Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Abstract
In this paper we examine the relation between stock splits and liquidity of transaction and
individual stock’s return. The research of stock splits has often been done by researchers in many
implications to other variable such as significance change of price and others fundamental
factors. But Stock splits still have been a puzzling to capital market analyst. The reason of some
reactions after stock splits has not been clearly understood. There are two types of opinion in
stock splits. The first, stock splits have no implication to stock (cosmetics) and secondly it has
significance implication. The purposes of this paper is retest whether stock splits can implied
liquidity of stock transaction and associated with stock’s return itself at Jakarta Stocks Exchange
(JSX). This test use paired saemple t-test for each variable and multiple regression. The analysis
use data of the emitens at JSX in 2002 which announced stock splits policy and event study.
Research took 21 days tradding, where 10 days before splits and 10 days after splts and the day
of the first time of split. The results of this study are (1) Stock splits have implication to stock’s
price. (2) No implication to trade volume, # transaction per day, spread percentage and stok’s
abnormal return.
Key words: Stock splits, stock price, spread percentage, # transaction per day and abnormal
return.
PENDAHULUAN
1
Staf Dosen Keuangan dan Pasar Modal Fakultas Ekonomi Universitas YARSI Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih,
Jakarta 10510. Email: perdana.ws@gmail.com
2
Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas YARSI
1
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu perusahaan dapat memperbanyak jumlah sahamnya dengan cara
mengurangi nilai nominal sahamnya. “Pengurangan nilai nominal ini dapat menambah
jumlah lembar saham tanpa adanya penyetoran atau kapitalisasi dari laba tidak
dibagi”. (Baridwan, 241; 1997)
“Stock split merupakan suatu aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan go publik
untuk meningkatkan jumlah saham yang beredar.”(Sears & Trennepohl, 1993, 256). Jadi
stock split merupakan suatu kebijakan yang diambil guna memperbanyak jumlah
lembar saham yang beredar dengan cara melakukan pemecahan atas saham yang
beredar.
Dalam contoh diatas perusahaan melakukan stock split dengan perbandingan 1:2.
Artinya bahwa saham perusahaan tersebut dipecah dari satu lembar saham dengan
nilai nominal Rp. 1000 menjadi dua lembar saham dengan nilai nominal Rp. 500.
Pengurangan nilai nominal ini tidak mengubah struktur permodalan perusahaan.
Dalam hal ini yang berubah adalah jumlah lembar saham dan nilai nominalnya saja.
Dengan adanya stock split ini maka para pemegang saham akan mendapatkan dua
lembar saham untuk menukarkan tiap lembar saham yang dimilikinya. Jumlah harga
pokok saham tidak mengalami perubahan, tetapi karena jumlah lembar sahamnya
bertambah dua kali lipat maka harga pokok per lembar saham turun menjadi
setengahnya.
2
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
3
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
melindungi kas. Jika stock dividen diberikan sebagai perlindungan atas kas dari investor
yang hanya menginginkan keuntungan jangka pendek, maka pemegang saham dapat
menawarkan harga yang tinggi pada saham tersebut. Bagaimana pun, jika kebijakan
untuk melindungi kas tersebut berhubungan dengan kesulitan keuangan perusahaan
tersebut, maka harga pasar akan memberikan reaksi yang kurang positif.
Nilai Investor
Stock split tidak dapat mengubah proporsi kepemilikan saham bagi pemegang
saham lama, begitu pula terhadap jumlah kekayaannya. Stock deviden dan stock split
memberikan nilai positif untuk membawa harga saham pada range yang lebih baik dan
wajar, membuat saham lebih menarik sehingga dapat meningkatkan jumlah investor
dan meningkatkan tingkat bunga pada saham tersebut. Peningkatan ini memberikan
sedikit kesan positif terhadap total nilai ekuitas pada perusahaan tersebut.
Secara teoritis, dividen saham dan maupun stock split tidak memberikan nilai bagi
investor. Mereka menerima sertifikat saham tambahan namun proporsi kepemilikan
atas saham tersebut tidak berubah.
Alasan Perusahaan Mengeluarkan Stock Split
Sebuah kebijakan diambil tentunya mempunyai alasan-alasan tertentu serta
mempunyai tujuan yang jelas. Demikian pula dengan kebijakan split yang dikeluarkan
oleh pihak manajemen perusahaan. Sebuah kebijakan diambil tentunya akan
menguntungkan bagi para pembuat keputusan sehingga tercapailah apa yang telah
digariskan oleh tujuan perusahaan.
Tujuan utama dari pemecahan saham ini sebenarnya adalah untuk membuat
saham lebih likuid dalam perdagagan (artinya lebih sering diperdagangkan). Ketidak
likuidan saham sering terjadi disebabkan oleh 2 unsur, yaitu (1) harga saham terlalu
mahal dan (2) jumlah lembar saham terlalu sedikit.(Husnan dan Pudjiastuti, 202; 345).
Inti dari tujuan mengeluarkan kebijakan stock split adalah terletak pada
meningkatnya likuiditas perdagangan saham. Hal ini untuk membuat saham menjadi
lebih atraktif di dalam bursa.
Likuiditas Saham
Dengan stock split dapat membuat saham menjadi lebih likuid untuk
diperdagangkan, oleh karena itu banyak menarik minat dari investor. Hal ini dapat
mempengaruhi komposisi pemegang saham, sehingga dapat meningkatkan jumlah
pemegang saham individual dan menurunkan pemegang saham yang bersifat
institusional. Volume perdagangan juga cenderung meningkat setelah split atau
deviden.
Likuiditas dari suatu saham dapat diukur dari execution cost-nya (Blake, 1990; 14).
Execution cost (biaya pelaksanaan) ini adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan
untuk mengubah suatu sekuritas menjadi kas atau sebaliknya. Ada dua macam
4
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
execution cost, yang pertama adalah biaya komisi broker dan bid ask spread. Semakin
kecil bid ask spread maka likuiditas saham menjadi lebih besar.
Abnormal Return
Dalam peristiwa di sekitar kebijakan stock split biasanya terdapat pengembalian
yang abnormal (abnormal return). Abnormal return adalah selisih antara return
sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi, yang dirumuskan sebagai berikut
:
Dimana:
Ab(R) : abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Rit :return yang sesungguhnya terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa
ke-t
E(Rit) : return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Kita dapat mengetahui apakah investor terlalu naïf dalam menilai stock split
dengan melihat perubahan dengan melihat perubahan abnormal pada harga saham
pada saat split. Untuk dapat mengestimasi pengembalian abnormal, seorang investor
harus mengetahui lebih banyak teknik perhitungannya, bukan sekedar menetapkannya
secara sembarang.
5
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Sampel saham yang dipilih aktif diperdagangkan minimal dua puluh satu hari
perdagangan.
RANCANGAN ANALISIS
Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
analisis deskriptif, Paired Sample T-test, dan regresi berganda beserta uji pendahuluanya
Perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS vol 11.5.
Teknik analisis ini digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain :
1. Melihat apakah harga saham setelah split dinilai over value atau under value oleh
investor pada hari pertama perdagangan saham setelah split. Pengujian ini
dilakukan secara deskriptif.
2. Melihat apakah terdapat pola perubahan yang berarti selama 21 hari perdagangan
yaitu antara sebelum split dan setelah split. Pengujian ini dilakukan secara
deskriptif.
3. Melihat apakah aktifitas split mempengaruhi harga saham, volume perdagangan,
jumlah transaksi, dan bid ask spread. Bid ask spread ini dihitung dengan cara
mencari selisih antara bid price dan ask price kemudian dicari persentase spreadnya.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan paired sample T-test.
4. Melihat apakah aktifitas split mempengaruhi return saham yang diukur dengan
abnormal return. Abnormal return merupakan selisih antara actual return dengan
expected return.
Dimana:
Ab(R) : abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Rit : return yang sesungguhnya terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode
peristiwa ke-t
E(Rit) : return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Dalam penelitian ini, abnormal return akan dihitung dengan menggunakan
Market Model.
Return sekuritas harian (Rit) dihitung dengan cara:
Pit – Pit-1
Rit =
Pit-1
6
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
7
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
yang lebih besar dari sebelumnya. Investor juga melihat kondisi fundamental dari
masing-masing emiten tersebut yang dinilai cukup baik.
Selain dari penilaian saham yang terlalu tinggi tersebut, ada juga saham yang
dinilai terlalu rendah oleh investor. Saham-saham tersebut adalah PNBN, FMII, dan
MRAT. PNBN dinilai Rp. 175 oleh investor, padahal harga teoritisnya adalah Rp. 235.
Hal ini mengakibatkan adanya selisih (caplital loss) sebesar Rp. 60.
FMII dinilai Rp. 200 oleh investor, padahal harga teoritisnya adalah Rp. 210. Hal
ini mengakibatkan adanya selisih (caplital loss) sebesar Rp. 10. MRAT dinilai Rp. 525
oleh investor, padahal harga teoritisnya adalah Rp. 550. Hal ini mengakibatkan adanya
selisih (caplital loss) sebesar Rp. 50.
Penilaian yang terlalu rendah ini disebabkan karena investor menilai saham-
saham tersebut memiliki kinerja yang kurang baik. Sehingga aktifitas split yang
dilakukan tidak membuat harga saham tersebut meningkat, bahkan sebaliknya harga
saham menurun nilainya.
Tabel 1 : Rasio Split, Harga Teoritis, Harga Saham Sebelum dan Setelah Split.
ANALISIS DESKRIPTIF
Dalam penelitian kali ini peneliti melakukan pengamatan dari 10 hari
perdagangan sebelum stock split dan 10 hari perdagangan setelah stock split serta pada
hari pertama perdagangan saham stock split.
8
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Deskriptif Spread
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase spread dari saham-saham yang
diamati menunjukkan bahwa sebelum stock split persentase spread saham rata-rata dari
perusahaan yang melakukan stock split berkisar antara 7.22 sampai 13.09 persen. Nilai
maksimum rata-rata tercapai pada satu hari (H–1) menjelang stock split. Nilai minimum
rata-rata terjadi pada sepuluh hari menjelang stock split ( H-10 ). Hal ini menunjukkan
persentase yang cukup besar dan sebagai tanda kalau likuiditas perdagangan saham
masih belum likuid.
Pada hari H stock split persentase spread menurun tajam dari 13.09 persen pada
satu hari menjelang split (H – 1) menjadi 4.99 persen pada hari split. Hal ini
9
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Dari Tabel 3 kita dapat melihat nilai mean sebelum dan setelah mempunyai
perbedaan yang cukup jauh. Dari 12 emiten sampel terdapat nilai mean sebelum split
sebesar 1132.0417 sedangkan nilai mean setelah split sebesar 321.0417.
Selain itu standar deviasi sebelum split mempunyai perbedaan nilai yang cukup
jauh. Standar deviasi sebelum split sebesar 740.85161, sedangkan setelah split sebesar
60.39044. Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran variabilitas data sebelum split
mempunyai tingkat variabilitas yang lebih besar dari pada setelah split. Hal ini
disebabkan karena rentang harga antara sebelum split lebih besar dari setelah split.
Dari Tabel 3 kita dapat mengetahui nilai mean antara sebelum dan setalah adalah
sebesar 811.000. Ini menunjukkan harga pertengahan antara sebelum dan setelah.
Kemudian data sebelum dan setelah mempunyai nilai standar deviasi sebesar
632.33313. Hal ini menunjukkan tingkat variabilitas yang cukup tinggi. Nilai korelasi
sebesar 0.622 menunjukkan hubungan keeratan antara sebelum dan setelah split
sebesar 62.2 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel ini mempunyai tingkat
hubungan yang substansial.
Berdasarkan Tabel 3 juga dapat kita ketahui bahwa nilai t hitung sebesar 4.443,
sedangkan besarnya t Tabel (11; 0.25) adalah 2,201 dengan nilai signifikansi yang digunakan
sebesar 5%, sehingga Hipotesa nul (Ho) dapat kita tolak. Artinya dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara harga saham sebelum
dilakukan kebijakan stock split dengan harga saham setelah split. Hal ini juga dapat
dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,001 yang lebih kecil dari signifikansi yang
digunakan yaitu 0,05. Dan ini berarti bahwa dalam tingkat signifikansi 1 % Hipotesa
nul (Ho) masih dapat kita tolak.
10
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Selain itu standar deviasi sebelum split mempunyai perbedaan nilai yang cukup
besar yaitu standar deviasi sebelum split sebesar 1,611,498.074, sedangkan setelah split
sebesar 2,905,751. Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran variabilitas data sebelum
split mempunyai tingkat variabilitas yang lebih besar dari pada setelah split. Hal ini
disebabkan karena terjadinya volume perdagangan yang sedikit meningkat ketika
setelah split.
Dari Tabel 3 kita dapat mengetahui nilai mean antara sebelum dan setalah adalah
sebesar –2,892,379. Ini menunjukkan volume perdagangan antara sebelum dan setelah
lebih banyak setelah. Kemudian data sebelum dan setelah mempunyai nilai standar
deviasi sebesar 10,312,533.42. Hal ini menunjukkan tingkat variabilitas yang cukup
tinggi. Nilai korelasi yaitu sebesar –0.075 menunjukkan hubungan keeratan antara
sebelum dan setelah split sebesar 7.5 persen dan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua
variabel ini mempunyai tingkat hubungan sangat rendah.
Berdasarkan Tabel 3 juga dapat kita ketahui bahwa nilai t hitung sebesar –0.972 (jika
diharga mutlakkan sebesar 0.972), sedangkan besarnya t Tabel (11; 0.25) adalah 2,201 dengan
nilai signifikansi yang digunakan sebesar 5%, sehingga Hipotesa nul (Ho) dapat kita
terima. Artinya dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang cukup
signifikan antara harga saham sebelum dilakukan kebijakan stock split dengan harga
saham setelah split. Hal ini juga dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,352 yang
lebih besar dari signifikansi yang digunakan yaitu 0,05.
11
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
signifikan antara jumlah transaksi sebelum dilakukan kebijakan stock split dengan
jumlah transaksi setelah split. Hal ini juga dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar
0,352 yang lebih besar dari signifikansi yang digunakan yaitu 0,05.
Dari Tabel 3 kita dapat melihat nilai mean untuk jumlah transaksi sebelum dan
setelah mempunyai perbedaan. Dari 12 emiten sampel terdapat nilai mean sebelum
split sebesar 0.0044 sedangkan nilai mean setelah split sebesar –0.0098
Selain itu standar deviasi sebelum split mempunyai perbedaan nilai yang cukup
jauh. Standar deviasi sebelum split sebesar 0.00447, sedangkan setelah split sebesar
0.0082. Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran variabilitas data sebelum split
mempunyai tingkat variabilitas yang lebih rendah dari pada setelah split. Namun
perbedaannya tidak terlalu jauh, sehingga dapat dikatakan bahwa abnormal return
mempunyai variabilitas data yang tidak jauh berbeda antara sebelum dan setelah split.
Dari Tabel 3 kita dapat mengetahui nilai mean antara sebelum dan setalah adalah
sebesar 0.0142. Ini menunjukkan selisih rata-rata volume perdagangan antara sebelum
12
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
dan setelah split. Kemudian data sebelum dan setelah mempunyai nilai standar deviasi
sebesar 0.03444. Hal ini menunjukkan tingkat variabilitas yang cukup tinggi. Nilai
korelasi yaitu sebesar –0.159 menunjukkan hubungan keeratan antara sebelum dan
setelah split sebesar 15,9 persen dan bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
kedua variabel ini mempunyai tingkat hubungan sangat rendah.
Berdasarkan Tabel 3 juga dapat kita ketahui bahwa nilai t hitung sebesar 1.1426,
sedangkan besarnya t Tabel (11; 0.25) adalah 2,201 dengan nilai signifikansi yang digunakan
sebesar 5%, sehingga Hipotesa nul (Ho) dapat kita terima. Artinya dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara persentase spread
sebelum dilakukan kebijakan stock split dengan persentase spread setelah split. Hal ini
juga dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0.182 yang lebih besar dari signifikansi
yang digunakan yaitu 0,05.
13
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Dari Tabel 4, maka didapat nilai F hitung sebesar 4.655. Nilai ini lebih besar dari
dari nilai F Tabel (19; 4) yang bernilai 2.90 (Tabel distribusi F dengan tingkat
signifikansi 5 %). Nilai F hitung > F Tabel ini berarti bahwa kita dapat menolak Ho.
Artinya bahwa terdapat hubungan linier antara volume, jumlah, harga dan risk
terhadap persenrase spread. Hal ini dapat kita lihat juga dari taraf signifikansi yang
mencapai 0.009 yang artinya bahwa tingkat signifikansi sampai pada taraf 1 %.
Konstanta
Pada taraf signifikansi 5 % nilai t Tabel atau t (0.025; 11) sebesar 2.201. Sedangkan
nilai t hitung sebesar 3.785 yang lebih besar dari t Tabel (t hitung > t Tabel . Dengan
demikian kita dapat menolak (reject) Ho. Artinya bahwa konstanta berpengaruh
(significant) secara statistik terhadap persentase spread. Hal ini dapat kita lihat pada
nilai sig. = 0.001 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 1%.
Volume (X1)
Pada taraf signifikansi 5 % nilai t Tabel atau t (0.025; 11) sebesar 2.201. Sedangkan
nilai t hitung sebesar 2.579 yang lebih besar dari t Tabel (t hitung > t Tabel . Dengan
demikian kita dapat menolak (reject) Ho. Artinya bahwa volume berpengaruh secara
statistik terhadap persentase spread. Hal ini dapat kita lihat pada nilai sig. = 0.018 yang
lebih kecil dari taraf signifikansi 5 %.
14
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
bahwa jumlah transaksi berpengaruh secara statistik terhadap persentase spread. Hal
ini dapat kita lihat pada nilai sig. = 0.016 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5 %.
Harga (X3)
Pada taraf signifikansi 5 % nilai t Tabel atau t (0.025; 11) sebesar 2.201. Sedangkan
nilai t hitung sebesar 3.072 yang lebih besar dari t Tabel (t hitung > t Tabel ). Dengan
demikian kita dapat menolak Ho. Artinya bahwa harga berpengaruh secara statistik
terhadap persentase spread. Hal ini dapat kita lihat pada nilai sig. = 0.006 yang lebih
kecil dari taraf signifikansi 1 %.
Risk (X4)
Pada taraf signifikansi 5 % nilai t Tabel atau t (0.025; 11) sebesar 2.201. Sedangkan
nilai t hitung sebesar – 1.733 (diharga mutlakkan menjadi 1.733) yang lebih besar dari t
Tabel (t hitung > t Tabel ). Dengan demikian kita dapat menolak Ho. Artinya bahwa
resiko tidak berpengaruh secara statistik terhadap persentase spread. Hal ini dapat kita
lihat pada nilai sig. = 0.099 yang lebih besar dari taraf signifikansi 5 %.
Dari hasil pengujian diatas, maka hanya variabel resiko yang tidak berpengaruh
terhadap persentase spread. Untuk itu kita mendapatkan model regresi yang dibentuk
dari uji diatas, yaitu :
Keterangan :
X1 = Volume Perdagangan
X2 = Jumlah Transaksi
X3 = Harga Saham
Tabel 4 : Hasil Analisis Regresi
R²
F table
Keterangan (Koefisien t Sig
anova
Determinasi)
Keseluruhan 4,655 0,495
Konstanta - - 3,785 0,001
Volume - - 2,579 0,018
Perdagangan
Jumlah - - -2,642 0,016
Transaksi
Harga - - 3,072 0,006
Resiko - - -1,733 0,099
15
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
PENGUJIAN MODEL
Setelah diperoleh model regresi, maka kita akan menguji apakah model tersebut
termasuk BLUE (Best Unbiased Estimator) atau tidak. Berikut ini pengujiannya :
Linieritas
Uji linearitas telah dibuktikan dalam pembahasan diatas
Homoskedastisitas
Untuk pengujian signifikan koefisien regresi dapat dilakukan sebagai berikut:
Konstanta
Pada taraf signifikansi 5 % nilai t Tabel atau t (0.025; 11) sebesar 2.201. Sedangkan
nilai t hitung sebesar 3.228 yang lebih besar dari t Tabel (t hitung > t Tabel . Dengan
demikian kita dapat menolak Ho. Artinya bahwa konstanta berpengaruh secara
statistik terhadap persentase spread. Hal ini dapat kita lihat pada nilai sig. = 0.004 yang
lebih kecil dari taraf signifikansi 5 %.
Volume
Pada taraf signifikansi 5 % nilai t Tabel atau t (0.025; 11) sebesar 2.201. Sedangkan
nilai t hitung sebesar 2.433 yang lebih besar dari t Tabel (t hitung > t Tabel ). Dengan
demikian kita dapat menolak (reject) Ho. Artinya bahwa volume berpengaruh secara
statistik terhadap persentase spread. Hal ini dapat kita lihat pada nilai sig. = 0.024 yang
lebih kecil dari taraf signifikansi 5 %.
Jumlah
Pada taraf signifikansi 5 % nilai t Tabel atau t (0.025; 11) sebesar 2.201. Sedangkan
nilai t hitung sebesar – 2.493 (diharga mutlakkan menjadi 2.493) yang lebih besar dari t
Tabel (t hitung > t Tabel ). Dengan demikian kita dapat menolak Ho. Artinya bahwa
jumlah transaksi berpengaruh secara statistik terhadap persentase spread. Hal ini dapat
kita lihat pada nilai sig. = 0.22 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5 %.
Harga
Pada taraf signifikansi 5 % nilai t Tabel atau t (0.025; 11) sebesar 2.201. Sedangkan
nilai t hitung sebesar 2.468 yang lebih besar dari t Tabel (t hitung > t Tabel ). Dengan
demikian kita dapat menolak Ho. Artinya bahwa harga berpengaruh secara statistik
terhadap persentase spread. Hal ini dapat kita lihat pada nilai sig. = 0.23 yang lebih
kecil dari taraf signifikansi 5 %.
Dari pengujian diatas dapat kita simpulkan bahwa asumsi homoskedastisitas
terpenuhi.
16
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Non Autokolerasi
Dari Tabel 5 diperoleh nilai Durbin Watson = 1.661. Dikaitkan dengan pengujian
yang dilakukan Durbin Watson, nilai yang terletak 1.65<d<2.35 artinya tidak terjadi
autololerasi. Dalam perhitungan ini memenuhi kriteria tersebut dan disimpulkan
bahwa model regresi ini tidak terjadi autokolerasi.
Non Multikolinearitas
Dari hasil analisis regresi (table 5) diperoleh nilai R² sebesar 0.415. Angka ini
dibawah dari 0.7 yang mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan, yaitu :
Pada hari split, terdapat hasil yang beragam dalam hal harga saham. Dari sampel
yang ada, terdapat 5 sampel yang harga saham pada saat split sesuai dengan harga
teoritisnya. Sedangkan 4 sampel dinilai terlalu tinggi dari harga teoritisnya dan 3
sampel yang dinilai terlalu rendah dari harga teoritisnya.
Secara deskriptif pola perubahan dari variabel, yaitu harga, volume perdagangan,
jumlah transaksi, persentase spread, dan abnormal return saham tidak dapat
diprediksi secara pasti pola-pola perubahan dari masing-masing variabel.
17
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Saran
Dari penelitian yang dilakukan, maka saran dari hasil penelitian ini adalah :
Untuk emiten yang melakukan stock split sebaiknya kebijakan untuk melakukan
stock split janganlah hanya sebagai alat kosmetik saja.
Untuk peneliti lain diharapkan agar memperbanyak sampel perusahaan dan jumlah
hari perdagangan serta faktor-faktor kondisi perekonomian.
18
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Bisnis
DAFTAR PUSTAKA
19
Volume 2 Nomor 1, Januari 2005/ Dzulhijjah 1425 H ISSN 1411 - 0776