Sie sind auf Seite 1von 11

Manajemen Keuangan Pemerintah (MKP)

D IV Akuntansi PKN STAN Smester 7 / 2016-2017


Dosen : Abdul Gofar
Ringkasan Materi Kuliah TM II - 15 September 2016
Pelaksanaan Anggaran, pajak, PNBP, hibah, bunga, subsidi.
Mekanisme penerimaan (Revenue process);
Mekanisme pengeluaran (spending process);
Arus kas pajak dan PNBP;
Arus kas belanja, subsidi dan bunga;
Pembiayaan, constraint anggaran, manajemen subsidi.
Sebelum menbahas lebih jauh tentang pelaksanaan anggaran yang meliputi
mekanisme penerimaan, pengeluaran dan pembiayaan, arus kas pajak dan PNBP,
belanja,subsidi dan bunga, terlebih dahulu perlu dijelaskan tentang siklus annggaran
dan pengertian penganggaran dan aspek teknisnya.
Pengertian dan prinsip-prinsip pengaggaran.
- Anggaran (APBN/APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintaha
pusat/pemerintah daerah yang disetujui oleh DPR/DPRD.
- Pengertian Penganggaran adalah proses mengikhtisarkan
penerimaan/pendapatan, pengeluaran/belanja dan pembiayaan anggaran
selama jangka waktu tertentu, dan/atau kegiatan mengalokasikan sumber
daya untuk mencapai sasaran pada jangka waktu tertentu.
Defining Budget and Budgeting:
Government budgeting is world-wide importance because it is central in
determining governments objectives, policies and programs for mobilization
and allocation of resources.No government, however rich, has limitless
resources. Consequently the essence of budgeting is the choice between
alternatives : how to make limited amount of money go a long way.
Budget is an allocation of resources prepared in advance relating to future
period, based on a forecast of key variables adopted to achieve certain policy
objectives which sets performance targets for the achievement of objectives
related anticipated expenditures to anticipated revenues and forms a basis
against which actual expenditures and revenues can be measured and
controlled.
Budgeting is a process by which a government formulates its goals and
objectives for the fiscal year, establishes priorities for the use of scarce
resources, mobilizes and allocates resources among specific programs and
activities, identifies policies and operational modalities to implement
programs and projects efficiently and provides for an evaluation of results in
relation to objectives targets and utilization of resources.
Budgeting is also an integral part of other processes. It is a means by which
plans are realized and thus of crucial significance for development planning,
and by extention for economic development itself. Good planning requires
good budgeting
Rregular phases :
1. planning, need assesment, and priority setting;

2. preparation, including expenditure forecasting and development of


performance measures;
3. legislative reviews of agency report and appropriations;
4. execution of proposed programs;
5. audit and evaluation of agency expenditure.
Budgeting system can be viewed from many aspects:
Budget preparation - Line item budgeting
- Incremental budgeting
- Performance budgeting
- Program budgeting
- Zero base budgeting
Budget structure :
- Unified budget
- Dual budget
- I account
- T account
Budget accounting
- Cash basis
- Accrual basis
- Commitment basis
Budget policy
- Surplus Budget
- Balanced budget
- Deficit budget
Time/period approach - long term plan
- medium term plan
- annual plan
Budget classification - Organic
- Function
- Economy
- Object
The budget as an instrument :
Planning instrumen set goal, priorities, and strategies, and coordinates the
community/ageny resources into expenditure plan identifying what programs
or activities will take place and at what levels.
Political instrument involves competing interest attempting to influencea
government/agency to form policy favorable of them.
Social instrument provides a vehicles to grant and deny priveledges and
disburse burdens and benefits to individuals and businesses.
Economic instrument offers powerful potential for affecting the growth and
productive capacity of the community and its citizens.
Legal instrument grants authoritatively the rights, responsibilities, power,
and guidelines that regulate the budget format, timing,and process.
Dokumen terkait pelaksanaan perencanaan dan penganggaran.
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional/Daerah
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional/Daerah
3. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Nasional/Daerah
4. Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga Renstra Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD)
5. Rencana Kerja (Renja) Kementerian/Lembaga Renja SKPD

6.
7.
8.
9.

Rencana Kerja Anggaran (RKA) K/L RKA SKPD


Rancangan APBN/Rancangan APBD
APBN/APBD
Rincian APBN/Rincian APBD (yang telah ditetapan oleh Presiden/Kepala
Daerah)
10. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pusat/DIPA Daerah.
(dan dokumen pendukung lainnya yang digunakan dalam penyusunan anggaran)
Siklus Anggaran Negara
1. Tahap Perencanaan dan Penganggaran;
2. Tahap Penetapan APBN;;
3. Tahap Pelaksanaan APBN;
4. Tahap Pelaporan dan Pencatatan APBN;
5. Tahap Pemeriksaan dan Pertanggung Jawaban APBN.
Prinsip-prinsip Penyusunan dan penetapan APBN:
Anggaran negara (APBN/APBD) mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan,
pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
Anggaran negara disusun sesuai dengan KEBUTUHAN PENYELENG
GARAAN NEGARA dan KEMAMPUAN DALAM MENGHIMPUN
PENDAPATAN NEGARA.
APBN terdiri dari pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Belanja dirinci menurut organisasi, fungsi dan jenis belanja.
RAPBN disusun berpedoman pada RKP yang didahului dengan penyampaian
pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro pada bulan Mei
kepada DPR.
K/L menyusun RKA berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai beserta
prakiraan belanja 1 tahun berikutnya.
RKA dibahas bersama DPR dan hasilnya digunakan untuk penyusunan
RAPBN oleh Menteri Keuangan.
RAPBN dibahas berdasarkan UU MD3 (sebelumnya UU Susduk) dan DPR
Persetujuan oleh DPR terinci sampai dengan organisasi, fungsi, sub funsi,
program, kegiatan.
(i)
(ii)
(iii)

Pendekatan sistem penganggaran


penganggaran terpadu (unified budgeting)
kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expenditure
framework), dan
penganggaran berbasis kinerja (performance budgeting).

Penganggaran Terpadu (unified budgeting) - mengintegrasikan anggaran


rutin dan anggaran pembangunan. Dalam pendekatan ini tidak dikenal
pemisahan anggaran dalam bentuk anggaran rutin dan anggaran
pembangunan. Belanja dalam APBN secara ekonomi diklasifikasikan dalam 8
jenis belanja mengacu pada Government Financial Statistics (GFS) yang
berlaku secara internasional. Dengan adanya pengintegrasian jenis belanja
akan menghindarkan distorsi pembiayaan seperti yang muncul pada sistem
dual budgeting. Sebelum diterapkan sistem penganggaran terpadu,
duplikasi dan tumpang tindih dalam pembiayaan menyulitkan dalam penilaian

kinerja keuangan. Sulit mengukur keterkaitan antara belanja dengan


outputs/outcomes. Penerapan penganggaran terpadu diharapkan akan
mendorong terciptanya transparansi penganggaran dalam rangka
mewujudkan pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja.
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah /KPJM ( Medium Term
Expenditure Framework / MTEF) menjamin adanya kesinambungan fiskal
(fiscal sustainability). Dalam proyeksi penganggaran jangka menengah,
tingkat ketidak pastian ketersediaan alokasi anggaran dimasa mendatang
dapat dikurangi, baik dari sisi penyediaan dana untuk membiayai
pelaksanaan berbagai inisiatif kebijakan prioritas baru maupun untuk
terjaminnya keberlangsungan kebijakan prioritas.
Tujuan dari penerapan KPJM :
a. Transparansi alokasi sumber daya anggaran yang lebih baik (allocative
efficiency)
b. Meningkatkan kualitas perencanaan penganggaran ( to improve quality of
planning)
c. Fokus yang lebih baik terhadap kebijakan prioritas ( best policy option)
d. Meningkatkan disiplin fiskal ( fiscal dicipline).
e. Menjamin adanya kesinambungan fiskal ( fiscal sustainability).
Dalam penerapan KPJM ada beberapa hal yang patut diperhatikan :
a. Penerapan sistem anggaran bergulir (rolling budget)
b. Angka dasar (baseline)
c. Penetapan angka dasar (baseline)
d. Parameter ( assumption)
e. Mekanisme penyesuaian angka dasar ( baseline adjustment)
f. Mekanisme pengajuan usulan anggaran bagi kebijakan baru (new policy
proposal)
g. Prinsip kerja KPJM.
Penganggaran Berbasis Kinerja/PBK (Performance-Based Budgeting/
PBB)- dalam penerapan PBK, alokasi anggaran berorientasi pada kinerja
(outputs and outcomes oriented). Alokasi anggaran yang disusun dalam
dokumen rencana kerja dan anggaran dimaksudkan untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya dengan menggunakan sumber daya yang
efisien.
Fleksibilitas pengelolaan annggaran untuk mencapai hasil dengan tetap
menjaga prinsip akuntabilitas ( let the manager manage). Pengalokasian
anggaran untuk mendanai suatu kegiatan didasarkan pada tugas dan fungsi
unit kerja sesuai maksud pendiriannya ( money follow function, function follow
by structure).
Tujuan penerapan PBK :
a. Menunjukkan keterkaitan antara pendanaan dan prestasi kerja yang akan
dicapai ( directly linkage between performance and budget).
b. Meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pelaksanaan (operational
efficiency).

c. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan tugas


dan pengelolaan anggaran ( more flexibility and accountability).
Komponen penting PBK :
Penyusunan PBK memerlukan tiga komponen untuk masing-masing program dan
kegiatan, yaitu :
a. Indikator kinerja, alat ukur untuk menilai keberhasilan suatu program atau
kegiatan ( indikator kinerja utama (IKU) untuk Program/Kegiatan);
b. Standar Biaya, standar biaya masukan untuk dikembangkan menjadi standar
biaya keluaran ( SB Umum / SB Khusus)
c. Evaluasi kinerja, proses penilaian dan pengungkapan masalah implementasi
kebijakan untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja,
baik dari segi efisiensi dan efektivitas dari suatu program/kegiatan.
Kegiatan-kegiatan pada tahap Penyusunan Anggaran :
a. Penetapan kerangka ekonomi makro (KEM) dan pokok-pokok kebijakan
fiskal;
b. Memformulasikan kebijakan umum dan prioritas anggaran;
c. Menyusun Rencana Kerja Anggaran Kementerian Neg./Lembaga (RKA-K/L) ;
d. Pembahasan RKA-K/L dengan DPR;
e. Penyelesaian penyusunan anggaran.
Kerangka Ekonomi Makro yang tergambar pada Asumsi Dasar Ekonomi Makro
(ADEM) merupakan indikator utama yang digunakan sebagai acuan dalam
menyusun postur APBN. ADEM sangat berpengaruh pada besaran komponen
struktur APBN terdiri dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat suku bunga Surat
Pinjaman Negara (SPN) rata-rata 3 bulan, nilai tukar rupiah terhadap US dolar,
harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) dan produksi atau lifting
minyak dan gas.
Mekanisme Penerrimaan/Pendapatan dan Pengeluaran/Belanja.
Tema Kebijakan Fiskal (APBN 2016) : Penguatan kebijakan fiskal dalam rangka
percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan. Kebijakan
Fiskal ditujukan optimalisasi pendapatan negara, peningkatan kualitas belanja
negara, pengendalian defisit APBN serta pengendalian utang negara.
Mekanisme Penerimaan/Pendapatan. Tahun 2017 adalah tahun konsolidasi fiskal
dari sisi pendapatan negara, belanja negara maupun sisi pembiayaan anggaran.
Dibidang pendapatan negara dilakukan perbaikan perhitungan penerimaan
perpajakan agar sejalan dengan basis perhitungan perpajakan yang lebih rasional.
Dibidang belanja negara dilakukan efisiensi dan penajaman pada belanja
operasional, namun tetap fokus pada pembangunan infrastruktur, pengurangan
kemiskinan dan kesenjangan sosial serta penciptaan lapangan kerja.
Kebijakan RAPBN 2017 :
1. Optimalisasi pendapatan negara terutama perpajakan mengingat potensi
pertumbuhan penerimaan perpajakan yang cukup baik (13%- 15%) dan
optimalisasi PNBP;
2. Peningkatan.kualitas belanja produktif dan prioritas antara lain difokuskan
untuk mendorong percepatan pembangunan infrastruktur, pengurangan
kemiskinan dan kesenjangan sosial dengan tetap menjaga pemenuhan

belanja yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan (mandatory


spending), mempertajam sasaran subsidi dan meningkatkan kualitas
penyalurannya serta mengarahkan bantuan sosial ke pola non tunai.
3. Memperkuat daya tahan dan mengendalikan iisiko melalui pengendalian
defisit dan rasio utang sehingga dapat terjaga tingkat kesinambungan fiskal .
Tema RKP 2017 adalah memacu pembangunan infrastruktur dan ekonomi untuk
meningkatkan kesempatan kerja serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan
antar wilayah.
Tema Pokok-pokok kebijakan fiskal tahun 2017 adalah pemantapan pengelolaan
fiskal untuk peningkatan daya saing dan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan dan berkeadilan. Terkait pendapatan negara pemerintah
berupaya untuk mengoptimalkan penerimaan perpajakan melalui berbagai
terobosan kebijakan antara lain melalui implementasi kebijakan pengampunan pajak
dimulai tahun 2016 dan penegakan hukum dibidang perpajakan.
Pendapatan negara pada tahun anggaran 2017 direncanakan sebesar
Rp.1.737.629,4 milyar terutama berasal dari non migas yaitu PPh dan PPN.
Langkah-langkah perbaikan sektor perpajakan antara lain (1) Peningkatan
kepatuhan WP terutama kepatuhan WP orang pribadi, usaha dan WP badan antara
lain melalui pembinaan dan pengawasan terhadap WP; (2) Peeningkatan tax ratio
dan tax buoyancy;(3) Peningkatan tax coverage melalui penggalian potensi
perpajakan pada beberapa sektor unggulan; (4) Penguatan dan perluasan basis
data perpajakan; (5) Mengoptimalkan potensi pajak namun tetap menjaga iklim
investasi dan dunia usaha; (6) Kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) dan
rencana revisi regulasi perpajakan yang dilakukan tahun 2016 dan 2017.
Sumber pendapatan negara dalam APBN yang sebagian besar berasal dari
perpajakan dan PNBP harus segera disetor ke kas negara pada waktunya, untuk
menjamin ketersediaan likuiditas guna pembayaran berbagai kewajiban pemerintah
pada saat jatuh tempo. Penerimaan Perpajakan meliputi semua penerimaan negara
yang teridiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional. Pajak
dalam negeri terdiri dari PPh ( migas dan non migas), PPN/PPnBM, PBB, cukai dan
pajak lainnya. Pajak Perdagangan Internasional terdiri dari Bea Masuk dan Bea
Keluar.
Mengingat sumber utama pendapatan negara dalam APBN berasal dari penerimaan
perpajakan, maka seharusnya fokus ditujukan pada perencanaan yang cermat target
penerimaan perpajakan agar ketidak tercapaian penerimaan perpajakan sejak 2010
hingga sekarrang tidak lagi terjadi pada masa mendatang.
Selain penerimaan perpajakan, sumber penerimaan negara lainnya yang juga harus
dioptimalkan adalah PNBP.
PNBP: seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan
perpajakan (UU No.20/1997 tentang PNBP). PNBP dibedakan atas 7 kelompok
:
1. Penerimaan yang berasal dari pengelolaan dana pemerintah;
2. Penerimaan dan pemanfaatan sumber daya alam;
3 .Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan;

4. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah;


5. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dari pengenaan denda administrasi
6. Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak pemerintah;
7. Penerimaan lainnya yang diatur dalam undang-undang tersendiri.
Selain penerimaan perpajakan dan PNBP, yang termasuk dalam komponen
pendapatan negara adalah penerimaan hibah baik yang berasal dari LN atau DN.
Hibah adalah pendapatan pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa dari
pemerintah lainnya, perusahaan negara/daerah, masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan, besifat tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus
menerus.
Mekanisme Pengeluaran/Belanja. Belanja negara tahun 2017 direncanakan
sebesar Rp.2.070.465,9 milyar yang meliputi Belanja Pemerintah Pusat
Rp.1.310.439,3 milyar dan Transfer keDaerah dan Dana Desa Rp.760.026,7 milyar.
Kebijakan umum Belanja Pemerintah Pusat dalam RAPBN 2017 akan dilakukan
secara keseluruhan memacu pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan merata,
(2) mengurangi kemisknan, (3) mengurangi pengangguran dan (4) mengendalikan
inflasi. Selain itu, pemerintah juga akan senantiasa mempertajam efisinsi dan
efektivitas belanja pemerintah pusat guna meningkatkan kualitas belanja negara.
Kebijakan fiskal terkait dengan belanja negara yang bersifat ekspansif diharapakan
akan meningkatkan kemampuan pemerintah untuk dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Pemanfaatan belanja pemerintah pusat diarahkan pada peningkatan kualitas belanja
produktif dan prioritas yang antara lain difokuskan (1) melanjutkan efisiensi subsidi
yang lebih tepat sasaran (2) meningkatkan kualitas dan efektifitas program
perlindungan sosial seperti KIP, KIS, PKH, Rastra dan Bidik Misi (3) meningkatkan
efektivitas pelayanan dan keberlanjutan program SJSN (4) memantapkan reformasi
birokrasi antara lain dengan menjaga kesejahteraan aparatur negara, dan (5)
memperkuat kepastian dan penegakan hukum, . stabilitas pertahanan dan
keamanan, politik dan demokrasi.
Percepatan penbangunan infrastruktur perlu terus dipacu agar daya saing Indonesia
lebih meningkati di tingkat ASEAN, terutama jika dikaitkan dengan berlakunya MEA.
Dibidang infrastruktur, berdasarkan Global Competitiveness Report 2015-2016
kualitas infrastruktur Indonesia secara keseluruhan menempati peringkat 81 dari 140
negara. Di tingkat Asia, index kualitas infrastruktur Indonesia berada di level bawah,
hanya sedikit unngul dari Fiilipina dan jauh tertinggal dari Srilanka. Index Kualitas
Infrastruktur level atas di Asia didominasi oleh negara-negara macan Asia seperti
Singapura, Korsel, Jepang. Di level ASEAN kualitas infrastruktur Indonesia masih
dibawah Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Oleh karena itu, Tema RKP
2017 adalah Memacu pembangunan infrastruktur dan ekonomi untuk meningkatkan
kesempatan kerja serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan antar wilayah.
Terkait efisiensi dan efektivitas belanja negara, menurut IMF (2015) tingkat efisiensi
belanja di Indonesia masih rendah. Menurut hasil spending review masih terbuka
ruang untuk meningkatkan efisiensi belanja negara. Efisiensi anggaran belanja K/L

antara lain dilakukan untuk kegiatan sebagai beriut : (1) perjalanan dinas dan paket
meeting, (2) honor kegiatan, (3) belanja jasa seperti iklan dan sejenisnya, serta (4)
belanja modal non infrastrukyur seperti gedung kantor dan kendaraan.
Pada sisi belanja non K/L peningkatan efisiensi dan efekyivitas alokasi belanja
terutama dilakukan melalui pengendalian terhadap besaran alokasi anggaran subsidi
energi antara lain dilakukan melalui penataan ulang kebijakan subsidi supaya
semakin adil dan tepat sasaran, serta perhitungan subsidi yang didukung dengan
basis data yang transparan antara lain melalui (1) pemberian subsidi tetap untuk
BBM jenis minyak solar, serta (2) penerapan harga BBM tertentu jenis bensin,
premium, solar dan minyak tanah oleh Pemerintah.
Anggaran belanja pemerintah pusat dirinci kedalam 11 fungsi yang menggambarkan
tugas pemerintah dalam melaksanakan fungsi-fungsi pelayanan dan pemerintahan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.Dalam perincian menurut
fungsi termasuk didalamnya rincian belanja menurut program yang ada pada setiap
fungsi. Selain dirinci menurut fungsi, belanja negara juga dirinci menurut organisasi
dan jenis belanja.

Arus Kas pajak dan PNBP (Penerimaan).


Arus Kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada
Bendahara Umum Negara/Daerah.

Untuk menjaga agar arus masuk dan arus keluar kas berjalan sesuai dengan yang
diharapkan diperlukan adanya perencanaan arus kas yang kredibel. Rencana arus
kas dibuat untuk memastikan ketersediaan dana untuk memenuhi kewajiban
pemerintah pada waktu tertentu. Rencana arus kas dapat dibuat untuk periode satu
tahun, bulanan, dan mingguan.
Perencanaan arus kas bertujuan untuk menentukan berapa banyak kas yang
tersedia, kapan kas tersebut akan tersedia dan untuk berapa lama kas tersebut
tersedia sebelum digunakan.
Berkaitan dengan penerimaan/pendapatan, perencanaan arus pendapatan tahun
berjalan sangat membantu dalam menentukan berapa banyak kastersedian kas dan
kapan kas tersebut akan tersedia. Prakiraan distribusi penerimaan bulanan perlu
disusun. Prakiraan ini harus dimutakhirkan secara berkala, sebaiknya setiap bulan,
karena perubahan dalam lingkungan makro ekonomi atau sistem administrasi
perpajakan dapat memengaruhi pemungutan penerimaan.
Penyusunan prakiraan penerimaan bulanan memerlukan keahlian dalam bidang
analisa ekonomi dan pengelolaan pajak agar mampu mempertimbangkan
perubahan dalam sistem administrasi perpajakan. Kegiatan ini harus dilakukan oleh
kantor-kantor pajak dan bea cukai bekerja sama dengan DJPb dan kantor-kantor
pemerintah lain yang bertanggung jawab atas analisa makro ekonomi.
Prakiraan Peneriman ( revenue forecasting) yang disusun secara kurang baik
berdampauk buruk terhadap proyeksi penerimaan tahun berjalan.. Praktik prakiraan
penerimaan yang baik harus dilakukan secara bulanan (terus di update)
berdasarkan hasil analisa ekonomi dikaitkan dengan sistem administrasi perpajakan.
Perencanaan Penerimaan pajak dipengaruhi oleh komponen penerimaan pajak,
karakteristi masing-masing jenis pajak dan kemungkinan risiko terkait upaya

pemungutan penerimaan yang direncanakan. Potensi penerimaan pajak tergantung


pada sejumlah faktor seperti seberapa luas cakupan WP, besaran pajak dan tingkat
kepatuhanb WP yang bersangkutan. Contohnya penerimaan PPN sangat tergantung
pada berbagai variabel ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi dan khususnya
konsumsi akhir barang dan jasa. Trend masalalu dan data pemungutan penerimaan
terkini dapat membantu penyusunan prakiraan arus masuk penerimaan pajak dari
bulan kebulan selama tahun anggaran.
Terkait PNBP, perencanaan penerimaan PNBP juga harus dibuat secara bulanan
dan disesuaikan dengan hasil analisa ekonomi disesuaikan dengan karakteristik
masing-masing jenis PNBP utamanya yang bersumber dari sumber daya alam
(SDA). Pola atau trend masa lalu penerimaan PNBP dapat membantu penyusunan
prakiraan arus masuk PNBP dari bulan kebulan. Prakiraan tersebut harus
disesuaikan bila terdapat perubahan ekonomi dan aturan-aturan baru yang ada,
Penysunan Perencanaan arus kas perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Prakiraan jangka pendek pemungutan penerimaan dalam satu tahun
anggaran merupakan masukan dasar bagi pengelola kas (DJPb). Masukan
ini dibutuhkan sehingga keputusan pembiayaan yang dibuat menjadi akurat
guna memastikan tersedianya dana kas untuk pencairan anggaran yang
telah direncanakan selama tahun anggaran bersangkutas.
Pengaturan dan ketentuan perencanaan kas yang tegas dan didukung oleh
pendefinisian tanggung jawab yang jelas dan hal ini penting untuk
memastikan rencana arus kas yang mantap.

Arus Kas belanja, subsidi dan bunga (Pengeluaran).

Perencanaan arus kas pengeluaran pada tahun berjalan akan menentukan berapa
lama kas tersebut tersedia sebelum kas tersebut dipergunakan untuk memenuhi
kewajiban pemerintah melalui cara yang paling efisien.
Perencanaan arus kas pengeluaran diperlukan untuk menentukan dampak
pembiayaan atas selisih antara arus kas masuk dan arus kas keluar pada tahun
berjalan.
Proyeksi arus kas tahunan untuk pengeluaran, antara lain perlu mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk belanja modal, ketika menyusun pemutakhiran perencanaan kas tahunan
satker perlu meninjau ulang penyaluran dan pendanan proyek proyek belanja
modalnya secara berkala;
2. Untuk belanja pegawai, apabila pengelolaan pegawai dan penggajian dilakukan
dua lembaga berbeda, maka validasi rencana kas perlu dilakukan dengan memasukkan bahwa setiap perubahan (data) pegawai akan segera diikuti oleh perubahan (data) penggajian yang terkini;
3. Untuk nelanja subsidi dan pembayaran bunga, apabila terdapat perkembangan
kebijakan baru terkait manajemen subsidi atau kenijakan dalam pengelolaan utang
maka penyesuaian juga harus dilakukan dalam perencanaan arus kas.

Subsidi adalah beban pemerintah yang diberikan kepada perusahaan/lembaga


tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual produk/jasa
yang dihasilkan dapat dijangkau oleh masyarakat.
Bunga adalah kewajiban atau tambahan kewajiban biaya yang harus ditanggung
(pemerintah) sehubungan dengan pinjaman yang telah diterimanya.

Pembiayaan, Constraint anggaran, Manajemen subsidi

Arah kebijakan Pembiayaan pada RAPBN 2017


:
1. Mengendalikan rasio utang terhadap PDB dalam batas yang terkendali
(manageable);
2. Memanfaatkan utang untuk kegiatan produktif dan menjaga kesinambungan
makro ekonomi;
3. Memanfaatkan SAL antara lain sebagai bantalan fiskal untuk mengantisipasi
ketidak pastian perekonomian;
4. Mengoptimalkan pembiayaan yang kreatif dan inovatif untuk mengakselerasi
pembangunan serta meningkatkan akses pembiayaan bagi UMKM;
5. Menyempurnakan kualitas perencanaan investasi pemerintah;
6. Mendukung pemenuhan kewajiban negara sebagai anggota organisasi/
lembaga keuangan internasional;
7. Mendukung upaya peningkatan ekspor melalui National Interest Account;
8. Membuka akses pembiayaan pembangunandan investasi kepada masyarakat
secara lebin luas;
9. Mendukung program peningkatan akses terhadappendidikan dan penyediaan
kebutuhan rumah bagi MBR.
Guna lebih meningkatkan mekanisme pengelolaan pembiayaan, maka dalam
RAPBN 2017 dilakukan perubahan klasifikasi pembiayaan anggaran yang semula
terbagi atas pembiayaan utang dan pembiayaan non utang diubah menjadi
pembiayaan utang, pembiayaan investasi , pembiayaan injaman, kewajiban
penjaminan dan pembiayan lainya.
Dalam tahap pelaksanaan APBN dari tahun ke tahun pemerintah senantiasa
mengalami constraint anggaran yang sebagian besar menjadi permasalahan
yang termasuk dalam Risiko APBN antara lain pendapatan negara tidak
mencukupi untuk menutup belanja negara atau kebutuhan fiskal yang lebih
besar dari kapasitas fiskal, angka defisit yang semakin membengkak
sehingga utang pemerintah menjadi lebih besar, atau belanja yang bersifat
wajib (mandatory spensing) yang semakin besar jumlahnya sehingga
mempersempit ruang fiskal pemerintah. Untuk mengatasi constraint tersebut
pemerintah harus dapat mengantisipasi dengan kebijakan-kebijakan yang
tepat agar keamanan fiskal dan kesinambungan fiskal tetap terjaga sehingga
pelaksanaan APBN dapat terus berjalan dengan baik.
Dalam perkembangan beberapa tahun terakhir alokasi anggaran subsidi
dalam APBN sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini tidak
lepas dengan upaya dari pemerintahan yang baru (Presiden Jokowi) untuk
memangkas anggaran subsidi. Untuk itu duperlukan adanya Manajemen
Subsidi yang lebih lugas dan kreatif..

Untuk itu upaya yang dilakukan pemerintah adalah mengendalikan alokasi


anggaran subsidi , meningkatkan efisiensi dana subsidi, mempertajam
sasaran subsidi dan meningkatkan kualitas penyalurannya.
Referensi buku/modul :
1. Dasar-dasar Praktek Penyusunan APBN di Indonesia Direktorat
Penyusunan APBN Ditjen.Anggaran Kementerian Keuangan;
2. Perencanaan dan Penganggaran Lingkup Kementerian Keuangan - Setjen.
Kementerian Keuangan;
3. Reformasi Pengelolaan Kas di Indonesia : Dari Administrasi Kas Menuju
Pengelolaan Kas World Bank Group dan DJPb
4. Effective Financial Management in Public and Nonprofit Agencies, A Practical
and Integrative Approach by Jerome B.McKinney ;
5. Australian Handbook of Public Sector Management ;
6. Performance Budgeting in OECD Countries ;
7. Public Sector Governance and Accountability Series: Budgeting and
Budgetary Institutions, edited by Anwar Shah ;
8. Public Sector Governance and Accountability Series: Fiscal Management,
edited by Anwar Shah;

Das könnte Ihnen auch gefallen