Sie sind auf Seite 1von 5

Hubungan Antropologi dengan Psikologi Perkembangan

Antopologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia. Jika


disinggung dari disiplin ilmu lain yang mempelajari tentang manusia juga,
antropologi memiliki ciri khas yang membedakan dari disiplin ilmu lainnya yaitu
menaruh perhatian terhadap manusia yang mendiami tempat manapun dan yang
hidup pada zaman manapun. Dalam cara pendekatannya, antropologi mengkaji
secara menyeluruh (holistic) tentang manusia. Baik dari jenis manusia maupun
aspek-aspek pengalaman manusia. Yaitu dengan menggambarkan suatu bagian
sejarah daerah manusia itu, lingkungan hidup, cara kehidupan keluarga, pola
pemukiman, sistem politik dan ekonomi, agama, gaya kesenian dan berpakaian,
segi-segi umum bahasa dan sebagainya.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari pola
perubahan yang dimulai sejak pembuahan, yang berlanjut sepanjang rentan hidup,
yang ditandai dengan pertumbuhan dan penuaan. Psikologi merupakan lapangan
khusus yang mempelajari salah satunya peningkatan-peningkatan yang terjadi
antara interaksi tingkah laku dengan lingkungan.
Jika kedua hal ini dikaitkan, yang dilakukan adalah menghubungkan
variasi-variasi dalam pola-pola budaya dengan masa pengasuhan anak,
kepribadian, kebiasaan-kebiasaan dan kepercayaan-kepercayaan yang mungkin
merupakan konsekuensi dari faktor-faktor psikologis dan prosesnya.

Contoh Kajian Antropologi dengan Psikologi Perkembangan

Dalam e-Journal Psikologi, Volume 3, Nomor 1 tahun 2015 terdapat


penelitian mengenai Pengaruh Budaya Jawa dan Harga Diri terhadap Asertivitas
pada Remaja Siswa Kelas X di SMA Negeri 3 Ponorogo yang ditulis oleh
Wahyuni Eka Pratiwi. Penelitian tersebut dilakukan untuk tujuan melihat apakah
terdapat pengaruh antara budaya jawa dan harga diri terhadap asertivitas pada
remaja. Subjek penelitian tersebut adalah siswa kelas X di SMA Negeri 3
Ponorogo sebanyak 80 siswa. Data tersebut dikumpulkan dengan skala budaya
jawa, skala harga diri, dan skala asertivitas dengan model skala Likert. Data yang
terkumpul dianalisis dengan uji regresi dengan bantuan program Statistical
Package for Social Sciences (SPSS) 17.0 for Windows.
Penjelasan:
Masa remaja merupakan masa saat seorang anak memiliki keinginan untuk
mengetahui berbagai macam hal serta ingin memiliki kebebasan dalam
menentukan apa yang ingin dilakukannya. Hal ini sesuai dengan salah satu tugas
perkembangan masa remaja yang berhubungan dengan penyesuaian sosial.
Remaja harus mampu bersikap tegas dalam menyatakan pendapat atau pikirannya
terhadap orang lain tanpa kehilangan rasa percaya diri (Fensterheim dan Baer,
2005).
Asertivitas merupakan suatu potensi yang dimiliki individu untuk
menyatakan diri secara terus terang tanpa adanya kecemasan atas reaksi orang
lain. Perilaku asertif sangat penting bagi remaja. Apabila remaja tidak memiliki
keterampilan untuk berperilaku asertif atau bahkan tidak dapat berperilaku asertif,
maka disadari ataupun tidak remaja tersebut akan kehilangan hak-hak pribadinya
sebagai individu dan cenderung tidak dapat menjadi individu yang bebas dan akan
selalu berada di bawah kekuasaan orang lain.
Namun, pada kenyataannya masih banyak remaja yang mengalami
kesulitan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Permasalahan
yang terjadi saat ini banyak remaja yang mengalami hambatan dalam
perkembangan perilaku asertif, baik dalam hubungan sosial, keluarga dan

sekolahnya. Tiap individu memiliki tingkat asertivitas yang tidak sama dalam
menghadapi suatu kondisi. Asertivitas individu dipengaruhi oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah kebudayaan. Oleh karena itu, budaya dan lingkungan yang
ada di sekitar individu akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan
asertivitasnya.
Salah satu wujud kebudayaan yang ada di Indonesia adalah kebudayaan
Jawa. Sebagaimana dipahami bahwa budaya jawa merupakan budaya yang
menjunjung tinggi nilai-nilai atau adat istiadat dan unggah-ungguh yang sudah
diterapkan oleh masyarakat (Idrus, 2004). Sejak kecil anak dididik untuk malu,
takut dan sungkan sehingga dapat membentuk rasa percaya diri yang rendah,
kurang inisiatif, tidak spontan, kurang ekspresif, sehingga ke depannya seorang
anak akan menjadi tidak maju dan berkembang karena kurang memiliki
keberanian untuk bereksplorasi dan berekspresi.
Selain itu, salah satu tata krama budaya jawa adalah prinsip tidak boleh
mengungkapkan segala sesuatu secara langsung karena dianggap kurang sopan
jika mengungkapkan sesuatu yang dikehendaki (Suseno, 1985). Efek jangka
panjangnya adalah anak kurang mampu atau takut untuk mengungkapkan apa
yang dirasakan dan dipikirkan secara terbuka dan akan tumbuh menjadi anak yang
pasif, kurang asertif, dan terhambat dalam mengembangkan kemampuan
berkomunikasi.
Asertivitas terkandung dalam perilaku kesanggupan bermasyarakat,
berempati dan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal. Remaja yang
asertif memiliki keyakinan serta keberanian untuk bertindak maupun berpendapat,
walaupun tindakan dan pemikirannya berbeda dengan lingkungannya. Hal
tersebut didukung oleh kepercayaan diri yang dimiliki oleh remaja, perasaan
mampu, dan yakin akan dirinya sendiri. Pembentukan harga diri individu
tergantung pada kemampuan individu menentukan sikap terhadap suatu masalah
dan kehendak individu untuk mengerti masalah yang ia hadapi. Hal ini berarti
harga diri memungkinkan untuk menentukan corak perilaku seseorang. Harga diri

merupakan proses evaluasi yang ditujukan individu pada diri sendiri, yang
nantinya berkaitan dengan proses penerimaan individu terhadap dirinya.

Kesimpulan:
Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan dalam penelitian ini
adalah terdapat pengaruh positif antara budaya jawa terhadap asertivitas pada
remaja siswa kelas X di SMA Negeri 3 Ponorogo. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara budaya jawa dan harga diri
terhadap asertivitas pada remaja siswa kelas X di SMA Negeri 3 Ponorogo.
Kemudian dari hasil analisis regresi bertahap didapatkan hasil bahwa terdapat
pengaruh positif antara budaya jawa terhadap asertivitas. Kemudian pada harga
diri terhadap asertivitas memiliki pengaruh positif.

Daftar Pustaka
Eka Pratiwi, Wahyuni. Februari 2015, Pengaruh Budaya Jawa dan Harga Diri
terhadap Asertivitas Pada Remaja
Siswa Kelas X di SMA Negeri 3
Ponorogo. E-Journal Psikologi. Volume 3, No. 1, http://ejournal.psikologi.fisipunmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2015/02/JURNAL%20YUNI%20(02-18-1505-23-25).pdf, 18 Februari 2015.
Santrock, John W.2007. Children Development. Jakarta: Airlangga
https://books.google.co.id/books?
id=6S_o_kwiLTcC&pg=PA72&dq=psikologi+perkembangan+dengan+antropolog
i&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiMvNiS1PPOAhVFQ48KHQtAAasQ6AEIMjAF
#v=onepage&q=psikologi%20perkembangan%20dengan%20antropologi&f=false
https://books.google.co.id/books?
id=xQsxmVNNU5gC&pg=PA27&dq=pengertian+psikologi+perkembangan&hl=i
d&sa=X&ved=0ahUKEwjU0p6Y5PPOAhVKRo8KHR9eDnsQ6AEIHDAA#v=o
nepage&q=pengertian%20psikologi%20perkembangan&f=false.

Das könnte Ihnen auch gefallen