Sie sind auf Seite 1von 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

A. Konsep Dasar Prilaku Kekerasan.


1. Pengertian
Perilaku

kekerasan

atau

agresif

merupakan

suatu

bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang


secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2002).
2. Gejala klinis
Gejala

klinis

yang

ditemukan

pada

klien

dengan

perilaku kekerasan meliputi :


a. Wawancara : diarahkan pada penyebab marah, perasaan
marah, tanda-tanda marah yang

diserasakan oleh

klien.
b. Observasi

muka

merah,

pandangan

tajam,

otot

tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula


tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan,
memukul jika tidak senang.
3. Etiolagi
Untuk
gangguan

menegaskan
jiwa

keterangan

perilaku

diatas,

kekerasan

bisa

pada

klien

disebabkan

adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.


4. Faktor predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin
menjadi

faktor

predisposisi

yang

mungkin/

tidak

mungkin

terjadi

jika

faktor

berikut

dialami

oleh

individu :
a. Psikologis:

kegagalan

menimbulkan

yang

frustasi

yang

dialami

dapat

kemudian

dapat

diterima

ketika

menimbulkan agresif atau amuk.


b. Perilaku:

reinforcement

melakukan

kekerasan,

kekerasan,

merupakan

yang
sering
aspek

mengobservasi
yang

menstimuli

mengadopsi perilaku kekerasan


c. Sosial budaya: budaya tertutup, kontrol sosial yang
tidak pasti terhadap perilaku kekerasan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan diterima
d. Kerusakan sistem limbik, lobus frontal/temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmiter
5. Faktor Presipitasi
a. Bersumber

dari

keputusasaan,

klien

ketidak

(kelemahan

berdayaan,

fisik,

percaya

diri

kurang)
b. Lingkungan

(ribut,

penghinaan,

padat,

kritikan

mengarah

orang

yang

kehilangan

dicintai/pekerjaan dan kekerasan)


c. Interaksi

dengan

orang

konflik).
( Budiana Keliat, 2004)

lain

provokatif

dan

6. Proses Terjadinya Amuk


Amuk adalah respon marah terhadap adanya strees,
rasa cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus
asa

dan

ketidak

berdayaan.

Respon

ini

dapat

diekspresikan secara internal maupun eksternal. Secara


internal

dapat

berperilaku

yg

tidak

asertif

dan

merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat berupa


perilaku

destruktif

diungkapkan

melalui

agresif.
3

Menekan dan menantang.

cara

Adapun

yaitu

respon
Secara

marah
verbal,

Pathway
Ancaman atau kebutuhan

Stress

Cemas

Marah

Merasa kuat
adekuat

Menantang

Masalah tak selesai


Mengingkari marah

Marah berkepanjangan
terungkap

Mengungkapkan scr verbal

Merasa tdk

Menjaga keutuhan org lain

Lega

Menantang

Ketegangan menurun

Marah tdk

Rasa marah teratasi


Muncul rasa bermusuhan

Rasa bermusuhan menahun

Marah pada diri sendiri


lain/lingkungan
Depresi psikomatik
mengamuk

Marah pada orang

Agresif

A. Konsep

Dasar

Asuhan

Keperawatan

Klien

Dengan

Perilaku Kekerasan
1. Pengkajian
a. Masalah keperawatan :
1) Resiko

mencederai

diri,

orang

lain

dan

lingkungan
2) Perilaku kekerasan / amuk
3) Gangguan harga diri : harga diri rendah
b. Data yang perlu dikaji:
1)

Resiko mencederai diri, orang lain dan

lingkungan
a)

Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada
seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang kesal atau
marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan
jiwa lainnya.

b). Data Objektif :


Mata merah, wajah agak merah.

Nada

suara

tinggi

dan

keras,

bicara

menguasai: berteriak, menjerit, memukul


diri sendiri/orang lain.
Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam.

Merusak dan melempar barang barang.

2) Perilaku kekerasan / amuk


a) Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada
seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang kesal atau
marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan
jiwa lainnya.
b). Data Obyektif
Mata merah, wajah agak merah.
Nada

suara

tinggi

dan

keras,

bicara

menguasai.
Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang barang.
3) Gangguan harga diri : harga diri rendah

a) Data subyektif:
Klien

mengatakan:

saya

tidak

mampu,

tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh


Mengkritik diri sendiri

Mengungkapkan

perasaan

malu

terhadap

diri sendiri.
b) Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri
Bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan
Ingin mencederai diri / ingin mengakhiri
hidup.
2. Diagnosa keperawatan dan prioritas
a. Resiko

mencederai

lingkungan

diri,

berhubungan

orang
dengan

lain

dan

perilaku

kekerasan/amuk.
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan
harga diri: harga diri rendah.
3. Perencanaan Tindakan
a. Resiko

mencederai

lingkungan

diri,

berhubungan

kekerasan/amuk.

orang
dengan

lain

dan

perilaku

TUM :

Klien tidak mencederai diri sendiri,


orang

lain

dan

lingkungan

dengan

melakukan manajemen kekerasan


TUK1:

Klien

dapat

membina

hubungan

saling

percaya.
Intervensi:
1) Bina

hubungan

saling

percaya

salam

terapeutik, empati, sebut nama perawat dan


jelaskan tujuan interaksi.
2) Panggil

klien

dengan

nama

panggilan

yang

disukai.
3) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
menantang.
TUK

2:

Klien

dapat

mengidentifikasi

penyebab

perilaku kekerasan.
Intervensi:
1) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2) Bantu

klien

mengungkapkan

perasaan

jengkel/kesal.
3) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan
bermusuhan klien dengan sikap tenang.
TUK

3:

Klien

dapat

tanda perilaku kekerasan.


Intervensi :

mengidentifikasi

tanda-

1) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan


dirasakan saat jengkel/kesal.
2)

Observasi

tanda

perilaku

kekerasan.
3) Simpulkan

bersama

klien

tanda

tanda

jengkel/kesal yang dialami klien.


TUK

4:

Klien

dapat

mengidentifikasi

perilaku

kekerasan yang biasa dilakukan.


Intervensi:
1) Anjurkan

mengungkapkan

perilaku

kekerasan

yang biasa dilakukan.


2) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.
3) Tanyakan Apakah dengan cara yang dilakukan
masalahnya selesai ?
TUK

5:

Klien

dapat

mengidentifikasi

akibat

perilaku kekerasan.
Intervensi:
1)

Bicarakan

akibat/kerugian

dari

cara

yang

dilakukan.
2)

Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara

yang digunakan.
3)

Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru

yang sehat.

TUK

6:

Klien

dapat

mengidentifikasi

cara

konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.


Intervensi :
1) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang
sehat.
2) Diskusikan

cara

lain

yang

sehat.

Secara

fisik: tarik nafas dalam jika sedang kesal,


berolah

raga,

memukul

bantal/kasur.Secara

verbal: katakan bahwa anda sedang marah atau


kesal/tersinggung.Secara spiritual: berdoa,
sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
TUK

7:

Klien

dapat

mengidentifikasi

cara

mengontrol perilaku kekerasan.


Intervensi:
1) Bantu memilih cara yang paling tepat.
2) Bantu

mengidentifikasi

manfaat

cara

yang

telah dipilih.
3) Bantu

menstimulasikan

cara

yang

telah

dipilih.
4) Beri reinforcement positif atas keberhasilan
yang dicapai dalam simulasi.
5) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih
saat jengkel/marah.

TUK 8: Klien mendapat dukungan dari keluarga.


Intervensi :
1) Beri

pendidikan

kesehatan

tentang

cara

merawat klien melaluit pertemuan keluarga.


2) Beri reinforcement positif atas keterlibatan
keluarga.
TUK

9:

Klien

dapat

menggunakan

obat

dengan

benar (sesuai program).


Intervensi:
1)

Diskusikan dengan klien tentang obat (nama,


dosis, frekuensi, efek dan efek samping).

2)

Bantu
prinsip

klien
benar

menggunakan
(nama

klien,

obat

dengan

obat,

dosis,

cara dan waktu).


3) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek
samping obat yang dirasakan.

DAFTAR PUSTAKA
Dadang Hawari, 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan
Jiwa Schizofrenia. FKUI: Jakarta.
Depkes RI, 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan.
Jakarta
Depkes RI, 1996. Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.
Hawari,

Dadang.

2003.

Skizofrenia

Holistik Pada Gangguan Jiwa.


Keliat

Budi

Anna,

dkk,

dalam

Pendekatan

FKUI: Jakarta

1998.

Pusat

Keperawatan

Kesehatan Jiwa. EGC : Jakarta.


Keliat

Budi

Anna,

1996.

Marah

Akibat

Penyakit

yang

Diderita. EGC : Jakarta.


Keliat Budi Anna, 2002.

Asuhan Keperawatan Perilaku

Kekerasan. FIK, UI : Jakarta.


Maslim. R. 2002.

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi 3. Direktorat


Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Rasmun, 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri
Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi 1. CV. Agung
Seto: Jakarta.
Stuart,

GW

dan

Sundeen,

S.J,

1998.

Buku

Saku

Keperawatan Jiwa, edisi 3. EGC: Jakarta.


Townsend

C.

Mary

1998.

Diagnosa

Psikiatri, Edisi 3. EGC: Jakarta.

Keperawatan

WF Maramis, 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. EGC :


Jakarta.
Fahroni, 2008. http://www.schizophrenia.com

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA
PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG MELATI RSJ PROVISI NTB

OLEH :

NAMA : MARYANI, S.KEP.


NPM: 09.01.1726

PROGRAM STUDY PROFESI NERS ANGKATAN X A


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
2014

Das könnte Ihnen auch gefallen