bahwa data yang dikumpulkan belum
memperhitungkan kegiatan pekerjaan dengan selang waktu istirahat bagi
pekerja.

58

Kegiatan menaiki dan menuruni menara ini tentunya memiliki potensi


bahaya jatuh yang tinggi, maka dari itu baik pekerja, pengawas maupun
penanggung jawab kegiatan hendaklah memastikan kondisi pekerjaan yang
akan dilakukan mencakup segala jenis faktor pendukung lainnya seperti alat
pelindung diri dan prosedur yang dijalankan telah sesuai dengan ketentuan
dan berada dalam kondisi aman.

Das könnte Ihnen auch gefallen