Sie sind auf Seite 1von 25

AKHLAK KERJA DAN PROFESI

A. Pendahuluan

Hidup adalah sebuah perjuangan. Tanpa adanya usaha untuk berjuang maka manusia
tidak akan bisa bertahan untuk hidup. Untuk itu manusia haruslah berjuang sekuat tenaga
untuk memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Dalam pada itu berjuang memiliki makna
yang cukup luas. Di dalamnya terkandung nilai-nilai untuk bekerja keras, tekun, ulet dan teliti
dan yang lainnya yang merupakan salah satu dari akhlak dalam bekerja. Tanpa adanya unsurunsur itu apa yang kita harapkan dan cita-citakan belum tentu akan tercapai. Dengan bekerja
keras dan tekun akan muncul sikap optimis dalam diri seseorang untuk menggapai citacitanya. Dengan adanya sifat ulet, manusia tidak akan mudah goyah dan putus asa dalam
mengerjakan apa yang ia lakukan. Tidak mudah putus semangat apabila dalam melakukan
pekerjaannya mengalami hambatan atau bahkan kegagalan.
Dalam melakukan pekerjaan unsur teliti juga tidak boleh lepas dari dirinya. Dengan
sikap teliti maka apabila ada kesalahan atau kekurangan bisa segera di carikan solusinya.
Sehingga sebuah pekerjaaan dapat terlaksana dengan baik.
Bekerja Sebagai Satu Kewajiban Seorang Hamba Kepada Allah SWT Allah SWT
memerintahkan bekerja kepada setiap hamba-hamba-Nya (QS. Attaubah/ 9 : 105) :

Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mumin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan.
Seorang insan minimal sekali diharuskan untuk dapat memberikan nafkah kepada dirinya
sendiri, dan juga kepada keluarganya.
Adapun Akhlak merupakan sifat yang dituntut dalam setiap amalan kita. Akhlak merupakan
perbincangan para golongan pendidik, ahli-ahli tasawuf dan ahli-ahli falsafah di mana
pembentukan akhlak dapat membentuk insan, masyarakat yang berjaya dan berdisiplin.

1
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

Pembincangan akhlak di dalam pekerjaan amat penting bagi membentuk pekerja yang
berdisiplin dan berjaya serta membentuk komuniti tempat bekerja yang produktif dan tolong
menolong.
Akhlak sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Arab akhlaqun dalam bentuk jama
sedang Murad (bentuk tunggal) khuluqun yang berarti tingkah laku, perangai, atau tabiat. 1
Akhlak yang baik disebut sebagai beradab, beretika dan sopan santun yang diterjemahkan
dari hati yang ikhlas dan luhur. Islam telah mengingatkan kepada umatnya mengenai perihal
pentingnya memelihara akhlak dan mengamalkan nilai-nilai mulia dalam kehidupan seharian
sebagai hamba yang taat kepada perintah Allah SWT. Akhlak sendiri pada dasarnya tidak
jauh berbeda dengan etos maupun etika, yang mana di dalamnya terdapat nilai-nilai yang
berkaitan dengan baik buruk (moral) sehingga terkandung gairah atau semangat yang amat
kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal ,lebih baik, dan bahkan berupaya untuk
mencapai sesuatu hal yang sesempurna mungkin. Begitu juga dalam soal akhlak (etika) kerja
dan profesi ini.

B. Pembahasan

B.1 kerja dalam Islam


Apa yang dimaksud dengan kerja dalam islam ?
Bekarja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu (jasmani dan rohani) , dan di dalamnya tersebut dia berupaya dengan penuh
kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya
kepada Allah SWT. hampir di setiap sudut kehidupan , kita menjumpai begitu banyaknya
orang yang bekerja . para salesmen yang hilir mudik mendatangi toko dan rumah, rumah ,
guru yang tekun berdiri di depan kelas , polisi yang mengatur lalu-lintas dalam selingan hujan
dan panas terik, serta segudang profesi lainnya.
Lihatlah, semua melakukan aktivitas, namun dari kesemuanya itu ada yang dikejar , ada
tujuan serta usaha (ikhtiar) yang sangat sungguh sungguh untuk mewujudkan aktivitasnya
tersebut mempunyai arti.

1 Aunur Rahim Faqih, Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Yogyakarta : UII Press Indonesia, 1998 hal. 85

2
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

Namun, tidak semua aktifitas manusia bisa disebut dengan bekerja karena dalam bekerja
terkandung aspek yang harus dipenuhinya secara nalar, yaitu sebagai berikut :
1. Aktivitasnya dilakukan karena ada dorongan untuk mewujudkan sesuatu sehingga
tumbuh rasa tanggung jawab yang besar untuk mewujudkan sesuatu untuk
menghasilkan karya atau produk yang berkualitas. Bekerja bukan hanya sekedar
mencari uang, tetapi ingin mengaktualisasikannya secara optimal dan memilih nilai
transdental yang luhur.

Baginya bekerja itu alah ibadah, sebuah upaya untuk

menunjukan performance hidupnya di hadapan Illahi bekerja seoptimal mungkin


semata-mata karena ada panggilan untuk memperoleh ridho Allah. Karena itu, sangat
mustahil seseorang muslim mengaku dirinya sebagai wakil Allah mengabaikan makna
keterpanggilannya untuk bekerja secara sempurna.
2. Apa yang ia lakukan itu karena kesengajaan , sesuatu yang direncanakan . karenanya,
terkandung di dalamnya satu gairah semangat untuk mengerahkan seluruh potensi
yang dimilikinya sehingga apa yang dikerjakannya benar-benar memberikan kepuasan
dan manfaat. Apa yang dilakukannya memiliki alasan-alasan Untuk mencapai arah
dan tujuan yang luhur, yang secara dinamis memberikan makna bagi diri dan
lingkungannya sebagai misi dirinya yang harus menjadi rahmat bagi alam semesta.
sisi lain, makna bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh ,
dengan mengerahkan seluruh aset, pikiran , dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau
menampakkan arti dirinya sebagi hamba Allah yang harus menundukan dunia dan
menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairu ummah) atau
dengan kata lain dapat Juga kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu
memanusiakan dirinya. 2
B.2 Akhlak sebagai teras pembentukan Etika kerja
Kenapa Perlu Kepada Akhlak (Etika) Kerja? Akhlak (etika) kerja dalam Islam sebenarnya
bermula dengan konsep dan pandangan Islam terhadap kerja itu sendiri.

Apabila kita

berakhlak ini bermakna kita faham akan konsep kerja dalam Islam sebagai jambatan menuju
ke akhirat. Bekerja untuk mendapat pahala di sisi Allah SWT. Bahkan kepentingannya dilihat
dapat membimbing para pekerja ke arah melakukan kebaikan dan menjauhi daripada segala
kemungkaran. Namun begitu, berapa ramai di antara kita memilih untuk melakukan
pekerjaan mengikut pandangan hidup Islam? Di kala itulah perlunya seseorang memiliki
2 K.H.Toto Tasmara membudayakan etos kerja islami Jakarta : PT Gema Insani, 2002 hal 24

3
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

kefahaman dan kesadaran keagamaan terutama di dalam konsep kerja bagi membimbing
mereka menjauhi pekerjaan yang dilarang oleh Allah SWT.
Kita bimbang jika wujudnya kejahilan umat Islam tentang peri pentingnya akhlak yang mulia
sebagai matlamat beragama, ini akan membuka jalan bagi mereka untuk melakukan perkaraperkara yang bertentangan dengan ajaran murni yang terkandung dalam al-Quran dan
sunnah Nabi Muhammad SAW. Apabila dorongan dan asakan hawa nafsu menjadi kuat dan
fikiran dikalahkan oleh emosi mereka tidak berupaya mengawal dorongan-dorongan itu, lalu
berlakulah tindak tanduk dan perbuatan yang dilarang oleh agama.
dan menghalang dorongan yang mengikut asakan hawa nafsu tersebut, kefahaman mengenai
nilai-nilai akhlak atau etika kerja berlandaskan pandangan hidup Islam penting bagi
menentukan matlamat kepada akal fikiran, tindakan dan tanggung jawab kita sebagai
khalifah yang diamanahkan di muka bumi ini. Kefahaman yang jelas berkaitan akhlak itu
nanti akan menjadi panduan kepada para pekerja dalam melahirkan kerja yang cemerlang dan
berkualitas.
Akhlak merupakan teras kepada pembentukan etika kerja seseorang. Akhlak mulia yang
dimiliki oleh seseorang pekerja maupun ketua menjadi lambang ketinggian pribadi dan
kualitas individu terbaik. Ini bermakna apabila seseorang itu mempunyai akhlak yang baik
maka, mereka akan melakukan pekerjaan dengan mengikut tuntutan Islam. Salah satunya
berakhlak dalam melakukan kerja dengan bersungguh-sungguh (itqan). Pekerjaan yang
dilakukan

dengan

bersungguh-sungguh

akan

tergolong

dalam

amalan

kebajikan.

Sesungguhnya Allah suka apabila seseorang itu melakukan sesuatu kerja itu dengan tekun
( Riwayat Al-Baihaqi)
Dalam hadis ini, menekankan supaya seseorang yang mempunyai akhlak yang baik perlu
melakukan sesuatu pekerjaan dengan kemahiran dan ketekunan yang tinggi. Seseorang yang
mempunyai akhlak (etika) tidak akan bekerja sambil lewat atau bertanguh-tangguh dalam
menyiapkan tugasannya. Meskipun kerja itu dianggap membosankan tetapi apabila pekerja
itu mempunyai akhlak dan anggapan yang baik terhadap kerja yang dilakukan maka kerja
tersebut tidak dianggap sebagai beban. Dalam hal ini, kerja yang dilakukan akan dibuat
secara bersungguh-sungguh tanpa rasa jemu.

Kerja yang bersungguhsungguh ini akan

dilakukan untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Bahkan ia juga dilakukan dengan
sebaik yang mungkin bukan sekadar melepas batuk di tangga. Jika terdapat kesulitan

4
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

semasa melaksanakan tugasnya, pekerja itu akan terus berusaha mencari jalan penyelesaian
dan tidak mudah putus asa atau mengaku kalah.
Begitu juga dengan amanah diri pekerja. Amanah merupakan akhlak yang perlu dipelihara
oleh setiap pekerja sebagai teras keharmonian dan kejayaan sebuah organisasi. Amanah
sangat berat dan ia perlu disampaikan dengan benar dan jujur. Kejujuran dapat dilihat apabila
seseorang pekerja itu melakukan tugas seperti mana yang diarahkan oleh ketua atau
majikannya mengikut garis panduan yang ditetapkan dan tidak sama sekali melanggar batas
syarak. Sekiranya amanah dilakukan di luar batas syarak maka pekerja itu boleh dianggap
sebagai khianat serta tidak berakhlak. Oleh sebab itu, amanah itu perlu dipikul dan dijaga
dengan baik. Begitu juga amanah dalam menjaga peralatan dan kemudahan milik pejabat atau
organisasi. Sebagai contoh peralatan seperti telepon, mesin fotokopi, kereta pejabat, pencetak
dan lain-lain untuk keperluan pejabat perlu dimanfaatkan dan digunakan untuk tujuan
penyempurnaan tugas semata-mata; bukan sebaliknya.
Selain itu, akhlak (etika ) kerja ini juga mempunyai hubungan rapat dengan faktor masa atau
bijak mengurus masa. Di jelaskan dalam Q.S Al-Asr Ayat 1-3

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu senantiasa dalam kerugian. Kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal shaleh dan berwasiat (nasihat-menasihati) dengan kebenaran dan
berwasiat dengan kesabaran." (Surah Al-Asr Ayat 1-3).
Pepatah mengatakan masa itu emas menunjukkan bahwa masa itu adalah sangat berharga.
Cendiakiawan Islam juga menyifatkan masa itu sebagai sesuatu yang hidup. Kehidupan tidak
akan berarti melainkan masa yang digunakan untuk beramal semenjak dari lahir hinggalah
kepada saat yang terakhir.

Imam Hassan Al-Banna menyatakan masa ibarat nyawa.

Bagaimana seseorang menghargai nyawa yang ada padanya maka begitulah dia menghargai
masa.
Begitu juga bagi seseorang pekerja amat perlu dititikberatkan soal menjaga masa karena salah
satu faktor kejayaan dalam pekerjaan adalah pengurusan masa yang berkesan dan cukup.
Pengurusan masa yang cukup dapat membantu meringankan beban tugas di samping

5
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

memudahkan segala urusan kerja. Sebagai contoh, semasa bekerja kita telah diperuntukkan
waktu rehat yang secukupnya oleh majikan. Dalam masa yang agak singkat inilah kita perlu
bijak memanfaatkan masa untuk makan, sembahyang dan berehat. Masa yang tidak dijaga
dengan baik akan menyebabkan banyak perkara lain tertunda, kerja tidak dapat disiapkan
dalam tempo yang telah ditetapkan. Justru, dalam mengatur masa, tugas yang penting
didahulukan dan yang kurang mendesak perlu dilakukan kemudian.
Akhir sekali, akhlak (etika) kerja juga perlu ditekankan dalam aspek menjaga hubungan
sesama rekan sekerja. Hubungan ini penting dalam mewujudkan perserikatan kerja yang baik
dan menyeronokkan bukan membina permusuhan. Apabila hak sesama rekan dijaga dengan
baik maka ia akan dapat mewujudkan perserikatan kerja yang baik. Perserikatan kerja yang
baik dapat dilihat apabila pekerja saling tegur menegur, memberi senyuman dan bertanya
akan khabar. Hubungan yang baik ini juga akan mewujudkan semangat bekerjasama, saling
bantu-membantu, bertukar-tukar fikiran, bersangka baik, nasihat menasihati dan sebagainya.
Sebaliknya, sikap dan nilai buruk seperti iri hati, hasut-menghasut dan berprasangka buruk
perlu dijauhi serta dihapuskan bagi seseorang agar tidak terjadi ketidak sefahaman di tempat
kerja.
Allah telah menanggung rezeki bagi setiap makhluk yang ada di muka bumi ini ,
sebagaimana firmannya :

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.
Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (Q.S Hud ayat : 6 )
Namun disisi lain , Allah menyatakan bahwa Allah tidak akan mengubah kondisi seseorang
selama orang (umat) tersebut tidak merubahnya sendiri ( Q.S Al-Raad : 11) hal itu bisa
diartikan bahwa walaupun Allah telah menyediakan rezeki bagi manusia dan segenap
makhluk yang ada di dunia ini, namun rezeki yang telah tersedia itu akan didapatkan lewat
jalan bekerja dan berdoa. Dari pernyataan itulh , secara implisit Allah menyatakan bahwa
setiap manusia harus mencari rezeki dengan jalan bekerja dan beraktivitas. Islam memberikan
apresiasi yang tinggi terhadap seorang muslim yang gigih bekerja, dan sebaliknya, akan

6
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

membenci setiap muslim yang bermalas-malasan. Apresiasi dan penghargaan yang tinggi
kepada orang / muslim yang bekerja itu ditunjukkan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Perintah untuk giat bekerja setelah selesainya ibadah. Allah berfirman :

apabila telah ditunaikan salat , maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia
Allah dan ingatlah banyak-banyak supaya kamu beruntung ( Q.S Al-jumuah :10 )
Perintah Allah itu memberikan 2 pelajaran penting : pertama , setiap selesai ibadah
harus bekerja mencari apa yang dianugerahkan Allah. Ibadah saja tidak cukup, hanya berdoa
dan meminta kepada Allah tidak cukup, meminta rezeki tetapi tidak berbuat dan bekerja
untuk mencarinya adalah suatu sikap yang tidak ada tuntunannya. Kedua, dalam bekerja
haruslah didasari dengan ibadah dan dan ingat kepada Allah, sehingga banyaknya rezeki dan
kesibukan yang tinggi tidak akan menggoyahkan iman dan menjadi seseorang berfikiran
materialistis.
2. Perintah untuk selalu beraktivitas, dan dilarang kosong (menganggur) . Allah
berfirman dalam AL-Quran :

maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. (Q.S Alam Nasyrah (94) : 7 )
Ayat ini menunjukkan bahwa waktu kosong itu tidak baik. Dalam sebuiah pepatah bahas
Arab dikatakan : Al-faragh mafsadah ( kekosongan itu adalah kerusakan ). Di lain
kesempatan Allah juga memerintahkan Nabi Muhammad Saw agar menyuruh kaumnya
beraktivitas ( bekerja ) sesuai dengan keadaanya asing-masing , yakni dalam Q.S Az-zumar
[39]:39

7
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan
bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui, Q.S Az-zumar [39]:39

3. Larangan meminta-minta
Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di
bawah. Lebih baik bekerja, meskipun pekerjaan itu oleh orang orang dinilai sebagai
pekerjaan kasar. Dan sebaik baiknya hasil adalah yang diperoleh dengan karyanya
sendiri. Sebagaimana dalam sebuah hadis.
Yang artinya abu hurairah r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : demi sekiranya
salah seorang dari kamu itu pergi mencari kayu bakar dan dipikul di atas
punggungnya, lebih baik daripada meminta minta kepada orang orang , baik diberi
atau ditolak.

( HR. Bukhari muslim ). ( Yahya bin Syaraf An-Nawawiy 1987 :

454 ).
4. Di dalam berusaha seorang muslim tidak boleh berputus asa bila menemui kegagalan
dan kesulitan.
Berputus asa adalah tindakan yang biasa dilakukan oleh orang-orang kafir . budaya
kerja bukan hanya sekedar sisipan atau perintah sambil lalu, tetapi menempatkannya
sebagai tema sentral dalam pembangunan umat, karena untuk mewujudkan suatu
pribadi dan masyarakat yang tangguh hanya dimungkinkan apabila penghayatan
terhadap esensi bekerja dengan segala kemuliaannya dikajikan sebagai pokok kajian
bagi setiap muslim, sehingga akan tercipta budaya yang khas ini dalam setia
kehidupan muslim 3.
Hanya pribadi-pribadi yang menghargai nilai kerja yang kelak akan mampu
menjadikan masyarakatnya sebagai masyarakat yang tangguh, dan sebaliknya, pribadi
yang malas dan bermental pengemis hanyalah akan mengorbankan masyarakat dan
bahkan generasinya sebagai umat yang terbelakang, terjajah, dan terbelenggu dalam
kategori bangsa yang memiliki nilai kerja kelas teri, tidak mempunyai wibawa,
sebagaimana wibawa, sebagaimana ibarat, ke dalam tak mengganjilkan dan keluar tak
menggenapkan, ke atas tak berpucuk, ke bawah tak berakar4.

3 Tasmara , 1991 : 7
4 Ibid , hal . 7-8

8
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

Hal itu sebenarnya bisa dipahami , karena memang dengan seperti itu orang akan
semakin bisa memaknakan islam betul-betul sesuai dengan tuntunan permasalahan
yang saat ini dihadapi umat islam.

Seorang insan minimal sekali diharuskan untuk dapat memberikan nafkah kepada dirinya
sendiri, dan juga kepada keluarganya.

Dalam Islam terdapat banyak sekali ibadah yang tidak mungkin dilakukan tanpa biaya
& harta, seperti zakat, infak, shadaqah, wakaf, haji dan umrah. Sedangkan biaya/ harta
tidak mungkin diperoleh tanpa proses kerja. Maka bekerja untuk memperoleh harta
dalam rangka ibadah kepada Allah menjadi wajib. Kaidah fiqhiyah mengatakan :




Suatu kewajiban yang tidak bisa dilakukan melainkan dengan pelaksanaan sesuatu, maka
sesuatu itu hukumnya wajib.
Namun, terdapat Pertanyaan Besar Tentang Pekerjaan Kita, seperti :
Apakah pekerjaan yang kita lakukan akan mengantarkan kita ke surga?
Apa syarat syarat yang dapat menjadikan pekerjaan kita sebagai sarana untuk
mendapatkan surga Allah SWT?
Bagaimana menjadikan pekerjaan kita sebagai sarana untuk mendapatkan surga?
Maka, dalam semua pertanyaan itu tentu akan adanya suatu syarat. Adapun Syarat
Mendapatkan Surga Dengan Bekerja diantaranya adalah :

1. Niat Ikhlas Karena Allah SWT



Artinya ketika bekerja, niatan utamanya adalah karena Allah SWT sebagai kewajiban dari
Allah yang harus dilakukan oleh setiap hamba. Dan konsekwensinya adalah ia selalu
memulai aktivitas pekerjaannya dengan dzikir kepada Allah. Ketika berangkat dari rumah,
lisannya basah dengan doa bismillahi tawakkaltu alallah.. la haula wala quwwata illa billah..

9
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

Dan ketika pulang ke rumahpun, kalimat tahmid menggema dalam dirinya yang keluar
melalui lisannya.

2. Itqan, sungguh-sungguh dan profesional dalam bekerja



Syarat kedua agar pekerjaan dijadikan sarana mendapatkan surga dari Allah SWT adalah
profesional, sungguh-sungguh dan tekun dalam bekerja.
Diantara bentuknya adalah, tuntas melaksanakan pekerjaan yang diamanahkan kepadanya,
memiliki keahlian di bidangnya dsb.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda


( )
Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, ia menyempurnakan
pekerjaannya. (HR. Tabrani )

3. sikap Jujur & Amanah



Karena pada hakekatnya pekerjaan yang dilakukannya tersebut merupakan amanah, baik
secara duniawi dari atasannya atau pemilik usaha, maupun secara duniawi dari Allah SWT
yang akan dimintai pertanggung jawaban atas pekerjaan yang dilakukannya. Implementasi
jujur dan amanah dalam bekerja diantaranya adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang
bukan menjadi haknya, tidak curang, obyektif dalam menilai, dan sebagainya. Dalam sebuah
hadits Rasulullah SAW bersabda:


( )


Seorang pebisnis yang jujur lagi dapat dipercaya, (kelak akan dikumpulkan) bersama para
nabi, shiddiqin dan syuhada. (HR. Turmudzi)

4. Menjaga Etika Sebagai Seorang Muslim

10
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014


Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seroang muslim, seperti etika
dalam berbicara, menegur, berpakaian, bergaul, makan, minum, berhadapan dengan customer,
rapat, dan sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini merupakan ciri kesempurnaan iman
seorang mumin.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :

)
Sesempurna-sempurnanya keimanan seorang mumin adalah yang paling baik akhlaknya
(HR. Turmudzi)

5. Tidak Melanggar Prinsip-Prinsip Syariah



Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh melanggar prinsip-prinsip
syariah dalam pekerjaan yang dilakukannya.
Tidak melanggar prinsip syariah ini dapat dibagi menjadi beberapa hal :
Pertama dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya, seperti memporduksi tidak boleh
barang yang haram, menyebarluaskan kefasadan (seperti pornografi), mengandung unsur
riba, maysir, gharar dsb.
Kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan, seperti risywah,
membuat fitnah dalam persaingan, tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki dengan
perempuan, dsb.



Hai orang-orang yang beriman, ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul dan janganlah
kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (QS. Muhammad, 47 : 33)

6. Menghindari Syubhat

11
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014


Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat atau sesuatu yang
meragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya. Seperti unsur-unsur pemberian
dari pihak luar, yang terdapat indikasi adanya satu kepentingan terntentu. Atau seperti bekerja
sama dengan pihak-pihak yang secara umum diketahui kedzliman atau pelanggarannya
terhadap syariah. Dan syubhat semacam ini dapat berasal dari internal maupun eksternal.
Oleh karena itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan ini. Dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW bersabda, Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara keduanya ada
perkara-perkara yang syubhat. Maka barang siapa yang terjerumus dalam perkara yang
syubhat, maka ia terjerumus pada yang diharamkan (HR. Muslim)

7. Menjaga Ukhuwah Islamiyah



Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah islamiyah antara
sesama muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha melahirkan perpecahan di
tengah-tengah kaum muslimin. Rasulullah SAW sendiri mengemukakan tentang hal yang
bersifat prefentif agar tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin. Beliau
mengemukakan, Dan janganlah kalian membeli barang yang sudah dibeli saudara kalian
Karena jika terjadi kontradiktif dari hadits di atas, tentu akan merenggangkan juga ukhuwah
Islamiyah diantara mereka; saling curiga, suudzon dsb.
B.3 Ranjau-Ranjau Berbahaya Dalam Dunia Kerja
Dunia kerja adalah dunia yang terkadang dikotori oleh ambisi-ambisi negatif manusia,
ketamakan, keserakahan, keinginan menang sendiri, dsb. Karena dalam dunia kerja,
umumnya manusia memiliki tujuan utama hanya untuk mencari materi. Dan tidak jarang
untuk mencapai tujuan tersebut, segala cara digunakan. Sehingga sering kita mendengar
istilah, injak bawah, jilat atas dan sikut kiri kanan. (Na'udzu billah min dzalik). Oleh
karenanya, disamping kita perlu untuk menghiasi diri dengan sifat-sifat yang baik dalam
bekerja, kitapun harus mewaspadai ranjau-ranjau berbahaya dalam dunia kerja serta berusaha
untuk menghindarinya semaksimal mungkin. Karena dampak negatif dari ranjau-ranjau ini

12
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

sangat besar, diantaranya dapat memusnahkan seluruh pahala amal shaleh kita. Berikut
adalah diantara beberapa sifat-sifat buruk dalam dunia kerja yang perlu dihindari dan
diwaspadai :
1. Hasad (Dengki)
Hasad atau dengki adalah suatu sifat, yang sering digambarkan oleh para ulama dengan
ungkapan "senang melihat orang susah, dan susah melihat orang senang." Sifat ini sangat
berbahaya, karena akan "menghilangkan" pahala amal shaleh kita dalam bekerja.Dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :

Dari Abu Hurairah ra berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, Jauhilah oleh kalian
sifat hasad (iri hati), karena sesungguhnya hasad itu dapat memakan kebaikan sebagaimana
api melalap kayu bakar. (HR. Abu Daud)
2. Saling bermusuhan
Tidak jarang, ketika orang yang sama-sama memiliki ambisi dunia berkompetisi untuk
mendapatkan satu jabatan tertentu, atau ingin mendapatkan "kesan baik" di mata atasan, atau
sama-sama ingin mendapatkan proyek tertentu, kemudian saling fitnah, saling tuduh, lalu
saling bermusuhan. Jika sifat permusuhan merasuk dalam jiwa kita, dan tidak berusaha kita
hilangkan, maka akibatnya juga sangat fatal, yaitu bahwa amal shalehnya akan "dipending"
oleh Allah SWT, hingga mereka berbaikan.Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :
Dari Abu Hurairah ra berkata,bahwa Rasulullah SAW bersabda, Pintu-pintu surga dibuka
pada hari senin dan kamis, maka pada hari itu akan diampuni dosa setiap hamba yang tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seseorang yang sedang bermusuhan
dengan saudaranya sesama muslim, maka dikatakan kepada para malaikat, Tangguhkan dua
orang ini sampai mereka berbaikan. (HR. Muslim).
3. Berprasangka Buruk

13
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

Sifat inipun tidak kalah negatifnya. Karena ambisi tertentu atau hal tertentu, kemudian
menjadikan kita bersu'udzon atau berprasangka buruk kepada saudara kita sesama muslim,
yang bekerja dalam satu atap bersama kita, khususnya ketika ia mendapatkan reward yang
lebih baik dari kita. Sifat ini perlu dihindari karena merupakan sifat yang dilarang oleh Allah
& Rasulullah SAW, di samping juga bahwa sifat ini merupakan pintu gerbang ke sifat negatif
lainnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, Jauhilah oleh kalian
prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka buruk itu adalah sedusta-dustanya
perkataan. Dan janganlah kalian mencari-cari berita kesalahan orang lain, dan janganlah
kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah kalian saling mementingkan diri
sendiri, dan janganlah kalian saling dengki, dan janganlah kalian saling marah, dan jangan lah
kalian saling memusuhi dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersudara. (HR.
Muslim)
4. Sombong
Di sisi lain, terkadang kita yang mendapatkan presetasi sering terjebak pada satu bentuk
kearogansian yang mengakibatkan pada sifat kesombongan. Merasa paling pintar, paling
profesional, paling penting kedudukan dan posisinya di kantor, dsb. Kita harus mewaspadai
sifat ini, karena ini merupakan sifatnya syaitan yang kemudian menjadikan mereka dilaknat
oleh Allah SWT serta dijadikan makhluk paling hina diseluruh jagad raya ini. Sifat ini pun
sangat berbahaya, karena dapat menjadikan pelakunya diharamkan masuk ke dalam surga
(na'udzu billah min dzalik). Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda :

14
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

5. Namimah (mengadu domba)


Indahnya dunia terkadang membutakan mata. Keingingan mencapai sesuatu, meraih
kedudukan tinggi, memiliki gaji yang besar, tidak jarang menjerumuskan manusia untuk
saling fitnah dan adu domba. Sifat ini teramat sangat berbahaya, karena akan merusak tatanan
ukhuwah dalam dunia kerja. Di samping itu, sifat sangat dimurkai oleh Allah serta dibenci
Rasulullah SAW.Dalam sebuah hadits rasulullah bersabda :
Dari Hudzaifah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersbada, Tidak akan masuk surga
sesroang yang suka mengadu domba. HR Bukhari Muslim)
Masih banyak sesungguhnya sifat-sifat lain yang perlu dihindari. Namun setidaknya kelima
ranjau berbahaya tadi, dapat menggugah kita untuk menjauhi segala ranjau-ranjau berbahaya
lainnya khususnya dalam kehidupan dunia kerja. Jadi, sekarang bekerjalah dengan niat ikhlas,
hiasi dengan sifat-sifat positif dan songsonglah hari esok dengan penuh kegemilangan serta
keridhaan dari Allah SWT.5
B.4 Akhlak profesi

Setelah dibahas tentang bagaimana etos kerja itu mempunyai akar yang kuat dalam ajaran
islam, maka adanya akhlak yang harus ditegakkan dalam bekerja tersebut, atau yang sering
disebut dengan etika profesi (akhlak profesi).
5 Rikza Maulan, Lc., M.Ag

15
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

Profesi merupakan pekerjaan yang bernilai positif, mendapatkan hasil dan sesuai dengan
keahliannya. Mengapa harus sesuai keahliannya? Karena Nabi Saw pernah bersabda, kirakira isinya begini : "Barangsiapa menyerahkan pekerjaan kepada seseorang yang bukan
ahlinya, maka tunggulah kehancurannya"
Seseorang yang ahli disebut sebagai seorang profesional. Keprofesionalam seseorang bisa
dilihat dari dua aspek, yaitu:
1. Ijazah atau sertifikat. Hal ini merupakan tolak ukur dari selembar kertas yang diberikan
oleh instansi terhadap seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu atau telah menempuh
ujian kelulusan. Walaupun terkadang ada saja ijazah atau sertifikat palsu, atau ijazah yang
tidak sesuai dengan kemampuan seseorang, ijazah banyak digunakan untuk mengukur
keahlian seseorang.
2. Pengakuan dari para ahli. Ketika para ahli merekomendasikan seseorang, secara otomatis
ia akan mendapatkan dari masyarakat dengan mudah.
Dalam islam, diatur dengan jelas tentang bagaimana sebuah pekerjaan yang harus dijalani
dan dilakukan . islam mempunyai garis yang tegas dan jelas tentang akhlak produksi dan
sekaligus akhlak konsumsi.
1. Meletakkan kerja sebagai sebuah amalan soleh yang dilakukan dalam konteks dan
tahap yang runtut atas iman, ilmu dan amal. Karena itulah, maka kerja bernilai ibadah.

Dari sinilah , maka seorang muslim akan memandang kerja dengan dua pandangan.
Pertama, sebagai suatu aktivitas yang bernilaai ibadah
Kedua, sebagai sebuah aktivitas untuk memperoleh keuntungan finansial.
Karena itu, bagi seorang muslim, kegagalan dalam memperoleh finansial tidak boleh
menjadikan keputusasaan , karena itu hanyalah merupakan salah satu aspek dari kerja

tersebut.
2. menunaikan kerja sebagai suatu perintah amalan yang harus dilakukan secara
profesional . dikatakan sebagai amanah pada hakikatnya setiap waktu, kesempatan,
dan aktivitas, akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah. Dengan memahami
hal ini, dalam melakukan sebuah pekerjaan seseorang tidak boleh melakukan
seenaknya ataupun asal-asalan. Setiap kerja haruslah dilakukan dan dikelola dengan
Management yang baik. Islam sama sekali tidak menginginkan bahwa seorang
muslim melakukan kerja hanya sepenuhnya digantungkan kepada Allah dengan

16
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

mengbaikan ikhtiar dan usaha. Sebaliknya, ada kerinduan pada dirinya untuk
mencapai hasil yang seoptimal mungkin dan malu apabila pekerjaanya tidak
dilaksanakan dengan baik karena itu merupakan salah satu bentuk pengkhianatan
kerja . karena itulah , profesionalisme dan kesempurnaan adalah nilai yang
dikehendaki oleh islam.
3. Melakukan kerja dengan wawasan masa depan dan wawasan ukhrawi. Artinya, dalam
melakukan kerja, seseorang harus mengingat kepentingan hari depannya. Sehingga,
dalam bekerja tidak hanya menggunakan kesempatan untuk mencari kepentingan
pribadi sebanyak mungkin dengan melakukan apa kelanjutannya dihari depan, kerugi
Rugian dan resikonya. Karena bisa jadi keuntungan akan banyak didapat, tetapi
orang lain akan merasakan akibatnya. Sikap biasa ini disebut dengan oportunistik (aji
mumpung ). Pada prinsipnya islam akan menentang semua bentuk kesenangan yang
didapat dengan mendzalimi orang.
Sementara itu yang dimaksud dengan bekerja dengan wawasan ukhrawi adalah bahwa
dalam melaksanakan setiap kerja , seorang muslim harus merasakan semua akibat di
akhirat nanti. Oleh karenanya, seorang muslim tidak boleh sengaja melakukan
kecurangan dan tindakan-tindakan yang diharamkan/dilarang dalam menyelesaikan
sebuah kerja. Inilah salah satu kelebihan yang dimiliki islam. Dalam bekerja orang
tidak akan pernah merugikan orang lain, mengeksploitasi apalagi mengintimidasi
orang lain. Inilah sebuah sistem pengawasan yang tidak bisa di tandingi oleh sistem
administrasi

ciptaan

manusia.

Tidak

akan

mampu

walaupun

orang

lain

mengetahuinya, tidak akan melakukan korupsi dan manipulasi walaupun tidak ada
bukti yang bisa diajukan untuk menuntut.
Melanggar hal itu sama saja menyengaja dirinya untuk terjerumus dalam api neraka .
hal ini bisa dibaca dan disimpulkan dari ayat Allah yang berbunyi :

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.

17
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

Maka , konsep islam, bukan hanya bekerja merupakan sebuah aktivitas yang bukan
hanya bersifat duniawi, melainkan juga sangat ukhrawi. Artinya, bahwa islam
melibatkan aspek transendental dalam beribadah , sehingga kerja tidak hanya dilihat
sebagai gejala prilaku ekonomi, tetapi juga prilaku ibadah. Keduanya dilakukan dalam
satu waktu sekaligus.
B.5 Ciri-ciri orang yang berakhlak pada pekerjaan maupun profesi
Orang yang mempunyai dan menghayati akhlak Kerja akan tampak dalam
kehidupannya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa
pekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah. Ciri-ciri itu diantaranya :
1. Mereka kecanduan terhadap waktu
Salah satu esensi dan hakikat, dari akhlak bekerja adalah cara seseorang
menghayati, memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu, satu detik
berlalu waktu tidak mungkin akan kembali. Waktu merupakan deposito yang
berharga yang dianugerahkan Allah secara gratis dan merata kepada setiap orang
baik kaya maupun miskin. Yaitu, 24jam atau 1.440menit atau 86.400detik setiap
hari. Pada waktu ini merupakan sehelai kertas kehidupan yang harus ditulis
dengan deretan kalimat kerja dan prestasi. Dia akan merasakan kehampaan yang
luar biasa apabila waktu yang dilaluinya tidak diisi dengan kreasi, kalimat
kerjanya terputus, atau bahkan dia akan kekosongan jiwa apabila ada waktu yang
kosong serta tidak ada nilai apapun. Baginya waktu adalah aset ilahiah yang
sangat berharga, yang merupakan ladang subur yang membutuhkan ilmu dan amal
untuk diolah serta dipetik hasilnya pada waktu yang lain. Ada peerumpamaan
alwaktu kassaif inlam taqhahu qhataa yang artinya waktu bagaikan pedang,
apabila tidak waspada, padahal itu akan memotong kita sendiri. Maka waktu
sangatlah penting dalam kehidupan.
2. Mereka memiliki moralitas yang bersih (ikhlas)
Ikhlas dalam artisan di sini yaitu bersih, murni (tidak terkontaminasi). Dan ikhlas
merupakan bentuk dari cinta, bentuk kasih sayang dan pelayanan tanpa ikatan.
Cinta yang putih terbentuk karena keikhlasan yang tidak ingin menjadi rusak
karena tercampur hal lain selain terpenuhinya dahaga cinta. Mereka takut bahwa
suatu pekerjaan yang dilatarbelakangi motivasi atau pamrih selain melaksanakan
amanah walaupun atas namakan ikhlas dan cinta akan menjadi komoditas sematamata. Keikhlasan hanya akan menjadi label atau simbol dari pengesahana dirinya
untuk berbuat munafik. Sikap ikhlas bukan hanya output dari cara dia melayani,

18
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

melainkan juga input atau masukan yang membentuk kepribadiannya didasarkan


pada sikap yang bersih. Bahkan, cara dirinya mencari rizqi makanan dan minuman
yang masuk ke dalam tubuhnya adalah bersih semata-mata.
3. Mereka kecanduan kejujuran
Di dalam jiwa orang yang jujur terdapat nilai ruhani yang memantulkan berbagai
sikap yang berpihak kepada kebenaran dan sikap moral yang terpuji (morally
upright). Dirinya telah dibelenggu, dikuasai, dan diperbudak oleh kejujuran, dia
merasa bangga karena menjadi budak Allah karena memang pada dasarnya
merupakan hamba Allah. Maka apabila ada tindakan yang menyimpang dari nilai
rohani kejujurannya, tipu berarti dia telah menghianati diri dan keyakinannya
sendiri dan telah menipu dirinya sendiri dihadapan Allah. Dan dalam kejujuran
dan keikhlasan itu tidak cukup, perlu adanya faktor dorongan lain yaitu berupa
integritas karena kejujurna dan integritas merupakan dua sisi mata uang dan
dengan adanya integritas ini mereka siapa menghadapi risiko dan seluruh
akibatnya dihadapi dengan gagah berani, kebanggaan, dan penuh suka cita, dan
tidak pernah terfikirkan untuk melemparkan tanggung jawabnya kepada orang
lain.
4. Mereka memiliki komitmen (aqidah, abad, itikad).
Yaitu keyakinan yang mengikat (abad) sedemikian kukuhnya sehingga
membelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan perilaku
menuju arah tertentu yang diyakininya (itikad).
5. Istiqamah, kuat pendirian
Yaitu kemampuan untuk bersikap secara taat asas, pantang menyerah, dan ampu
mempertahankan prinsip serta komitmennya walau harus berhadapan dengan
risiko yang membahayakan dirinya. Mereka mampu mengendalikan diri dan
mengelola emosinya secara efektif. Tetap teguh terhadap komitmen, positif, dan
tidak rapuh kendati berhadapan dengan situasi yang menekan.
6. Mereka kecanduan disiplin
Yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tenang dan tetap taat
walaupun dalam situasi yang sangat menekan (cam controlled behavior: The
ability do behave in a controlled and calm way even in a difficult bor stressful
situation).
Pribadi yang disiplin sangat berhati-hati dalam mengelola pekerjaan, serta penuh
tanggung jawab memenhi kewajibannya.
7. Konsekuen dan berani menghadapi tantangan (challenge)
Bagi mereka hidup adalah pilihan (Life is a choice) dan setiap pilihan merupakan
tanggung jawab pribadinya. Mereka tidak mungkin menyalahkan pihak manapun

19
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

karena pada akhirnya semua pilihan ditetapkan oleh dirinya sendirinya. Dasar
tanggung jawabnya mendorong perilakunya yang bergerak dinamis seakan-akan
di dalam dadanya ada nyala api, sebuah motivasi yang kuat untuk mencapai
tujuan dan menjaga apa yang telah menjadi keputusan.
8. Mereka tipe orang yang bertanggung jawab
Sikap dan tindakan seseorang di dalam menerima sesuatu sebagai amanah, dengan
penuh rasa cinta ia ingin menunaikannya dalam bentuk pilihan-pilihan yang
melahirkan amal prestatif.
9. Mereka bahagia karena melayani
Melayani dengan cinta bukan karena tugas atau pengaruh dari luar, melainkan
benar-benar sebuah obsesi yang sangat mendalam bahwa bahagia karena melayani
yang mana merupakan bentuk kesadaran dan kepeduliannya terhadap nilai
kemanusiaan yang mana merupakan investasi yang kelak akan dipetik
keuntungannya, tidak hanya diakhirat, tetapi didunia pun mereka sudah
merasaknnya. Seperti yang telah Rasulullah contohkan. Dan dengan mengambil
keteladanan Rasulullah tersebut, seharusnya setiap pribadi muslim sangat bangga
untuk melayaninya karena melayani adalah keterpanggilan sekaligus merupakan
Citra dari umat islam.
10. Dan masih banyak lagi
B.6 Keutamaan (Fadhilah) Bekerja Dalam Islam
1. Orang yang ikhlas bekerja akan mendapatkan ampunan dosa dari Allah SWT. Dalam
sebuah hadits diriwayatkan :


( )
Barang siapa yang sore hari duduk kelelahan lantaran pekerjaan yang telah dilakukannya,
maka ia dapatkan sore hari tersebut dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. (HR. Thabrani)
2. Akan diampuninya suatu dosa yang tidak dapat diampuni dengan shalat, puasa, zakat,
haji & umrah. Dalam sebuah riwayat dikatakan :


( )

20
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu, terdapat satu dosa yang tidak dapat dihapuskan
dengan shalat, puasa, haji dan umrah. Sahabat bertanya, Apa yang dapat menghapuskannya
wahai Rasulullah? Beliau menjawab, Semangat dalam mencari rizki. (HR. Thabrani)

3.

Mendapatkan Cinta Allah SWT. Dalam sebuah riwayat digambarkan :

( )
Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang mumin yang giat bekerja. (HR.
Thabrani)
4. Terhindar dari azab neraka
Dalam sebuah riwayat dikemukakan, Pada suatu saat, Saad bin Muadz Al-Anshari
berkisah bahwa ketika Nabi Muhammad SAW baru kembali dari Perang Tabuk, beliau
melihat tangan Saad yang melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman karena diterpa
sengatan matahari. Rasulullah bertanya, Kenapa tanganmu? Saad menjawab, Karena
aku mengolah tanah dengan cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi
tanggunganku. Kemudian Rasulullah SAW mengambil tangan Saad dan menciumnya
seraya berkata, Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka (HR.
Tabrani)
5. Bekerja mencari nafkah digolongkan dalam fi sabililah
Dari Ka'ab bin Umrah berkata, "Ada seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah
SAW. Orang itu sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat lalu berkata,
'Ya Rasulullah, andaikata bekerja seperti dia dapat digolongkan fi sabilillah, alangkah
baiknya.' Lalu Rasulullah bersabda, 'Jika ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang
masih kecil, itu adalah fi sabilillah; Jika ia bekerja untuk membela kedua orang tuanya yang
sudah lanjut usia, itu adalah fi sabilillah; dan jika ia bekerja untuk kepentingan dirinya
sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu adalah fi sabilillah... (HR. Thabrani)
Riwayat-riwayat di atas sudah lebih dari cukup bagi seorang mu'min untuk menjadi motivator
dalam bekerja, terlebih- lebih bekerja di Lembaga Keuangan Syariah, yang memiliki visi
untuk merealisasikan syariat Allah di muka bumi ini. Oleh karenanya seorang muslim yang
baik adalah yang bekerja dengan penuh kesungguhan dan ketekunan. Karena selain

21
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

mendapatkan penghasilan untuk kehidupan dunianya, ia juga mendapatkan beribu kebaikan


untuk kehidupannya di akhirat kelak.
serta Akhlak merupakan teras kepada pembentukan etika kerja seseorang. Akhlak mulia yang
dimiliki oleh seseorang pekerja maupun ketua menjadi lambang ketinggian pribadi dan
kualitas individu terbaik. Ini bermakna apabila seseorang itu mempunyai akhlak yang baik
maka, mereka akan melakukan pekerjaan dengan mengikut tuntutan Islam. Salah satunya
berakhlak dalam melakukan kerja dengan bersungguh-sungguh (itqan). Pekerjaan yang
dilakukan

dengan

bersungguh-sungguh

akan

tergolong

dalam

amalan

kebajikan.

Sesungguhnya Allah suka apabila seseorang itu melakukan sesuatu kerja itu dengan tekun
( Riwayat Al-Baihaqi)
B.7 Perbedaan Profesi dan Pekerjaan
Profesi:
a. Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
b. Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
c. Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
d. Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
Pekerjaan:
a. Tidak membutuhkan latar belakang pendidikan.
b. Tidak membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang mendalam
persamaan profesi dan pekerjaan
a. Sama sama dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup (nafkah hidup )
b. Membutuhkan tenaga serta upaya untuk menyelesaikannya
c. Sama sama dapat menghasilkan uang

22
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

C. Kesimpulan

Bekerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu (jasmani dan rohani) , dan di dalamnya tersebut dia berupaya dengan penuh
kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya
kepada Allah SWT. hampir di setiap sudut kehidupan , kita menjumpai begitu banyaknya
orang yang bekerja . para salesmen yang hilir mudik mendatangi toko dan rumah - rumah ,
guru yang tekun berdiri di depan kelas , polisi yang mengatur lalu-lintas dalam selingan hujan
dan panas terik, serta segudang profesi lainnya.
Dalam Islam terdapat banyak sekali ibadah yang tidak mungkin dilakukan tanpa biaya &
harta, seperti zakat, infak, shadaqah, wakaf, haji dan umrah. Sedangkan biaya/ harta tidak
mungkin diperoleh tanpa proses kerja. Maka bekerja untuk memperoleh harta dalam rangka
ibadah kepada Allah menjadi wajib.
sisi lain, makna bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh ,
dengan mengerahkan seluruh aset, pikiran , dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau
menampakkan arti dirinya sebagi hamba Allah yang harus menundukan dunia dan
menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairu ummah) atau
dengan kata lain dapat Juga kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu
memanusiakan dirinya. Dan dalam bekerja sendiri diperlukan sebuah akhlak yang mana
Akhlak merupakan teras kepada pembentukan etika kerja seseorang. Akhlak mulia yang
dimiliki oleh seseorang pekerja maupun ketua menjadi lambang ketinggian pribadi dan
kualitas individu terbaik. Ini bermakna apabila seseorang itu mempunyai akhlak yang baik
maka, mereka akan melakukan pekerjaan dengan mengikut tuntutan Islam. Salah satunya
berakhlak dalam melakukan kerja dengan bersungguh-sungguh (itqan). Pekerjaan yang
dilakukan

dengan

bersungguh-sungguh

akan

tergolong

dalam

amalan

kebajikan.

23
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

Sesungguhnya Allah suka apabila seseorang itu melakukan sesuatu kerja itu dengan tekun
( Riwayat Al-Baihaqi).
Dan dalam bekerja sendiri islam mempunyai prinsip prinsip, faedah dalam bekerja, ranjau
ranjau bahaya dalam bekerja, ciri ciri orang yang bekerja dengan akhlak (akhlakul
karimah ) dan hal hal lain , yang mana memang sebenarnya kehidupan ini tak lepas dari
bekerja dan beribadah kepada Allah.

D. Kritik dan saran


Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya
dengan makalah ini kami banyak berharap kepada para pembaca yang budiman
memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, dan para pembaca khususnya.
Aamiin

Marji

K.H.Toto Tasmara membudayakan etos kerja islami Jakarta : PT Gema Insani, 2002
Aunur Rahim Faqih, Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Yogyakarta : UII Press Indonesia, 1998
http://nadiacitraa.blogspot.com/2012/06/akhlak-kepada-profesi.html
http://www.ikim.gov.my/index.php/ms/artikel/8350-kenapa-perlu-kepada-akhlak-etika-kerja
http://rikzamaulan.blogspot.com/2009/01/etika-dan-akhlak-bekerja-dalam-islam.html
http://www.ikim.gov.my/index.php/ms/artikel/8350-kenapa-perlu-kepada-akhlak-etika-kerja
http://hanicaniagod4.blogspot.com/2009/03/perbedaan-profesi-danpekerjaan.html
http://id-id.facebook.com/notes/muhammad-saw-sebagai-pedagang/akhlak-etika-bekerjadalam-islam/192960884053743

24
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

25
Ibadah dan Akhlak Teknik Kimia UII 2013/2014

Das könnte Ihnen auch gefallen