Sie sind auf Seite 1von 16

Menurut fungsi dan bentuknya, masjid dibagikan atas :

1. Masjid Jami adalah masjid yang digunakan untuk shalat Jumat (Rasyid, 1976).
2. Memorial mosque adalah masjid yang digunakan sebagai tanda peringatan peristiwa

penting dalam sejarah Islam, contohnya Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi
di Madinah.
3. Masjid makam atau masyad, yaitu masjid yang berdiri pada kawasan pemakaman,
seperti Masjid SendangDuwur di Lamongan dan Masjid Astana Gunung Jati di
Cirebon.
4. masjid madrasah yang merupakan masjid yang juga digunakan sebagai madrasah,
serta masjid wanita yang mengkhususkan kaum wanita yang dapat menggunakan
masjid ini untuk shalat dan pengajian. Contohnya pada Masjid Isteri di Kauman
Yogyakarta yang didirikantahun 1922/1923 M dan Masjid Isteri di Kampung
Pengkolan, Garut yang didirikan tanggal 1 Februari 1926 (Aboebakar, 1955)

LITERATUR:

Mesjid

Sejarah
Masjid pertama yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu hijrah dari
Mekkah ke Madinah adalah Masjid Quba, lalu kemudian Masjid Nabawi. Ciri dari kedua
masjid ini hampir sama dengan masjid-masjid Madinah lainnya mengikutinya kemudian,
yaitu sangat sederhana. Bentuknya empat persegi panjang, berpagar dinding batu gurun yang
cukup tinggi. Tiang-tiangnya dibuat dari batang pohon kurma, atapnya terbuat dari pelepah
daun kurma yang dicampur dengan tanah liat. Mimbarnya juga dibuat dari potongan batang
pohon kurma, memiliki mihrab, serambi dan sebuah sumur. Pola ini mengarah pada bentuk
fungsional sesuai dengan kebutuhan yang diajarkan Nabi.Biasanya masjid pada waktu itu
memiliki halaman dalam yang disebut Shaan, dan tempat shalat berupa bangunan yang
disebut Liwan. Beberapa waktu kemudian, pada masa khalifah yang dikenal dengan
sebutan Khulafaur Rasyidin pola masjid bertambah dengan adanya Riwaqs atau
serambi/selasar. Ini terlihat pada masjid Kuffah. Masjid yang dibangun pada tahun 637 M ini
tidak lagi dibatasi oleh dinding batu atau tanah liat yang tinggi sebagaimana layaknya masjidmasjid terdahulu, melainkan dibatasi dengan kolam air. Masjid ini terdiri dan tanah lapang
sebagai Shaan dan bangunan untuk shalat (liwan) yang sederhana namun terasa suasana
keakraban dan suasana demokratis (ukhuwah Islamiah).

Mesjid dapat diartikan sebagai suatu bangunan tempat melakukan ibadah shalat secara
berjamaah atau sendiri-sendiri, serta kegiatan lain yang berhubungan dengan Islam. Ruang
untuk shaat atau yang disebut Liwan, biasanya berdenah segi empat. Hal ini sesuai dengan
tuntunan dalam shalat bahwa setiap jemaah menghadap kearah kiblat.dengan pandangan yang
sama dan satu sama lain berdiri rapat. Shalat berjamaah dipimpin oleh seorang imam, yang
berada dtengah pada posisi terdepan. Dalam perancangan masjid misalnya, ide tentang
prinsip ibadah tersebut dan perjuangan menjadikan masjid bukan hanya sekedar tempat sholat
dan ibadah ritual saja. Namun juga berperan sebagai pusat kegiatan sehari-hari dan pusat
interaksi serta aktivitas dari komunitas Muslim di kawasan tersebut. Hal ini berarti
perancangan ruang-ruang suatu masjid haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga
memungkinkan aktivitas di luar aktivitas ritual seperti sholat atau itikaf memungkinkan
untuk dijalankan. Aktivitas seperti olah-raga, seminar, diskusi keagamaan, sekolah dan pusat
pendidikan, perpustakaan, aktivitas perniagaan dankegiatan yang dapat memperkuat ukhuwah
dan silaturahmi seharusnya mendapatporsi perhatian yang cukup sebagaimana aktivitas ritual
tadi.

Bentuk Masjid Sederhana


Pada masa lampau manusia baru mengenal konstruksi sederhana yang terdiri dari
kolom dan balok yang ditumpang di atasnya. Justru itu, bentuk yang terjadipun sesuai dengan
konstruksinya. Kemudian, sesuai dengan tuntunan shalat bahwa shaf (barisan dalam shalat)
harus lurus dan rapat, maka dicarilah bentuk yang dapat menciptakan ruang luas tanpa
banyak diganggu oleh kolom-kolom. Maka tak heran kalau kemudian muncul bentuk dome.
Sebagaimana diketahui, dengan bentuk dome itu, gaya-gaya dapat isalurkan melalui
lengkungan-lengkungannya, sehingga tidak banyak mengganggu.

Masjid Berbentuk Dome

Kubah adalah ciri atau identitas masjid, dengan kubah itu tercipta suasana yang
agung, sehingga manusia merasa kecil dihadapan Khaliknya.Bentuk dome membuat ruang
dibawahnya memiliki suasana tenang dan orang yang sedang shalat akan merasa kecil.
Kwalitas ruang yang tercipta demikian agung.Konstruksi atau struktur lengkung banyak
dipilih oleh arsitek kawakan terdahulu dalam merencanakan masjid dari pada memilih
struktur balok polos (lurus) yang pasti tidak dapat dihindari seperti cross (persilangan)
antara balok dan kolom yang dapat menjadi silent simbol atau identitas dari agama lain.
Untuk mendesain sebuah masjid, diperlukan tiga prasyarat, yang maksudnya untuk dapat
menstimulir kekhusukan dalam beribadat. Ketiga prasyarat itu adalah, pertama: harus selalu
bersih, dalam arti mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya. Kedua, adalah tenang,
yaitu menciptakan suasana yang dapat mendorong lahirnya ketenangan. Dan ketiga, adalah
sakral tapi ramah.

Bentuk Kolom pada Arsitektur Masjid

Tujuannya menciptakan suasana yang ramah, agar setiap orang yang memasuki
masjid dapat duduk sama rendah tanpa perbedaan derajat. Bukankah Islam itu agama yang
sangat demokratis? Jadi, masjid harus sederhana namun kaya akan daya ungkap ke-Islaman.

Denah
Sejak awal dibangunnya sebuah masjid, denah yang ada berbentuk segi empat. Hal ini
dilakukan secara logis sesuai dengan kebutuhan shaf-shaf dalam shalat berjamaah. Bentuk
persegi akan membuat ruang-ruang yang terbentuk dapat dimanfaatkan seluruhnya,
sedangkan denah yang berbentuk sudut-sudut tertentu (lancip) akan membuat ruangan banyak
yang terbuang. Ini berarti, berlebih-lebihan atau mubazir.Arah kiblat yang tidak tepat juga
dapat mengakibatkan ruang-ruang terbuang percuma, sehingga dalam perencanaan sebuah
masjid hal ini harus benar-benar diperhatikan.Denah segi empat, dapat berarti bujur sangkar
atau empat persegi panjang. Empat persegi panjangpun ada dua jenis, sisi panjangnya searah
dengan arah kiblat atau tegak lurus arah kiblat.Bentuk lain adalah segi empat yang sisi

panjangnya

tegak

lurus

arah

kiblat

atau

sisi

terpendek

searah

dengan

arah

kiblat.Dalam Islam.Pembagian denah untuk ruang shalat bagi wanita biasanya ditempatkan
dibelakang. Dengan pembatas biasanya berupa tirai ataupun dinding kerawang yang
transparan. Beberapa masjid ada juga yang menempatkan wanita di lantai atas, yang dibuat
semacam balkon sehingga jemaah wanita masih dapat melihat imam.
Sesungguhnya dalam Islam, wanita tidak wajib pergi shalat ke masjid. Pergi shalat ke
masjid bagi wanita hanyalah suatu perbuatan baik saja atau amal shaleh. Bahkan ada hadis
meriwayatkan bahwa shalat di rumah bagi wanita lebih besar pahalanya dari pada shalat di
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Karena itu luas liwan untuk wanita juga relatif lebih
kecil daripada liwan untuk laki-laki.

Madrasah

Madrasah adalah bangunan yang berfungsi sebagai institusi pendidikan dan pengajaran,
terutama ilmu-ilmu keislaman. Sebagai sebuah bangunan terpisah dari masjid, madrasah
focus pada kegiatan pendidikan dan pengajaran termasuk Bangunan madrasah di lengkapi
dengan iwan (ruang beratap atau berkubah yang terbuka pada salah satu pinggirnya), yang
berfungsi sebagai tempat kegiatan pengajaran. Sementara mahasiswa-mahasiswa, tinggal di
kamar-kamar yang terletak sepanjang dinding-dinding terdekat karakteristiknya lebih
mengarah kepada ekspresi kecintaan kepada ilmu
MASJID MADRASAH SULTAN HASSAN, KARYA AGUNG ARSITEKTUR
MAMLUK
Masjid yang dahulunya merangkap sebagai
bangunan madrasah (sekolah agama) itu
adalah masjid yang paling megah dan besar
di Mesir, paling tinggi bangunannya, serta
paling indah bentuk dan modelnya. Masjid
itu juga dianggap sebagai salah satu karya
agung yang pernah dibuat oleh para arsitek
dari Kesultanan Mamluk yang pernah
berkuasa di wilayah Mesir.

Masjid itu dibangun atas perintah dari Sultan Hassan bin Al-Nasir Muhammad bin
Qalawun pada 1356 M. Penguasa Kesultanan Mamluk itu menurut Caroline William
dalam bukunya yang bertajuk Islamic Monuments in Cairo menginginkan adanya
sebuah bangunan masjid dan sekolah agama yang diperuntukkan bagi para pengikut
Sunni.
Karenanya, bangunan masjid yang sekaligus berfungsi sebagai madrasah ini dibagi ke
dalam empat bagian sesuai dengan empat mazhab utama yang dianut oleh para
pengikut Sunni (Syafi'i, Maliki, Hanafi, dan Hanbali).
Proses pengerjaan Masjid Sutan Hassan memakan waktu tujuh tahun lamanya dimulai
pada 1356 M dan selesai pada 1363 M. Material bangunan yang digunakan untuk
mendirikan masjid itu berasal dari bebatuan yang didatangkan langsung dari
kompleks piramida di Giza Necropolis, Kairo.
Masjid Sultan Hassan adalah salah satu bangunan masjid terbesar di dunia dengan
panjang 150 meter dan mencakup lahan seluas 7.906 meter persegi. Bangunannya
tinggi menjulang dengan dinding setinggi 36 meter dan bagian menara mencapai 68
meter. Bangunan masjid dan madrasah itu berbentuk persegi panjang melengkung.

Saat memasuki kompleks masjid itu, pengunjung akan melalui sebuah portal tinggi
yang merupakan pintu masuk utama. Sebuah lorong gelap dengan bagian langit-langit
yang rendah akan mengarahkan pengunjung ke sebuah halaman terbuka. Pintu masuk
utama terletak di ujung barat berhadapan dengan arah selatan.
Yulianto Sumalyo dalam bukunya yang berjudul Arsitektur Masjid dan Monumen
Sejarah Muslim, memaparkan, pintu masuk utama itu berupa gerbang yang luar biasa
besar dengan ketinggian mencapai 37 meter. Seluruh permukaan gerbang didominasi
hiasan muqarnas setengah kubah dari sebuah ceruk. Bagian sudutnya dihias dengan
pilaster berbentuk untir-untir atau spiral.
Dalam perencanaan awal, di atas portal pintu masuk utama itu tadinya akan didirikan
minaret (menara kembar). Namun, karena salah satu menara yang sudah dibangun

runtuh, akhirnya rencana tersebut tidak jadi direalisasikan. Bagian portal dihiasi aneka
ragam ornamen, termasuk motif Cina berupa bunga-bunga lotus. Pintu utama juga
dilapisi oleh batu marmer yang di bagian atasnya terpahat tulisan kaligrafi gaya kufi
yang

dipadu

dengan

ornamen

floral.

Di tengah-tengah halaman terbuka, terdapat tempat wudhu yang tertutup oleh kubah
kayu dengan penopang delapan buah tiang yang terbuat dari batu pualam. Tempat wudhu ini
dilengkapi dengan beberapa pancuran air. Di sekeliling empat sisi halaman terdapat iwan
berkubah dengan aksen lampu gantung rantai dan rims merah putih. Setiap iwan
diperuntukkan bagi salah satu dari empat mazhab Sunni.
Masjid Sultan Hassan mempunyai dua menara di sisi kiri kanan. Bentuknya satu
dengan yang lain mirip. Namun, menara yang berada di sisi kanan atau barat daya lebih
tinggi dibandingkan dengan yang berada di sisi timur laut. Bagian bawah menara menyatu
dengan dinding madrasah dengan tumpuannya berdenah bujur sangkar.
Menara yang lebih besar terdiri atas empat bagian semuanya berpenampang segi
delapan, makin ke atas makin ramping dan pendek. Bagian puncak tidak berupa dinding,
tetapi kolom-kolom silindris dengan atap datar dan dihias dengan semacam kubah kecil
berbentuk bawang tetapi runcing. Bagian balkon menara dihiasi oleh hiasan runcing-runcing
berbentuk penampang bunga cengkeh berderet seperti gerigi dan muqarnas.

Denah madrasah

Sementara itu, unit bangunan madrasah yang terdapat di dalamnya sama dengan
model bangunan yang banyak ditemukan pada masa Dinasti Mamluk, yakni mempunyai
empat ruangan besar (hall) bersudut tegak lurus yang dipisahkan oleh sebuah halaman
terbuka (sahn). Di empat sisi ruangan besar tersebut terdapat pintu yang tembus ke salah satu
madrasah fikih empat mazhab, yaitu Syafi'i, Maliki, Hanafi, dan Hanbali. Madrasah yang
paling besar adalah madrasah Hanafi sebab luasnya sekitar 898 meter persegi.
Ruangan yang paling besar adalah ruangan sebelah timur. Bagian dindingnya dilapisi
oleh batu pualam dan batu mulia yang disusun mengelilingi sebuah bingkai dari batu kapur.
Pada bagian atasnya, terdapat tulisan ayat-ayat dari surah Al-Fatihah dengan model kufi
dipadu dengan ornamen bermotif bunga. Bagian atap ruangan besar ini melengkung hingga
60 derajat. Lengkungan bangunan hall tersebut adalah yang paling besar di Mesir.
Di dalam hall juga terdapat tempat bagi para muazin mengumandangkan azan dan
ikamah yang terbuat dari batu pualam ditopang dengan delapan buah tiang. Demikian juga
mimbar yang terletak di sebelah kanan mihrab. Mimbar terbuat dari batu pualam putih,
sedangkan bagian pintunya dari kayu dilapisi dengan tembaga dalam bentuk ornamen yang
beraneka ragam.

Di bagian tengah dinding kiblat, terdapat mihrab berceruk. Mihrab itu termasuk
mihrab paling besar dan banyak dihiasi dengan ornamen dari batu pualam berwarna-warni.
Di samping mihrab berceruk, terdapat dua buah lempengan batu yang terpahat di atasnya
tulisan dalam bahasa Arab yang artinya: "Tempat yang terbarakah ini direnovasi oleh Hasan
Agha Khazindar Menteri Ibrahim Pasha oleh Al-Faqir Muhammad Tahun 1082 H".
Pada mihrab berceruk ini, terdapat dua pintu yang tembus ke bagian kubah yang
terdapat di belakang mihrab. Daun pintu tersebut dilapisi oleh tembaga yang dicampur
dengan emas dan perak. Adapun kubah pada bagian belakang dinding kiblat berbentuk
persegi empat dengan tinggi rusuknya sekitar 21 meter dan ketinggiannya hingga mencapai
48 meter.
Kubah tersebut dihiasi dengan untaian ayat kursi dengan model naskhi yang ditulis di
atas kayu dan diakhiri dengan tanggal penyelesaian pembuatan kubah ini pada tahun 764
H/1363 M.

300 Nyawa dan Kematian Sang Sultan


Setelah Al-Nasir Muhammad meninggal pada 1341 M, Mesir mengalami kekacauan politik
dan sosial. Mesir dan Suriah saling bersaing dalam bidang ekonomi sehingga berdampak
negatif pada bidang sosial. Anak ketujuh Al-Nasir Muhammad, Hassan, diangkat menjadi
sultan meskipun baru berusia sebelas tahun pada musim panas 1347 M dengan dewan (junta)
para amir menguasai administrasi dan keuangan kerajaan.
Empat tahun kemudian, Hassan diberhentikan dan Salih, anak Al-Nasir Muhammad lainnya
dijadikan sultan. Salih sendiri diberhentikan tiga tahun kemudian dan Hassan kembali naik
takhta. Selama pemerintahan kedua antara 1354 hingga 1361, Hassan semakin tidak populer
karena sangat kikir pada orang-orang Mamluk. Di lain pihak, ia memboroskan kekayaan
negara untuk membangun kompleks makamnya yang sangat besar.
Selain kompleks makamnya, Sultan Hassan juga memerintahkan untuk membangun sebuah
bangunan tempat ibadah yang sekaligus difungsikan sebagai madrasah. Bangunan ini
merupakan pembangunan proyek paling ambisius dalam zamannya dan merupakan salah satu
bangunan terbesar yang pernah dibangun oleh penguasa Mamluk.
Di luar keindahan dan kemegahan yang diperlihatkan oleh bangunan masjid ini, tersimpan

kisah kelam yang meliputi proses pembangunannya. Shela S Blair dan Jonathan M Bloom
dalam buku The Art and Architecture of Islam 1250-1800, menulis bahwa dalam perencanaan
awal di atas portal pintu masuk utama Masjid Sultan Hassan akan didirikan minaret (menara
kembar). Namun, karena salah satu menara yang sudah dibangun runtuh, akhirnya rencana
tersebut tidak jadi direalisasikan.
Runtuhnya bangunan menara tersebut menewaskan sekitar 300 orang pekerja. Musibah itu,
menurut Blair, dipandang sebagai pertanda jatuhnya sultan. Dan, pertanda tersebut terbukti
dengan kematian Sultan Hassan selang tiga bulan kemudian setelah peristiwa runtuhnya
bangunan menara masjid.
Namun, beberapa versi lain menyebutkan bahwa Sultan Hassan dibunuh sebelum masjid itu
selesai oleh pihak-pihak yang memang tidak menyukai kepemimpinannya dan jasadnya tidak
pernah ditemukan. Sumber sejarah lain menyebutkan bahwa ia masih berada di kerajaan
sampai akhirnya menghilang entah ke mana pada 762 H/1361 M.
Hingga kini, riwayat sang sultan tidak diketahui secara pasti, di mana jenazahnya
dikebumikan dan di mana kuburannya masih menjadi misteri. Banyak kalangan sejarawan
yang menilai suasana pergolakan politik ketika itu antara gubernur-gubernur Mamalik
menuntut

sultan

untuk

menghilang

dari

kerajaan

dan

urusan

kemesiran.

Kelanjutan dari pembangunan proyek itu dilakukan di bawah pengawasan Gubernur Mesir
saat itu Thowasy Basyir al-Jamdar hingga selesai pada 764 H/1363 M.

o Makam
Karakteristik makam pada arsitektur islam memiliki prinsip pengingat pada kehidupan
setelah kematian.Kematian dan kehidupan setelah mati menjadi salah satu pilar penting dari
prinsip hidup, filosofi, dan keimanan dalam Islam. Pemakaman merupakan salah satu bentuk
arsitektur dari prinsip ini.Pemakaman merupakan suatu bangunan yang penting,karena ia
dibangun bukan untuk orang yang sudah mati namun sebagai pengingatan bagi orang yang
masih hidup

Pada zaman dahulu, pemakaman berada di perbukitan dengan bentuk dan susunan yang
berundak-undak. Makam kuno bercorak Islam terdiri dari:
1. Jirat atau kijing, yaitu bangunan yang dibuat dari batu yang berbentuk persegi panjang
dengan arah lintang utara atau selatan.
2. Batu Nisan, yaitu tonggak pendek dari batu sebagai tanda kubur yang biasanya di
ujung utara dan selatan jirat.
3. Cungkup, yaitu bangunan mirip rumah yang terdapat di atas jirat.

Bangunan makam muncul saat perkembangan Islam pada periode perkembangan


kerajaan Islam. Bahkan kalau yang meninggal itu orang terhormat wali atau raja, bangunan
makamnya nampak begitu megah bahkan ada bangunan semacam rumah yang disebut
cungkup. Kemudian kalau kita perhatikan letak makam orang-orang yang dianggap suci
biasanya berada di dekat masjid di dataran rendah dan ada pula di dataran tinggi atau di atas
bukit.
Makam-makam yang lokasinya di dataran dekat masjid agung, bekas kota pusat
kesultanan antara lain makam sultansultan Demak di samping Masjid Agung Demak, makam
rajaraja Mataram-Islam Kota Gede (D.I. Yogyakarta), makam sultan-sultan Palembang,
makam sultan-sultan di daerah Nanggroe Aceh, yaitu kompleks makam di Samudera Pasai,
makam sultan-sultan Aceh di Kandang XII, Gunongan dan di tempat lainnya di Nanggroe
Aceh, makam sultan-sultan Siak- Indrapura (Riau), makam sultan-sultan Palembang, makam
sultan-sultan Banjar di Kuin (Banjarmasin), makam sultansultan di Martapura (Kalimantan
Selatan), makam sultansultan Kutai (Kalimantan Timur), makam sultan Ternate di Ternate,
makam sultan-sultan Goa di Tamalate, dan kompleks makam raja-raja di Jeneponto dan

kompleks makam di WatanG Lamuru (Sulawesi Selatan), makam-makam di berbagai daerah


lainnya di Sulawesi Selatan, serta kompleks makam Selaparang di Nusa Tenggara.
Di beberapa tempat terdapat makam-makam yang meski tokoh yang dikubur termasuk
wali atau syaikh namun, penempatannya berada di daerah dataran antara lain, yaitu makam
Sunan Bonang di Tuban, makam Sunan Derajat (Lamongan), makam Sunan Kalijaga di
Kadilangu (Demak), makam Sunan Kudus di Kudus, makam Maulana Malik Ibrahim dan
makam Leran di Gresik (Jawa Timur), makam
Datuk Ri Bandang di Takalar (Sulawesi Selatan), makam Syaikh Burhanuddin
(Pariaman), makam Syaikh Kuala atau Nuruddin ar-Raniri (Aceh) dan masih banyak para dai
lainnya di tanah air yang dimakamkan di dataran. Makam-makam yang terletak di tempattempat tinggi atau di atas bukit-bukit sebagaimana telah dikatakan di atas, masih
menunjukkan kesinambungan tradisi yang mengandung unsur kepercayaan pada ruh-ruh
nenek moyang yang sebenarnya sudah dikenal dalam pengejawantahan pendirian pundenpunden berundak Megalitik. Tradisi tersebut dilanjutkan pada masa kebudayaan Indonesia
Hindu-Buddha yang diwujudkan dalam bentuk bangunan-bangunan yang disebut candi.
Antara lain Candi Dieng yang berketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut, Candi
Gedongsanga, Candi Borobudur. Percandian Prambanan, Candi Ceto dan Candi Sukuh di
daerah Surakarta, Percandian Gunung Penanggungan dan lainnya. Menarik perhatian kita
bahwa makam Sultan Iskandar Tsani dimakamkan di Aceh dalam sebuah bangunan berbentuk
gunungan yang dikenal pula unsur meru.
Setelah kebudayaan Indonesia Hindu-Buddha mengalami keruntuhan dan tidak lagi
ada pendirian bangunan percandian, unsur seni bangunan keagamaan masih diteruskan pada
masa tumbuh dan berkembangnya Islam di Indonesia melalui proses akulturasi. Makammakam yang lokasinya di atas bukit, makam yang paling atas adalah yang dianggap paling
dihormati misalnya Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah di Gunung Sembung, di
bagian teratas kompleks pemakaman Imogiri ialah makam Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Kompleks makam yang mengambil tempat datar misalnya di Kota Gede, orang yang paling
dihormati ditempatkan di bagian tengah. Makam walisongo dan sultansultan pada umumnya
ditempatkan dalam bangunan yang disebut cungkup yang masih bergaya kuno dan juga
dalam bangunan yang sudah diperbaharui. Cungkup-cungkup yang termasuk kuno antara lain
cungkup makam Sunan Giri, Sunan Derajat, dan Sunan Gunung Jati. Demikian juga cungkup
makam sultan-sultan yang dapat dikatakan masih menunjukkan kekunoannya walaupun
sudah mengalami perbaikan contohnya cungkup makam sultan-sultan Demak, Banten, dan
Ratu Kalinyamat (Jepara).

Di samping bangunan makam, terdapat tradisi pemakaman yang sebenarnya bukan berasal
dari ajaran Islam. Misalnya, jenazah dimasukkan ke dalam peti. Pada zaman kuno ada peti
batu, kubur batu dan lainnya. Sering pula di atas kubur diletakkan bunga-bunga. Pada hari ke3, ke-7, ke- 40, ke-100, satu tahun, dua tahun, dan 1000 hari diadakan selamatan. Saji-sajian
dan selamatan adalah unsur pengaruh kebudayaan praIslam, tetapi doa-doanya secara Islam.
Hal ini jelas menunjukkan perpaduan. Sesudah upacara terakhir (seribu hari) selesai, barulah
kuburan diabadikan, artinya diperkuat dengan bangunan dan batu. Bangunan ini disebut jirat
atau kijing. Nisannya diganti dengan nisan batu. Di atas jirat sering didirikan semacam rumah
yang di atas disebut cungkup. Dalam kaitan dengan makam Islam ada juga istilah masjid
makam
Sumber:http://www.gurusejarah.com/2015/01/akulturasi-islam-seni-bangunan.html

CONTOH MASJID AGUNG DEMAK


Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak, Kabupaten
Demak, Provinsi Jawa Tengah. Sebelah utara, selatan, dan barat berbatasan dengan
perkampungan penduduk, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan jalan raya Sultan
Patah. Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Pulau Jawa yang berdiri
pada tahun 1477 dan di bangun oleh Wali Sembilan atau Wali Songo secara bersamasama
yang mitosnya di bangun hanya pada satu malam. Struktur bangunan masjid mempunyai nilai
historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah,
karismatik, mempesona dan berwibawa.
Makam
Makam-makam terletak di belakang masjid, sebagian berada di dalam cungkup dan sebagian
besar lainnya terdapat di luar cungkup.

Lokasi Makam Raja-Raja Demak atau Makam Raja-Raja Kesultanan Demak berada
di sisi Barat Laut Masjid Agung Demak, masih di dalam kompleks masjid. Untuk menuju
makam kami berjalan ke utara dari serambi masjid, melewati situs kolam wudlu Masjid
Agung Demak yang ada di sisi kanan halaman. Di ujung halaman ada serambi dengan lorong
penghubung.
Jika masuk ke serambi dan berjalan ke arah kanan maka pengunjung akan masuk ke
dalam gedung Museum Masjid Agung Demak, yang saya kunjungi belakangan. Kami
berjalan menyusur lorong ke arah kiri untuk sampai di area Makam Raja-Raja Demak yang
terlihat rapi dan terawat baik. Hanya ada beberapa peziarah saat itu, dan seorang juru kunci.
Sebelum melihat berkeliling di Makam Raja-Raja Demak yang tak begitu luas itu
saya sempat berbincang selama beberapa saat dengan kuncen makam yang bernama Sulhan
sambil duduk di lantai lorong penghubung. Menurut pengakuannya, ia yang sekarang
berumur 47 tahun sudah mengabdi menjadi kuncen di kompleks pemakaman ini selama 23
tahun.

o Istana
Bila masjid adalah ekspresi penyembahan dan penyerahan diri kepada Tuhan, madrasah
adalah ekspresi kecintaan kepada ilmu, khususnya ilmu keagamaan, dan istana adalah
ekspresi kekuasaan kerajaan. Dalam sejarah arsitektur Islam, khlaifah-khalifah Umayyah
adalah yang pertama membangunan istana. Istana-istana mereka yang disebut istana-istana
padang pasir terletak di pedalaman Suriah, Palestina, dan Trans-Yordania. Istana-istana itu
pada awalnya adalah warisan benteng-benteng Romawi dan Bizantium yang menjaga
perbatansan bagian timur.Istana-istana Umayyah di Damaskus dan Rusafah terkenal karena
kubah hjaunya. Pada masa-masa awal, di Baghdad dan Merv, terdapat sebuah kupola (kubah
kecil) di atas tempat singgasana yang mengesankan dan mungkin sekali kamar berkubah itu
didahului oleh sebuah ruang panjang dan halaman dalam tempat berkumpul para tamu dan
orang-orang yang datang

Istana Al Hambra,granada,spanyol
Sumber

:https://monyetbisabaca.wordpress.com/2012/11/08/karakteristik-bangunan-pada-

arsitektur-islam/

Das könnte Ihnen auch gefallen