Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang
ditentukan dalam tujuan ke-5 pembangunan milenium yaitu
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai
sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai risiko kematian
ibu.
Penyebab kematian ibu di Indonesia meliputi penyebab
obstetri langsung yaitu perdarahan (28%), preeklamsi/eklamsi
(24%), infeksi (11%), sedangkan penyebab tidak langsung adalah
trauma obstetri (5%) dan lain lain (11%).2 Diperkirakan 60%
kematian ibu terjadi setelah kehamilan dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama, dimana penyebab utamanya
adalah perdarahan pasca persalinan.
Berdasarkan penyebab terjadi perdarahan adalah atonia
uteri (50-60%), retensio plasenta (16-17%), sisa plasenta (23-24%),
laserasi jalan lahir (4-5%), kelainan darah (0,5-0,8%). Faktor
predisposisi terjadinya atonia uteri adalah uterus tidak berkontraksi,
lembek, terlalu regang dan besar, kelainan pada uterus seperti
mioma uteri dan solusio plasenta.
Berdasarkan data Survey Demografi dan Keseahatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan bahwa Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 228 per 100.000
kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target Rencana
Pembanguna Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2014 sebesar 118
per 100.000 kelahiran hidup dan target MGDs sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup tahun 2015.
Pada ibu nifas involusi uterus merupakan proses yang
sangat penting karena itu memerlukan perawatan yang khusus,
bantuan dan pengawasan demi pulihnya kesehatan seperti sebelum
hamil.10 Involusi merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot - otot
polos uterus. Involusi disebabkan oleh kontraksi dan retraksi
serabut otot uterus yang terjadi terus menerus.
Pengukuran involusi dapat dilakukan dengan mengukur
tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan juga dengan pengeluaran
lokia. Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan
desidua dan pengelupasan kulit pada situs plasenta sebagai tanda
penurunan ukuran dan berat, perubahan lokasi uterus, warna dan
jumlah lokia. Apabila fundus uteri berada di atas batas normal hal
b. Selain memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan
melahirkan, memperbaiki tonus otot pelvis, memperbaiki regangan otot tungkai
bawah, dan meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar
panggul.
c. Dengan melakukan senam nifas, kondisi umum ibu jadi lebih baik. Rehabilitasi
atau pemulihan jadi bisa lebih cepat, contohnya kemungkinan terkena infeksi pun
kecil karena sirkulasi darah bagus.
d. Sealin menumbuhkan/ memperbaiki nafsu makan, hingga asupan makan bisa
mencukupi kebutuhannya. Paling tidak, dengan melakkukan senam nifas, ibu tak
terlihat lesu ataupun emosional.
e. Pada mereka yang melahirkan secara besar, beberapa jam setelah keluar dari
kamar operasi, pernapasannya yang dilatih guna mempercepat penyembuhan luka.
Sementara latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi
darah ditungkai baru dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat tidur
(Anggraini 2010).
4. Kontra
Widianti (2010) kontra indikasi senam nifas yaitu:
Indikasi
Senam nifas seyogyanya tidak dilakukan oleh ibu yang menderita anemia atau yang
mempunyai riwayat penyakit jantung dan paru-paru.
5. Kapan waktu harus dilakukan senam nifas
Senam ini dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi obstetric
atau penyulit masa nifas. Ibu yang keadaan umumnya tidak baik merupakan
kontraindikasi dilakukannya senam nifas misalnya hipertensi, pasca kejang, demam.
Untuk itu bila senam nifas didampingi oleh bidan/ tenaga kesehatan sebelum dilakukan
senam nifas sebaiknya diperiksa dulu tanda-tanda vitalnya dan memastikan bahwa
kondisi ibu baik-baik dan bisa melakukan gerakan-gerakan senam nifas. Akan tetapi tidak
menutup kemungkinan kemungkinan ibu melakukan sendiri gerakan senam nifas
dirumah setelah setelah kondisi ibu pulih.
Senam nifas sebaiknya dilakukan diantara waktu makan. Melakukan senam nifas
setelah makan membuat ibu meras tidak nyaman karena perut masih penuh. Sebaiknya
jika dilakukan senam nifas bisa dilakukan pagi atau sore hari. Gerakan senam nifas ini
dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit. Sebaiknya lakukan
secara bertahap dan terus menerus.
6. Syarat senam nifas
Senam nifas dapat dilakukan setelah persalinan, tetapi dengan ketentuan sebagai
berikut: