Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Di Susun Oleh :
KARLENA APRIANTI
13820029
praktek bisnis yang sebagai mana beliau ajarkan, semisal beliau berdagang memakai unta
bukan berarti kita tidak boleh memakai mobil, pesawat dsb. Tentu kita lebih tahu
bagaimana cara-cara untuk mencapai keuntungan asalkan denagn cara yang halal. Namun
soal akhlak berlaku universal intinya berlaku masa rasulullah dan juga berlaku dimasa
sekarang sampai akhir zaman. Jangan sampai merusak tatanan akhlak tetapi boleh timbul
inisiativ yang cerdas. Untuk melakukan bisnis-bisnis yang tidak baik. Seperti praktekpraktek tidak jujur.
Dalam makalah ini akan membahas masalah perdagangan atau jual beli, dasar-dasar
perdagangan, rukun-rukunnya, akhlak berdagang, dan larangan dalam perdagangan.
Tujuannya agar mahasiswa bisa menganalisis bahwa dalam berdagang atau jual beli itu
ada juga yang namanya akhlak berdagang beserta dasar-dasar dan rukun-rukun dalam
perdagangan.
II. PEMBAHASAN
Berdagang termasuk perwujudan dari cinta kepada harta benda. Tapi bila dalam
berdagang seseorang tidak lagi mempedulikan halal dan haram, menghalalkan segala cara
untuk mencari keuntungan, atau dengan ungkapan lain tidak lagi mengindahkan aturan
allah dan Rasul-Nya.1 maka itu perdagangan haram karena didalam perdagangan itu
sendiri terdapat berbagai macam akhlak yang harus dipatuhi bagi umat islam dalam
berbisnis. Perdagangan dijelaskan dalam tiga bentuk, yaitu tijarah (perdagangan), bay
(menjual) dan Syira (membeli). Selain istilah tersebut masih banyak lagi istilah-istilah
lain yang berkaitan dengan perdagangan, seperti dayn, amwal, rizq, syirkah, dharb.2
Pada umumnya manusia saling membutuhkan barang yang ada pada orang lain.
Sedangkan orang yang punya barang tidak mau begitu saja memberikanya, tanpa ganti,
karena itu, maka adanya jual-beli menjadi jalan mendapatkan barang-barang yang
diinginkan tersebut, tanpa takut akan berbuat yang menyalahi.
Jual beli menurut arti bahasa adalah satu pihak menyerahkan barang dan pihak
lainnya membayar harganya. Menurut ta'rif agama "jual beli" adalah mempertukarkan
milik antara dua bela pihak dengan suka rela. Dan sebagai tanda "suka rela" ialah adanya
1
Artinya: "Hai, orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta-harta kamu
sesama dengan cara bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu."4
Dalam pedagangan maupun jual beli memiliki dasar-dasar dalam melakukannya
perdagangan ini, yaitu :
1. Dengan suka sama suka sepenuhnya. Rasulullah saw. Bersabda: "jual-beli itu sah
hanya dengan suka sama suka." (HR. Ibnu Majah)
2. Tidak boleh mengicuh dalam jual beli. Rasulullah saw. Bersabda : "Dan tidak
halal bagi orang islam untuk mengicuh." (HR. Ibnu Majah), contoh kasus: seorang
penjual pakaian jadi, seperti celana jeans. Celana jeans yang dijualnya sebenarnya buatan
bandung, tetapi dikatakannya buatan amerika.
3. Harus menerangkan cacat barangnya kepada pembeli jika barangnya ada cacatnya.
Rasulullah saw. Bersabda: "barang siapa menipu maka ia bukan tergolong umatku." (HR.
Muslim).5
Dalam perdagangan terdapat berbagai rukun (unsur-unsur) yang harus ada dalam
perdagangan ini, yaitu:
1. Penjual
2. Pembeli
3. Barang yang dijual belikan ada (nyata)
4. Pernyataan (ijab dan qabul)
Jika dari salah satu empat unsur ini tidak ada, maka jual-belinya tidak sah, jika A dan B
melakukan jual beli barang yang belum ada (nyata) seperti ikan dalam danau, maka jual
belinya tidak sah. Begitu pula jika A membeli barang, tetapi penjualnya tidak ada, maka
hukumnya tidak sah.6 karena didalam perdagangan itu perlu ketelitian baik pembeli yang
meneliti barang yang ingin dibeli, maupun penjual meneliti apakah uang yang diberikan
asli atau tidak, karena apabila tidak teliti maka salah satu dari pembeli maupun penjual
3
akan rugi, padahal dalam perdagangan umat islam tidak boleh saling merugikan karena
hukumnya haram. Ada pendapat pandangan dalam Mazhab Syafi'y , "jual beli dengan
cara memberikan barang dan menerima harga, dengan tidak melakukan ijab dan qabul
oleh pihak penjual dan pembeli, yang dinamai dengan bahasa fiqh ba'i mu'atahah,
sebagai yang berlaku dimasyarakat kita sekarang, tidak sah."
Dari abu haniefah dalam soal ini diterima dua riwayat, yaitu :
1. Tiada disyaratkan ijab dan qabul, baik terhadap barang-barang yang berharga
(banyak harganya) maupun terhadap barang kecil-kecilan.
2. Disyaratkan pada barang berharga banyak, tidak pada yang berharga murah.
Menurut pendapat ahmad, disyaratkan ijab dan qabul pada barang-barang yang berharga
banyak, tidak pada barang-barang yang berharga sedikit.7
Akhlak-akhlak perdagangan dalam islam terdapat beberapa yang wajib dilakukan karena
akhlak-akhlak ini penjelasanya sudah ada tercantum pada Al-Qur'an, antara lain:
1. Menjauhkan diri dari riba8
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah :
275)9
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum-Hukum Islam Fiqh :Yang berkembang dalam Kalangan Ahlus Sunah,
Jakarta: Bulan Bintang, 1978, hlm. 379-380
8
Miftah Faridl, Panduan Hidup Muslim, Bandung: Pustaka, 2006, hlm. 216
9
Sheikh Mishary bin Rashed Al-Afasy,( VIA Qur'an-Terjemah.org), QS: al-baqarah ayat 275
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS: an-Nisa: 29).11
Maksudnya suka sama suka disini apabila pembeli mau membeli baju dari penjual
dan kebetulan baju itu berwarna kesukaan si pembeli, karena si pembeli sudah suka
maka dia akan membeli baju itu, dan penjual melayani dengan sikap yang sopan,
kalau terjadi kasus si penjual seperti memaksa untuk membeli dagangannya yang
barangnya itu tidak disukai pembeli dan penjual masih tetap memaksa, maka itu akan
terjadi jual beli yang tidak Islami.
3. Mementingkan pengabdian kepada Allah SWT.12
Seperti yang disebutkan pada al-qur'an QS al-Jum'ah (62:9)
Artinya :
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.13
bahwa pada hari jum'at harus segera melaksanakan solat jum'at untuk mengingat
nama allah, dan segera tinggalkan jual beli, sesudah solat jum'at baru melanjutkan
lagi jual-beli (berdagang).
4. Mempermudah tidak mempersulit
Djabir ra berkata : "Rasulullah saw bersabdah : "Allah merahmati kepada orang yang
ringan jika menjual atau membeli dan jika menagih hutang." (HR. Bukhari)
Djabir ra berkata : "Nabi saw membeli unta daripadanya maka menimbangkan
harganya dan membelinya." (HR Bukhari Muslim)
5. Menimbang dengan benar dan jujur
Abu Shafwan Suwaid bin Qais ra berkata : "Saya dengan Makhrahma al-Abdi
10
membawa kain-kain dari hajar, maka nabi saw datang menawar celana, sedangkan
ditempatku ada tukang timbang, maka Nabi saw : "Timbanglah dan Lebihi."
6. Menghindari dari penipuan
Ibnu "Umar ra berkata :"bahwaa seorang laki-laki menyatakan pada Nabi saw bahwa
ia tertipu ketika jual beli. Maka Nabi menyatakan, "jika engkau berjual beli maka
katakanla, "tidak boleh menipu." (HR. Bukhari)
7. Menghindari dari saling menaikan Harga
Dari Abu Hurairah ra berkata: "Rasulullah saw melarang orang kota menjualkan
barang orang desa, dan janganlah saling menaikan harga barang dan janganlah
bersaing seseorang atas harga dagangan saudaranya." (HR. Bukhari)
8. Tidak jual beli barang terlarang
Dari Ibnu Mas'ud ra, bahwa Rasulullah saw melarang berjual beli anjing, upah
perzinaaan (pelacuran) serta dengan (ramalan) tukang tenung. (HR. Bukhari)
9. Tidak mempermudah sumpah
Hindarilah sering-sering dari bersumpah dalam penjualan, karena sumpah itu
menyegerakan terjualnya barang tetapi menghapuskan berkatnya. (HR. Bukhari),
contoh ketika kita ingin membeli barang dan kita tanya kepada penjual apakah
barang yang kita mau kualitasnya bagus, dan penjual menjawab dengan sumpah
barang saya tidak ada yang kualitasnya jelek, maka penjual itu tidak mendapat
berkah dalam penjualannya.
10. Tidak licik/curang
Tidak boleh menjual dua sha' dengan satu sha' dan tidak boleh satu dihram dengan
dua dihram. (HR. Bukhari).14 maksudnya dalam timbangan cabe tidak boleh
diberatkan timbangannya untuk memperoleh keuntungan karena itu curang, dan
orang yang curang akan mendapatkan dosa dari perbuatanya.
11. Dilakukan senang sama senang
Rasulullah saw bersabda: "jual beli itu harus dilakukan dengan senang sama senang.
Apabila keduanya jujur dan terbuka, maka jual belinya diberkahi, tetapi kalau
dilakukan dengan dusta, dengan kecurangan, dan tertutup, makan keberkahan
dihilangkan."
14
Miftah Faridl, Panduan Hidup Muslim, Bandung: Pustaka, 2006, hlm. 219
Muhammad Sanad At Thukhi, Ibadah Muamalah dalam Tinjauan Fiqih, Jakarta: Gema Insani Press, 1994, hlm. 125