Sie sind auf Seite 1von 331

DRAF

PEDOMAN PENYUSUNAN
PANDUAN PRAKTIK KLINIS DAN
CLINICAL PATHWAY DALAM ASUHAN
TERINTEGRASI SESUAI STANDAR
AKREDITASI RUMAH SAKIT 2012

EDISI I 2015

TIM PENYUSUN
PEDOMAN PENYUSUNAN PANDUAN PRAKTIK KLINIS DAN
CLINICAL PATHWAY DALAM ASUHAN TERINTEGRASI SESUAI STANDAR
AKREDITASI RUMAH SAKIT 2012
TIM PENGARAH
1.

Sutoto, DR. Dr. M. Kes

2.

Sudigdo S. Prof, DR, Dr, SpA (K)

3.

Wasista Budiwaluyo, Dr. MHA

KOORDINATOR
Hanny Rono Sulistyo, DR. Dr. SpOG, (K) MM
ANGGOTA
1.

Djoni Darmadjaja, Dr. SpB, MARS

2.

Exsenveny Lalopua, Dr. M. Kes

3.

Nico A. Lumenta, Dr, K. Nefro MM, MH. Kes

4.

Rr. Tutik Sri Hariyati, DR. SKp, MARS

5.

Santoso Soeroso, Dr. SpA,( K ) MARS

6.

Zainal Abidin, Dr. Sp. THT

TIM KONTRIBUTOR

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Nama
Jabatan
Idrus Alwi, Prof, DR, Dr, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, Ketua Umum PAPDI
FACP
R.Suhartono, Dr. SpB KBV
Ketua Umum IKABI
M. Kurniawan, Dr. Sp. S (K), M. Sc., Sekretaris
Jenderal
PPFICA
PERDOSSI
Santoso Soeroso, Dr. SpA,( K ) MARS
Pengurus Pusat IDAI
Andon Hestiantoro,Dr. SpOG (K)
Sekjen PB POGI
Nurhidayatun, Ns, M. Kep, Sp. Kep An
Pengurus Pusat PPNI
Departemen
Pelayanan
Enny Mulyatsih, M. Kep., Sp. KMB
HIPMEBI Pusat
Anggota Dep. Pelayanan DPP.
Desrinah Harahap, M. Kep., Sp. Mat
PPNI
Masrial Mahyudin, Drs. Apt, MM
Koordinator Rujukan PP IAI
Wakil
Ketua
Pembinaan
Triyani Kresnawan, DCN, M.Kes, RD
Profesi Dietisien & Nutrisionis

ii

Profesi
PAPDI
IKABI
PERDOSSI
IDAI
POGI
PPNI
HIPMEBI
PPNI
IAI
PERSAGI

KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan Pedoman Penyusunan Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway
Dalam Asuhan Terintegrasi Sesuai Standar Rumah Sakit 2012 Salah satu tujuan
penyusunan buku Pedoman ini untuk menjadi Pedoman Rumah Sakit dalam penyusunan
Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway.
Pedoman Penyusunan Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway Dalam
Asuhan Terintegrasi Sesuai Standar Rumah Sakit 2012 ini sangatlah penting dalam
melakukan kendali mutu dan kendali biaya dan ini dijelaskan dalam Undang-Undang RI
No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
Buku ini disusun oleh Kelompok Kerja yang diberi tugas oleh Ketua Umum
PERSI dengan Surat Keputusan No. 212/SK/PP.PERSI/IX/2015 Tentang Tim Penyusun
Clinical Pathway Guideline and Hospital Based Costing Guidebook.
Tim Penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Prof.
DR. dr. Sudigdo S. SpA (K) yang telah memberikan ilmu pengetahuan menambah
wawasan bagi Tim Penyusun sehingga terbentuknya Buku Pedoman Penyusunan
Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway Dalam Asuhan Terintegrasi Sesuai Standar
Rumah Sakit 2012 dan juga kepada semua pihak yang telah memberi masukan, saran,
kritik terhadap buku tersebut.
Semoga buku ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dokter, perawat,
Nutrisionis/Dietisien dan Apoteker sehingga memahami pentingnya penyusunan Panduan
Praktik Klinis dan Clinical Pathway sebagai dasar dalam implementasi dari perundangundangan yang berlaku.

Jakarta,
November
2015
Tim Penyusun

iii

SAMBUTAN KETUA UMUM PERSI


KUNTJORO ADI PURJANTO, Dr. M.Kes.
Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) menyambut dengan rasa syukur
kepada Tuhan yang Maha Esa atas keberhasilan tim penyusun dengan terbitnya Pedoman
Penyusunan Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway Dalam Asuhan Terintegrasi
Sesuai Standar Rumah Sakit 2012.
Buku pedoman ini sangatlah penting untuk Rumah Sakit menyusun panduan praktik
klinis dan Clinical Pathway yang sesuai dengan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana di setiap rumah sakit masing-masing.
Selanjutnya Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) berharap semua
Rumah Sakit untuk dapat meningkatkan mutu dan mengendalikan biaya sesuai dengan
clinical pathway yang telah disepakati di setiap Rumah Sakit.
Kepada organisasi kesehatan dunia (WHO) dan Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Organisasi Profesi kami ucapkan terima kasih
atas bantuan baik moril maupun material sehingga terealisasinya Buku Pedoman
Penyusunan Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway Dalam Asuhan Terintegrasi
sesuai Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2012
Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) mengucapkan terima kasih dan
apresiasi atas kerja keras kepada tim penyusun yang melibatkan para pakar dari berbagai
disiplin ilmu.
Jakarta, 30 November 2015
Kuntjoro Adi Purjanto, Dr. M. Kes
KETUA UMUM PERSI

iv

SAMBUTAN KETUA EKSEKUTIF KARS


(SUTOTO, DR. Dr. M.Kes)
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatnya Pedoman Penyusunan Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway Dalam
Asuhan Terintegrasi Sesuai Standar Rumah Sakit 2012 selesai disusun sebagai acuan untuk
kendali mutu dan kendali biaya di Rumah Sakit.
Rumah Sakit sebagai institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari kematian dan
kecacatan dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit harus meminimalkan risiko baik
klinis maupun non klinis yang mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan
berlangsung sehingga terlaksananya pelayanan yang aman bagi pasien. Oleh karena itu
keselamatan pasien menjadi prioritas utama dalam semua bentuk kegiatan di rumah sakit.
Untuk mencapai kondisi pelayanan yang efektif, efisien dan aman bagi pasien
diperlukan penyusunan Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway. Dalam penyusunan
Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway diperlukan komitmen multidisiplin Rumah
Sakit.
Dengan adanya Pedoman Penyusunan Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway
Dalam Asuhan Terintegrasi Sesuai Standar Rumah Sakit 2012 mudah-mudahan akan lebih
mempermudah penyusunan Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway di Rumah Sakit.
Dalam rangka meningkatkan mutu Rumah Sakit dan kendali biaya serta memenuhi standar
akreditasi Rumah Sakit versi 2012.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit mengucapkan terima kasih dan salut serta apresiasi
kepada tim penyusun yang telah berhasil menyusun Pedoman Penyusunan Panduan Praktik
Klinis dan Clinical Pathway Dalam Asuhan Terintegrasi Sesuai Standar Rumah Sakit 2012
Jakarta, 30 November 2015
KETUA EKSEKUTIF KARS
SUTOTO, DR. Dr. M.Kes

SAMBUTAN KETUA UMUM IDI


Dalam menjamin mutu layanan dokter, Ikatan Dokter Indonesia sebagai organisasi
profesi dokter diamanahkan oleh Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran untuk menyusun standar profesi. Penjabaran lebih lanjut mengenai standar
profesi yaitu nilai-nilai profesi kedokteran yang dibatasi oleh kisi-kisi yang terdiri dari
standar etik (kode etik), standar pendidikan, standar kompetensi, dan standar pelayanan.
Dari keempat komponen standar profesi, hanya standar pelayanan yang belum
banyak diterbitkan oleh komponen IDI yang berdasarkan spesialisasi keilmuannya. Standar
pelayanan ini yang kemudian diterjemahkan menjadi Panduan Praktik Klinis dan Clinical
Pathway. Untuk selanjutnya akan menjadi acuan dalam penerapan standar prosedur
operasional di tingkat fasilitas pelayanan.
Mengingat lebih luas tentang penerapan program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), adanya Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway sangat diperlukan tidak hanya
oleh dokter dan fasilitas kesehatannya, namun juga bagi pemangku kebijakan yang terlibat
dalam pelaksanaan program tersebut. Ditambah lagi, hal ini sangat penting sebagai
perlindungan hukum bagi anggota IDI karena telah menjalannya praktik kedokteran sesuai
standar profesi.
Puji syukur ke hadirat Tuhan YME bahwa Pedoman Penyusunan Panduan Praktik
Klinis dan Clinical Pathway telah terbit. Atas nama Ikatan Dokter Indonesia, saya
mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada tim penyusun dan seluruh pihak yang
terlibat dalam penyusunan. Semoga keberadaan buku pedoman ini dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi perbaikan mutu layanan kepada masyarakat.
Jakarta, Desember 2015
Prof.Dr.I.Oetama Marsis,Sp.OG(K)
Ketua Umum Pengurus Besar
Ikatan Dokter Indonesia
NPA IDI. 7535

vi

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN RI

vii

DAFTAR ISI
Tim Penyusun Pedoman Penyusunan Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway
Dalam Asuhan Terintegrasi Sesuai Standar Rumah Sakit 2012 ................................
Kata Pengantar Tim Penyusun ................................................................................
Sambutan Ketua Umum PERSI .................................................................................
Sambutan Ketua Eksekutif KARS .............................................................................
Sambutan ketua Umum IDI .......................................................................................
Sambutan Menteri Kesehatan RI ...............................................................................
Daftar Isi .....................................................................................................................
Daftar Singkatan dan Istilah .......................................................................................
Daftar Lampiran .........................................................................................................

i
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xv

BAB I

PENDAHULUAN .................................................................................

BAB II

DASAR HUKUM .................................................................................

11

BAB III

PANDUAN PRAKTIK KLINIS ..........................................................


1. Pengertian Umum.............................................................................
2. Tujuan ..............................................................................................
3. Penyusunan ......................................................................................
4. Isi .....................................................................................................
5. Perangkat .........................................................................................
6. Penerapan ........................................................................................
7. Revisi ................................................................................................

12
12
13
13
15
19
20
23

BAB IV

PENUNJANG PANDUAN PRAKTIK KLINIS .................................


1. Alur Klinis (Clinical Pathway) .......................................................
2. Algoritme ..........................................................................................
3. Protokol ............................................................................................
4. Prosedur ............................................................................................
5. Standing Orders ................................................................................

24
24
31
32
32
32

BAB V

DISCLAIMER (PENYANGKALAN, WEWANTI) ............................ 33

LAMPIRAN................................................................................................................. 35

viii

DAFTAR
SINGKATAN DAN ISTILAH
CP

Clinical Pathway, Alur Klinis yang dibuat oleh multidisiplin

terintegrasi pada kondisi klinis tertentu dikoordinasi oleh


Komite Medis.
DPJP

: Dokter Penanggung Jawab Pelayanan

IDNT

International Dietetics & Nutrition Terminology

NANDA Int.

Nort American Nursing Diagnosis Association/

NANDA-Internasional Nursing Diagnosis Definition and


Clasification
NIC

Nursing Intervention Clasification, komprehensif standar


klasifikasi intervensi keperawatan baik intervensi
mandiri maupun kolaborasi

NOC

Nursing Out Come adalah komprehensif standar klasifikasi


kriteria/tujuan keperawatan yang harus tercapai melalui
intervensi keperawatan

PAG

Panduan Asuhan Gizi

PAK

Panduan Asuhan Keperawatan

PAKf

Panduan Asuhan Kefarmasian

PAGT

Proses Asuhan Gizi Terstandar

PNPK

Panduan Nasional Praktik Kedokteran, dibuat oleh Kelompok


pakar Profesi disahkan oleh Kementerian Kesehatan.

PPK

Panduan Praktik Klinis, dibuat oleh kelompok staf medis


dikoordinasi oleh komite medis disahkan oleh Direksi.

Algoritme

Manajemen pasien yang direkomendasikan, dirancang untuk


mengarahkan keputusan yang akan diambil.

Apoteker

Tenaga farmasi yang bertanggungjawab terhadap pelayanan


farmasi (managemen farmasi dan farmasi klinik) yang efektif,
efisien, aman dan bermutu

Asesmen Keperawatan

Serangkaian kegiatan sistemetis untuk mengkaji bio psiko,

ix

sosial, spiritual dan budaya klien yang digunakan sebagai


dasar penetapan diagnosis keperawatan dan intervensi
keperawatan.
Asesmen Farmasi

Merupakan kegiatan penelaahan/pengkajian resep sesuai


dengan persyaratannya (kelengkapan resep) serta
mengidentifikasi obat-obat yang diterima/dibawa pasien

baik obat yang dibawa dari luar rumah sakit maupun


obat-obat yang diterima selama di rumah sakit atau obat
yang akan dibawa pulang oleh pasien. Kegiatan ini
dilakukan agar tidak terjadi duplikasi dan menjamin
penggunaan obat secara rasional.
Asesmen Gizi

Pengkajian gizi yang terdiri dari lima aspek yaitu


Anamnesis

riwayat

gizi,

data

biokimia,

pengukuran

antropometri, pemeriksaan fisik/klinis dan riwayat personal.


Asuhan Gizi

Serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang


memungkinkan untuk mengidentifikasi kebutuhan zat gizi
dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kegiatan asuhan gizi terdiri dari asesmen, diagnosis,
intervensi, monitoring dan evaluasi.

Asuhan Keperawatan

Rangkaian interaksi Perawat dengan pasien dan


lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan
kebutuhan dan kemandirian pasien dalam merawat dirinya,
terdiri kegiatan asesmen, penetapan diagnosis,

merencanakan dan melaksanakan tindakan serta


melaksanakan evaluasi
Diagnosis Gizi

masalah gizi pasien/klien dimana Nutrisionis/Dietisien


bertanggung jawab untuk memecahkan masalah secara
mandiri, penulisan diagnosis gizi terstruktur dengan konsep
PES yaitu Problem, Etiologi, dan Sign/Symptom.

Diagnosis Keperawatan :

Clinical judgment terhadap respon manusia akibat kondisi

kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan yang terjadi


pada
seorang individu, keluarga, kelompok atau masyarakat.
Discharge planning/DP

Suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh multidisiplin tim

untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan merencanakan


serta memfasilitasi kebutuhan akan perawatan dan
keberlanjutan perawatan setelah pulang dari rumah sakit. DP
didokumentasikan dalam dokumentasi DP yang
dilaksanakan oleh semua tim kesehatan yang merawat.
Disclaimer

Wewanti, penyangkalan, menghilangkan kesalahpahaman

atau salah persepsi tentang arti kata standar, yang bagi


sebagian orang dimaknai sebagai sesuatu yang harus
dilakukan tanpa kecuali; menjaga autonomi dokter bahwa
keputusan klinis merupakan wewenangnya sebagai pihak
yang dipercaya oleh pasien untuk memberikan pertolongan
medis.
Drug Related Problem (DRP) :

Masalah terkait obat mulai dari ketersediaannya pada

waktu yang dibutuhkan sampai dengan permasalahan


ketidaksesuaiaan pengobatan dalam mencapai terapi
yang sesungguhnya (Hepler, 2003)
1.

Indikasi yang tidak ditangani (untreated Indication)

2.

Pilihan Obat yang Kurang Tepat (Improper Drug


Selection)

3.

Penggunaan Obat Tanpa indikasi (Drug Use Without


Indication)

4.

Dosis Terlalu Kecil (Sub-Therapeutic Dosage)

5.

Dosis Terlalu Besar (Over Dosage)

6.

Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (Adverse


Drug Reactions)

7.

Interaksi Obat (Drug Interactions)

8.

Gagal

Menerima

xi

Obat

(Failure

to

receive

medication)
Edukasi terintegrasi

Suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh multidisiplin untuk


mengidentifikasi kebutuhan edukasi dan peningkatan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam kesehatan.
Edukasi terintegrasi didokumentasikan dalam catatan
Edukasi terintegrasi

Empat Belas Kebutuhan Dasar Manusia:


Adalah serangkaian kebutuhan manusia yang harus dipenuhi
perawat sesuai dengan asesmen keperawatan,
1.

Kebutuhan oksigenisasi

2.

Kebutuhan makan dan minum

3.

Kebutuhan eliminasi

4.

Kebutuhan mobilisasi

5.

Kebutuhan tidur dan istirahat

6.

Kebutuhan berpakaian

7.

Menjaga suhu tubuh.

8.

Kebutuhan kebersihan diri.

9.

Kebutuhan keamanan dan kenyamanan

meliputi:

10. Kebutuhan komunikasi dan emosi


11. Kebutuhan Beribadah sesuai dengan keyakinan.
12. Kebutuhan bekerja dan ADL
13. Kebutuhan Bermain atau terlibat dalam berbagai
kegiatan rekreasi.
14. Kebutuhan belajar dan pengetahuan (kebutuhan dapat
muncul keseluruhan atau sebagian sesuai asesmen)
Evaluasi terintegrasi :

Serangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh seluruh


pemberi asuhan kepada pasien dan bertujuan untuk menilai
kemajuan, perkembangan, membandingkan kondisi pasien
sesuai tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan serta
menyampaikan tindak lanjut dari asuhan kepada pasien.

Evaluasi terintegrasi didokumentasikan dalam Catatan

xii

Perkembangan Pasien Terintegrasi/CPPT


Intervensi Gizi

Perencanaan dan Implementasi untuk mengatasi masalah gizi


perencanaan terdiri dari tujuan intervensi dan preskripsi diet
implementasi terdiri dari pelaksanaan pemberian makanan,
edukasi, konseling dan koordinasi pelayanan asuhan gizi dengan
tenaga kesehatan lain

Konseling Gizi

Serangkaian kegiatan proses komunikasi dua arah yang


dilaksanakan

oleh

tenaga

gizi

untuk

menanamkan

dan

meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam


mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat
memutuskan apa yang akan dilakukan.
Monitoring dan Evaluasi :

Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui respon pasien


terhadap

intervensi

yang

diberikan

dan

tingkat

keberhasilannya.
Multidisiplin

Semua pihak yang terlibat dalam pelayanan seperti : Dokter,

Perawat, Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) dan Apoteker.


Pelaksana Verivikasi :

Petugas yang mengisi Clinical Pathway bisa Kepala Ruangan


atau Case Manager setiap hari berdasarkan pengisian berkas

Rekam Medis.
Perawat Penanggung Jawab : Kepala kelompok Perawat yang melakukan Asuhan
Keperawatan dapat Perawat Primer atau Ketua Tim
Prosedur

Langkah demi langkah instruksi tentang cara melakukan tugas


berdasarkan teknis dan teoritis pengetahuan

Proses Asuhan Gizi :

Suatu metoda pemecahan masalah yang sistematis, yaitu


Nutrisionis/Dietisien menggunakan cara berfikir kritis dalam
membuat keputusan untuk menangani berbagai masalah yang
berkaitan dengan gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi
yang aman, efektif dan berkualitis tinggi.

Protokol

Rencana, atau serangkaian langkah, yang harus diikuti dalam studi,


investigasi, atau intervensi seperti dalam pengelolaan kondisi
pasien tertentu.

xiii

Standing Order :

Suatu set kolaborasi dokter dalam bentuk PELIMPAHAN


WEWENANG SECARA mandat maupun delegasi dokter yang
ditujukan kepada perawat atau profesional tenaga kesehatan lain
untuk memberikan intervensi kepada pasien selama dokter tidak
ada ditempat

Tenaga Gizi

Setiap orang yang telah lulus pendidikan dibidang gizi sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan, tenaga gizi meliputi
Nutrisionis dan Dietisien. Persatuannya disebut PERSAGI.

Varian

Hal-hal yang dikerjakan tidak sesuai Panduan Praktik Klinis karena


sesuatu hal.

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
1.

PPK Appendisitis Acute ....................................................................................

35

2.

PPK Benign Prostat Hyperplasia ......................................................................

37

3.

PPK Fraktur Terbuka

....................................................................................

39

4.

PPK Hernia Inguinalis

....................................................................................

41

5.

PPK Total Knee Arthroplasty/Replacement .................................................

6.

PPK Demam Tipoid ...........................................................................................

46

7.

PPK Gagal Jantung ...........................................................................................

49

8.

PPK Pneumonia ...........................................................................................

9.

PPK ST Elevation Myocardial Infraction (STEMI) ...........................................

43

10. PPK Dengue Haemorrhagic Fever ................................................................

54
65

11. PPK Diare Akut ....................................................................................................


12. PPK Kejang Demam .....................................................................................
13. PPK Eklamsia Gravidarum

68

70

..............................................................................

14. PPK Plasenta Previa Pada Kehamilan Aterm

60

73

.................................................

79

15. PPK Perdarahan Pasca Persalinan ......................................................................

81

16. PPK Perdarahan Subarachnoid ............................................................................

86

17. PPK Stroke Hemoragik ........................................................................................

90

18. PPK Stroke Iskemik .............................................................................................

94

19. PAK Apendisitis Acute ........................................................................................

99

20. PAK Benign Prostat Hyperplasia ........................................................................

101

21. PAK Fraktur Long Bone ......................................................................................

103

22. PAK Total Knee Replacement .............................................................................

105

23. PAK Demam Berdarah ..........................................................................................

107

24. PAK Diare Akut .............................................................................................

109

25. PAK Kejang Demam Sederhana ............................................................................. 112


26. PAK Perdarahan Berat ............................................................................................. 115

xv

27. PAK Pre Eklamsi ..................................................................................................... 118


28. PAK Hiperemisis Gravidium .................................................................................. 121
29. PAK Sectio Caesaria ..............................................................................................

125

30. PAG Bronkopneumonia ......................................................................................

128

31. PAG Demam Berdarah

.......................................................................................

131

32. PAG Demam Thypoid

......................................................................................

134

33. PAG Diabetes Mellitus

.....................................................................................

136

34. PAG Diare Akut .........................................................................................


35. PAG Ginjal Kronik Pra Dialisis

138

................................................................... 141

36. PAG Kejang Demam .................................................................................

143

37. PAG Apendicities .............................................................................................

145

38. PAG Stroke ........................................................................................................

148

39. PAG Placenta Previa Totalis Pada Kehamilan Aterm .......................................

151

40. PAKf Terkait Permasalahan Obat (Drug Related Problem) Pada Acute
Myocardial Infraction

................................................................................. 154

41. PAKf Terkait Permasalahan Obat (Drug Related Problem) Pada Diabetes
Melitus ........................................................................................................

156

42. PAKf Terkait Permasalahan Obat (Drug Related Problem) Pada Ginjal Akut

157

43. PAKf Terkait Permasalahan Obat (Drug Related Problem) Pada Hypertensi

159

44. PAKf Terkait Permasalahan Obat (Drug Related Problem) Pada Trauma
Abdomen ...............................................................................................

160

45. PAKf Terkait Permasalahan Obat (Drug Related Problem) Pada Apendisitis

162

46. PAKf Terkait Permasalahan Obat (Drug Related Problem) Pada Diare

164

47. PAKf Terkait Permasalahan Obat (Drug Related Problem) Pada


Hemorrhoid .............................................................................................

166

48. PAKf Terkait Permasalahan Obat (Drug Related Problem) Pada Kejang
Demam ......................................................................................................

168

49. PAKf Terkait Permasalahan Obat (Drug Related Problem) Pada Ileus
Obstruktif ....................................................................................................

170

50. PAKf Terkait Permasalahan Obat (Drug Related Problem) Pada


Hernia Inguinalis .........................................................................................

xvi

172

51. PAKf Terkait Permasalahan Obat (Drug Related Problem) Pada


Demam Thypoid ....................................................................................

174

52. PAKf Terkait Permasalahan Obat (Drug Related Problem) Pada


DBD..........................................................................................................

xvii

176

CLINICAL PATHWAY
1.

Clinical Pathway Diare akut Ringan - Sedang RS Kelas B &C

....................

178

2.

Clinical Pathway Kejang Demam Sederhana RS Kelas B & C...........................

185

3.

Clinical Pathway Demam Berdarah Grade 1 & 2 RS Kelas B & C

..............

192

4.

Clinical Pathway Apendisitis Acuta RS Kelas B

..........................................

199

5.

Clinical Pathway Apendisitis Acuta RS Kelas C

..........................................

207

6.

Clinical Pathway Hernia Inguinalis RS Kelas B & C............................................

215

7.

Clinical Pathway Benign Prostat Hyperplasia (BPH) RS Kelas B .....................

223

8.

Clinical Pathway Benign Prostat Hyperplasia (BPH) RS Kelas C .....................

230

9.

Clinical Pathway Open Fraktur Long Bone RS Kelas B & C ............................

237

10. Clinical Pathway Total Knee Arthroplasty/Replacement RS Kelas B &C .......

245

11. Clinical Pathway Demam Thypoid RS Kelas B ................................................

253

12. Clinical Pathway Pneumonia Komunitas RS Kelas B ........................................

261

13. Clinical Pathway Placenta Previa Totalis Pada Kehamilan Aterm RS Kelas B&C 268
14. Clinical Pathway Stroke Hemorrhagic RS Kelas B & C......................................

275

15. Clinical Pathway Stroke Iskemik RS Kelas B & C .............................................

283

16. Clinical Pathway Subarahnoid RS Kelas B & C ............................................... 292

xviii

SURAT TUGAS
1.

Surat Keputusan Pengurus Pusat PERSI (Disalin sesuai dengan aslinya) .........

2.

Surat Tugas Idrus Alwi, Prof, DR, Dr, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC,
FESC, FAPSIC, FACP (Disalin sesuai dengan aslinya) ..................................

3.

309

Surat Tugas Enny Mulyatsih, M. Kep., Sp. KMB (Disalin sesuai dengan
aslinya)..............................................................................................................

9.

308

Surat Tugas Nurhidayatun, Ns., Sp. An (Disalin sesuai dengan


aslinya).................................................................................................................

8.

307

Surat Tugas Andon Hestiantoro, Dr SpOG (K ) MARS (Disalin sesuai


dengan aslinya) .................................................................................................

7.

306

Surat Tugas Santoso Soeroso, Dr. SpA,( K ) MARS (Disalin sesuai


dengan aslinya) .................................................................................................

6.

305

Surat Tugas M. Kurniawan, Dr. Sp. S (K), M. Sc., FICA (Disalin sesuai
dengan aslinya) ...................................................................................................

5.

304

Surat Tugas R.Suhartono, Dr. SpB KBV (Disalin sesuai dengan


aslinya) ................................................................................................................

4.

301

310

Surat Tugas Desrinah Harahap, M. Kep., Sp. Mat (Disalin sesuai


dengan aslinya)....................................................................................................

311

10. Surat Tugas Masrial Mahyudin, Drs. Apt, MM (Disalin sesuai


dengan aslinya)....................................................................................................

312

11. Surat Tugas Triyani Kresnawan, DCN, M.Kes, RD (Disalin sesuai dengan
aslinya)..............................................................................................................

xix

313

BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia membuat suatu langkah besar dan mendasar dibidang kesehatan.
Pada tanggal 1 januari 2014, Jaminan Sosial Nasional dibidang kesehatan atau yang
kita kenal dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dimulai. Sangat logis apabila
langkah besar ini tak mungkin dimulai langsung dengan suatu kesempurnaan, karena
itu akan membutuhkan proses yang panjang dan rumit melibatkan semua stake
holdersnya. Masyarakat yang menggunakan dan instansi ujung tombak kesehatan
harus terus memberikan masukkan tentang kendala dilapangan, Kementerian
Kesehatan harus sigap dalam merevisi berkesinambungan sistim didalam proses ini
dan

Badan

Penyelenggara

Jaminan

Kesehatan

(BPJS)

memperbaiki

terus

pelayanannya. Semoga kita bisa berjuang mengatasi masalah masalah dalam


pelaksanaan JKN agar profesi kesehatan bisa bermanfaat bagi semua rakyat
Indonesia, sesuai petuah sebagai berikut:
"Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita
sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah & jangan pernah menyerah
untuk mencoba. Maka jangan katakan pada Tuhan aku punya masalah, tetapi katakan
pada masalah, aku punya Allah yang maha segalanya." (Ali bin Abi Thalib)
Agar supaya JKN ini dapat membuahkan manfaat yang optimal bagi
masyarakat indonesia, maka haruslah ditingkatkan selalu Kendali Biaya dan Kendali
Mutu. Semua pelaksanaan kesehatan harus dibuat standar pelayanan yang baku.
Kedua kendali ini haruslah ditingkatkan secara bersamaan, karena Kendali
biaya yang baik atau ekonomis bila tidak disertai mutu pelayanan yang baik ataupun
sebaliknya mutu pelayanan yang sangat baik tapi sangat mahal tentunya akan
merugikan masyarakat dan negara. Beberapa piranti yang dapat digunakan untuk itu
adalah PNPK, PPK dan Clinical Pathway untuk kendali mutu dan kendali biaya,
untuk kendali biaya dapat digunakan Hospital Based Costing.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik


Kedokteran
Pasal 44
1) Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib
mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.
2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut
jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan
3) Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 50
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :
a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
b. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional;
c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya;
dan
d. Menerima imbalan jasa.
Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai
kewajiban :
a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan;
c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia;
d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia

yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
atau kedokteran gigi.
Standar pelayanan kesehatan itu dibuat secara berjenjang dan saling
mempengaruhi. Di Pusat Kementerian Kesehatan akan menentukan PNPK (Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran) yang merupakan hasil pemikiran dari organisasi
profesi.
PNPK ini diperlukan apabila
1.
2.
3.
4.

Jumlah kasusnya banyak (High Volume)


Mempunyai risiko yang tinggi (High Risk)
Mempunyai kecenderungan penggunaan biaya yang tinggi (High Cost)
Memiliki variabilitas luas pelaksanaannya oleh para ahli walau kasusnya sama
(Sudigdo Sastroasmoro SpA. konsorsium upaya kesehatan, ditjen BUK,
KemKes 2015)
Keempat hal tersebut diatas akan menyebabkan variasi pendanaan yang luas

dan mahal, oleh karena itu menjadi prioritas untuk dikendalikan.


Karakteristik dari PNPK adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sahih (evidence based, berbasiskan bukti penelitian klinis yang sahih)


Reprodusable
Cost Effective
Representatif, dapat digunakan bahkan oleh multisenter
Dapat diterapkan dalam praktik
Fleksibel
Jelas
Direvisi secara berkala
Dapat digunakan untuk audit medis.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438/MENKES/PER/


IX/2010 Tentang Standar Pelayanan Kedokteran
Prinsip dasar
Pasal 3
1) Standar pelayanan Kedokteran meliputi Pedoman Nasional Pelayanan

Kedokteran (PNPK) dan SPO.


2) PNPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Standar Pelayanan
Kedokteran yang bersifat nasional dan dibuat oleh organisasi profesi serta
disahkan oleh Menteri.
3) SPO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dan ditetapkan oleh
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.
Standar Prosedur Operasional (SPO)
Pasal 10
1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib memprakarsai penyusunan SPO
sesuai dengan jenis dan strata fasilitas pelayanan kesehatan yang dipimpinnya.
2) PNPK harus dijadikan acuan pada penyusunan SPO di fasilitas pelayanan
kesehatan.
3) SPO harus dijadikan panduan bagi seluruh tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.
4) SPO disusun dalam bentuk Panduan Praktik Klinis (Clinical Practice
Guidelines) yang dapat dilengkapi dengan alur klinis (Clinical Pathway),
algoritme, protokol, prosedur atau standing order.
5) Panduan Praktik Klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus memuat
sekurang-kurangnya mengenai pengertian, anamnesis, pemeriksaan fisik,
kriteria diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, terapi, edukasi,
prognosis dan kepustakaan.
Pasal 11
SPO disusun oleh staf medis pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dikoordinasi
oleh Komite Medis dan ditetapkan oleh Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.
Pasal 12
SPO harus selalu ditinjau kembali dan diperbaharui sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun sekali, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

kedokteran atau kedokteran gigi.


Dari ketentuan diatas maka dapat kita pelajari penyusunan standar pelayanan
kesehatan kita, yaitu Pusat menentukan PNPK, didaerah diadopsi menjadi SPO atau
PPK dan untuk membantu pelaksanaannya didaerah PPK ini dapat dibantu oleh
Clinical Pathway, Standing orders, Algoritma, protokol ataupun prosedur. (PMK
1438 tahun 2010 ).
Saat ini untuk membantu Rumah Sakit mengembangkan sistim kendali
pelayanan mereka, maka banyak pakar membuat pelatihan penyusunan Panduan
Praktik Klinis (PPK) ataupun Clinical Pathway. Tidak adanya suatu ketentuan yang
baku, menyebabkan pelatihan pelatihan tersebut berbeda-beda, sehingga semakin
membingungkan bagi para penggunanya.
Untuk itu dibuatlah tim dari PERSI untuk menyusun suatu panduan yang
komprehensif dan baku, agar memudahkan penggunaannya oleh pihak Rumah Sakit
sebagai pelaku pelayanan. Program ini dikerjakan oleh PERSI perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia dengan pendanaan dari Badan Kesehatan Dunia WHO, serta
melibatkan banyak pakar masing masing profesi yang terlibat yaitu IKABI, PAPDI,
IDAI, PERDOSSI dibantu PPNI, IAI, PERSAGI Yang sangat dipentingkan pada
penyusunan ini adalah pengintegrasian para Pemberi Pelayanan Asuhan (PPA) karena
sistim pemberian asuhan terpusat pada pasien (Patient Centered Care) adalah
pelayanan terintegrasi berorientasi pada kepentingan pasien dan tidak didominasi oleh
satu profesi tertentu, seperti dulu dokter merupakan pelaksana asuhan tunggal.
Mengapa harus demikian, karena profesi saat ini telah berkembang sangat pesat
sehingga tak mungkin lagi dikuasai secara penuh ilmunya oleh para dokter. Tentunya
hal ini akan berdampak sangat positif terhadap mutu pelayanan kesehatan. Beberapa
Clinical Pathway masih dibuat dengan pola lama, jadi hanya medis (dokter) yang
membuat dan mengatur atau terkadang profesi perawat dilibatkan secara terbatas.
Hasil kerja keras ini diserahkan kepada Kementrian Kesehatan sebagai

regulator agar dapat disebar luaskan penggunaannya.


Beberapa hal yang harus mendapat perhatian khusus:
1. Beberapa contoh panduan penyusunan Panduan Praktik Klinis (PPK) dan
Clinical Pathway dibuat, untuk rumah sakit kelas B dan C, dengan pemikiran
kemungkinan tenaga sumber dayanya terbatas dan sangat disibukkan oleh
pelayanan. Contoh tersebut dapat diadopsi secara utuh apabila kondisinya
sesuai. Harus dilakukan penyesuaian oleh tim Mutu Komite-komite di Rumah
Sakit (Komite Medik, Komite Keperawatan dan Komite Profesi lainnya) agar
dapat diterapkan pelaksanaannya di Rumah Sakit tersebut.
2. Harus selalu dibuatkan Disclaimer (wewanti/ketidak patuhan pada prosedur)
apabila oleh karena suatu sebab/kondisi tertentu prosedur tidak dipatuhi.
Disclaimer dibuat oleh DPJP dan ditulis pada Rekam Medis.
Kewajiban penulisan disclaimer ini sangat penting, karena akan dapat
menghindarkan DPJP dari tuntutan hukum dikemudian hari dan dapat menjadi
bahan evaluasi efektifitas Clinical Pathway yang telat dibuat (revisi).

PMK 1438/2010
Kepatuhan Kepada Standar dan Penyangkalan
Pasal 13
1) Dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lainnya di fasilitas
pelayanan kesehatan harus mematuhi PNPK dan SPO sesuai dengan
keputusan klinis yang diambilnya,
2) Kepatuhan kepada PNPK dan SPO menjamin pemberian pelayanan
kesehatan dengan upaya terbaik di fasilitas pelayanan kesehatan, tetapi
tidak menjamin keberhasilan upaya atau kesembuhan pasien;
3) Modifikasi terhadap PNPK dan SPO hanya dapat dilakukan atas dasar
keadaan yang memaksa untuk kepentingan pasien, antara lain keadaan
khusus pasien, kedaruratan, dan keterbatasan sumber daya.
4) Modifikasi PNPK dan SPO sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
dicatat di dalam rekam medis.

1.

Formulir Clinical Pathway diisi oleh Case Manajer dan bukan oleh DPJP.
Formulir Clinical Pathway bukan merupakan bagian dari Rekam Medis akan
tetapi merupakan piranti pengendalian mutu oleh tim mutu para Komite
Medik, Keperawatan dan Profesi Kesehatan lainnya di Rumah Sakit. Case
Manajer ini dapat dijabat oleh dokter umum atau perawat senior yang
bertugas memantau proses kepatuhan pada setiap kasus diruangan dan akan
berkonsultasi dengan semua PPA apabila ditemukan masalah dalam
penanganan kasus. Case Manajer memantau dengan mengisi cek list dalam
Clinical Pathway dari awal sampai pasien pulang. Formulir Clinical
Pathway yang sudah diisi dan selesai dikumpulkan di Komite Medik untuk

2.

ditelaah secara berkala.


Semua PPK dan Clinical Pathway yang telah dibuat dan disahkan Rumah
Sakit harus ada di masing masing unit pelayanan Rumah Sakit (untuk

3.

menjadi acuan).
Clinical Pathway bukanlah piranti untuk kendali biaya walaupun bisa
digunakan secara terbatas untuk menghitung biaya (unit cost), untuk kendali
biaya digunakan Hospital Based Costing yang akan dibuat panduan

4.

penyusunannya secara terpisah.


Semua instruksi dokter yang pelaksanaannya tidak dilakukan oleh dokter
akan tetapi oleh perawat, dapat bersifat delegatif ataupun mandat. Keduanya
harus ada aturan tertulis tindakan apa saja yang bersifat mandat (tanggung
jawab ada pada pelaksananya yaitu perawat), siapa yang memiliki
kompetensi untuk melakukannya dan bagaimana prosedur pelaksanaannya.
Contoh dari tindakan medis mandat yang dilakukan perawat adalah misalnya
memberikan obat, memasang infus line dll. Apabila pelaksanaan tugas yang
bersifat delegatif, dimana tanggung jawab tetap ada pada pemberi perintah
(DPJP) maka harus dibuatkan standing orders. Hal ini sangat penting agar
terhindar dari tuntutan apabila terjadi kasus yang tak diharapkan.

UU No 38 tahun 2014 Tentang Keperawatan


Pasal 28
Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Praktik Keperawatan mandiri; dan
b. Praktik Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pasal 32
1) Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf e hanya dapat diberikan secara
tertulis oleh tenaga medis kepada Perawat untuk melakukan sesuatu
tindakan medis dan melakukan evaluasi pelaksanaannya.
2) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan secara delegatif atau mandat.
3) Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu
tindakan medis diberikan oleh tenaga medis kepada Perawat dengan
disertai pelimpahan tanggung jawab.
4) Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) hanya dapat diberikan kepada Perawat profesi atau Perawat vokasi
terlatih yang memiliki kompetensi yang diperlukan.
5) Pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis
kepada Perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis di bawah
pengawasan.
6) Tanggung jawab atas tindakan medis pada pelimpahan wewenang mandat
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berada pada pemberi pelimpahan
wewenang.
7) Dalam melaksanakan

tugas

berdasarkan

pelimpahan

wewenang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perawat berwenang:


a. Melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya atas
pelimpahan wewenang delegatif tenaga medis;
b. Melakukan tindakan medis di bawah pengawasan atas pelimpahan

wewenang mandat; dan


c. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program Pemerintah.
1.

Sehubungan dengan pelimpahan kewenangan ini, syarat kompetensi harus


ditentukan didalam Surat Penugasan Klinis (SPK) dengan Rincian
Kewenangan Klinis (RKK) yang dibuat oleh Sub Komite Kredential komite
keperawatan (PMK 49/2013) dan disahkan oleh direktur. Artinya tidak
semua perawat dapat diberikan kewenangan delegatif dari dokter akan tetapi
hanya perawat yang kompeten dan sudah disahkan dan tercantum

2.

kompetensinya didalam Rincian Kewenangan Klinis (RKK)


Kepatuhan dan pelaksanaan semua prosedur pelayanan medis ini adalah
untuk menjamin keselamatan pasien dan untuk menghindarkan tuntutan
hukum bagi pelaksananya.

BAB II
DASAR HUKUM
1.

Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

2.

Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

3.

Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

4.

Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

5.

Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan

6.

Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

7.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang


Standar Pelayanan Kedokteran

8.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 755/MENKES/PER/IV/2011 Tentang


Penyelenggaraan Komite Medis

9.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 012 Tahun 2012 Tentang Akreditasi

10. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 17 Tahun 2013 Tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 26 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
dan Praktik Tenaga Gizi
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 49 Tahun 2013 Tentang Komite
Keperawatan
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 78 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelayanan

10

Gizi Rumah Sakit


14. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Farmasi Rumah Sakit

BAB III
PANDUAN PRAKTIK KLINIS, PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN,
PANDUAN ASUHAN GIZI DAN PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN
1.

Pengertian Umum
Pada paradigma lama praktik klinik masih didominasi oleh praktik
kedokteran, namun dengan adanya patient center care dan juga integrated
kolaborasi interprofesional maka praktik klinis juga diintegrasikan dengan
praktik/asuhan keperawatan, asuhan gizi dan asuhan farmasi. Menjadi Panduan
Praktik Klinis, Panduan Asuhan Keperawatan (PAK), Panduan Asuhan Gizi
(PAG) dan Panduan Asuhan Kefarmasian (PAKf).
Panduan Praktik Klinis adalah istilah teknis sebagai pengganti Standar
Prosedur Operasional (SPO) dalam Undang-undang Praktik Kedokteran 2004
dan Undang-Undang Keperawatan yang merupakan istilah administratif.
Penggantian ini perlu untuk menghindarkan kesalahpahaman yang mungkin
terjadi, bahwa standar merupakan hal yang harus dilakukan pada semua
keadaan. Jadi secara teknis Standar Prosedur Operasional (SPO) dibuat berupa
Panduan Praktik Klinis (PPK) yang dapat berupa atau disertai dengan salah satu
atau lebih: alur klinis (Clinical Pathway), protokol, prosedur, algoritme, standing
order.
Bila tersedia Panduan Nasional Praktik Kedokteran (PNPK), Panduan

11

Praktik Klinis (PPK) dibuat dengan rujukan utama Panduan Nasional Praktik
Kedokteran (PNPK), Karena Panduan Nasional Praktik Kedokteran (PNPK)
hanya dibuat untuk sebagian kecil penyakit, maka sebagian besar Panduan
Praktik Klinis (PPK) dibuat dengan rujukan lain Panduan Praktik Klinis (PPK)
dapat sama/berbeda di RS yang beda:
a.

Panduan Praktik Klinis (PPK) untuk DBD tanpa syok, mungkin bersifat
sama, di rumah sakit tipe, A, B, C, D.

b.

Di RS tipe A, Panduan Praktik Klinis (PPK) untuk PJB dari Dx sampai


bedah, di RS tipe A yang lain hanya Dx lalu rujuk

c.

Di RS tipe B clinical pathway untuk stroke melibatkan bedah saraf, di


RS B yang lain tidak

d.
2.

Jadi Panduan Praktik Klinis (PPK) bersifat hospital specific.

Tujuan

Meningatkan mutu pelayanan pada keadaan klinis dan lingkungan tertentu


bekerja sama dengan tim multidisiplin

Mengurangi jumlah intervensi yang tidak perlu atau berbahaya

Memberikan opsi pengobatan dan perawatan terbaik dengan keuntungan


maksimal

3.

Menghindari terjadinya medication eror secara dini

Memberikan opsi pengobatan dengan risiko terkecil

Memberikan tata laksana asuhan dengan biaya yang memadai

Penyusunan
Panduan Praktik Klinis, Panduan asuhan Keperawatan, Panduan Asuhan
Gizi, Panduan Asuhan Kefarmasian seharusnya dibuat untuk semua jenis
penyakit/kondisi klinis yang ditemukan dalam fasilitas pelayanan kesehatan.
Namun

dalam

pelaksanaannya

dapat

12

dibuat

secara

bertahap,

dengan

mengedepankan misalnya 10 penyakit tersering yang ada di tiap bagian. Bila


tersedia Panduan Nasional Praktik Kedokteran (PNPK), maka Panduan Praktik
Klinis (PPK), Panduan Asuhan Keperawatan (PAK), Panduan Asuhan
Kefarmasian (PAKf), Panduan Asuhan Gizi (PAG) dibuat dengan rujukan utama
Panduan Nasional Praktik Kedokteran (PNPK). Namun karena Panduan Nasional
Praktik Kedokteran (PNPK) hanya dibuat untuk sebagian kecil penyakit/kondisi
klinis, maka sebagian besar Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan
Keperawatan (PAK), Panduan Asuhan Gizi (PAG), dan Panduan Asuhan
Kefarmasian (PAKf) dengan segala turunannya dibuat dengan memperhatikan
fasilitas setempat dan merujuk pada:

Pustaka mutakhir berupa artikel asli

Systematic review atau meta-analisis

PNPK dari negara lain

Nursing Care Plan Guide

International Dietetic & Nutrition Terminology

Penuntun Diet Anak

Penuntun Diet Edisi Baru Dewasa

Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

Pedoman Pelayanan Farmasi Klinik

Buku ajar

Panduan dari organisasi profesi

Petunjuk pelaksanaan program dari Kemenkes

Kesepakatan para staf medis


Di rumah sakit umum Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan

Keperawatan (PAK), Panduan Asuhan Gizi (PAG), dan Panduan Asuhan


Kefarmasian (PAKf) dibuat untuk penyakit-penyakit terbanyak untuk setiap

13

departemen, sedangkan untuk rumah sakit tipe A dan tipe B yang memiliki
pelayanan subdisiplin harus dibuat Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan
Asuhan Keperawatan (PAK), Panduan Asuhan Gizi (PAG), dan Panduan Asuhan
Kefarmasian (PAKf) untuk penyakit-penyakit terbanyak sesuai dengan
divisi/subdisiplin masing-masing. Pembuatan Panduan Praktik klinis (PPK)
dikoordinasi oleh Komite Medis, Pembuatan Panduan Asuhan Keperawatan
(PAK) dikoordinasi oleh Komite Keperawatan dan pembuatan Panduan Asuhan
Gizi (PAG) dan Panduan Asuhan Kefarmasian (PAKf) dikoordinasi oleh Komite
Tenaga Kesehatan setempat dan berlaku setelah disahkan oleh Direksi.
4.

Isi
I.

Format Panduan Praktik Klinis (PPK):


1.

Pengertian

2.

Anamnesis

3.

Pemeriksaan Fisik

4.

Prosedur Diagnostik

5.

Diagnosis Kerja

6.

Diagnosis Banding

7.

Pemeriksaan Penunjang

8.

Tata Laksana

9.

Edukasi (Hospital Health Promotion)

10. Prognosis
11. Tingkat Evidens*
12. Tingkat Rekomendasi*
13. Penelaah Kritis*
14. Indikator
15. Kepustakaan
Catatan :

14

Bila memungkinkan dan sesuai kemampuan rumah sakit dan diputuskan


oleh Direktur RS atas rekomendasi Komite Medis dan atau Komisi HTA

Level of Evidence dan Peringkat Rekomendasi


LEVEL
I a.
I b.
II a.
II b.
III a.
III b.
IV

LITERATUR
Meta-analisis Randomized Clinical Controlled Trial
Minimal satu Randomized Clinical Controlled Trial
Minimal satu non Randomized Clinical Controlled Trial
Studi kohort dan atau kasus kontrol
Studi Cross - Sectional
Seri Kasus dan laporan kasus
Konsensus dan pendapat ahli

REKOMENDASI
A
B
C

Scottish Intercollegiate Guidelines Network; US Agency for Health Care Policy and
Research
II. Format Panduan Asuhan Keperawatan (PAK) :
1. Pengertian
2. Asesmen Keperawatan
3. Diagnosis Keperawatan
4. Kriteria Evaluasi/Nursing Outcome
5. Intervensi
6. Informasi & Edukasi/Discharge Planning
7. Evaluasi
8. Evidence based nursing practice*
9. Penelaah Kritis

15

10. Kepustakaan
Catatan :
*

Bila memungkinkan

III. Format Panduan Asuhan Gizi (PAG) :


1.

Pengertian

2.

Asesmen
a.

Asesmen Antropometri

b.

Asesmen Biokimia

c.

Asesmen Klinis

d.

Asesmen Riwayat Makan

e.

Asesmen Riwayat Personal

3.

Diagnosis

4.

Intervensi
a.

Perencanaan

b.

Implementasi

c.

Edukasi

d.

Konseling Gizi

e.

Koordinasi dengan Tenaga Kesehatan lain

5.

Monitoring dan Evaluasi

6.

Re Asesmen*

7.

Indikator/Outcome

8.

Kepustakaan

Catatan :
*

Tergantung hasil monitoring dan evaluasi

IV. Panduan Asuhan Kefarmasian (PAKf)

16

1.

Pengertian

2.

Asesmen Kefarmasian : Problem medik dikaitkan dengan farmakoterapi

3.

Identifikasi Drug Related Problem :

4.

5.

6.

a.

Ada indikasi tidak ada terapi obat

b.

Tidak ada indikasi ada terapi obat

c.

Pemilihan obat tidak tepat

d.

Dosis obat subterapeutik

e.

Overdosis

f.

Kegagalan terapi obat

g.

Interaksi obat

h.

Efek samping obat

Intervensi Farmasi:
a.

Rekomendasi pemilihan obat

b.

Rekomendasi cara pemberian obat

c.

Rekomendasi dosis obat

d.

Pemantauan terapi obat

e.

Monitoring efek samping obat

f.

Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi obat

Monitoring & Evaluasi:


a.

Efek terapi obat

b.

Adverse DrugRection ( ADR)

Edukasi & Informasi:


a.

Kepatuhan minum obat

b.

Efek samping obat

c.

Cara menggunakan obat yang benar

d.

Cara menyimpan obat yang benar

7.

Penelaah Kritis : Apoteker Klinis

8.

Indikator

17

9.

5.

Kepustakaan

Perangkat
Dalam Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan Keperawatan
(PAK), Panduan Asuhan Gizi (PAG), dan Panduan Asuhan Kefarmasian (PAKf)
mungkin terdapat hal-hal yang memerlukan rincian langkah demi langkah. Untuk
ini, sesuai dengan karakteristik permasalahan serta kebutuhan, dapat dibuat
Clinical Pathway (Alur Klinis), algoritme, protokol, prosedur, maupun
standing order.
Contoh:

Dalam Panduan Praktik Klinis (PPK) disebutkan bahwa tata laksana


stroke non-hemoragik harus dilakukan secara multidisiplin dan dengan
pemeriksaan serta intervensi dari hari ke hari dengan urutan tertentu.
Karakteristik penyakit stroke non-hemoragik sesuai untuk dibuat alur
klinis (Clinical Pathway); sehingga perlu dibuat Clinical Pathway untuk
stroke non-hemoragik.

Dalam Panduan Praktik Klinis (PPK) disebutkan bahwa pada pasien


gagal ginjal kronik perlu dilakukan hemodialisis. Uraian rinci tentang
hemodialisis dimuat dalam protokol hemodialisis pada dokumen
terpisah.

Dalam Panduan Praktik Klinis (PPK) disebutkan bahwa pada anak


dengan kejang demam kompleks perlu dilakukan punksi lumbal. Uraian
pelaksanaan pungsi lumbal tidak dimuat dalam Panduan Praktik Klinis
(PPK) melainkan dalam prosedur pungsi lumbal dalam dokumen
terpisah.

18

Dalam tata laksana kejang demam diperlukan pemberian diazepam


rectal dengan dosis tertentu yang harus diberikan oleh perawat dalam
bentuk kolaborasi dengan dokter, ini diatur dalam Undang-Undang
Keperawatan dan standing order.

6.

Penerapan
Panduan Praktik Klinis (termasuk turunan-turunannya: Clinical
Pathway, algoritme, protokol, prosedur, standing orders) merupakan panduan
yang harus diterapkan sesuai dengan keadaan pasien. Oleh karenanya
dikatakan bahwa semua Panduan Praktik Klinis (PPK) bersifat rekomendasi
atau advis. Apa yang tertulis dalam Panduan Praktik Klinis (PPK) tidak harus
diterapkan pada semua pasien tanpa kecuali.
Berikut alasan mengapa Panduan Praktik Klinis (PPK) harus diterapkan
dengan memperhatikan kondisi pasien secara individual.
a.

Panduan Praktik Klinis (PPK) dibuat untuk average patients. Pasien


dengan demam tifoid ada yang masih dapat bekerja seperti biasa, di sisi lain
ada yang hampir meninggal. Panduan Praktik Klinis (PPK) dibuat bukan
untuk kedua ekstrem tersebut, melainkan untuk pasien rata-rata demam
tifoid: demam 5 hari atau lebih, lidah kotor, tidak mau makan minum,
mengigau, dan seterusnya.

b.

Panduan Praktik Klinis (PPK) dibuat untuk penyakit atau kondisi


kesehatan tunggal. Kembali pada pasien demam tifoid. Pada Panduan
Praktik Klinis (PPK) demam tifoid seolah-olah pasien tersebut hanya
menderita demam tifoid, dia tidak menderita hipertensi, tidak ada asma,
tidak obes atau malnutrisi, tidak alergi kloramfenikol, dan seterusnya.
Padahal dalam praktik seorang pasien datang dengan keluhan utama yang
sesuai dengan demam tifoid, namun mungkin ia juga menderita diabetes,
alergi kloramfenikol, hipertensi dan sebagainya. Contoh lain, seorang yang

19

menderita kardiomiopati obstruktif menurut Panduan Praktik Klinis (PPK)


harus diberikan propranolol; namun bila ternyata ia menderita asma berat,
maka propranolol tidak boleh diberikan. Demikian pula pasien gonore yang
harusnya diberikan penisilin namun tidak boleh diberikan karena ia alergi
penisilin. Atau seorang anak yang menderita diare berdarah; menurut
Panduan Praktik Klinis (PPK) misalnya harus diberikan ko-trimoksazol
sebagai obat awal; namun bila ia menderita penyakit jantung bawaan biru
dan memperoleh warfarin maka ko-trimoksasol tidak dapat diberikan.
c.

Respons pasien terhadap prosedur diagnostik dan terapeutik sangat


bervariasi. Ada pasien yang disuntik penisilin jutaan unit tidak apa -apa,
namun ada pasien lain yang baru disuntik beberapa unit sudah kolaps atau
manifestasi anafilaksis lain. Hal yang sama juga terjadi pada prosedur
diagnostik, misal penggunaan zat kontras untuk pemeriksaan pencitraan.

d.

Panduan Praktik Klinis (PPK) dianggap valid pada saat dicetak. Kemajuan
teknologi kesehatan berlangsung amat cepat. Bila suatu obat yang semula
dianggap efektif dan aman, namun setahun kemudian terbukti memiliki efek
samping yang jarang namun fatal, misalnya disritmia berat, maka obat
tersebut tidak boleh diberikan. Di lain sisi, bila ada obat lain yang lebih
efektif, tersedia, dapat dijangkau, lebih aman, lebih sedikit efek sampingnya,
maka obat tersebut harus diberikan sebagai pengganti obat yang ada dalam
Panduan Praktik Klinis (PPK)

e.

Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan Keperawatan (PAK),


Panduan Asuhan Gizi (PAG), dan Panduan Asuhan Kefarmasian
(PAKf) modern mengharuskan kita mengakomodasi apa yang
dikehendaki oleh keluarga dan pasien. Sesuai dengan paradigma
evidence-based practice, yakni dalam tata laksana pasien diperlukan
kompetensi dokter, perawat, nutrisionis/dietisien, Apoteker dan tenaga
kesehatan lainnya, bukti ilmiah mutakhir, serta preferensi pasien (dan

20

keluarga), maka clinical decision making process harus menyertakan


persetujuan pasien. Bila menurut ilmu kedokteran ada obat atau prosedur
yang sebaiknya diberikan, namun pasien atau keluarganya tidak setuju, maka
dokter harus mematuhi kehendak pasien, tentunya setelah pasien diberikan
penjelasan yang lengkap.
Demikian juga jika ada asuhan keperawatan yang akan diberikan namun
pasien dan keluarga tidak setuju maka hak pasien dan keluarga akan
dikedepankan setelah perawat memberikan edukasi pada pasien dan keluarga..
Asuhan Gizi diberikan setelah diketahui pasien nilai skrining gizi nya
menunjukan berisiko malnutrisi dan atau kondisi khusus (pasien dengan penyakit
Diabetes, penyakit ginjal, kanker, penurunan imunitas, penyakit kronik lain nya,
serta mempunyai masalah gizi dan memerlukan diet tertentu). Proses Asuhan
Gizi harus dilaksanakan secara beruntun dari langkah asesmen, diagnosis,
intervensi, dan monitoring evaluasi gizi, biasa disingkat menjadi ADIME.
Langkah-langkah tersebut saling berkaitan satu dengan lain nya dan merupakan
siklus yang berulang terus sampai tujuan tercapai. Apabila tujuan sudah tercapai
akan tetapi timbul masalah baru, maka proses berulang kembali mulai asesmen
gizi sampaimonev kembali sampai tujuan tercapai.
Orang yang paling berwenang menilai secara komprehensif keadaan pasien
adalah Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yang bertugas merawat
dengan berkolaborasi dengan perawat, nutrisionis/dietisien dan Apoteker. Tim
dipimpin oleh leader yang akhirnya menentukan untuk memberikan atau tidak
memberikan obat atau asuhan sesuai dengan yang tertulis dalam Panduan Praktik
Klinis (PPK). Dalam hal tertentu tidak melaksanakan apa yang ada dalam
Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan Keperawatan (PAK),
Panduan Asuhan Gizi (PAG), Panduan Asuhan Kefarmasian (PAKf) maka
dokter/perawat/nutrisionist dan Apoteker harus menuliskan alasannya
dengan

jelas

dalam

rekam

medis,

21

dan

ia

harus

siap

untuk

mempertanggungjawabkannya. Bila ini tidak dilakukan maka dokter, perawat,


nutrisionis/dietisien dan Apoteker dianggap lalai melakukan kewajibannya
kepada pasien.

7.

Revisi
Panduan Praktik Klinis (PPK) merupakan panduan terkini untuk tata laksana

pasien, karenanya harus selalu mengikuti kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran,
keperawatan, gizi, dan tenaga kesehatan lainnya. Untuk itu Panduan Praktik Klinis
(PPK) secara periodik perlu dilakukan revisi, biasanya setiap 2 tahun. Idealnya
meskipun tidak ada perbaikan, peninjauan tetap dilakukan setiap 2 tahun. Masukan
untuk revisi diperoleh dari Panduan Nasional Praktik Kedokteran (PNPK), Panduan
Asuhan Kefarmasian (PAKf) yang baru (bila ada), pustaka mutakhir, serta
pemantauan rutin apakah Panduan Praktik Klinis (PPK) selama ini dapat dan sudah
dikerjakan dengan baik. Proses formal audit klinis dapat merupakan sumber yang
berharga untuk revisi Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan Keperawatan
(PAK), Panduan Asuhan Gizi (PAG), dan Panduan Asuhan Kefarmasian (PAKf)
namun bila audit klinis belum dilaksanakan, pemantauan rutin merupakan sumber
yang penting pula.
Untuk menghemat anggaran, di rumah-rumah sakit yang sudah mempunyai
intranet, Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan Keperawatan (PAK),
Panduan Asuhan Gizi (PAG), dan Panduan Asuhan Kefarmasian (PAKf) dan panduan
lain dapat di-upload yang dapat diakses setiap saat oleh para dokter dan profesional
lainnya, dan bila perlu dicetak.

22

BAB IV
PENUNJANG PANDUAN PRAKTIK KLINIS
1.

Alur klinis (Clinical Pathway)


Clinical Pathway (alur klinis) memiliki banyak sinonim, di antaranya care

pathway, care map, integrated care pathways, multidisciplinary pathways of care,


pathways of care, collaborative care pathways. Clinical Pathway dibuat untuk
memberikan rincian apa yang harus dilakukan pada kondisi klinis tertentu. Clinical
Pathway memberikan rencana tata laksana hari demi hari dengan standar pelayanan
yang dianggap sesuai. Pelayanan dalam Clinical Pathway bersifat multidisiplin
sehingga semua pihak yang terlibat dalam pelayanan dokter/dokter gigi, perawat,
fisioterapis, nutrisionis/dietisien, Apoteker, dll dapat menggunakan format yang sama.
Kelebihan format ini adalah perkembangan pasien dapat dimonitor setiap hari, baik
intervensi maupun outcome-nya. Oleh karena itu maka Clinical Pathway paling layak
dibuat untuk penyakit atau kondisi klinis yang memerlukan pendekatan multidisiplin,
dan perjalanan klinisnya dapat diprediksi (pada setidaknya 70% kasus). Bila dalam
perjalanan klinis ditemukan hal-hal yang menyimpang, ini harus dicatat sebagai
varian yang harus dinilai lebih lanjut.
Perjalanan klinis dan outcome penyakit yang dibuat dalam Clinical Pathway dapat
tidak sesuai dengan harapan karena:

memang sifat penyakit pada individu tertentu,

terapi tidak diberikan sesuai dengan ketentuan,

23

pasien tidak mentoleransi obat, atau

terdapat ko-morbiditas.
Apapun yang terjadi harus dilakukan evaluasi dan dokter memberikan

intervensi sesuai dengan keadaan pasien.


Pada umumnya di rumah sakit umum hanya 30% pasien dirawat dengan
Clinical Pathway. Selebihnya pasien dirawat dengan prosedur biasa (usual care).
Clinical Pathway hanya efektif dan efisien apabila dilaksanakan untuk penyakit atau
kondisi kesehatan yang perjalanannya predictable, khususnya bila memerlukan
perawatan multidisiplin.
Beberapa pertanyaan yang dapat muncul:
a.

Apakah Clinical Pathway perlu dibuat untuk semua penyakit?


Jawabnya telah dijelaskan di atas, tidak. Clinical Pathway hanya untuk penyakit
yang

perjalanan klinisnya predictable dan memerlukan penanganan

multidisiplin.
b.

Apakah Clinical Pathway dibuat untuk perincian biaya perawatan?


Tidak. Panduan Praktik Klinis (PPK) dan semua perangkatnya, termasuk Clinical
Pathway, harus patient oriented, bukan DGR (diagnosis-related group)-oriented,
length of stay oriented,

atau BPJS oriented. Bahwa setelah Clinical Pathway

dibuat digunakan untuk

keperluan penghitungan pembiayaan tentu hal tersebut

sah-sah saja.
c. Dapatkah penyakit lain dibuat Clinical Pathway sesuai dengan kondisi
lokal?
Ide pembuatan Clinical Pathway adalah membuat standarisasi pemeriksaan dan
tata laksana pasien yang memililiki pola tertentu. Bila perjalanan klinis suatu
penyakit sangat bervariasi, misalnya diare atau sepsis, tentu sulit untuk
membuat standar pemeriksaan dan tindakan yang diperlukan hari demi hari.

24

Clinical Pathway juga tidak efektif bila terdapat ko-morbiditas.


Namun demikian tidak tertutup kemungkinan untuk membuat Clinical Pathway bagi
penyakit apa pun, dengan catatan:

ditetapkan kriteria inklusi dan eksklusi yang jelas,

bila pasien sudah dirawat dengan Clinical Pathway namun ternyata


mengalami komplikasi atau terdapat ko-morbiditas, maka pasien tersebut
harus dikeluarkan dari Clinical Pathway dan dirawat dengan perawatan
biasa.
Keputusan untuk membuat Clinical Pathway pada kasus-kasus seperti ini

dilakukan atas kesepakatan staf medis dengan mempertimbangkan efektivitas, sumber


daya, dan waktu yang diperlukan.
Format Clinical Pathway
Clinical Pathway adalah dokumen tertulis. Terdapat pelbagai jenis format
Clinical Pathway yang tergantung pada jenis penyakit atau masalah serta kesepakatan
para profesional. Namun pada umumnya format Clinical Pathway berupa tabel yang
kolomnya merupakan waktu (hari, jam), sedangkan barisnya merupakan observasi/
pemeriksaan/tindakan/intervensi yang diperlukan. Format Clinical Pathway dapat
amat rumit dan rinci (misalnya pemberian obat setiap 6 jam dengan dosis tertentu;
bila ini melibatkan banyak obat maka menjadi amat rumit). Sebagian apa yang harus
diisi dapat merupakan check-list, namun tetap harus diberikan ruang untuk
menuliskan hal-hal yang perlu dicatat. Ruang yang tersedia untuk mencatat hal-hal
yang diperlukan juga dapat amat terbatas, lebih-lebih format yang sama diisi oleh
semua profesi yang terlibat dalam perawatan, karena sifat multidisiplin Clinical
Pathway. Profesi yang terlibat berkontribusi memberikan asuhan yaitu asuhan medik,
asuhan keperawatan, asuhan gizi serta asuhan kefarmasian.

25

Isi format Clinical Pathway, sebagai berikut:


I.

Judul Clinical Pathway

II. Identitas Pasien


1.

Nama Pasien

2.

Jenis Kelamin

3.

Tanggal Lahir

4.

No. Rekam Medik

5.

Diagnosa Masuk, Tanggal Masuk & Jam Masuk Rumah Sakit

6.

Penyakit Utama

7.

Penyakit Penyerta

8.

Komplikasi

9.

Tindakan

10. Berat Badan


11. Tinggi Badan
12. Tanggal & Jam Keluar Rumah Sakit
13. Lama Rawat
14. Rencana Rawat
15. Ruang Rawat/Kelas
16. Rujukan
III. Isi Clinical Pathway
A. Baris
1.

Asesmen awal
a.

Asesmen Awal Medis

b.

Asesmen Awal Keperawatan

2.

Laboratorium

3.

Radiologi/imaging

4.

Konsultasi

26

5.

6.

Asesmen Lanjutan
a.

Asesmen Medis

b.

Asesmen Keperawatan

c.

Asesmen Gizi

d.

Asesmen Farmasi

Diagnosis
a.

Diagnosis Medis

b.

Diagnosis Keperawatan

c.

Diagnosis Gizi

7.

Discharge Planning

8.

Edukasi Terintegrasi

9.

a.

Edukasi/Informasi Medis

b.

Edukasi Gizi

c.

Edukasi Keperawatan

d.

Edukasi Farmasi

e.

Pengisian Formulir Informasi dan Edukasi Terintegrasi

Terapi/Medikamentosa
a.

Injeksi

b.

Cairan Infus

c.

Obat Oral

d.

Obat anestesi.

10. Tata Laksana/Intervensi


a.

Tata Laksana/Intervensi Medis

b.

Tata Laksana/Intervensi Keperawatan

c.

Tata Laksana/Intervensi Gizi

d.

Tata Laksana/Intervensi Farmasi

11. Monitoring dan Evaluasi


a.

Dokter DPJP

27

b.

Keperawatan

c.

Gizi

d.

Farmasi

12. Mobilisasi/Rehabilitasi
a.

Medis

b.

Keperawatan

c.

Fisioterapi

13. Outcome/Hasil
a.

Medis

b.

Keperawatan

c.

Gizi

d.

Farmasi

14. Kriteria Pulang


15. Rencana Pulang/Edukasi Pelayanan Lanjutan
Variant.
B. Kolom
1.

Kegiatan

2.

Uraian Kegiatan

3.

Hari Penyakit dan Hari Rawat (Hari/Jam)

4.

Keterangan

IV. Penanggung Jawab


1.

Dokter Penanggung Jawab Pelayanan

2.

Perawat Penanggung Jawab

3.

Pelaksana Verivikasi

28

V. Keterangan:

Arsir kotak : Wajib dilaksanakan,


Arsir lurus : Boleh dilakukan/Boleh tidak dilakukan
() Checklist

Cara pengisian Clinical Pathway :


1.

Rumah Sakit membuat Clinical Pathway sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
setempat

2.

Clinical Pathway berlaku pada saat ditegakkan diagnosa

3.

Catatan yang ada didalam Rekam Medis dimasukkan pada formulir Clinical
Pathway dengan cara di checklist ()

4.

Catatan yang didalam Rekam Medis tetapi tidak terdapat didalam format
formulir Clinical Pathway dicatat didalam varian

5.

Yang mengisi Clinical Pathway adalah Pelaksana Verivikasi

6.

Pelaksana Verivikasi adalah petugas yang diangkat bisa Case Manager atau
Kepala Ruangan

7.

Apabila pasien pulang Clinical Pathway diberikan kepada Komite Medis/Komite


Mutu Rumah Sakit

8.

Format dalam Clinical Pathway pada kolom kegiatan :


A. Judul Clinical Pathway Sudah Baku
B. Identitas Pasien Sudah Baku
C. Isi Clinical Pathway
1) Kegiatan Sudah Baku
2) Uraian Kegiatan: disesuaikan dengan PPK, PAK, PAG, PAKf
serta tipe dan kondisi Rumah Sakit
3) Hari penyakit dan Hari rawat sesuai dengan PPK
4) Keterangan menguraikan Uraian kegiatan bila diperlukan.

29

5) Variant Untuk kegiatan yang ada dalam rekam medik tapi tidak
terdapat dalam format Clinical Pathway
6) Clinical pathway ditandatangani oleh Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan, Perawat Penanggung Jawab dan Pelaksana
Verivikasi.
2.

Algoritme
Algoritme merupakan format tertulis berupa flowchart dari pohon
pengambilan keputusan. Dengan format ini dapat dilihat secara cepat apa yang
harus dilakukan pada situasi tertentu. Algoritme merupakan panduan yang efektif
dalam beberapa keadaan klinis tertentu misalnya di ruang gawat darurat atau
Instalasi Gawat Darurat. Bila staf dihadapkan pada situasi yang darurat,
dengan menggunakan algoritme ia dapat melakukan tindakan yang cepat untuk
memberikan pertolongan.
CONTOH FORMAT ALGORITME
PENANGANAN CEDERA KEPALA
CEDERA KEPALA
SADAR

TIDAK SADAR

Anamnesa:
Riwayat tidak sadar < 15

Kesadaran menurun Pupil Anisocor

Amnesia Retrograd (+)

Jejas (+) di kepala

Hemiparesis

Muntah (+)

Defisit neurologis

Reflek Fisiologis (-)


Reflek Patologis (+)

30

FOTO KEPALA
Fraktur (-)

CT SCAN CITO

Fraktur (+)

Kelainan (-)

Kelainan (+)

Observasi

Bedah Syaraf

NEUROLOGI

BEDAH SYARAF

3. Protokol
Protokol merupakan panduan tata laksana untuk kondisi atau situasi tertentu
yang cukup kompleks. Misalnya dalam Panduan Praktik Klinis (PPK) disebutkan
bila pasien mengalami atau terancam mengalami gagal napas dengan kriteria
tertentu perlu dilakukan pemasangan ventilasi mekanik. Untuk ini diperlukan
panduan berupa protokol, bagaimana melakukan pemasangan ventilasi mekanik,
dari pemasangan endotracheal tube, mengatur konsentrasi oksigen, kecepatan
pernapasan,

bagaimana

pemantauannya,

apa

yang

harus

diperhatikan,

pemeriksaan berkala apa yang harus dilakukan, dan seterusnya. Dalam protokol
harus termasuk siapa yang dapat melaksanakan, komplikasi yang mungkin timbul
dan cara pencegahan atau mengatasinya, kapan suatu intervensi harus dihentikan,
dan seterusnya.
4.

Prosedur
Prosedur merupakan uraian langkah-demi-langkah untuk melaksanakan
tugas teknis tertentu. Prosedur dapat dilakukan oleh perawat (misalnya cara
memotong dan mengikat talipusat bayi baru lahir, merawat luka, suctioning,
pemasangan pipa nasogastrik), atau oleh dokter (misalnya pungsi lumbal atau
biopsi sumsum tulang).

5.

Standing orders
Standing orders adalah suatu kegiatan kolaborasi yang terdiri dari tindakan

31

delegasi atau mandat dokter kepada perawat yang telah diatur dalam UndangUndang Keperawatan. Standing orders dapat diberikan oleh dokter pada pasien
tertentu, atau secara umum dengan persetujuan Komite Medis. Contoh:
perawatan pasca bedah tertentu, pemberian antipiretik untuk demam, pemberian
anti kejang per rektal untuk pasien kejang, defibrilasi untuk aritmia tertentu.
Contoh lain yaitu order pemberian diet.
BAB V
DISCLAIMER (PENYANGKALAN, WEWANTI)
Disclaimer (Penyangkalan, Wewanti)
Sejalan dengan uraian dalam bab terdahulu, dalam setiap dokumen tertulis
Panduan Praktik Klinis (PPK) serta perangkat implementasinya mutlak harus
dituliskan disclaimer (wewanti, penyangkalan). Hal ini amat diperlukan untuk:
1) Menghilangkan kesalahpahaman atau salah persepsi tentang arti kata
standar, yang bagi sebagian orang dimaknai sebagai sesuatu yang harus
dilakukan tanpa kecuali
2) Menjaga autonomi dokter bahwa keputusan klinis merupakan wewenangnya
sebagai pihak yang dipercaya oleh pasien untuk memberikan pertolongan
medis, asuhan keperawatan, asuhan gizi, dan asuhan kefarmasian.
Dalam disclaimer (yang harus dicantumkan pada setiap dokumen PPK)
harus tercakup butir-butir yang telah dikemukakan di atas, sebagai berikut:

Panduan Praktik Klinis (PPK) dibuat untuk average patients

Panduan Praktik Klinis (PPK) dibuat untuk penyakit/kondisi patologis


tunggal

Reaksi individual terhadap prosedur diagnosis dan terapi bervariasi

Panduan Praktik Klinis (PPK) dianggap valid pada saat dicetak

Praktik kedokteran modern, asuhan keperawatan, asuhan gizi, dan asuhan


kefarmasian harus lebih mengakomodasi preferensi pasien dan keluarganya

32

Disclaimer harus dicantumkan di bagian depan setiap buku Panduan Praktik


Klinis (PPK). Di luar negeri seringkali disclaimer mencakup banyak hal lain
yang rinci, misalnya pernyataan:

Panduan Praktik Klinis (PPK) berisi panduan praktis, tidak berisi uraian
lengkap tentang penyakit/kondisi

Panduan Praktik Klinis (PPK) bukan merupakan hal terbaik untuk semua
pasien

Panduan Praktik Klinis (PPK) bukan merupakan standard of medical care

Penyusun tidak menjamin akurasi informasi yang ada dalam Panduan


Praktik Klinis (PPK)

Penyusun tidak bertanggung jawab terhadap hasil apa pun akibat


penggunaan Panduan Praktik Klinis (PPK)

Bila dokter ragu disarankan melakukan konsultasi

33

LOGO
RS

1. Pengertian ( Definisi)

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


APENDISITIS AKUT
Penyumbatan dan peradangan akut pada usus
buntu dengan jangka waktu kurang dari 2
minggu

2. Anamnesis

1.
2.
3.
4.

Nyeri perut kanan bawah


Mual
Anoreksi
Bisa disertai dengan demam

3. Pemeriksaan Fisik

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nyeri tekan McBurney


Rovsing sign (+)
Psoas sign (+)
Blumberg sign (+)
Obturator sign (+)
Colok dubur : nyeri jam 9-11

4. Kriteria Diagnosis

1. Memenuhi kriteria anamnesis (No 1)


2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No 1

5. Diagnosis Kerja

Apendisitis akut

6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang

1.
2.
3.
4.
1.

Urolitiasis dekstra
UTI dekstra
Adneksitis
Kista ovarium terpuntir
Darah rutin, masa perdarahan,
pembekuan
2. Ureum kreatinin
3. GDS
4. HbsAg

34

masa

5. Tes kehamilan (kalau perlu)


6. USG abdomen
8. Tata Laksana :
a. Tindakan Operatif
Laparoskopik
b. Tindakan operatif open app
c. Terapi Konservatif
d. Lama perawatan

1.
2.
3.
4.

Apendektomi perlaparoskopik
Open appendektomi
Hanya kalau ada kontra indikasi mutlak
3 hari

11. Tingkat Evidens

1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding,


pemeriksaan penunjang
2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan,
resiko dan komplikasi
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan perkiraan lama rawat
Advitam : dubia adbonam
Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
I untuk Tindakan no 1 & no 2

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

1. SMF Bedah Umum


2. SMF Bedah Digestif

14. Indikator

1.
2.
3.
4.

15. Kepustakaan

1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat


2. Principal of Surgery, Schwartzs
3. Konsensus Nasional Ikabi

9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)

10. Prognosis

35

Keluhan berkurang
Lama hari rawat : 3 hari
Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
Kesesuaian dengan hasil PA

LOGO
RS

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA (BPH)
Pembesaran kelenjar prostat jinak yang terjadi
pada laki-laki usia > 40 tahun
1. Pancaran urin melemah
2. Rasa tidak puas saat miksi
3. Kalau mau miksi harus menunggu lama
4. Nokturia
5. Urgency
6. Urin menetes setelah berkemih
7. Waktu miksi memanjang
8. Retensio urine
R.T :
1. Prostat laterolateral>2,5 cm,
2. Sulcus medianus datar/cembung,
3. Poleatas tidak teraba

1.

Pengertian (Definisi)

2.

Anamnesis

3.

Pemeriksaan Fisik

4.

Kriteria Diagnosis

1.
2.

5.

Diagnosis Kerja

Benign Prostat Hyperplasia (BPH)

6.

Diagnosis Banding

1.
2.
3.
4.

Memenuhi kriteria anamnesis No 1


Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No 1

Prostatitis
Batubuli- buli
Keganasan prostat
Infeksi Traktus Urinarius

36

7.

8.

Pemeriksaan Penunjang

Tata Laksana
Tindakan Operatif

Terapi Konservatif

Lama perawatan
9.

Edukasi
(Hospital Health Promotion)

10. Prognosis

5.
6.

Striktur Urethra
Batu uretra proksimal/prosterior

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Darah rutin
Urine rutin
Kultur Urine
Ureum kreatinin
GDS
PSA (< 5 ng/ml)
IVP (jika ada curiga obstruksi uropathy)
USG abdomen

Bila ada komplikasi (retensio urine berkurang,


ISK, batu sal-kemih, Skor IPSS > 19)
1. Open Prostatectomy
2. TUR-Prostat
Anti biotic profilaksis 1 jam sebelum operasi
atau 24 jam post operasi (Chephalosporin III)
Jika Skor IPSS <8, atau 8-19 belum ada
komplikasi/kontraindikasi mutlak : pemberian
terapi medikametosa ( blocker atau 5
reductase inhibitor selama 6 bulan), selanjutnya
diobservasi ulang
1. Open 5 hari post op
2. TUR-P 3 hari post op
1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding,
pemeriksaan penunjang
2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan,
resiko dan komplikasi (Incontinensis urin)
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan perkiraan lama rawat
Advitam : dubia adbonam
Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

SMF BedahUmum

37

1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.

14. Indikator outcome

15. Kepustakaan

LOGO
RS

BAK spontan dan lancar, hematuri< 5 hari


Lama hari rawat : 5 hari (open),
Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
Kesesuaian dengan hasil PA
Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat
Principal of Surgery, Schwartzs
Konsensus IAUI
Champbell Urology

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


FRAKTUR TERBUKA

1. Pengertian (Definisi)

Terjadinya fraktur yang disertai dengan terdapatnya luka


sehingga terjadi hubungan antara daerah fraktur dengan
udara luar.
Luka dapat terjadi akibat trauma dari luar atau dari dalam.

2. Anamnesis

Riwayat terjadinya fraktur

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding

7. Pemeriksaan Penunjang

1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.

Adanya deformitas
Hilangnya fungsi (fungsiolaesa)
Lihat ukuran tulang dan bandingkan kedua sisi
Apakah terdapat nyeri tekan, nyeri bila digerakan
Adanya krepitasi
Seberapa jauh gangguan fungsi yang terjadi
Anamnesa sesuai dengan kriteria penyakit
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kriteria penyakit
Pemeriksaan penunjang yang mendukung

Fraktur terbuka
Dislokasi + luka
1. Foto rontgen minimal 2 proyeksi ( AP dan Lateral,
Aksial, Tangensial )
2. Darah rutin, masa perdarahan, masa pembekuan
3. Ureum kreatinin
4. GDS
5. HbsAg
6. EKG ( Kalau perlu )

38

1.

8. Tatalaksana

9. Penyulit

2.
3.
4.
5.
1.
2.
1.

10. Edukasi
(Hospital Health Promotion)

2.
3.
4.
5.

11. Indikator Medis


12. Lama Perawatan
13. Prognosis
14. Penelaah Kritis
15. Konsultasi

16. Kepustakaan

Antibiotika profilaksis sefalosforin generasi 1 untuk


fraktur terbuka tipe 1 dan 2, + aminoglikosida untuk
fraktur tipe 3A,+ aminoglikosida + penicilin untuk
fraktur tipe 3B dan 3C
Tetanus profilaksis
Debridemen dan dilanjutkan dengan pemasangan fiksasi
interna atau eksterna
Fiksasi interna untuk kasus fraktur terbuka tipe 1 dan 2
Fiksasi eksterna untuk kasus fraktur terbuka tipe 3
Dini : perdarahan, cedera saraf atau organ lain
Lanjut : infeksi, kaku sendi, atrofi otot
Penjelasan diagnosa, diagnosa banding, pemeriksaan
penunjang
Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, resiko dan
komplikasi
Penjelasan alternative tindakan
Penjelasan perkiraan lama rawat
Informed consent

1. Keluhan berkurang
2. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
3 hari apabila tidak ada komplikasi
Ad vitam
: dubia (sesuai tipe fraktur terbuka)
Ad sanationam : dubia (sesuai tipe fraktur terbuka)
Ad fungsionam : dubia (sesuai tipe fraktur terbuka)
SMF Bedah Orthopaedi
1. Bila ada cedera lain yang menyertai, bedah vaskuler,
bedah digestif dan lain-lain
2. bila diperlukan untuk toleransi operasi seperti penyakit
dalam, neurologi dan lain-lain
1. Standar Pelayanan Medis Perhimpunan Dokter
Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia, Edisi II, Jakarta
2008
2. Sjamsuhidajat R. Dan De Jong W., Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta 1997
3. Mansjoer A. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III,
Media Aesculapius, Jakarta 2000

39

LOGO
RS

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


HERNIA INGUINALIS

1. Pengertian (Definisi)

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

Penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui anulus


inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa
epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar
ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus.
a. Adanya penonjolan diselangkangan atau kemaluan
sering dikatakan turun bero/burut/kelingsir
b. Benjolan bisa mengecil atau menghilang pada waktu
tidur dan dapat timbul kembali jika menangis, mengejan,
mengangkat beban berat atau bila posisi berdiri
c. Bila terjadi komplikasi tidak ditemukan nyeri.
a. Pemeriksaan fisik abdomen dan inguinalis, terlihat adanya
benjolan di area inguinalis/kemaluan/skrotum.
b. Jika tidak ditemukan pada keadaan berdiri pasien diminta
mengejan maka akan tampak benjolan dan bila sudah
tampak diperiksa apakah benjolan dapat dimasukan
kembali
c. Pada auskultasi benjolan dapat didengarkan bunyi usus
d. Pada palpasi kadang muncul nyeri tekan

4. Kriteria Diagnosis

Adanya benjolan di area inguinal atau kemaluan

5. Diagnosis Kerja

Hernia Inguinalis

40

6. Diagnosis Banding

a.
b.
c.
d.
e.

7. Pemeriksaan Penunjang

USG Skrotal dan Inguinal

8. Tatalaksana

9. Edukasi (Hospital Health


Promotion)

Hidrokel
Limfadenopati Inguinal
Testis Ektopik
Lipoma
Orkitis

Pembedahan Herniotomi dan Herniorafi


Pembiusan dengan Regional anastesi
Lama perawatan 2 hari
Antibiotik Profilaksis, Analgetik
a. Edukasi Komplikasi Hernia Inguinalis
b. Edukasi Tindakan Herniotomi dan Herniorafi
c. Edukasi Perawatan Luka pasca tindakan

10. Prognosis

Ad vitam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam

11. Tingkat Evidens

II

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

1. SMF Bedah Umum


2. SMF Bedah Digestif

14. Indikator Medis

80% pasien yang dirawat dengan Hernia ingunalis pulang


sembuh
1.

15. Kepustakaan

2.

Kapita selekta kedokteran jilid 2 edisi 3 Editor : Arif M,


Suporaita, Wahyu IW, Wiwiek S . 2000; 313-7
Nyhus LM, Bombeck CT, Klein MS. Hernia IN:
Sabiston DC. Texbook Of Surgery 14th ed. Philadelphia:
WB Sauders Company; 1991:958-65

41

LOGO
RS

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TOTAL KNEE ARTHROPLASTY/REPLACEMENT

1.

Pengertian ( Definisi)

Suatu prosedur Operasi Rekonstruksi yang dibuat


untuk mengembalikan atau mempertahan gerakan
sendi yang mengalami sakit dan kerusakan kronik
(Degenerative Joint Disease) dengan melakukan
perbaikan/penggantian pada satu atau kedua
permukaan sendinya.
1.

2.

3.

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

2.
3.
4.
5.
6.

Nyeri dan kekakuan sendi lutut yang hebat yang


mengganggu aktivitas sehari-hari
Nyeri hebat pada waktu berjalan
Deformitas pada valgus/varus pada lutut
Kontraktur sendi lutut
ROM (Ruang Gerak) sendi berkurang
Kelemahan dan nyeri otot paha

1.
2.
3.
4.
5.

Deformitas pada varus/vagus pada lutut


Kelemahan Otot
ROM sendi berkurang
Valgus/Varus instability
Nyeri gerak sendi hebat

42

1.
4.

Kriteria Diagnosis

5.

Diagnosis Kerja

6.

Diagnosis Banding

7.

Pemeriksaan Penunjang

8.

Tata Laksana

2.

1. Severe Osteoarthritis
2. Severe Rheumatoid Arthritis
3. Severe Post Traumatic Athritis
-tidak ada1. Standing Xray AP/Lat dan Skyline view 30
derajat (true size) , Thorax AP
2. Darah rutin,
3. Masa perdarahan, masa pembekuan
4. Liver function test
5. Renal Fuction test
6. GDS
7. Urinalisa
8. Echocardiografi dan EKG
9. CT Scan/MRI (untuk metode Patient Spesific
Instrument/PSI)
1. Antibiotik profilaksis pre-Op dilanjutkan hingga
24
jam
post
Op
(rekomendasi
:
Cefazolin/Cefuroxime/Vancomycin)
2. Analgetik dan NSAID pre-post op (rekomendasi
: Paracetamol infusion, Cox-2 inhibitor)
3. PPI atau H2 Receptor (rekomendasi :
Omeprazole/Pantoprazole/Ranitidine)
4. Anti Deep Vein Trombosis (DVT) oral
(rekomendasi : Rivaroxaban -Xarelto) 1x1tab
selama 12 hari.
5. Rehabilitasi medic paska operasi
1.
2.

Tindakan Operatif

Nyeri hebat dan Kekakuan pada sendi lutut yang


mengaanggu aktivitas berjalan sehari-hari.
Memenuhi kriteria radiologi : Modified Albacks
Classification : Standing Xray Grade 3-5

Operasi dengan bius regional atau general


Total Knee Arthroplasty dengan :
a. Manual TKR atau
b. Computer Assisted Orthopaedic Surgery
(CAOS) atau
c. Patient Spesific Instrument (PSI)

4-7 hari
Lama perawatan

43

1.

11. Tingkat Evidens

Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat, biaya,


prosedur, masa dan tindakan pemulihan dan
latihan, manajemen nyeri, risiko dan
komplikasi)
2. Penjelasan program rehabilitasi medic Pre-Post
Op
3. Penjelasan program pemulangan pasien
(Discharge Planning)
Ad vitam
: dubia adbonam
Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
I

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

SMF Bedah Ortopedi

9.

Edukasi

10. Prognosis

1.

14. Indikator (outcome)


2.

15. Kepustakaan

Indikator jangka pendek :


Keluhan nyeri luka operasi terkontrol
selama 1 minggu
Mobilisasi dengan support bertahap, dengan
pendampingan dan mandiri.
Xray paska operasi baik (acceptable)
Luka Paska operasi baik (Tidak terjadi
Infeksi Luka Operasi/ILO)
Indikator Jangka Panjang :
Tidak ada keluhan nyeri
Stabil saat berjalan
ROM baik

National Institute of Health (NIH) Consensus 2003


on Total knee Arthroplasty

44

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


DEMAM TIFOID

1.

2.

Pengertian (Definisi)

Anamnesis 1

Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang


disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi.1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Prolonged fever (38,8-40,5C)


Sakit kepala
Menggigil
Batuk
Berkeringat
Myalgia
Malaise
Arthralgia
Gejala gastrointestinal: anoreksia, nyeri abdomen,
mual, muntah, diare, konstipasi.

45

3.

4.

Pemeriksaan Fisik 1

Kriteria Diagnosis 1

1. Suhu badan meningkat.


2. Bradikardi relative (peningkatan suhu 1C tidak diikuti
peningkatan denyut nadi 8x/menit)
3. Lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung
merah serta tremor)
4. Hepatomegali
5. Splenomegaly
6. Meteorismus
7. Gangguan mental: somnolen, stupor, koma, delirium
atau psikosis.
1. Suhu badan meningkat.
2. Gejala gastrointestinal: anoreksia, nyeri abdomen,
mual, muntah, diare, konstipasi.
3. Bradikardi relative
4. Lidah yang berselaput
5. Uji Widal
Kriteria rawat inap5:
1. Pasien dengan muntah persisten
2. Diare hebat hingga muncul tanda dehidrasi
3. Distensi abdomen

5.
6.

7.

Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding

Pemeriksaan
Penunjang1,2,3,4,5

Demam Tifoid
5

1. Demam dengue
2. Malaria
3. Enteritis bacterial
Laboratorium
1. Darah perifer lengkap sering: leukopenia, anemia dan
trombositopenia.
2. Uji Widal: bila kenaikan 4 kali titer antibody O dan H
pada specimen yang diambil pada jarak 2 minggu
3. Kultur darah, feses dan urin
4. Uji TUBEX
5. Typhidot
6. Dipstick
7. Enzyme linked immunosorbent assay (ELISA)

46

Trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:


1. Diet (pemberian makanan padat dini, menghindari
sementara sayuran yang berserat)
2. Terapi penunjang (simptomatik)
3. Pemberian antimikroba
Pemberian antimikroba pilihan utama:
1. Kloramfenikol 4x500 mg (50-70 mg/KgBB) 14-21 hari
atau sampai dengan 7 hari bebas demam.

8.

Tata Laksana4,6

9.

Edukasi6

10.

Prognosis

11.

Tingkat Evidens

Alternatif lain:
1. Tiamfenikol 4x500 mg
2. Kotrimoksazol 2x960 mg selama 2 minggu
3. Ampisilin dan amoksisillin 50-150 mg/Kg BB selama 2
minggu
4. Sefalosporin generasi III: seftriakson 3-4 gram dalam
dekstrosa 100 cc selama jam per-infus sekali sehari,
selama 3-5 hari
5. Sefotaksim 2-3x1 gram, Sefoperazon 2x1 gram
6. Fluorokuinolon
Norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin 2x500 mg/hari (15 mg/KgBB)
selama 5-7 hari
Ofloksasin 2x400 mg/hari (15 mg/KgBB) selama
5-7 hari
Perfloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari
1. Edukasi mengenai kebersihan air, makanan, dan
sanitasi
2. Vaksinasi
Jika tidak diobati, angka kematian pada demam tifoid 1020%, sedangkan pada kasus yang diobati angka mortalitas
tifoid sekitar 2%. Kebanyakan kasus kematian
berhubungan dengan malnutrisi, balita, dan lansia. Pasien
usia lanjut atau pasien debil prognosisnya lebih buruk.
Bila terjadi komplikasi, maka prognosis semakin buruk.
Relaps terjadi pada 25% kasus.

47

12.

Tingkat Rekomendasi

13.

Penelaah Kritis

14.

Indikator (Outcome)

15.

1. Peters CJ. Infections Caused by Arthopod and Rodent


Borne viruses, In: Longo Fauci Kasper, Harrisons
Principles of Internal Medicine 17th edition. United
States of America. McGrow Hill. 2008
2. Widodo D. demam Tifoid. Buku Ajar penyakit Dalam.
Edisi 5. Jakarta. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam;
2797-2805.
3. Parry Christopher M, Hien Trans tinh. Thyphoid fever.
N Engl J Med 2002; 347: 1770-1782
4. Herath. Early Diagnosis of Typhoid Fever by the
detection on Salivary IgA. J Clin Pathol 2003: 56: 694698
5. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary D,
editors. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di
Bidang ilmu Penyakit Dalam. Indonesia. Interna
Publishing. 2015. P892-898.
6. Background document: The diagnosis, and prevention
of typhoid fever. Communicable Disease Surveillance
and Response vaccines and Biologicals. World Health
Organization. 2003

Kepustakaan

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


GAGAL JANTUNG
1.

Pengertian (Definisi)1-4

Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang terjadi


karena abnormalitas struktur dan/atau fungsi jantung
yang diturunkan atau didapatkan sehingga mengganggu
kemampuan pompa jantung.
Gagal jantung kronik/kongstif adalah suatu kondisi
patofisiologis terdapat kegagalan jantung memompa
darah yang sesuai dengan kebutuhan jaringan, terjadi

48

sejak lama.

2.

Anamnesis1

3.

Pemeriksaan Fisik1

4.

Kriteria Diagnosis

1.
2.
3.
4.

Fatigue
Dyspnea
shortness of breath
Keluhan saluran pencernaan: anoreksia, nausea, dan
rasa penuh.
5. Jika berat dapat terjadi konfusi, disorientasi,
gangguan pola tidur dan mood.
1. Sesak
2. Irama gallop saat auskultasi jantung
3. Kongesti paru: ronki basah pada kedua basal paru.
4. Peningkatan vena jugular akibat adanya tekanan
pada abdomen
5. Pada abdomen: hepatomegal, asites,
6. Ikterus karena fungsi hepar yang terganggu.
7. Edema ekstremitas yang umumnya simetris
Berdasarkan klasifikasi NYHA 2,3
Class I: pasien dengan penyakit jantung tanpa
keterbatasan aktivitas. Aktivitas biasa tidak
menyebabkan fatigue, dyspnea, atau nyeri angina.
Class II: penderita penyakit jantung dengan
keterbatasan ringan pada aktivitas fisik. Aktivitas
biasa menyebabkan fatigue, dyspnea, atau nyeri
angina; yang hilang dengan istirahat.
Class III: penderita penyakit jantung dengan
keterbatasan pada aktivitas fisik. Sedikit aktifitas
menyebabkan fatigue, dyspnea, atau nyeri angina;
hilang dengan istirahat.
Class IV: penderita penyakit jantung dengan
ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik. Keluhan
gagal jantung atau sindrom angina mungkin masih
dirasakan meskipun saat istirahat. Jika melakukan
aktivitas fisik, rasa tidak nyaman bertambah.
Pertimbangan rawat inap pada pasien gagal jantung:3
1. Tidak membaik dengan pemberian regimen sodium
atau setelah pembatasan cairan
2. Iskemik miokard akut

49

3. Tekanan darah tinggi yang tidak mengalami


perbaikan
4. Atrial fibrilasi atau aritmia lainnya
5. Setelah pemberian obat penghambat inotropic
(contoh: verapamil, nifedipin, diltiazem, penyekat
beta)
6. Emboli paru
7. Pemberian Non-steroid anti-inflammantory disease
(NSAID)
8. Penggunaan alcohol dan obat terlarang yang
berlebihan
9. Kelainan endokrin (contoh: diabetes mellitus,
hipertiroid, hipotiroid)
10. Infeksi (contoh: pneumonia, infeksi virus)
5.

Diagnosis Kerja

6.

Diagnosis Banding

7.

Pemeriksaan Penunjang4

8.

Tata Laksana1,3,4

Gagal Jantung Kronik


1. Acute respiratory distress syndrome
2. gagal ginjal.
1. Laboratorium : DPL, elektrolit, urea, kreatinin, gula
darah, albumin, enzim hati. (1C)
2. Analisa gas darah
3. Natriuretic peptide (B type natriuretic peptides/BNP
atau NT-pro BNP)
4. Elektrokardiografi
5. Foto toraks
6. Ekokardiografi
7. Exercise Testing
8. Ultrasonografi (2bB)
1. Pasien HF yang dirawat dengan overload cairan
sebaiknya diterapi dengan diuretik IV. Pasien HF
dengan terapi loop diuretic sebaiknya mendapatkan
dosis terapi IV yang sama atau lebih tinggi daripada
dosis diuretic harian. Diuretik, bertujuan untuk
mencapai tekanan vena jugularis normal dan
menghilangkan edema. (1B)
Furosemide 1-2x20-440 mg dosis maksimun
500 mg/hari,
Bumetadin 1-2x0,5-1,0 mg dosis maksimum 10
mg/hari,
Torasemid 1x10-20 mg dosis maksimun 200
mg/hari.

50

Hidroklorotiazid 1-2x25 qd dosis maksimum


100 mg/hari,
Metolazon 1x2,5 qd atau bid dosis maksimum
20 mg/hari,
Indapamid 1x25 mg,
Ailorid 1x5 mg dosis maksimum 40 mg/hari,
Triamteren 2x50 mg dosis maksimum 200 mg
Spironolakton 1x1,50-50 qd dosis maksimum
100-200 mg/hari
Ketika diuresis tidak adekuat, dapat diberikan dosis
loop diuretin IV yang lebih tinggi atau tambahkan
diuretic kedua (contoh: Thiazide). (2aB)
2. Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan
aktivasi neurohormonal, dan pada gagal jantung
yang disebabkan disfungsi sistolik ventrikel kiri.
Captopril dosis pemeliharaan 25-50 mg tid,
Benazepil 5-10 mg bid
Enalapril 10 mg bid
Lisinopril 5-20 mg/hari
Ramipril 2,5-5 mg bid
Trandolapril 4 mg qd.
3. Penyekat beta, memiliki manfaat yang sama dengan
penghambat ACE. Pemberian terapi penyekat beta
dimulai dengan dosis rendah setelah status volume
cairan tertangani. (1B)
Carvedilol dosis pemeliharaan 12,5-50 bid
Bisoprolol 2-10 qd
Metoprolol suksinat 10-30 mg.
4. Angiotensin II antagonis reseptor digunakan bila ada
kontraindikasi penggunaan penghambat ACE
Valsatran dosis pemeliharaan 80-320 mg
Candesartan 4-32 mg
Irbesartan 150-300 mg
Lasartan 50-100 mg.
5. Kombinasi hidralazin dengan isosorbite dinitrat
untuk pasien yang intoleran terdapat penghambat

51

ACE.
6. Digoksin untuk pasien gagal jantung disfungsi
sistolik ventrikel kiri terutama dengan fibrilasi atrial.
Dosis 0,125 qd dosis maksimal 0,375qd
7. Antikoagulan dan antiplatelet. Pemberian profilaksis
thrombosis/thromboembolism
disarankan
pada
pasien HF yang dirawat. (1B)
8. Hindari antiaritmia dan antagonis kalsium
9. Pemakaian alat dan tindakan bedah:
9.

Edukasi

10.

Prognosis

11.

Tingkat Evidens

12.

Tingkat Rekomendasi

13.

Penelaah Kritis

14.

Indikator (Outcome)

15.

Kepustakaan

Angka kematian dalam 1 tahun setelah terdiagnosis


mencapai 30-40%, sedangkan dalam 5 tahun 60-70%.
Kematian disebabkan karena perburukan klinis
mendadak yang kemungkinan disebabkan karena
aritmia ventrikel. Berdasarkan klasifikasinya, NYHA
kelas IV mempunyai angka kematian 30-70%,
sedangkan NYHA kelas II 5-10%.1

1. Anil Chandraker A. Heart Failure. In: Fauci A,


Kasper D, Braunwald E, Hauser S, Jameson J,
Loscalzo J, editors. Harrisons Principles of Internal
Medicine. 18th ed. United States of America; The
McGraw-Hill Companies, 2012. Chapter 234
2. Pangabean M. gagal jantung. Dalam: Alwi I, Setiati
S, Setiyohadi B, Simadibrata M, Sudoyo AW, editors.
Buku Ajar Ilmu penyakit dalam Jilid III Edisi IV.
Jakarta: Interna Publishing; 2006; Hal 1513-1514.
3. Gary S, Francis, Theodore G. Ganiats, Marvin A,
Konstam. 2009 Focused Update: ACCF/AHA
Guidelines for the Diagnosis and Management of

52

Heart Failure in Adults; 2009 Wrint Group to Review


New Evidence and Update the 2005 Guidelines for
the Management of Patients with Chronic Heart
Failure Writing on Behalf the 2005 Heart Failure
Writing. Circulation. 2009; 119: 1977-2016. Diunduh
dari http://circ.ahajournals. Org/content/119/14/1977
pada tanggal 19 Juni 2012
4. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary
D, editors. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan
di Bidang ilmu Penyakit Dalam. Indonesia. Interna
Publishing. 2015. P594-605.

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


PNEUMONIA DIDAPAT DI MASYARAKAT
1.

Pengertian (Definisi)

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai


parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoulus, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan pertukaran
gas setempat.1

53

Pneumonia didapat di masyarakat atau CommunityAcquired Pneumonia (CAP): Pneumonia pada individu
yang menjadi sakit di luar rumah sakit, atau dalam 48
jam sejak masuk rumah sakit.1

2.

Anamnesis2

3.

Pemeriksaan Fisik2

4.

Kriteria Diagnosis

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Demam
Fatique
Malaise
Sakit kepala
Myalgia
Arthralgia
Batuk produktif/batuk tidak produktif dengan
sputum purulent, bisa disertai darah
8. Sesak napas
9. Nyeri dada
1. Demam
2. Sesak napas (berbicara dengan kalimat terpengal)
3. Perkusi paru pekak
4. Ronki nyaring
5. Suara pernapasan bronchial.
Kriteria rawat jalan3:
1. Tanpa penyakit kardiopulmonal, tanpa faktor
modifikasi (Grup I)
2. Terdapat riwayat penyakit kardiopulmonal dan/ atau
faktor modifikasi (Grup II)
Faktor modifikasi: penyakit jantung, hati, atau ginjal
yang kronis, diabetes mellitus, alkoholik, keganasan,
asplenia, imunokompromais menggunakan antibiotik
dalam 3 bulan terakhir, adanya risiko streptococcus
pneumonia resisten obat.
Kriteria rawat inap (Grup III)2:
Jika terdapat kriteria CURB-65 2
1. Confusion
2. Uremia (BUN > 19 mg/dL or 7 mmol/L)
3. Respiratory rate (> 30x/menit)
4. Blood preassure (diastolik < 60 or sistolik < 90
mmHg)
5. 65 tahun atau lebih
Atau tidak mendapatkan perawatan yang baik di rumah
Kriteria rawat ICU (Grup IV)4:

54

1. Ditemukan 1 diatara 2 kriteria mayor:


Memerlukan ventilasi mekanik
Syok septik dan memerlukan obat vasopressor
2. Atau ditemukan 3 kriteria minor
Laju napas > 30x/menit
PaO2/FiO2 rasio < 250
Infiltrat multilobus
Konfusi
Blood urea nitrogen (BUN) > 20 mg/dL
Leukopenia (leukosit < 100.000 mm3)
Hipotermi (suhu tubuh < 36C)
Hipotensi, memerlukan terapi cairan agresif
5.

Diagnosis Kerja

6.

Diagnosis Banding2

7.

Pemeriksaan
Penunjang1,2,7

8.

Tata Laksana3,4,5,8

Pneumonia didapat di Masyarakat atau Community


Acquired Pneumonia (CAP)
1. Bronkitis akut
2. Bronchitis kronis eksaserbasi akut
3. Gagal jantung
4. Emboli paru
5. Pneumonitis radiasi
1. Rontgen thorax (1A)
2. CT Scan thorax (2A)
3. Pulse Oxymetry
4. Laboratorium rutin: DPL, hitung jenis, LED,
glukosa darah, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT (3A)
5. Analisa gas darah, elektrolit (3A)
6. Pewarnaan gram sputum (2A)
7. Kultur sputum (2A)
8. Kultur darah (2A)
9. Pemeriksaan serologis (2A)
10. Pemeriksaan antigen (2A)
11. Pemeriksaan polymerase chain reaction (CPR)
(1A)
12. Tes invasive (torakosintesis, aspirasi transtrakheal,
bronkoskopi, aspirasi jarum transtorakal, biopsy
paru terbuka dan thorakoskopi. (1A)
Rawat jalan:
1. Dianjurkan untuk tidak merokok, beristirahat, dan
minum banyak cairan
2. Nyeri
pleuritik/demam
diredakan
dengan
parasetamol

55

3. Ekspektoran/mukolitik
4. Nutrisi
tambahan
pada
penyakit
yang
berkepanjangan
5. Control setelah 48 jam atau lebih bila diperlukan
6. Bila
tidak
membaik
dalam
48
jam;
dipertimbangkan untuk dirawat di rumah sakit, atau
dilakukan foto thoraks
7. Antibiotik:
Grup I: Makrolid (Azithromycin 1x500 mg PO
lalu 1x250 mg PO, atau Erythromycin 4x500
mg PO, Doxycycline 2x100 mg PO (1A)
Grup II:
Flouroquinolone (maxifloxacin 1x400 mg
PO, gemifloxacin atau levofloxacin 1x500
mg PO/IV) (1A)
B-lactam + makrolid (pilihan: amoxicillin
dosis tinggi 3x1 gram IV atau amoxicillinclavulanate 2x2 gram, atau alternative
ceftriaxone 1x1 gram IV, cefpodoxime
2x200 mg PO, dan cefuroxime 2x500 mg
PO atau 3x750-1500 mg IV dengan
doxycycline (makrolid alternative) (1A)
Rawat Inap
1. Oksigen, bila perlu dengan pematauan saturasi dan
konsentrasi oksigen inspirasi
2. Terapioksigen pada pasien dengan penyakit dasar
PPOKdengan komplikasi gagal napas dituntun
dengan pengukuran analisis gas darah berkala
3. Cairan: bila perlu dengan cairan intravena
4. Nutrisi
5. Nyeri
pleuritik/demam
diredakan
dengan
parasetamol
6. Ekspektoran/mukolitik
7. Foto thoraks diulang pada pasien yang tidak
menunjukkan perbaikan yang memuaskan
8. Terapi antibiotik (Grup III):
Fluoroquinolon
B-lactam + makrolid (b-lactam pilihan:
cefotaxime, ceftriaxone, dan ampicillin,
erapenem (untuk pasien tertentu) dengan
doxycycline 4x500-1000 mg IV (alternative

56

makrolid). Jika alergi


fluoroquinolon. (1A)

penicillin

gunakan

Rawat di ICU
1. Bronkoskopi dapat bermanfaat untuk retensi secret,
mengambil sampel untuk kultur guna penelusuran
mikrobiologi lain dan menyingkirkan kelainan
endobronkial.
2. Terapi antibiotik (Grup IV):
B-lactam
(cefotaxime, ceftriaxone, atau
ampicillin-sulbactam) + azithromycin atau
fluoroquinolone (jika alergi penicillin gunakan
fluoroquinolone atau aztrenonam) (2A)
Jika ada risiko infeksi pseudomonas, gunakan
antipneumococcal, antipseudomonal b-lactam
(piperacillintazobactam,
cefepime,
ciprofloxacin atau levofloxacin 750 mg atau blactam + aminoglikosida + azithromycin atau
b-lactam
plus
+
aminoglycoside
+
antipneumococcal fluoroquinolone (untuk
alergi penicillin ganti b-lactam dengan
aztreonam) (2A)
Tatalaksana antibiotik:
1. Terapi antibiotik diberikan selama 5 hari untuk
pasien rawat jalan dan 7 hari untuk pasien rawat
inap. (1A)
2. Syarat untuk alih terapi antibiotik intravena ke oral
(ATS 2007): Hemodinamik stabil dan gejala klinis
membaik (2A)
9.

Edukasi

10.

Prognosis

11.

Tingkat Evidens

12.

Tingkat Rekomendasi

13.

Penelaah Kritis

Mortalitas pasien CAP yang dirawat jalan <1%, yang


dirawat inap di rumah sakit 5,7-14%, yang dirawat di
ICU >30%.4 mortalitas pasien dengan nilai CURB65=0 adalah 1,2%, 3-4 adalah 31%.5

57

14.

Indikator
(Outcome)3,4,5,8

15.

Kepustakaan

Kriteria klinis stabil: suhu 37,6C, laju nadi


100x/menit, laju napas 24x/menit, tekanan darah
sistolik 90 mmHg, saturasi oksigen arteri 90% atau
PaO2 > 60 mmHg pada udara ruangan, dapat
memelihara asupan oral, status kesadaran compos
mentis. (2A)
Kriteria pasien dipulangkan: klinis stabil, tidak ada
masalah medis aktif, memiliki lingkungan yang sesuai
untuk rawat jalan.
1. Dahlan, Zul. Pneumonia. Dalam: Sudoyo, Aru W.
setyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata,
Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dlama. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI;2009.p2196-2206
2. Dahlan Z. pneumonia Bakterial, Dalam: amin Z,
Dahlan
Z,
Yuwono
A (Eds).
Panduan
Tatalaksana/Prosedur Respirologi dan Penyakit
Kritis Paru.
3. Pneumonia, Dalam: Fauci A, Kasper D, Lango D,
Braunwald D, Hauser S, Jameson J, Loscalzo J,
editors. Harrisons principles of internal medicin.
18th ed. United States of America; The McGrow-Hill
Companies, 2011.
4. American Thoracic Society. Guidelines for the
Management of Adults with Community-Acquired
Pneumonia: Diagnosis, Assesment of Severity,
Antimicrobial Therapy, and Prevention. Am J
Respair Crit Care Med.2001;163:1730-54.
5. Mandell, Lionel A. Et all. Infectious Disease Society
of America. American Toracic Society Consensus
Guidelines on the Management of CommuntyAquired Pneumonia in Adults. CID 2007: 44 (Suppl
2).
Diunduh
dari:
http://www.thoracic.org/statements/resources/mtpi/id
saats-cap.pdf. Pada tanggal 29 mei 2012.
6. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary
D, editors. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan
di Bidang ilmu Penyakit Dalam. Indonesia. Interna
Publishing. 2015. P774-779.
7. Guidelines for Diagnosis and Management of
Community and Hospital Acquired Pneumonia in
Adults: Joint ICS/NCPP (I) Recommendations. 2012

58

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


ST ELEVATION MYOCARDIAL INFRACTION (STEMI)
1.

Pengertian (Definisi)

Menurut ACC/AHA STEMI Guidelines 2004, STEMI


adalah elevasi segmen ST > 1 mm pada 2 lead
berturut turut (baik precordial atau limb leads 1

59

2.

Anamnesis1

3.

Pemeriksaan Fisik1

4.

Kriteria Diagnosis3

5.

Diagnosis Kerja

6.

7.

Diagnosis Banding1

Pemeriksaan Penunjang1,4

1. Nyeri visera seperti terbakar atau tertusuk di dada


tengah atau epigastrium, terkadang menjalar ke
langan, dapat juga ke perut, punggung, rahang
bawah, dan leher, biasanya terjadi pada saat
istirahat
2. Lemah
3. Nausea
4. Keringat
5. Muntah
6. Ansietas
1. Pucat
2. ekstremitas teraba dingin
3. takikardi dan atau hipertensi (pada anterior infark)
4. bradikardi dan atau hipotensi (posterior infarc).
5. Terdapat bunyi jantung III dan IV
6. Penurunan intensitas bunyi jantung,
7. Paradoxical splitting pada bunyi jantung II
8. Transient midsystolic atau late systolic apical
systolic murmur akibat disfungsi katup mitral.
9. Pericardial friction rub pada transmural STEMI.
10. Pulsasi karotis menurun
1. Nyeri visera seperti terbakar atau tertusuk di dada
tengah atau epigastrium, terkadang menjalar ke
langan, dapat juga ke perut, punggung, rahang
bawah, dan leher, biasanya terjadi pada saat
istirahat
2. EKG: elevasi segmen ST dengan gelombang Q
3. Serum cardiac biomarkers: Cardiac-spesific
troponin T (cTnT) dan cardiac-spesific troponin I
(cTnI) meningkat
ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.

Unstable angina
Non ST Elevation Myocardial Infraction,
pericarditis dengan miokard infark
kor pulmonal akut
kontusio miokard
dresslers syndrome.
EKG: elevasi segmen ST dengan gelombang Q
(1C)
2. Serum cardiac biomarkers: Cardiac-spesific
troponin T (cTnT) dan cardiac-spesific troponin I

60

8.

Tata Laksana 1,2,3,4

(cTnI) meningkat > 20 kali dari nilai normal


tertinggi dan bertahan 7-10 hari setelah STEMI
(1C)
3. Ekokardiografi: infark ventrikel kanan, aneurisma
ventrikel, efusi pericardial, dan thrombus vena
kiri. Doppler ekokardiografi untuk deteksi dan
kuantitas defek septum ventrikel dan regurgitasi
mitral (2aB)
4. Cardiac MRI (1B)
Pada ruang emergensi
1. Aspirin: 160 mg (1A) -325 mg (1C) tablet buccal,
lanjutkan 75-162 mg/hari.
2. Jika hipokalsemia, berikan suplementasi O2 2-4
L/menit selama 6-12 jam. (1B)
3. Kontrol ketidaknyamanan
a. Nitrogliserin sublingual 3x0,4 mg dengan jeda
5 menit. Bila gejala tidak hilang berikan
nitrogliserin intravena. (1C)
b. Morfin 2-4 mg intravena, dapat diulang
sampai 3 kali dengan jeda 5 menit. (1C)
c. Betablocker IV: Metroprolol 5 mg, 2-5 menit
sebanyak 3 kali. 15 menit setelah dosis ke-3,
berikan 4-50 mg PO selama 2 hari, lalu 2x100
mg. Atenolol: 2,5-5 mg selama 2 menit, total
10 mg selama 10-15 menit. Bisoprolol 1x2,510 mg. (1B)
4. Terapi revaskualarisasi
Jika tidak tersedia sarana Intervensi Koroner
Perkutan (IKP) atau tidak mungkin mengerjakan
IKP primer < 2 jam.
a. Terapi fibrinolysis. (1B)
Waktu pemberian: efektifitas menurun
dengan lamanya waktu, terutama bila > 3
jam setelah onset.
Indikasi: serangan < 12 jam, elevasi
segmen ST 0,1 mV ( 1 mm)dalam 2
lead berturut turut atau adanya Left
Bundle Branch Block (LBBB).
Kontraindikasi:

61

Absolut:
neoplasma
intracranial,
aunerisma, malformasi arteri vena, strok
non hemoragik atau trauma kepala tertutup
selama 3 bulan terakhir, perdarahan
internal aktif atau adanya perdarahan
diastasis, curiga diseksi aorta.
Relatif: hipertensi berat dengan tekanan
darah sistol > 180 atau diastole > 110
mmHg, strok iskemik, resusitasi kardio
pulmonal yang lama > 10 menit, trauma
atau operasi besar dalam 3 minggu
terakhir, perdarahan interna dalam 2-4
minggu
terakhir,
noncompressible
vascular
puncture,
kehamilan,
menggunakan antikoagulan.
Tissue Plasminogen Activator (tPA): 15
mg bolus IV, lanjutkan 50 mg selama 30
menit lalu 35 mg selama 60 menit.
Streptokinase: 1,5 juta unit IV selama 1
jam
Tenecteplase (TNK): 0,53 mg/Kg IV bolus
Reteplase (rPA): 2x10 juta unit bolus
dalam 2-3 menit, jeda 30 menit antara
dosis pertama da kedua.
b. Intervensi Koroner Perkutan (IKP): jika
tersedia sarana IKP dan IKP bisa dikerjakan <
2 jam, jika tidak bisa diberikan fibrinolitik.
(1A)
5. Antiplatelet
Aspirin 162-325 mg
Clopidogrel 300-600 mg (1C)
Prasugrel 60 mg (1B)
Antiplatelet diberikan selama 5-7 hari, kecuali
bila akan dilakukan revaskularisasi emergency.
Pemberian antiplatelet meningkatkan risiko
perdarahan.
6. Antithrombotic
UFH bolus 60 U/KgBB IV, dosis maksimal
4000 U IV; Infus pertama 12 U/KgBB per

62

jam, maksimal 1000 U/jam


LMWH
Diberikan selama 48 jam atau sampai
mendapatkan terapi reperfusi. Antitrombotik
diberikan pada pasien dengan risiko tinggi emboli
sistemik (Infark miokard anterior atau Infark
miokard yang luas, atrium fibrilasi, riwayat
emboli sebelumnya, adanya LV thrombus, atau
syok kardiogenik) (IC)
7. Glycoprotein IIb/IIIa inhibitors (GP IIb/IIIa
inhibitors): berkerja menghambat agregasi
trombosit. (2aA)
8. ACE Inhibitor untuk hipertensi, akut miokard
indark anterior, atau disfungsi ventrikel kiri:
captopril 3x6,25 mg, mulai dalam waktu 24 jam
atau ketika stabil (tekanan darah sistolik > 100
mmHg). (1A)
9. Lipid-lowering agent (jika LDL > 70-100 mg/dL,
total cholesterol > 135 mg/dL): Atorvastatin 1080 mg/hari, rosuvastatin 20-40 mg/hari.
9.

Edukasi

10.

Prognosis

11.

Tingkat Evidens

12.

Tingkat Rekomendasi

13.

Penelaah Kritis

14.

Indikator (Outcome)

15.

Kepustakaan

Terapi jangka panjang dengan anti platelet agent


(biasanya aspirin) mengurangi angka kekambuhan
STEMI sebesar 25%1

1. ST Elevation Miocard Infark. Dalam: Fauci A,


Kasper D, Braunwald E, Hauser S, Jamesan J,
Loscalzo J, editors. Harrisons principles of
Internal Medicine. 18th ed. United States of

63

America; The McGraw-Hill Companies, 2011.


2. Boyle, Andrew J. Jaffe, Allan S. Acute
Myocardial Infraction. Dalam: Crawford,
Michael H. Current Diagnosis & Treatment
Cardiology 3rd edition. The MacGraw Hlls
Company. 2009
3. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J,
Tahapary D, editors. Panduan Praktik Klinis
Penatalaksanaan di Bidang ilmu Penyakit Dalam.
Indonesia. Interna Publishing. 2015. P564-568.
4. Wright, R Scott.2011 ACCF/AHA Focused
Update of the Guidelines for the Management of
patients With Unstable Angin/Non-ST-Elevation
Myocardial Infraction (Updating the 2007
Guideline).

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER PADA ANAK
1. Pengertian

Suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus Dengue


yang mempunyai 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,

64

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis

DEN-4, di Indonesia DEN-3 merupakan serotipe dominan dan


berhubungan dengan kasus berat.
1. Demam mendadak tinggi 2 7 hari
2. Lesu tidak mau makan dan muntah
3. Pada anak besar mengeluh sakit kepala, nyeri otot dan nyeri
sendi
4. Perdarahan yang sering ditemukan adalah perdarahan kulit
dan epistaksis
5. Dijumpai adanya kasus DHF di sekolah, lingkungan sekitar
rumah
1. Demam mendadak tinggi terus menerus (kontinyu) disertai
facial flush. Muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi,
nyeri retroorbital
2. Hepatomegali
3. Perembesan plasma pada rongga pleura dan peritoneal
4. Perdarahan dapat berupa petekiae, ekimosis, purpura,
epistaksis, hematemesis, melena maupun hematuria
5. Fase kritis sekitar hari ke 3 hingga ke 5 perjalanan
penyakit. Penurunan suhu tubuh dapat merupakan tanda
awal penyembuhan tetapi dapat pula merupakan awal syok
pada DBD
Kriteria Klinis
1. Demam 2-7 hari, mendadak tanpa sebab yang jelas
2. Manifestasi perdarahan : uji tourniquet (tidak selalu
positif) , petekie, ekimosis, purpura, perdarahan mukosa,
gusi dan epistaksis, hematemesis dan atau melena
3. Pembesaran hati
4. Perembesan plasma ditandai dengan hipoalbuminemia,
Peningkatan Ht > 20% disbanding pemeriksaan awal
atau data Ht sesuai umur, efusi pleura atau asites
5. Tanda-tanda syok : gelisah, nadi cepat lemah tekanan
nadi turun, hipotensi, akral dingin, kulit lembab,
Capillary Refill Time > 2 detik
Kriteria Laboratorium
1. Trombositopenia < atau = 100.000/dl
2. Hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit > 20%
dibandingkan data awal atau sesuai dengan umur
3. Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinis,
ditambah bukti perembesan plasma dan trombositopenia
cukup untuk menegakkan diagnosis DHF

65

5. Diagnosis Kerja

Dengue Haemoragic Fever dibagi 4 kelompok


1. DHF derajat 1
2. DHF derajat 2
3. DHF derajat 3
4. DHF derajat 4

6. Diagnosis Banding

1.
2.
3.

Dengue Fever
Chikungunya Fever
Typhoid fever

1.
2.

Darah rutin : Hb, Ht, Leukosit, Trombosit


Serologi : IgG dan IgM Anti Dengue (setelah hari keempat
demam, IgM muncul lebih cepat IgG muncul lebih lambat
tetapi pada infeksi dengue sekunder IgG muncul lebih cepat
)
NS1 (terutama hari pertama sampai ketiga dan umumnya
menghilang pada hari kelima demam)
WIDAL atau Ig M Salmonella typhi
SGOT/SGPT
Albumin darah
X foto Thorax (sesuai indikasi)

7. Pemeriksaan Penunjang

3.
4.
5.
6.
7.

Tatalaksana DHF dibagi menjadi kelompok :


1. DHF derajat 1 dan 2 lihat lampiran protokol
2. DHF derajat 3 dan 4/DSS lihat lampiran Protokol

8. Tata Laksana

1.
2.
9. Edukasi (Hospital
Promotion)

Health
3.

10. Prognosis

11. Kepustakaan

Edukasi ttg dasar diagnosis terapi dan perjalanan penyakit


Higiene lingkungan, mencegah berkembang biaknya Aedes
aegypti dalam genangan air di lingkungan rumah, sekolah
dan tempat berkumpul manusia lainnya
Edukasi mengenali tanda dini dan komplikasi Demam
Dengue/DHF dan kapan merujuk ke fasilitas kesehatan

Baik pada Demam Dengue dan DHF derajat 1 dan 2


Buruk pada DHF derajat 3 dan 4 apabila terlambat ditangani.
Angka kematian th. 2008-2013 di 6 RS Pendidikan di Indonesia
Demam Dengue 0.08%, DHF 0.36%, DSS 7.81. Keseluruhan
1.39%
1. Hadinegoro, SR, Moedjito, I, Chairulfatah A : Pedoman
Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus Dengue pada
Anak. UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI. Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia . Jakarta 2014
2. Pudjiadi AH dkk(Eds) : Pedoman Pelayanan Medis. jilid
1 ,Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta
2010: 141 - 149

66

3.

Satari, HI: Petunjuk Praktis Terapi Cairan Demam Berdarah


Dengue. Dalam Kumpulan Tips Pediatri. Gunardi, H (Eds)
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
2011 : 81-93

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


DIARE AKUT

1. Pengertian
2. Anamnesis

Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24
jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1
minggu. Menurut Riset kesehatan Dasar 2007, diare
merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2%
anak usia 1 4 tahun
1. Lama berlangsungnya diare, frekuensi diare sehari, warna
feses, adakah lendir atau lendir darah dalam feses
2. Adakah muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran

67

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis

5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang

menurun, kapan buang air kecil terakhir, demam, sesak


nafas, kejang, perut kembung
3. Jumlah cairan yang masuk selama diare
4. Jenis makanan dan minuman yang dimakan/minum selama
diare
5. Apakah mengkonsumsi makanan minuman yang tidak
biasa
6. Apakah terdapat penderita diare disekitarnya
7. Bagaimana dengan sumber air minum
1. Keadaan umum, tanda vital dan kesadaran :
Tanda Utama :
gelisah, rewel, lemah/ letargi/ coma, tampak haus,
turgor kurang atau buruk
Tanda tambahan :
Mulut bibir lidah kering, mata dan UUB cekung,
tak
keluar air mata
2. Nafas cepat dan dalam (nafas Kuszmaull) tanda asidosis
metabolik
3. Kejang karena gangguan keseimbangan elektrolit (hipo
atau hipernatremia), kembung (hipokalemia)
4. Berat Badan
5. Penilaian derajat dehidrasi
1. Diare akut tanpa dehidrasi : Tidak ditemukan tanda
utama maupun tambahan, kehilangan cairan tubuh <
5%BB. KU baik sadar, UUB tak cekung, mukosa mulut
dan bibir basah, turgor baik atau cukup, bising usus
normal, akral hangat
2. Diare akut dengan dehidrasi ringan /sedang :
Kehilangan cairan 5-10% BB, terdapat 2 tanda utama
ditambah 2 atau lebih tanda tambahan. KU gelisah atau
cengeng. Turgor kurang, akral masih hangat
3. Diare akut dengan dehidrasi berat : kehilangan cairan
>10% BB, terdapat 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih
tanda tambahan. KU letargi atau koma, UUB sangat
cekung, mata sangat cekung, mukosa mulut dan bibir
kering. Turgor sangat kurang akral dingin.
Diare akut dengan atau tanpa dehidrasi
1. Keracunan makanan
2. Disentri baksiler
3. Disentri amuba
1. Pemeriksaan feses lengkap

68

2.
3.

8. Tata Laksana

9. Edukasi
(Hospital
Promotion)

10. Prognosis

11. Kepustakaan

Analisis elektrolit
Analisis gas darah bila perlu pada dehidrasi berat dengan
asidosis
Terlampir dalam protocol
1. Edukasi hygiene lingkungan : jamban yg bersih, selalu
memasak makanan dan minuman dan hygiene pribadi :
Health
cuci tangan sebelum makan atau memberikan makanan
2. Edukasi : ASI tetap diberikan, makanan sapihan, imunisasi
rotavirus bila ada dan masih dalam usia < 6 bulan,
imunisasi campak
Baik jika tidak dalam dehidrasi berat dan buruk jika terlambat
mendapat pengobatan di fasilitas kesehatan
1. Pudjiadi AH dkk (Eds) : Pedoman Pelayanan Medis. jilid 1
, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta 2010 : 58 - 62
2. Hegar, B dalam Gunardi ,H dkk (Eds) : Kumpulan Tips
Pediatri. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia,
Jakarta 2010 : 64-69

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


KEJANG DEMAM
1.

Pengertian

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi


pada kenakan suhu tubuh (diatas 38 C Rektal) tanpa
adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit
atau metabolik lainnya. Kejang yang terjadi pada bayi
dibawah umur 1 bulan tidak termasuk dalam kejang
demam.
Kejang demam sederhana adalah kejang yang
berlangsung singkat kurang dari 15 menit bersifat kejang

69

umum dan tidak berulang dalam 24 jam.


Kejang demam kompleks adalah kejang berlangsung
lebih 15 menit bersifat fokal atau parsial satu sisi atau
kejang umum yang didahulu kejang fokal dan berulang
dalam 24 jam.
1. Adanya kejang, jenis kejang, lama kejang dan
kesadaran, interval kejang dan keadaan anak pasca
kejang
2. Suhu tubuh saat kejang, sebelum kejang
3. Adanya infeksi diluar SSP seperti ISPA, ISK, OMA
4. Riwayat tumbuh kembang, riwayat kejang demam dan
epilepsy dalam keluarga
5. Singkirkan sebab kejang yang lain misal diare dan
muntah yang menyebabkan gangguan elektrolit, sesak
nafas yang dapat menimbulkan hipoksemia, asupan
makanan dan susu kurang yang dapat menimbulkan
hipoglikemia
1. Suhu tubuh (rectal)
2. Kesadaran (Glasgow Coma Scale)
3. Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, Brudzinsky
I dan II, Kernig sign, Laseque sign
4. Pemeriksaan nervus cranial
5. Tanda peningkatan tekanan intracranial, UUB
menonjol, papil edema
6. Tanda infeksi diluar SSP : ISPA, SK, OMA
7. Pemeriksaan neurologi lain : tonus, motorik, reflex
fisiologis dan patologis
8. Pemeriksaan Darah lengkap, elektrolit, gula darah
sewaktu, urinalisis, kultur darah , urin dan feses bila
dibutuhkan

2.

Anamnesis

3.

Pemeriksaan Fisik

4.

Kriteria Diagnosis

Kriteria Klinis Sesuai definisi Kejang Demam

5.

Diagnosis Kerja

Kejang demam sederhana atau kejang demam kompleks

6.

Diagnosis Banding

7.

Pemeriksaan Penunjang

1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.

Meningitis
Ensefalitis
Gangguan keseimbangan elektrolit
Generalized Epilepsy with Febrile Seizure+
Severe Myoclonic Epilepsy in Infancy
Febrile status epilepticus
Pemeriksaan Darah lengkap, elektrolit darah, gula
darah sewaktu, urinalisis, kultur darah , urin dan feses

70

8.

Tata Laksana

9.

Edukasi
Promotion)

10. Prognosis

(Hospital

tidak diperlukan pada kejang demam sederhana .


Peringkat bukti ilmiah B
2. Lumbal pungsi : tidak perlu dilakukan pada kejang
demam sederhana jika tidak ada tanda meningitis
atau riwayat meningitis atau tanda infeksi
intracranial. Peringkat bukti ilmiah B
3. EEG : tidak dianjurkan pada kejang demam
sederhana tetapi perlu pada kejang demam
kompleks . Peringkat bukti ilmiah B
Medikamentosa :
1. Antipiretik : Parasetamol 10-15 mg /kgBB oral atau
drip diberikan setiap 4 jam maksimal 5 kali sehari.
Ibuprofen 5 -10 mg/kgBB diberikan 3-4 kali sehari
2. Anti kejang : diazepam oral 0.3 mg/kgBB setiap 8
jam atau diazepam rectal 0.5 mg/kgBB setiap 8 jam
pada saat suhu > 38.5 C
3. Pengobatan rumatan jangka panjang
diberikan
dengan fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dibagi 1-2
dosis atau asam valproat 15-20 mg/kg BB/hari dibagi
2-3 dosis diberikan selama satu tahun bebas kejang
kemudian dihentikan bertahap 1-2 bulan Pengobatan
rumatan diberikan jika terdapat keadan sbb :
a. Kejang >15 menit
b. Kelainan neurologis nyata sebelum/sesudah
kejang seperti paresis, palsi serebral, retardasi
mental, hidrosefalus
c. Kejang fokal
d. Kejang berulang lebih dari 2 kali dlm 24 jam
e. Kejang demam pada usia < 12 bulan
f. Kejang demam berulang > 4 kali setahun
1. Edukasi kemungkinan berulangnya kejang demam
Health
2. Edukasi faktor risiko terjadinya epilepsi
3. Edukasi tanda dini kejang demam
Kejang demam sederhana prognosisnya baik. Pada 482
anak kejang demam sederhana yang dipantau selama 1
5 th tidak ditemukan kematian, disabilitas intelektual
maupun kecacatan. Risiko epilepsi pada kejang demam
sederhana hanya 1-2%. Sebanyak 30 - 35% akan
mengalami kejang demam kembali. Risiko meningkat jika
kejang pertama terjadi pada umur kurang dari 1 tahun, ada
riwayat kejang demam pada saudara kandung, kejang
demam terjadi pada demam yang tidak begitu tinggi ,

71

interval waktu antara demam dan kejang pendek dan


adanya perkembangan yang abnormal sebelum kejang.
Kejang demam kompleks : Risiko terjadinya epilepsi
dikemudian hari adalah 5 10% terutama jika kejang
demam fokal, lama dan ada riwayat epilepsi dalam
keluarga.
1. Pudjiadi, AH dkk : Pedoman Pelayanan Medis. jilid
1, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta 2010 : 150153
2. Widodo, DP : Konsensus Tata Laksana Kejang
Demam dalam Gunardi, H dkk (Eds) Kumpulan Tips
Pediatri. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jakarta 2010 : 193-203
3. Pusponegoro, H : Kejang Demam. Dalam Current
Evidences in Pediatric Emergencies Management.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak. FKUI/RSCM,
Jakarta, 12 13 April 2015 ; 92-97

11. Kepustakaan

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


EKLAMSIA GRAVIDARUM
1.

Pengertian (Definisi)

Eklampsia adalah kejang-kejang pada pre-eklampsia


yang tidak disebabkan penyebab lain.1

2.

Anamnesis

Anamnesis : 2,3

Gejala-gejala pre-eklampsia berat dengan impending


eklampsia:
Riwayat kejang sebelumnya
Riwayat nyeri kepala
Riwayat pandangan mata kabur
Riwayat mual dan muntah
Riwayat nyeri epigastrium

72

3.

Pemeriksaan Fisik

4.

Kriteria Diagnosis

5.

Diagnosis Kerja

6.

Diagnosis Banding

7.

Pemeriksaan

Riwayat nyeri kuadran kanan atas abdomen


Pemeriksaan Fisik 3,4
Gejala Kardiovaskuler : evaluasi tekanan
darah, suara jantung, pulsasi perifer
Paru : auskultasi paru untuk mendiagnosis
edema paru
Abdomen : palpasi untuk menentukan adanya
nyeri pada hepar; menentukan tinggi fundus
uteri untuk mendeteksi IUGR
Refleks : adanya klonus
Funduskopi : untuk menentukan adanya retinopati
grade I-III (tidak ada level of evidence)
Eklampsia: Kejang-kejang pada pre-eklampsia
disertai koma
Kriteria lain :
1. Kenaikan kreatinin serum
2. Edema paru dan sianosis
3. Proteinuria : 2 gr/24 jam jumlah urin atau
dipstick 2+
4. Oliguria : produksi urin < 400-500 cc/24 jam
5. Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas
kanan abdomen : disebabkan teregangnya
kapsula Glisoni. Nyeri dapat merupakan gejala
awal ruptur hepar
6. Gangguan otak dan visus : perubahan
kesadaran, nyeri kepala, skotomata, dan
pandangan kabur
7. Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanine
atau aspartat amino transferase
8. Hemolisis mikroangiopatik
9. Trombositopenia : < 100.000 cell/mm3
10. Sindroma HELLP : dengan adanya
hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi
hepar, dan trombositopenia
Eklamsia Gravidarum
1. Epilepsi
1. Hemoglobin

73

dan

hematokrit;

peningkatan

Penunjang

8.

1,2,3,4,5

Tata Laksana

4,6

hemoglobin dan hematokrit berarti :


Adanya homokonsentrasi, yang mendukung
diagnosis pre-eklampsia
Menggambarkan beratnya hipovolemia
Nilai ini akan menurun bila terjadi hemolisis
2. Morfologi sel darah merah pada apusan darah
tepi; untuk menentukan :
Adanya mikroangiopatik hemolitik anemia
Morfologi abnormal eritrosit : schizocytosis
dan spherocytosis
3. Trombosit;
adanya
trombositopeni
menggambarkan pre-eklampsia berat
4. Kreatinin serum, asam urat serum, nitrogen
urea
darah
(BUN);
peningkatannya
menggambarkan :
Beratnya hipovolemia
Tanda menurunnya aliran darah ke ginjal
Oliguria
Tanda pre-eklampsia berat
5. Transaminase serum; peningkatan transaminase
serum menggambarkan pre-eklampsia berat dengan
gangguan fungsi hepar
6. Lactate acid dehydrogenase; menggambarkan
adanya hemolisis
7. Albumin serum, dan faktor koagulasi;
menggambarkan
kebocoran
endothel,
dan
kemungkinan koagulopati
8. Pemeriksaan kesejahteraan janin; pemeriksaan
perkiraan pertumbuhan janin dan volume air
ketubannya.
Pengelolaan dasar:
1. Terapi suportif untuk stabilisasi pada ibu
2. Selalu ingat ABC (Airway, Breathing,
Circulation).
3. Pastikan jalan nafas atas tetap terbuka
4. Mengatasi dan mencegah kejang
5. Koreksi hipoksemia dan asidemia
6. Mengatasi dan mencegah penyulit, khususnya
hipertensi krisis
7. Melahirkan janin pada saat yang tepat dengan
cara persalinan yang tepat

74

Terapi medikamentosa
1. Lihat terapi medikamentosa pada preeklampsia berat
2. Bila terjadi kejang berulang maka dapat
diberikan magnesium sulfat bolus 2 gram
intravena atau peningkatan dosis maintenance
per infus 1 2 gram/jam
Perawatan kejang
1. Tempatkan penderita di ruang isolasi atau
ruang khusus dengan lampu terang (tidak
diperkenankan ditempatkan di ruangan gelap,
sebab bila terjadi sianosis tidak dapat
diketahui)
2. Tempat tidur penderita harus cukup lebar,
dapat diubah dalam posisi trendelenburg, dan
posisi kepala lebih tinggi
3. Rendahkan kepala ke bawah : aspirasi lendir
dalam orofaring guna mencegah aspirasi
pneumonia
4. Fiksasi badan harus kendor agar waktu kejang
tidak terjadi fraktur
5. Rail tempat tidur harus dipasang dan terkunci
dengan kuat
Pengelolaan Eklampsia
1. Sikap dasar pengelolaan eklampsia : semua
kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri
(diterminasi) tanpa memandang umur
kehamilan dan keadaan janin. Berarti sikap
terhadap kehamilannya adalah aktif.
2. Saat pengakhiran kehamilan, ialah bila sudah
terjadi stabilisasi (pemulihan) hemodinamik
dan metabolism ibu.
3.
Stabilisasi dicapai selambat-lambatnya
dalam : 4-8 jam, setelah salah satu atau lebih
keadaan seperti dibawah ini, yaitu setelah :

Pemberian obat anti

75

kejang terakhir
Kejang terakhir
Pemberian obat-obat
anti hipertensi terakhir

Penderita mulai sadar


(dapat dinilai dari Glasgow-Coma-Scale
yang membaik)

Cara Persalinan 7,8


1. Bila sudah diputuskan untuk melakukan
tindakan aktif terhadap kehamilannya, maka
dipilih cara persalinan yang memenuhi syarat
pada saat tersebut.

9. Edukasi
10. Prognosis
6

Perawatan Pasca Persalinan


1. Tetap di monitor tanda vital
2. Pemeriksaan laboratorium lengkap 24 jam
pasca persalinan
1. Edukasi tanda perburukan PEB
1.

Tingkat (Kualitas)
11.
Evidens
12.

Tingkat (Kekuatan)
Rekomendasi

2.
1.
2.

Terminasi kehamilan segera pada eklampsia


(Level Ia)
Pemberian magnesium sulfat pada eklampsia
(Level Ib)
Terminasi kehamilan segera pada eklampsia (A)
Pemberian magnesium sulfat pada eklampsia
(A/strong)

13. Penelaah Kritis

14. Indikator (Outcome)

15. Kepustakaan

Indikator outcome ibu:


1.Kejang teratasi
2.Tekanan darah terkontrol
3.Tidak terjadi komplikasi sekunder (misal stroke,
gagal ginjal, kardiovaskuler)
Indikator outcome bayi:
1.Terminasi kehamilan berdasarkan indikasi ibu
1. Hypertension in pregnancy, the management of
hypertensive disorders during pregnancy. NICE
clinical guideline 107, August 2010.

76

2. Cunningham FG., Gant N, et al. William


Obstetrics 23st ed. McGraw-Hill, Medical
Publishing Division, 2010; page 706-56.
3. Sibai B, Dekker G, Kupferminc M. Pre-eclampsia.
Lancet, 2005; 365 : 785-99.
4. Martin JN, Rose CH, Briery CM. Understanding
and managing HELLP syndrome: The integral role
of aggressive glucocorticoids for mother and child.
American
Journal
of
Obstetrics
and
Gynecology,2006; 195: 91434.
5. Society for Maternal-Fetal Medicine. SMFM
Clinical Opinion, Evaluation and management of
severe preeclampsia before 34 weeks gestation.
American Journal of Obstetrics and Gynecology,
September 2011.
6. SOGC. Diagnosis, evaluation, and management of
the hypertensive disorders of pregnancy. Journal of
Obstetrics and Gynaecology Canada, March 2008;
30 (3)
7. The management of pre-eclampsia/eclampsia.
Royal
College
of
Obstetricians
and
Gynaecologists.Guideline no 10 (A), March 2006.
8. WHO recommendation for prevention and
treatment of pre-eclampsia and eclampsia, 2011.

77

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


PLASENTA PREVIA TOTALIS PADA KEHAMILAN ATERM
1.

Pengertian (Definisi)

2.

Anamnesis

3.

Kelainan letak dan implantasi plasenta menutupi jalan


lahir dengan atau tanpa manifestasi perdarahan.1

Plasenta previa
Perdarahan tanpa nyeri
Warna perdarahan merah segar
Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Fisik 1,2,3
penunjang
1. Status generalis dalam batas normal
2. Status obstetri
a. Tinggi fundus uteri (TFU) sesuai usia
kehamilan aterm
b. Inspekulo tampak ostium membuka
dengan fluksus (+) dan bisa ditemukan
gambaran seperti plasenta dari dalam
ostium
2

78

4.

Kriteria Diagnosis

5.
6.

Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding

7.

Pemeriksaan
Penunjang

8.

Tata Laksana

9.

1,2

1,2,3

Edukasi

3. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)


Ditemukan gambaran plasenta menutupi
seluruh ostium uteri internum dengan
pemeriksaan ultrasonografi transvaginal
1. Pemeriksaan obstetrik TFU sesuai kehamilan aterm
2. Dapat disertai perdarahan aktif per vaginam melalui
inspeksi dan inspekulo
3. Gambaran plasenta menutupi seluruh ostium uteri
internum melalui pemeriksaan USG transvaginal
Plasenta previa totalis pada kehamilan aterm
Plasenta previa marginalis
1. Hemoglobin dan hematokrit untuk menilai
derajat perdarahan yang terjadi
2. Inspekulo untuk menilai sumber perdarahan
3. USG transvaginal untuk memastikan letak dan
implantasi plasenta serta kemungkinan akreta
Pengelolaan dasar:
1. Terapi suportif untuk stabilisasi pada ibu
2. Perhatikan ABC (Airway, Breathing, Circulation).
3. Melahirkan janin pada saat yang tepat dengan
cara
persalinan
yang
tepat
dengan
mempertimbangkan hemodinamik ibu dan janin

2,3

10. Prognosis

Terapi medikamentosa
1. Pemberian antibiotik profilaksis pre-operasi
Cara Persalinan
1. Dengan seksio sesarea
Perawatan Pasca Persalinan
1. Monitor tanda vital dan skala nyeri pasien
1. Diet tinggi kalori dan protein
2. Jaga kebersihan luka
3. Mobilisasi dini
Dubia
1.

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

2.

Terminasi kehamilan dengan seksio sesarea pada


plasenta previa totalis (Level IIa)
Pemeriksaan penunjang dengan menggunakan
USG transvaginal (Level IIa)

Terminasi kehamilan dengan seksio sesarea pada


plasenta previa totalis (A/strong)

13. Penelaah Kritis

79

14. Indikator (Outcome)

15. Kepustakaan

Indikator outcome ibu :


1. Hemodinamik ibu stabil
2. Tidak terjadi komplikasi sekunder (misal syok ec
perdarahan)
Indikator outcome bayi :
1. Bayi lahir bugar
1. Royal
College
of
Obstetricians
and
Gynaecologists. Green-top Guideline no 63.
Antepartum Haemorrhage.2013
2. Cunningham FG et al. Williams Obstetrics 24th
Edition.
Chapter
41.
Obstetrical
Hemorrhage.2014
3. Institute of Obstetricians and Gynaecologists,
Royal College of Physicians of Ireland
4. And Directorate of Strategy and Clinical Care
Health Service Executive. Clinical Practice
Guideline Tocolytic Treatment In Pregnancy.
2013.

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


PERDARAHAN PASCA PERSALINAN

1.

Pengertian (Definisi)

2.

Etiologi

Perdarahan dari traktus genitalia yang


melebihi
500
ml
(pada
persalinan
pervaginam) atau melebihi 1000 ml (seksio
sesarea).
Dari batasan waktu, dibedakan menjadi
- Primer apabila terjadi dalam 24 jam
pertama pasca persalinan
- Sekunder apabila terjadi setelah 24
jam pertama persalinan sampai 12
minggu post partum
Tone
1. Overdistensi uterus : Polihidramnion,
kehamilan multipel, makrosomia
2. Kelelahan
otot
uterus:
Partus
precipitatus, partus lama, multiparitas,
penggunaan oksitosin
3. Infeksi intra-amniotic : demam, ketuban

80

pecah lama
4. Distorsi
fungsi/anatomi:
mioma,
plasenta previa, anomali kongenital
5. Penggunaan agen tokolisis
6. Distensi kandung kemih : Halogenated
anesthetics, Nitroglycerin
Tissue
1. Sisa konsepsi
2. Plasentasi abnormal : bekas operasi
uterus, multiparitas
3. Sisa kotiledon atau lobus suksenturiata
4. Sisa bekuan darah : pada atonia
Trauma
1. Laserasi pada jalan lahir : Precipitatus,
persalinan dengan alat
2. Laserasi pada SC : malposition, distosia
3. Ruptur Uteri : riwayat pembedahan
uterus
4. Inversio : multiparitas, plasenta fundus,
penarikan tali pusat
Thrombin
1. Keadaan penyerta : Hemophilia A, Von
Willebrands, Riwayat PPH, History of
hereditary coagulopathies or liver
disease
2. Didapat pada kehamilan : Idiopathic
thrombocytopenic
purpura,
Thrombocytopenia with preeclampsia,
Disseminated intravascular coagulation
3. Preeklamsia/Eklamsia dengan IUFD,
infeksi berat, solusio, emboli air
ketuban
4. Terapi antikoagulan
3.

Anamnesis

Perdarahan dari traktus genitalia

4.

Pemeriksaan Fisik

Derajat shock:
1. Terkompensasi

81

jumlah

perdarahan

5.

Kriteria diagnosis

6.
7.

Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding

8.

Pemeriksaan
Penunjang

9.

Tata Laksana

500-1000 ml (10-15%), Tekanan Darah


Sistolik tetap, Gejala dan Tanda:
palpitasi, pusing, takikardia
2. Ringan : jumlah perdarahan 1000-1500
ml (15-25%), Tekanan Darah Sistolik
menurun
(80-100
mmHg),
badan
lemah, berkeringat, takikardia
3. Sedang : jumlah perdarahan 1500-2000
ml (25-35%), Tekanan Darah Sistolik
menurun
(70-80
mmHg),
pucat,
oligouria
4. Berat : jumlah perdarahan 2000-3000
ml (35-45%), Tekanan Darah Sistolik
menurun (50-70 mmHg), penurunan
kesadaran, anuria
Secara simultan lakukan upaya penilaian
faktor etiologi seperti tonus uterus,
robekan jalan lahir dan organ genitalia,
sisa konsepsi dan faktor pembekuan darah.
Perdarahan pervaginam pasca persalinan
yang disebabkan salah satu etiologi diatas
Perdarahan Pasca Persalinan
Tidak ada
Laboratorium: darah lengkap, golongan darah, profil
hemostasis(PT,aPTT/ waktu pembekuan, waktu
perdarahan)
Secara simultan, lakukan:
1. Survei primer dan resusitasi awal
Jalan napas
Pernapasan: suplemen oksigen per
nasal kanul
Sirkulasi: pasang iv line kanul besar
no 16 gauge
2. Panggil bantuan
3. Evaluasi penyebab: 4T
Singkirkan adanya inversio uteri
Perhatikan
kemungkinan
robekan

82

porsio
Evakuasi sisa plasenta atau bekuan
darah dari uterus
4. Singkirkan adanya ruptura uteri atau
dehisensi miometrium
5. Ambil sampel darah (DPL dan golongan
darah) dan cross matched
6. Pastikan kandung kemih kosong, pasang
foley catheter
7. Kompresi uterus bimanual
8. Pemberian uterotonika
Oksitosin 5 units IV bolus
Oksitosin 20 units per L N/S IV
tetesan cepat
Ergometrin 0,25 mg IM atau 0,125
mg IV; dosis maksimum 1,25 mg
Misoprostol 400 mcg po atau per
rektal dan 800-1000 mg per rektal
Pada situasi pasca persalinan pervaginam
1. Jika 5 menit kontraksi tidak membaik,
lakukan tamponade uterus dengan
kateter kondom
2. Jika perdarahan berhenti segera setelah
pemasangan,
kateter
kondom
dipertahankan selama 6 jam
3. Jika perdarahan pervaginam positif,
siapkan operasi untuk hemostasis
4. Persiapkan tim operasi dan transportasi
Pada situasi seksio sesarea
1. Jika
pada
kompresi
bimanual,
perdarahan negatif, B-Lynch dapat
dipertimbangkan
2. Jika
pada
kompresi
bimanual,
perdarahan
positif,
lakukan
histerektomi
3. Pertimbangan dilakukan ligasi arteri

83

10. Pencegahan

11. Edukasi
12. Prognosis
13. Tingkat Evidens

14. Tingkat Rekomendasi

uterina dan hipogastrika


1. Manajemen aktif kala tiga
2. Uterotonika:
Pervaginam
a. Oksitosin profilaksis 10 IU
intramuskuler
b. Oksitosin 20 U/L NS IV tetesan cepat
c. Penjepitan dan Pemotongan tali
pusat dini
d. Penegangan tali pusat terkendali
dengan penekanan suprapubik arah
berlawanan
Perabdominam
a. Pasien yang melahirkan dengan
seksio sesarea, profilaksis HPP
dilakukan dengan pemberian
oksitosin 20 IU intravena tetesan
cepat
Edukasi terkait dengan fungsi reproduksi pasca
histerektomi
Dubia
Histerektomi peripartum dapat menjadi krusial dalam
perdarahan pasca persalinan. Teknik teknik menjepit,
memotong, dan menjahit harus digunakan mengontrol
perdarahan dengan cepat. (II)
Pada kasus perdarahan pasca persalinan, terutama
pada kasus-kasus dengan plasenta akreta atau ruptur
uteri, Histerektomi direkomendasikan untuk dilakukan
secepatnya (C)

15. Penelaah Kritis


16. Indikator (Outcome)
17. Kepustakaan

Hemodinamik, jumlah perdarahan, kontraksi uterus,


robekan jalan lahir,
1. Active management of the third stage of labour:
prevention and treatment of postpartum
hemorrhage: No. 235 October 2009 (Replaces No.
88, April 2000). Int J Gynaecol Obstet.
2010;108(3):258-67

84

2. RCOG Greentop Guideline. Prevention and


Management of Postpartum Haemorrhage.Greentop Guideline No. 52. Royal College
Obstetricians and Gynecology, May 2009
3. Manajemen Perdarahan Pasca Partum ALARM
4. SOGC Clinical Practice Guidelines Prevention and
Management of Postpartum Haemorrhage: No. 88
April 2000.

LOGO
RS

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

85

PERDARAHAN SUBARAHNOID

1.

Pengertian ( Definisi)

Suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai oleh


nyeri kepala yang sangat hebat, worst headache
ever (VAS 9-10) yang muncul akut/tiba-tiba akibat
perdarahan di ruang subarahnoid

2.

Anamnesis

3.

Pemeriksaan Fisik

4.

Kriteria Diagnosis

5.

Diagnosis Kerja

6.

Diagnosis Banding

7.

Pemeriksaan Penunjang

Gejala prodomal yaitu :

Gejala
peningkatan
tekanan
intrakranial dapat berupa : sakit kepala,
muntah-muntah, sampai kesadaran menurun.

Gejala rangsang meningeal : sakit


kepala, kaku leher, silau, sampai kesadaran
menurun
Gejala khusus untuk perdarahan subarahnoid dapat
berupa :

manifestasi peningkatan tekanan intrakranial


karena edema serebri, hidrosefalus
dan
terjadinya perdarahan berulang

Defisit neurologis fokal

Manifestasi
stroke
iskemik
karena
vasospasme bergantung kepada komplikasinya
1. GCS
2. Tanda Rangsang Meningeal/Kaku Kuduk
3. Nyeri kepala
4. Kelumpuhan saraf kranial
5. Kelemahan motorik
6. Defisit sensorik
7. Gangguan otonom
8. Gangguan neurobehavior
Nyeri kepala yang sangat hebat, muncul akut/tiba-tiba,
disertai kaku kuduk, dengan atau tanpa defisit
neurologis lain, dan pada CT Scan Otak didapatkan
gambaran hiperdens di ruang subarachnoid
Perdarahan Subarachnoid
Stroke Hemoragik (bila belum dilakukan CT Brain)
Meningitis
1. CT Scan + CT Angiografi
2. EKG
3. Doppler Carotis

86

4.
5.

8.

Tata Laksana

Transcranial Doppler serial


Lab : Hematologi rutin, gula darah sewaktu,
fungsi ginjal (ureum, kreatinin), Activated Partial
Thrombin Time (APTT), waktu prothrombin (PT),
INR, gula darah puasa dan 2 jam PP, HbA1C,
profil lipid, C-reactive protein (CRP), laju endap
darah, dan pemeriksaan atas indikasi seperti:
enzim jantung (troponin/CKMB), serum elektrolit,
analisis hepatik dan pemeriksaan elektrolit.
6. Thorax foto
7. Urinalisa
8. Lumbal Pungsi, jika diperlukan
9. Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
10. DSA Serebral
Tatalaksana Umum :
1. Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
2. Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
3. Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika
diperlukan)
4. Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika
diperlukan)
5. Analgetik dan antipiterik
6. Gastroprotektor, jika diperlukan
7. Manajemen nutrisi
8. Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau
LMWH
Tatalaksana Spesifik
1. Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACEInhibitor, Calcium Antagonist, Beta blocker,
Diuretik)
2. Manajemen gula darah (insulin, anti diabetic oral)
3. Pencegahan perdarahan ulang (Vit. K,
antifibrinolitik)
4. Pencegahan vasospasme (Nimodipin)
5. Neurorestorasi

Tindakan Intervensi/Operatif

1.
2.
3.

Clipping Aneurisma
Coiling aneurisma
VP Shunt / external drainage, sesuai indikasi

87

Lama perawatan

21 hari (jika tanpa komplikasi/penyulit seperti


Pneumonia, gangguan jantung, dll)

1.

9.

Edukasi

10. Prognosis

Penjelasan mengenai rencana perawatan, biaya,


pengobatan, prosedur, masa dan tindakan
pemulihan dan latihan
2. Penjelasan mengenai prosedur/tindakan yang akan
dilakukan serta risiko dan komplikasi
3. Penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan
rekurensi
4. Penjelasan
program
pemulangan
pasien
(Discharge Planning)
Ad vitam
: dubia adbonam
Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi

Pada kasus dengan severity level tinggi (Skala


WFNS >drade 3, prognosis dubia ad malam)
I
A

13. Penelaah Kritis

Departemen/SMF Neurologi
1.

14. Indikator (outcome)

15. Kepustakaan

Indikator jangka pendek :


Kematian
Perbaikan NIHSS (National Institute of
Health Stroke Scale)

2.

Indikator Jangka Panjang :


Perbaikan mRS (modified Rankin Scale)
Activity Daily Living
Fungsi Kognitif
Rekurensi
1. Connoly ES, Rabinstein A, et All , Guidelines for
The Management of Aneurysmal Subarachnoid
Hemorrhage, American Heart Association/
American
Stroke
Association.
Stroke.
2012;43:1711-1737
2. Steiner T, Juvela S, Jung C, Forsting M, Rinkel G.
European Stroke Organization Guidelines for the

88

3.

4.

5.
6.

Management of Intracranial Aneurysms and


Subarachnoid Hemorrhage. Cerebrovasc Dis
2013;35:93-112
Goldstein LB, A Primer on Stroke prevention
Treatment : An Overview based on AHA/ASA
Guidelines, Wiley-Blackwell,Dallas USA : 2009;
68 69.
Jayaraman MV, Mayo- Smith WW, Tung GA et al.
Detection of intracranial Aneurysms : Multi
Detector Row CT Angioraphy Compare With
DSA. Radiology 2003 dec 29 (medline)
Van Gijn, Rinkel GJE, Subarachnoid Hemorrhage,
diagnosis, causes and management, Brain 2001:
124: 249-78
Widdick EFM , The Clinical Practise of Critical
Care Neurology, 2e, Oxford University press.2003

89

LOGO
RS

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


STROKE HEMORAGIK
Stroke hemoragik ialah suatu gangguan organik otak
yang disebabkan adanya darah di parenkim otak atau
ventrikel
1. Gejala prodomal yaitu :
Gejala peningkatan tekanan intrakranial dapat
berupa : sakit kepala, muntah-muntah, sampai
kesadaran menurun.
2. Gejala penekanan parenkim otak (perdarahan
intraserebral), memberikan gejala tergantung daerah
otak yang tertekan/terdorong oleh bekuan darah
1. GCS
2. Kelumpuhan saraf kranial
3. Kelemahan motorik
4. Defisit sensorik
5. Gangguan otonom
6. Gangguan neurobehavior
Defisit neurologis fokal atau global yang muncul secara
tiba-tiba, dapat disertai tanda peningkatan tekanan
intrakranial dan dibuktikan dengan adanya lesi hiperdens
(darah) pada pemeriksaan CT- Scan Otak

1.

Pengertian ( Definisi)

2.

Anamnesis

3.

Pemeriksaan Fisik

4.

Kriteria Diagnosis

5.

Diagnosis Kerja

Stroke Hemoragik

6.

Diagnosis Banding

Stroke Iskemik (bila belum dilakukan CT Brain)

7.

Pemeriksaan Penunjang

1.
2.
3.
4.
5.

6.

CT Scan + CT Angiografi
EKG
Doppler Carotis
Transcranial Doppler
Lab : Hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi
ginjal (ureum, kreatinin), Activated Partial
Thrombin Time (APTT), waktu prothrombin (PT),
INR, gula darah puasa dan 2 jam PP, HbA1C, profil
lipid, C-reactive protein (CRP), laju endap darah,
dan pemeriksaan atas indikasi seperti: enzim
jantung (troponin/CKMB), serum elektrolit, analisis
hepatik dan pemeriksaan elektrolit.
Thorax foto

90

8.

Tata Laksana

Tindakan Operatif

7. Urinalisa
8. Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
9. DSA Serebral
Tatalaksana Umum :
1. Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
2. Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
3. Pengendalian tekanan intrakranial (manitol,
furosemide, jika diperlukan)
4. Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika
diperlukan)
5. Analgetik dan antipiterik, jika diperlukan
6. Gastroprotektor, jika diperlukan
7. Manajemen nutrisi
8. Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau
LMWH
Tatalaksana Spesifik
1. Koreksi koagulopati (PCC/Prothrombine Complex
Concentrate, jika perdarahan karena antikoagulan)
2. Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACEInhibitor, Calcium Antagonist, Beta blocker,
Diuretik)
3. Manajemen gula darah (insulin, anti diabetic oral)
4. Pencegahan stroke hemoragik (manajemen factor
risiko)
5. Neurorestorasi/Neurorehabilitasi
1.
2.
3.

Lama perawatan
9.

Edukasi

Kraniotomi evakuasi hematom, sesuai indikasi


Kraniotomi dekompresi, sesuai indikasi
VP Shunt/external drainage, sesuai indikasi

14-21 hari (jika tanpa komplikasi/penyulit seperti


Pneumonia, gangguan jantung, dll)
1. Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat, biaya,
pengobatan, prosedur, masa dan tindakan pemulihan
dan latihan, manajemen nyeri, risiko dan
komplikasi)
2. Penjelasan mengenai stroke hemoragik, risiko dan
komplikasi selama perawatan
3. Penjelasan mengenai factor risiko dan rekurensi
4. Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge
Planning)

91

5.

Penjelasan mengenai gejala stroke berulang dan


tindakan yang harus dilakukan sebelum ke RS

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi

Ad vitam
: dubia adbonam
Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
(catatan : perdarahan otak luas dan disertai gejala
peningkatan tekanan intrakranial, prognosis dubia
admalam)
I
A

13. Penelaah Kritis

DEPARTEMEN/SMF NEUROLOGI

10. Prognosis

1.

Indikator jangka pendek :


Kematian
Perbaikan NIHSS (National Institute of Health
Stroke Scale)

2.

Indikator Jangka Panjang :


Perbaikan mRS (modified Rankin Scale)
Activity Daily Living
Fungsi Kognitif
Hemphill C, Greenberg S, Anderson C, Becker K,
Bendok B, et al. Guidelines for the Management of
Spontaneous
Intracerebral Hemorrhage . A
Guideline for Healthcare Professionals From the
American Heart Association/American Stroke
Association. Stroke 2015;46
Steiner T, Salman R, Beer R, Christensen H,
Cordonnier C. uropean Stroke Organisation (ESO)
guidelines for the management of spontaneous
intracerebral hemorrhage. Int J of Stroke. 2014;
840855
Samuels MA, Ropper AH. Samuels Manual of
Neurologic
Therapeutics.
8th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams & Walkins;
2010.p.387-393
Biller J. Hemorrhagic Cerebrovascular Disease. In:
Practical Neurology. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.2009.p.477-490.
Canadian Best Practice Recommendations for

14. Indikator (outcome)

15. Kepustakaan

1.

2.

3.

4.
5.

92

Stroke Care: Summary. CMAJ. December 2,2008.


Vol.179(12).
6. Broderick J, Connolly S, Feldmann E et al.
Guidelines for the Management of Spontaneous
Intracerebral Hemorrhage in Adults 2007 Update.
Stroke 2007;38: 2001-2023.
7. Acute Stroke Practice Guidelines for Inpatient
Management of Intracerebral Hemorrhage. OHSU
Health Care System. Jan 2010.
8. Dewey HM, Chambers BR, Donnan GA. Stroke. In:
Warlow C (ed). Handbook of Treatment in
Neurology. The Lancet. 2006.pp.87-116.

93

LOGO
RS

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


STROKE ISKEMIK

1.

Pengertian ( Definisi)

2.

Anamnesis

3.

Pemeriksaan Fisik

4.

Kriteria Diagnosis

Kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan


fungsi otak akut baik fokal maupun global yang
mendadak, disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya aliran darah pada parenkim otak, retina atau
medulla spinalis, yang dapat disebabkan oleh
penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah arteri
maupun vena, yang dibuktikan dengan pemeriksaan
imaging dan/atau patologi.
Gangguan global berupa gangguan kesadaran
Gangguan fokal yang muncul mendadak, dapat berupa :
a. Kelumpuhan sesisi/kedua sisi, kelumpuhan satu
extremitas, kelumpuhan otot-otot penggerak bola
mata, kelumpuhan otot-otot untuk proses menelan,
wicara dan sebagainya
b. Gangguan fungsi keseimbangan
c. Gangguan fungsi penghidupan
d. Gangguan fungsi penglihatan
e. Gangguan fungsi pendengaran
f. Gangguan fungsi Somatik Sensoris
g. Gangguan Neurobehavioral yang meliputi :
Gangguan atensi
Gangguan memory
Gangguan bicara verbal
Gangguan mengerti pembicaraan
Gangguan pengenalan ruang
Gangguan fungsi kognitif lain
1. Penurunan GCS
2. Kelumpuhan saraf kranial
3. Kelemahan motorik
4. Defisit sensorik
5. Gangguan otonom
6. Gangguan neurobehavior
Terdapat gejala defisit neurologis global atau salah
satu/beberapa defisit neurologis fokal yang terjadi
mendadak

94

5.

Diagnosis Kerja

Stroke Iskemik

6.

Diagnosis Banding

7.

Pemeriksaan Penunjang

8.

Tata Laksana

Stroke Hemoragik (bila belum dilakukan CT/MRI Otak)


1. CT Scan + CT Angiografi /MRI + MRA Otak
2. EKG
3. Doppler Carotis
4. Transcranial Doppler
5. TCD Bubble Contrast & VMR
6. Lab : Hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi
ginjal (ureum, kreatinin), Activated Partial
Thrombin Time (APTT), waktu prothrombin (PT),
INR, gula darah puasa dan 2 jam PP, HbA1C, profil
lipid, C-reactive protein (CRP), laju endap darah,
dan pemeriksaan atas indikasi seperti: enzim
jantung (troponin/CKMB), serum elektrolit, analisis
hepatik dan pemeriksaan elektrolit.
7. Thorax foto
8. Urinalisa
9. Echocardiografi (TTE/TEE)
10. Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
11. DSA Serebral
Tatalaksana Umum :
1. Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
2. Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
3. Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika
diperlukan)
4. Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika
diperlukan)
5. Analgetik dan antipiterik, jika diperlukan
6. Gastroprotektor, jika diperlukan
7. Manajemen nutrisi
8. Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau
LMWH
Tatalaksana Spesifik
1. Trombolisis intravena : alteplase dosis 0.6-0.9
mg/kgBB, pada stroke iskemik onset <6 jam
2. Terapi endovascular : trombektomi mekanik, pada
stroke iskemik dengan oklusi karotis interna atau
pembuluh darah intrakranial, onset <8 jam
3. Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACEInhibitor, Calcium Antagonist, Beta blocker,

95

4.
5.
6.

Diuretik)
Manajemen gula darah (insulin, anti diabetik oral)
Pencegahan stroke sekunder (antiplatelet :aspirin,
clopidogrel, clostazol atau antikoagulan : warfarin,
dabigatran, rivaroxaban)
Neurorestorasi / Neurorehabilitasi

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi

Carotid Endartersctomy (CEA), sesuai indikasi


Carotid Artery Stenting (CAS), sesuai indikasi
Stenting pembuluh darah intracranial,
sesuai
indikasi
8-10 hari (jika tanpa komplikasi/penyulit seperti
Pneumonia, gangguan jantung, dll)
1. Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat, biaya,
pengobatan, prosedur, masa dan tindakan pemulihan
dan latihan, manajemen nyeri, risiko dan
komplikasi)
2. Penjelasan mengenai stroke iskemik, risiko dan
komplikasi selama perawatan
3. Penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan
rekurensi
4. Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge
Planning)
5. Penjelasan mengenai gejala stroke, dan apa yang
harus dilakukan sebelum dibawa ke RS
Ad vitam
: dubia adbonam
Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
I
A

13. Penelaah Kritis

DEPARTEMEN/SMF NEUROLOGI

Tindakan Intervensi/
Operatif
Lama perawatan

9. Edukasi

10. Prognosis

1.
2.
3.

1.

Indikator jangka pendek :


Kematian
Perbaikan NIHSS (National Institute of Health
Stroke Scale)

2.

Indikator Jangka Panjang :


Perbaikan mRS (modified Rankin Scale)
Activity Daily Living
Fungsi Kognitif

14. Indikator (outcome)

96

15. Kepustakaan

1. Guideline Stroke 2011 (Edisi Revisi), Kelompok


Studi Serebrovaskuler PERDOSSI 2011.
2. Jauch EC, Saver JL, Adams HP Jr, Bruno A,
Connors JJ, et al. Guidelines for the early
management of patients with acute ischemic stroke:
a guideline for healthcare professionals from the
American Heart Association/American Stroke
Association. Stroke. 2013 ; 44(3):870-947
3. The European Stroke Organization (ESO) :
Guideline for Management of Ischaemic Stroke and
Transient Ischaemic Attack 2008
4. AHA/ASA Guideline for the Perevention of Stroke
in Patien with Stroke or Transient Ischemic Attack.
Stroke 2014;42;227-276
5. Powers WJ, Derdeyn CP, Biller J, Coffey CS, Hoh
BL,
et
al.
2015
American
Heart
Association/American Stroke Association Focused
Update of the 2013 Guidelines for the Early
Management of Patients With Acute Ischemic Stroke
Regarding Endovascular Treatment: A Guideline for
Healthcare Professionals From the American Heart
Association/American Stroke Association. Stroke.
2015; 46 (10):3020-35.
6. Kamal AK, Naqvi I, Husain MR, Khealani BA,
Cilostazol versus aspirin for secondary prevention of
vascular events afater stroke of arterial origin.
Stroke. 2011;42:e382-e384.
7. Wang Y, Johnston C, Wong L, Wang D, Wang J, et
al. Clopidogrel with aspirin in acute minor stroke or
transient ischemic attack. N Engl J Med. 2013;
4;369(1):11-9.
8. Ferro JM, Canhao P, Stam J, Bousser MG,
Barinagarrementeria F. Prognosis of Cerebral Vein
and Dural Sinus Thrombosis: Results of the
International Study on Cerebral Vein and Dural
Sinus Thrombosis (ISCTV). Stroke 2004;35;664670.
9. Del Zoppo G, et al. 2009. Expansion of The Time
Window for Treatment of Acute Ischemic Stroke
with Intravenous Tissue Plasminogen Activator: A
Science Advisory from The American Heart
Association/ American Stroke association. Stroke

97

2009;40;2945-2948.AHA/ASA Guideline for the


Perevention of Stroke in Patien with Stroke or
Transient Ischemic Attack. Stroke 2014;42;227-276
10. Kamal AK, Naqvi I, Husain MR, Khealani BA,
Cilostazol versus aspirin for secondary prevention of
vascular events afater stroke of arterial origin.
Stroke. 2011;42:e382-e384.
11. Latchaw et al. Recommendations for Imaging of
Acute Ischemic Stroke: A Scientific Statement From
the American Heart Association

98

LOGO RS

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)


APENDICITIS AKUT

1.

Pengertian (Definisi)

2.

Asesmen Keperawatan

3.

Diagnosis Keperawatan

4.

Kriteria
Evaluasi/Nursing
Outcome

5.

Intervensi Keperawatan

6.

Informasi dan edukasi

Evaluasi

Asuhan keperawatan pada pasien dengan apendicitis akut


1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.

Nyeri
Mual
Muntah
ADL
Pengkajian lain:bio, psiko, sosial, spiritual, budaya
Nyeri akut (00132)
Hipertermia (00007)
Mual (00134)
Risiko intoleransi aktivitas (00094)
Suhu tubuh dalam batas normal 36,5oC - 37,5oC
Hemodinamik stabil
Tidak terjadi perdarahan
Nyeri terkontrol
Tidak ada mual dan muntah
Tidak ada tanda infeksi
Mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
Manajemen nyeri: relaksasi, distraksi (1400)
Bantu pemenuhan Activity Daily Living(1800)
Manajemen mual (1450)
Persiapan Operasi : edukasi pra operasi, persiapan
fisik : mandi, penyiapan organ, enema, ganti pakaian,
pelepasan perhiasan, persetujuan tindakan.(309)
5. Observasi tanda-tanda vital (6680)
6. Kolaborasi pemasangan infus (4190)
7. Kolaborasi pemberian obat (2314)
8. Perawatan luka
1. Cara menurunkan nyeri
2. Perawatan luka
3. Pengontrolan infeksi
4. Mobilisasi bertahap
5. Perawatan luka
6. Aktivitas di rumah
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis

99

8.

Penelaah kritis

9.

Kepustakaan

keperawatan yang telah ditetapkan


Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.,
Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed). St. Louis : Mosby
Elsevier.
2. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014).
NANDA
international
Nursing
Diagnoses:
Definitions & classification, 2015-2017. Oxford :
Wiley Blackwell.
3. Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and
Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby:
Elsivier
4. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E.
(Eds). (2013). Nursing outcome classifications (NOC)
(5th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
5. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosis
Keperawatan Diagnosis NANDA, NIC Intervensi,
NOC Outcome (Edisi 9). Jakarta: EGC

100

LOGO RS

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)


BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA

1.

Pengertian (Definisi)

2.

Asesmen Keperawatan

3.

Diagnosis Keperawatan

4.

Kriteria
Evaluasi/Nursing
Outcome

5.

Intervensi Keperawatan

6.

Informasi dan edukasi

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Benigna Prostat


Hyperplasia
1. Nyeri
2. Mual
3. Luka
4. Pola eliminasi/miksi
5. Aktivitas
6. Pengkajian bio, psiko, sosial, spiritual dan budaya
1. Gangguan/ketidakmampuan eliminasi urin (00016)
2. Nyeri akut (00132)
3. Kerusakan integritas kulit (00044)
4. Cemas (00146)
5. Risiko perlambatan luka operasi (00246)
6. Risiko perdarahan (00206)
7. Risiko intoleransi aktivitas (00094)
1. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5oC - 37,5oC
2. Hemodinamik stabil
3. Kebutuhan eliminasi urin terpenuhi
4. Tidak terjadi perdarahan
5. Tidak ada tanda infeksi
6. Mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
1. Manajemen nyeri: relaksasi, distraksi (1400)
2. Bantu pemenuhan Activity Daily Living(1800)
3. Persiapan Operasi : edukasi pra operasi, persiapan
4. fisik : mandi, penyiapan organ, enema, ganti pakaian,
5. pelepasan perhiasan, persetujuan tindakan.(309)
6. Observasi tanda-tanda vital (6680)
7. Kolaborasi pemasangan infus (4190)
8. Kolaborasi pemberian obat IV (2314)
9. Perawatan luka (3360)
10. Kolaborasi pemasangan dan perawatan kateter (0850)
11. Bladder training (0870)
1. Cara menurunkan nyeri
2. Perawatan luka
3. Pengontrolan infeksi
4. Mobilisasi bertahap
5. Aktifitas seksual

101

Evaluasi

8.

Penelaah kritis

9.

Kepustakaan

Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah


dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.,
Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed). St. Louis : Mosby
Elsevier.
2. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014).
NANDA
international
Nursing
Diagnoses:
Definitions & classification, 2015-2017. Oxford :
Wiley Blackwell.
3. Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and
Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby:
Elsivier
4. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E.
(Eds). (2013). Nursing outcome classifications (NOC)
(5th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
5. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosis
Keperawatan Diagnosis NANDA, NIC Intervensi,
NOC Outcome (Edisi 9). Jakarta: EGC

102

LOGO RS

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)


FRAKTUR LONG BONE

1.

Pengertian (Definisi)

2.

Asesmen Keperawatan

3.

Diagnosis Keperawatan

4.

Kriteria
Evaluasi/Nursing
Outcome

5.

Intervensi Keperawatan

6.

Informasi dan edukasi

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Fraktur Long


Bone
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.

Nyeri
Luka
Fraktur
Perdarahan
Aktivitas dan mobilitas
Pengkajian bio, psiko,sosial, spiritual, budaya
Ketidakmampuan mobilisasi fisik (00085)
Nyeri akut (00132)
Kerusakan integritas kulit (00044)
Cemas (00146)
Risiko perlambatan luka operasi (00246)
Risiko perdarahan (00206)
Suhu tubuh dalam batas normal 36,5oC - 37,5oC
Hemodinamik stabil
Tidak terjadi perdarahan
Tidak ada tanda infeksi
Nyeri terkontrol
Mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
Kemampuan mobilisasi dengan alat bantu
Manajemen nyeri: relaksasi, distraksi (1400)
Bantu pemenuhan Activity Daily Living(1800)
Persiapan Operasi: edukasi pra operasi, persiapan fisik
: mandi, penyiapn organ, enema, ganti pakaian,
pelepasan perhiasan, persetujuan tindaka.(309)
4. Observasi tanda-tanda vital (6680)
5. Kolaborasi pemasangan infus (4190)
6. Kolaborasi pemberian obat IV (2314)
7. Perawatan luka (3360)
8. Kolaborasi pemasangan dan perawatan kateter (0850)
9. Bladder training (0870)
10. Latihan ROM dan mobilisasi (0221)
1. Cara menurunkan nyeri
2. Perawatan luka
3. Pengontrolan infeksi
Latihan mobilisasi

103

Evaluasi

8.

Penelaah kritis

9.

Kepustakaan

Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah


dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.,
Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed). St. Louis : Mosby
Elsevier.
2. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014).
NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions
& classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
Blackwell.
3. Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and
Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby:
Elsivier
4. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E.
(Eds). (2013). Nursing outcome classifications (NOC)
(5th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
5. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosis
Keperawatan Diagnosis NANDA, NIC Intervensi,
NOC Outcome (Edisi 9). Jakarta: EGC

104

LOGO RS

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)


TOTAL KNEE REPLACEMENT

1.

Pengertian (Definisi)

2.

Asesmen Keperawatan

3.

Diagnosis Keperawatan

4.

Kriteria
Evaluasi/Nursing
Outcome

5.

Intervensi Keperawatan

6.

Informasi dan edukasi

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Total Knee


Replacement
1. Nyeri
2. Luka
3. Fraktur
4. Perdarahan
5. Aktivitas dan mobilitas
6. Pengkajian bio, psiko, sosio, spiritual dan budaya
1. Ketidakmampuan mobilisasi fisik (00085)
2. Nyeri akut (00132)
3. Kerusakan integritas kulit (00044)
4. Cemas (00146)
5. Risiko perlambatan luka operasi (00246)
6. Risiko perdarahan (00206)
1. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5oC - 37,5oC
2. Hemodinamik stabil
3. Nyeri terkontrol
4. Tidak terjadi perdarahan
5. Tidak ada tanda infeksi
6. Mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
7. Kemampuan mobilisasi dengan alat bantu
1. Manajemen nyeri: relaksasi, distraksi (1400)
2. Bantu pemenuhan Activity Daily Living(1800)
3. Persiapan Operasi: edukasi pra operasi, persiapan
fisik: mandi, persiapan organ, enema, ganti pakaian,
pelepasan perhiasan, persetujuan tindakan.(309)
4. Observasi tanda-tanda vital (6680)
5. Kolaborasi pemasangan infus (4190)
6. Kolaborasi pemberian obat IV (2314)
7. Perawatan luka (3360)
8. Kolaborasi pemasangan dan perawatan kateter (0850)
9. Bladder training (0870)
10. Latihan ROM dan mobilisasi (0221)
1. Cara menurunkan nyeri
2. Perawatan luka
3. Pengontrolan infeksi
4. Latihan mobilisasi

105

Evaluasi

8.

Penelaah kritis

9.

Kepustakaan

Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah


dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.,
Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed). St. Louis : Mosby
Elsevier.
2. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014).
NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions
& classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
Blackwell.
3. Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and
Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby:
Elsivier
4. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E.
(Eds). (2013). Nursing outcome classifications (NOC)
(5th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
5. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosis
Keperawatan Diagnosis NANDA, NIC Intervensi,
NOC Outcome (Edisi 9). Jakarta: EGC

106

LOGO RS

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)


DEMAM BERDARAH

1.

Pengertian (Definisi)

2.

Asesmen Keperawatan

3.

Diagnosis Keperawatan

4.

Kriteria
Evaluasi/Nursing
Outcome

5.

Intervensi Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam berdarah


1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
1.

2.

3.

4.
5.
6.

Tanda-tanda vital: demam


Mual, muntah
Tanda dehidrasi
Tanda perdarahan
Pengkajian bio, psikososial, spiritual dan budaya
Hipertermia (00007)
Risiko ketidakseimbangan volume cairan (00025)
Nyeri akut (00132)
Risiko perdarahan (00206)
Risiko shock (00205)
Suhu tubuh dalam batas normal 36,5oC - 37,5oC
Hemodinamik stabil
Tidak terjadi hemokonsentrasi
Tidak terjadi shock hipovolemik
Tidak terjadi perdarahan
Manajemen demam :
a. Gunakan pakaian yang tipis dan yang menyerap
keringat, anjurkan untuk tidak memakai selimut dan
pakaian yang tebal
b. Lakukan kompres hangat pada lipatan tubuh (aksila,
lipatan paha, leher), lakukan water tapid sponge
c. Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan peroral
Monitor cairan
a. Kumpulkan dan analisis data yang menunjukkan
keseimbangan cairan
b. Hitung intake dan output cairan
Manajemen cairan
a. Berikan cairan peroral agar cairan seimbang
b. Kolaborasi pemberian cairan Ringer Laktat
c. Monitor pemberian cairan intravena
Manajemen nyeri
a. Lakukan tehnik relaksasi, distraksi, guided imagery
Manajemen pencegahan resiko perdarahan
a. Anjurkan untuk bedrest
b. Bantu pemenuhan Activity Daily Living
Monitoring
a. Observasi suhu tubuh

107

6.

Informasi dan edukasi

Evaluasi

8.

Penelaah kritis

9.

Kepustakaan

b. Observasi status hemodinamik


c. Observasi intake dan output
d. Observasi adanya tanda syok hipovolemik
e. Observasi adanya hemokonsentrasi
f. Observasi skala, frekwensi dan intensitas nyaeri
g. Observasi adanya perdarahan
1. Peningkatan intake cairan peroral
2. Nutrisi
3. Menjaga kebersihan lingkungan
4. Hand higyene
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.,
Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed). St. Louis : Mosby
Elsevier.
2. James, S.R., Nelson, K.A., & Ashwill, J.W. (2013)
Nursing Care of Children Principles & Practice (4th
edition). St. Louis : Elsevier Saunders.
3. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014).
NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions
& classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
Blackwell.
4. Hockenberry, J.M. & Wilson, D. (2009). Wongs
Nursing Care of Infants and Children. (8th edition).
Canada :Mosby Company
5. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E.
(Eds). (2013). Nursing outcome classifications (NOC)
(5th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
6. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosis
Keperawatan Diagnosis NANDA, NIC Intervensi,
NOC Outcome (Edisi 9). Jakarta: EGC

108

LOGO RS

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)


DIARE AKUT PADA ANAK

1.

Pengertian (Definisi)

2.

Asesmen Keperawatan

3.

Diagnosis Keperawatan

4.

Kriteria
Evaluasi/Nursing
Outcome

5.

Intervensi Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan diare akut pada


anak
1. Pola BAB, frekwensi, jumlah, warna, bau, konsistensi
2. Adanya muntah
3. Demam
4. TTV
5. Intake dan output
6. Tanda dehidrasi
7. Nyeri
8. Pengkajian bio, psikososial, spiritual dan budaya
1. Diare (00013)
2. Risiko ketidakseimbangan volume cairan (00025)
3. Risiko ketidakseimbangan elektrolit (00195)
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
(00002)
5. Nyeri akut (00132)
6. Risiko kerusakan integritas kulit (00047)
1. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5oC - 37,5oC
2. Tidak ada kejang
3. Intake cairan adekuat
4. Tidak ada nyeri
5. Tidak terjadi penurunan kesadaran
6. BAB: frekwensi, warna, bau, konsistensi
7. Tidak ada kerusakan integritas kulit
1. Manajemen cairan dan elektrolit
a. Hitung intake dan output cairan
b. Observasi jumlah, warna, konsentrasi, Berat Jenis
urine, dan elektrolit
c. Monitor status hidrasi (kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)
d. Observasi capillary Refill
e. Berikan cairan oral sesuai kebutuhan
f. Berikan larutan gula garam/oralit bila perlu
g. Kolaborasi pemberian cairan intravena
2. Manajemen nyeri
Lakukan tehnik relaksasi, distraksi, guided imagery
3. Manajemen Nutrisi

109

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

kaji berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan


atas
kaji kebiasaan makanan, dan kaji adanya alergi
makanan
Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami
pasien.
kaji kebutuhan nutrisi dan kalori
Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi
sering.
Pertahankan pemberian ASI pada bayi
Catat jumlah/porsi makanan yang dihabiskan
oleh pasien setiap hari
kolaborasi pemberian nutrisi sesuai dengan
kebutuhan kalori dan jenis makanan.

4.

6.

Informasi dan edukasi

Perawatan Perianal
a. kolaborasi pemberian antiemetik
b. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
c. Monitor adanya kemerahan pada kulit disekitar
anal
d. Oleskan minyak kelapa/baby oil pada kulit
disekitar anal
e. Bersihkan daerah anal dengan air, hindari
penggunaan tissu basah
5. Bantu pemenuhan Activity Daily Living
6. Intervensi kolaborasi: pemasangan infus dan medikasi
7. Monitoring dan evaluasi:
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Obeservasi frekwensi, karakteristik dan volume
diare
c. Observasi tanda-tanda dehidrasi
d. Observasi intake dan output cairan
e. Observasi skala, frekwensi dan insensitas nyeri
f. Observasi integritas kulit perianal
1. Mempertahankan asupan cairan
2. Cara kompres
3. Pencegahan diare: Hand hygiene
4. Pemberian larutan gula garam/oralit
5. Menjaga kebersihan makanan dan peralatan makan
6. Penggunaan sumber air bersih
7. Minum obat teratur
8. Mengenali tanda bahaya umum dan tanda dehidrasi

110

Evaluasi

8.

Penelaah kritis

9.

Kepustakaan

Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah


dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.,
Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed). St. Louis : Mosby
Elsevier.
2. James, S.R., Nelson, K.A., & Ashwill, J.W. (2013)
Nursing Care of Children Principles & Practice (4th
edition). St. Louis : Elsevier Saunders.
3. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014).
NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions
& classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
Blackwell.
4. Hockenberry, J.M. & Wilson, D. (2009). Wongs
Nursing Care of Infants and Children. (8th edition).
Canada :Mosby Company
5. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E.
(Eds). (2013). Nursing outcome classifications (NOC)
(5th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
6. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosis
Keperawatan Diagnosis NANDA, NIC Intervensi,
NOC Outcome (Edisi 9). Jakarta: EGC

111

LOGO RS

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)


KEJANG DEMAM SEDERHANA

1.

Pengertian (Definisi)

2.

Asesmen Keperawatan

3.

Diagnosis Keperawatan

4.

Kriteria
Evaluasi/Nursing
Outcome

5.

Intervensi Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan kejang demam


sederhana
1.Tanda-tanda vital
2.Tanda kejang: durasi, frekwensi, tipe
3. Demam
4. Aktivitas
5. ADL
6. Pengkajian bio, psikososial, spiritual dan budaya
1. Hipertermia (00007)
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
berhubungan (00201)
3. Risiko kekurangan volume cairan (00028)
4. Risiko Cedera (00035)
5. Risiko aspirasi (00039)
1. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5oC - 37,5oC
2. Tidak ada kejang
3. Intake cairan adekuat
4. Tidak terjadi penurunan kesadaran
5. Kemampuan dalam mencegah kejang berulang dan
penangan risiko cidera
1. Manajemen demam
a. Gunakan pakaian yang tipis dan yang menyerap
keringat, anjurkan untuk tidak memakai selimut dan
pakaian yang tebal
b. Lakukan kompres hangat pada lipatan tubuh (aksila,
lipatan paha, leher), lakukan water tapid sponge
c. Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan peroral
2. Monitor cairan
a. Monitoring status hidrasi (kelembaban membran
mukosa, turgor elastis, tekanan darah)
b. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium darah
lengkap dan urin lengkap.
c. Monitor pemberian cairan intravena
3. Manajemen cairan
a. Berikan cairan peroral agar cairan seimbang, dan
mencegah terjadinya komplikasi kekurangan
cairan.

112

6.

Informasi dan edukasi

b. Kolaborasi pemberian cairan intravena


4. Mengamankan kepatenan jalan nafas
a. Buka jalan nafas
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
bantu nafas
d. Pasang OPA bila perlu
e. Patenkan jalan nafas
5. Mencegah risiko jatuh
a. Identifikasi resiko cidera
b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien (gunakan
skala humty dumty), gunakan gelang resiko jatuh
berwarna kuning, pasang tanda resiko jatuh segitiga
warna kuning pada tempat tidur
c. Identifikasi keamanan lingkungan (fisik, biologis
dan kimia)
d. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan resiko
jatuh
e. Pembatasan gerak saat kejang
f. Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala
dimiringkan dan dipasang tongue spatel yang telah
dibungkus kasa
g. Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien
h. Lepaskan pakaian yang mengganggu pernafasan
6. Bantu pemenuhan kebutuhan ADL
7. Kolaborasi pemberian oksigen, cairan infus, antipiretik,
dan antikonvulsi
8. Monitoring dan observasi
a. Observasi suhu tubuh
b. Observasi kejang, frekuensi dan durasi
c. Observasi status neurologi:tingkat kesadaran,
perilaku
1. Kompres hangat (tapid water sponge)
2. Cara pemberian antipiretik
3. Pengaturan posisi saat terjadi kejang
4. Mengamankan airway/patensi jalan nafas
5. Mencegah cidera
6. Minum obat teratur
7. Hand hygiene
8. Menjaga kebersihan makanan dan lingkungan rumah
9. Mengenali tanda bahaya umum: kejang berulang dan
penurunan kesadaran

113

Evaluasi

8.

Penelaah kritis

9.

Kepustakaan

Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah


dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.,
Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed). St. Louis : Mosby
Elsevier.
2. James, S.R., Nelson, K.A., & Ashwill, J.W. (2013)
Nursing Care of Children Principles & Practice (4th
edition). St. Louis : Elsevier Saunders.
3. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014).
NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions
& classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
Blackwell.
4. Hockenberry, J.M. & Wilson, D. (2009). Wongs
Nursing Care of Infants and Children. (8th edition).
Canada :Mosby Company
5. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E.
(Eds). (2013). Nursing outcome classifications (NOC)
(5th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
6. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosis
Keperawatan Diagnosis NANDA, NIC Intervensi,
NOC Outcome (Edisi 9). Jakarta: EGC

114

LOGO RS

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)


PERDARAHAN BERAT

1.

Pengertian (Definisi)

2.

Asesmen Keperawatan

3.

Diagnosis Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi


komplikasi
kehamilan
dan
persalinan
berupa
berkurangnya volume darah yang dapat mengakibatkan
shock hipovolemik.
1. TTV: Penurunan tekanan darah, pulsasi pembuluh
darah, takikardi. Suara jantung, murmur. Suara nafas,
frekuensi nafas, tachipnea. Tanda dan gejala shock.
2. Sumber perdarahan: Perdarahan pervagina, laserasi,
riwayat plasenta previa, abruptio plasenta, atonia uteri.
Jumlah dan karakteristik perdarahan
3. Pemeriksaan fisik: Tingkat kesadaran, pucat, warna
kulit, vena jugularis. temperatur tubuh. Capillary
refill, membran mukosa oral, perfusi perifer. Distensi
abdomen, output urin
4. Gerakan janin, denyut jantung janin (variabilitas dan
akselerasi), NSTs, BPP, Serial USG
5. Psikososial: adanya disorientasi, penurunan kesadaran,
perubahan emosi, rasa cemas dan takut akan kondisi
ancaman pada kehamilan dan janin. Kurangnya
dukungan dalam keluarga, tingkat ekonomi, faktor
budaya.
6. Adanya penurunan tekanan darah yang drastis dan
tiba-tiba, depresi pernafasan, oligurua, hiporefleksia,
distress janin
7. Diagnostik: Hb, Ht, Platelet, LED, PT APTT,
Urinalisis. Cross Matching
8. Pengkajian bio, psikososial, spiritual dan budaya
1. Risiko Shock berhubungan dengan berkurangnya
volume darah
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
3. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan
penurunan tekanan darah
4. Tidak
Efektifnya
Perfusi
Jaringan:
Plasenta
berhubungan dengan
5. Risiko Fetal Distress berhubungan dengan menurunnya
perfusi vaskuler uteroplasenta

115

4.

Kriteria
Evaluasi/Nursing
Outcome

5.

Intervensi Keperawatan

6.

Informasi dan edukasi

Evaluasi

6. Takut berhubungan dengan ancaman terminasi


premature kehamilan, kurang pengetahuan tentang
regimen pengobatan dan perawatan.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum
1. Mengenali dan melaporkan dengan segera tanda dan
2. gejala bahaya dan komplikasi.
3. Mendapatkan penanganan dengan segera dan tepat
4. untuk menghindari komplikasi pada ibu dan bayi
5. Tidak ada tanda eklamsia dan komplikasinya
6. Dapat menyatakan rasa takutnya dan berkompensasi
7. degan mekanisme koping yang positif dan adaptif.
8. Tanda-tanda Vital dalam batas normal
9. Cairan/hidrasi terpenuhi
10. Status Fetal dalam batas normal
11. Cemas/takut terkontrol
12. Perawatan diri terpenuhi
13. Persalinan berjalan tanpa komplikasi, Ibu dan bayi
14. sejahtera Shock hipovolemik teratasi
1. Mengobservasi tanda dan gejala hipovolemia dan
Shock
2. Mengobservasi sumber perdarahan
3. Memonitoring Tanda-Tanda Vital
4. Memonitor intake dan output cairan per 24 jam,
dilakukan per shift
5. Memonitor DJJ dan Gerakan Janin, CTG
6. Melakukan tindakan penurunan Kecemasan/Takut
7. Memenuhi Perawatan Diri
8. Memberikan cairan intravena, tranfusi
9. Berkoordinasi persiapan operasi
10. Berkolaborasi pemberian obat-obatan
11. Perawatan luka pasca operasi
1. Penjelasan mengenai perkembangan penyakit
berkaitan terapi dan tindakan yang sudah dilakukan
2. Penjelasan mengenai diet yang diberikan sesuai
dengan keadaan umum pasien
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan

116

8.

Penelaah kritis

9.

Kepustakaan

Sub Komite Mutu Keperawatan


1. Nanda International. (2014). Nursing diagnosis,
definitions and classification 2015-2017. 10th Edition.
UK. Wiley Blackwell.
2. Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., Cashion, M.C. (201).
Maternity Nursing. 8th Edition. Mosby Elsevier.
3. Ward, S., Hisleyamazon,S. (2015). Maternal-Child
Nursing Care Optimizing Outcomes for Mothers,
Children, & Families. 2nd Edition. Philadelphia. F.A.
Davis.
4. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M
(2013). Nursing Interventions Classification (NIC).
6th Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.
5. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E.
(2013). Nursing Outcome Classification (NOC). 5th
Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.

117

LOGO RS

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

PRE EKLAMPSIA (PEB)


1.

Pengertian (Definisi)

2.

Asesmen Keperawatan

3.

Diagnosis Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi spesifik


selama kehamilan diatas 20 minggu yang ditandai dengan
hipertensi dan proteinuria
1. Riwayat kesehatan: riwayat hipertensi, diabetes
mellitus dan penyakit ginjal. Riwayat kesehatan
keluarga: adanya hipertensi, diabetes mellitus dan
penyakit kronis lainnya.
2. TTV: Perubahan tekanan darah, sistole > 140 mmHg
diastole > 90 mmHg. MAP >105 mmHg, saturasi O2.
Dyspnea, hipoksemia.
3. Pemeriksaan fisik: Adanya kejang, hiperfleksia,
penurunan kesadaran. Gangguan penlihatan. Adanya
edema (distribusi, derajat dan dependen/ pitting),
pernafasan crackles, nyeri epigastrik, oliguri. Reflek
tendon dalam (biseps, platella, clonus ankle) yang
abnormal. Kontraksi Uterus
4. Gerakan janin, denyut jantung janin (variabilitas dan
akselerasi), NSTs, BPP, Serial USG
5. Adanya perubahan emosi, rasa cemas dan takut akan
kondisi ancaman pada kehamilan dan janin.
Kurangnya dukungan dalam keluarga, tingkat
ekonomi, faktor budaya.
6. Diasnostik: Hb, Ht, Platelet, PT APTT, Fibrinogen,
BUN, Kreatini, LDH, AST, ALT, Asam urat,
Bilirubun, Urinalisis, Proteinuria.
7. Pengkajian bio, psikososial, spiritual dan budaya
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasospasme pembuluh darah
2. Risiko injuri/cedera : kejang berhubungan dengan
iritabilitas sistem syaraf pusat sekunder terhadap
vasospasme, penurunan perfusi renal, efek magnesium
sulfat, anti hipertensi, abrupsio plasenta.
3. Perubahan Rasa Nyaman (Nyeri) : Kontraksi Uterus
4. Takut berhubungan dengan krisis situasional, kondisi

118

4.

Kriteria
Evaluasi/Nursing
Outcome

5.

Intervensi Keperawatan

ancaman terhadap janin dan ibu


5. Risiko Fetal Distress* berhubungan dengan gangguan/
insufusiensi perfusi uteroplasenta
6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan fatigue,
dengan iritabilitas sistem syaraf pusat
7. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan retensi sodium sekunder terhadap
pemberian MgSO4.
1. Tanda-tanda Vital dalam batas normal
2. Kejang dan komplikasinya tidak terjadi/terkontrol
3. Status fetal dalam batas normal
4. Nyeri terkontrol
5. Cemas/takut terkontrol
6. Cairan/hidrasi terpenuhi
7. Mobilisasi tertoleransi
8. Perawatan diri terpenuhi
9. Tidak ada tanda eklamsia dan komplikasinya
10. Dapat menyatakan rasa takutnya dan berkompensasi
dnegan mekanisme koping yang positif dan adaptif.
11. Persalinan berjalan tanpa komplikasi, Ibu dan bayi
sejahtera
1. Mengidentifikasi tanda dan gejala PEB dan
komplikasi
2. Memonitor TTV (baseline)/4 jam, dyspnea,
hipoksemia, perubahan gas darah
3. Mengobservasi tanda adanya kejang
4. Memonitor DJJ dan Gerakan Janin
5. Memposisikan ibu berbaring side lying untuk
memaksimalkan aliran uteroplasenta.
6. Mengobservasi efek pemberian MGSO4
7. Memberikan lingkungan yang nyaman, tidak bising
dan redup untuk mencegah presipitasi kejang,
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan aliran
urin.
8. Mengobservasi intake dan output cairan, edema dan
berat badan.
9. Penurunan kecemasan/takut, terapi relaksasi
10. Memenuhi Perawatan DiriMengenali dan melaporkan
dengan segera tanda dan gejala bahaya dan
komplikasi.

119

11. Kolaborasi terapi cairan dan MgSO4 sesuai program.


12. Pemberian obat hipertensi

6.

Informasi dan edukasi

Evaluasi

8.

Penelaah kritis

9.

Kepustakaan

LOGO RS

13. Siapkan calcium gluconat untuk mengatasi toksisitas


MgSO4
14. Persiapan persalinan Sectio Caesaria
15. Mendapatkan penanganan dengan segera dan tepat
untuk menghindari komplikasi pada ibu dan bayi
1. Penjelasan mengenai perkembangan penyakit berkaitan
terapi dan tindakan yang sudah dilakukan
2. Penjelasan mengenai diet yang diberikan sesuai dengan
keadaan umum pasien
3. Mengenal Tanda Bahaya Eklampsia
4. Monitoring Tekanan Darah
5. Monitoring Gerakan Janin
6. Istirahat dan Aktivitas
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Nanda International. (2014). Nursing diagnosis,
definitions and classification 2015-2017. 10th
Edition. UK. Wiley Blackwell.
2. Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., Cashion, M.C. (201).
3. Maternity Nursing. 8th Edition. Mosby Elsevier.
4. Ward, S., Hisleyamazon,S. (2015). Maternal-Child
Nursing Care Optimizing Outcomes for Mothers,
Children, & Families. 2nd Edition. Philadelphia. F.A.
Davis.
5. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M
(2013). Nursing Interventions Classification (NIC).
6th Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.
6. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E.
(2013). Nursing Outcome Classification (NOC). 5th
Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

120

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

1.

Pengertian (Definisi)

2.

Asesmen Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi


komplikasi kehamilan, dikarenakan nausea dan vomitus
yang sering dan persisten selama kehamilan. Ditandai
pengeluaran, kekurangan volume cairan tubuh dan
ketidakseimbangan elektrolit. Serta mengakibatkan
dehidrasi dan malnutrisi. Biasanya terjadi sampai dengan
kehamilan < 20 minggu
1. TTV: Adanya perubahan homeostatis, penurunan
tekanan darah, peningkatan nadi (> 100 x/menit),
percepatan pernafasan serta peningkatan suhu tubuh.
2. Tanda dehidrasi: tanda-tanda pengeluaran cairan
berlebihan akibat mual dan muntah, penurunan nafsu
makan, kurangnya pemasukan cairan dan makanan
3. Pemeriksaan fisik: Penurunan berat badan. Pucat,
adanya perubahan membran mukosa oral, penurunan
turgor kulit, lidah kering, bau nafas keton. Sunken
eyelids, Nyeri epigastrik, penurunan motilitas gastrik
dan usus. Penurunan Capillary Refill, dingin pada
ujung ekstremitas. Adanya edema pada kaki atau
bagain tubuh lain.
4. Pengkajian nutrisi: Keluhan Morning Sickness, haus,
adanya mual dan muntah (mulai kehamilan 4-8
minggu), tidak nafsu makan, nyeri epigastrik,
penurunan berat badan (5-10 kg), menolak makan dan
minum, penolakan terhadap jenis makanan dan
minuman tertentu.
5. Pengkajian aktivitas dan istirahat: keluhan lemas, tidak
toleransi terhadap aktivitas, tirah baring, tidak
bisa/kurang tidur.
6. Psikososial: adanya perubahan emosi, rasa cemas dan
takut akan kondisi ancaman pada kehamilan dan janin.
Kurangnya dukungan dalam keluarga, tingkat
ekonomi, faktor budaya.
7. Fetal Heart Rate/DJJ, Gerakan Janin.
8. Diasnostik:
peningkatan
Konsistensi
urin,
Hipoalbumin, Hipoglikemia, Keton dalam urin,

121

3.

Diagnosis Keperawatan

4.

Kriteria
Evaluasi/Nursing
Outcome

5.

Intervensi Keperawatan

penurunan Hb dan Ht. Penurunan kadar potassium,


sodium, chloride. USG Fetus.
9. Pengkajian bio, psikososial, spiritual dan budaya
1. Risiko Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan
pengeluaran cairan yang berlebihan, kurangnya input
cairan oral.
2. Risiko Ketidakseimbangan elektrolit berhubungan
dengan mual dan muntah.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah, kurangnya input makanan
4. Nausea/Vomitus
berhubungan
dengan
efek
gastrointestinal hipomotilasi
5. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan mual dan
muntah yang persisten.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue
Cemas berhubungan dengan efek perubahan fisiologis
kehamilan, anoreksia.
1. Nausea dan Vomitus terkontrol
2. Intake nutrisi dalam batas normal
3. Intake Cairan dalam batas normal
4. Tanda-tanda Vital dalam batas normal
5. Status fetal dalam batas normal
6. Cemas/takut terkontrol
7. Mobilisasi tertoleransi
8. Perawatan diri terpenuhi
1. Mengobservasi TTV dan tanda-tanda dehidrasi
2. Memonitor intake dan output cairan oral dan
parenteral/IV 24 jam, lakukan per shift
3. Memonitor intake dan output nutrisi 24 jam, lakukan
per shift
4. Observasi adanya komplikasi berupa asidosis
metabolik, jaundice dan perdarahan.
5. Observasi DJJ dan Gerakan Janin
6. Berikan makanan porsi kecil tapi sering selama
perawatan, anjurkan makan makanan ringan (roti,
biskuit) dan minuman hangat di pagi dan malam hari,
serta menghindari makanan berlemak

122

7.

6.

Informasi dan edukasi

Evaluasi

8.

Penelaah kritis

9.

Kepustakaan

Observasi adanya perubahan pada mukosa oral,


berikan orak hygiene
8. Berikan terapi relaksasi untuk menurunkan
kecemasan
9. Memenuhi perawatan diri dan membantu kebutuhan
aktivitas
10. Kolaborasi Memberikan terapi cairan parenteral
(elektrolit, glukosa dan vitamin) sesuai dengan
program.
11. Kolaborasi Memberikan obat-obatan (anti emetik,
vitamin) sesuai dengan program
12. Kolaborasi monitor kadar Hb, Ht, adanya aseton,
albumin dan glukosa pada urin
13. Kolaborasi monitor fetus dengan doppler dan USG
1. Penjelasan
mengenai
perkembangan
penyakit
berkaitan terapi dan tindakan yang sudah dilakukan
2. Self Mangement: Diet untuk Hiperemesis, mengenali
bahaya dan komplikasi hiperemesis
3. Istirahat dan Aktivitas
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Nanda International. (2014). Nursing diagnosis,
definitions and classification 2015-2017. 10th
Edition. UK. Wiley Blackwell.
2. Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., Cashion, M.C. (201).
3. Maternity Nursing. 8th Edition. Mosby Elsevier.
4. Ward, S., Hisleyamazon,S. (2015). Maternal-Child
Nursing Care Optimizing Outcomes for Mothers,
Children, & Families. 2nd Edition. Philadelphia. F.A.
Davis.
5. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M
(2013). Nursing Interventions Classification (NIC).
6th Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.
6. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E.
(2013). Nursing Outcome Classification (NOC). 5th
Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.

123

LOGO RS

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

SECTIO CAESAREA (SC)

124

1.

Pengertian (Definisi)

2.

Asesmen Keperawatan

3.

Diagnosis Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi Proses


persalinan menggunakan metode pembedahan melalui
insisi abdomen dan uterus.
1. Riwayat kehamilan: adanya indikasi persalinan Sectio
Caesaria, antara lain : masalah kesehatan ibu, distress
janin, posisi janin, CPD (Chepalo Pelvic
Disproportion)
2. Tanda-Tanda vital. Adanya perdarahan dan syok,
saturasi O2
3. Psikososial: Adanya perubahan emosi, dari rasa
gembira sampai rasa cemas dan takut, marah atau
menghindari. Persepsi dan penerimaan tentang peran
dalam pengalaman persalinan. Ketidakmampuan
berekspresi dan beradaptasi dengan situasi baru.
4. Eliminasi: Kateter urin, output urin, bising usus
5. Cairan: Waktu terakhir makan dan minum, keluhan
mual dan muntah. Adanya distensi abdomen.
Pengeluaran darah selama Sectio Caesaria.
6. Nyeri: Adanya ketidakmampuan toleransi bergerak,
sensasi efek anestesi spinal, keterbatasan kemampuan
aktivitas sehari-hari
7. Kontraksi kuat pada fundus di sekitar umbilikus.
Aliran lochea dalam batas normal
8. Adanya perdarahan pervagina. Kondisi insisi luka,
balutan luka, discharge/keluaran luka
9. Frekuensi
denyut
jantung
janin,
kekuatan,
ketidakteraturan. Gerakan janin.
10. Hubungan ibu dan bayi baru lahir, menyusui
1. Cemas berhubungan dengan status kesehatan, krisis
situasional
2. Takut berhubungan dengan krisisi situasional, tidak
mengenali kondisi
3. Nyeri Akut berhubungan dengan efek insisi/trauma
bedah, penurunan efek anestesi
4. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan
pengeluaran darah selama pembedahan
5. Risiko Perlambatan Pemulihan Luka berhubungan

125

4.

Kriteria
Evaluasi/Nursing
Outcome

5.

Intervensi Keperawatan

6.

Informasi dan edukasi

Evaluasi

8.

Penelaah kritis

dengan
6. Risiko Intoleran Aktifitas berhubungan dengan nyeri,
fatigue
7. Risiko Infeksi berhubungan dengan perubahan
integritas jaringan, paparan patogen.
1. Tanda-tanda Vital dalam batas normal
2. Nyeri terkontrol
3. Cairan/hidrasi terpenuhi
4. Status Fetal dalam batas normal
5. Tidak ada infeksi pada luka
6. Mobilisasi tertoleransi
7. Perawatan diri terpenuhi
1. Mengobservasi TTV (baseline )/4 jam
2. Memonitor DJJ dan Gerakan Janin
3. Menurunan Kecemasan/Takut
4. Melakukan Persiapan Operasi: Berdoa, Cek Obat,
Edukasi, Persiapan fisik : Mandi, ganti pakaian,
pelepasan perhiasan, persetujuan tindakan.
5. Melakukan perawatan pos partum Sectio Caesaria
6. Melakukan manajemen nyeri
7. Melakukan perawatan luka
8. Memfasilitasi/membantu latihan mobilisasi dini
9. Memberikan terapi relaksasi
10. Mengurani rasa mual
11. Membantu memenuhi perawatan diri
12. Memberikan terapi cairan parenteral (elektrolit,
glukosa, tranfusi) sesuai dengan program.
13. Memberikan obat-obatan (antibiotik, analgesia) sesuai
dengan program
14. Monitor kadar Hb, Ht.
15. Monitor fetus dengan doppler dan USG
Penjelasan mengenai perawatan diri post partum SC dan
Perawatan Luka
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
Sub Komite Mutu Keperawatan

126

1.
2.
3.
4.
9.

Kepustakaan
5.
6.

Nanda International. (2014). Nursing diagnosis,


definitions and classification 2015-2017. 10th Edition.
UK. Wiley Blackwell.
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., Cashion, M.C. (201).
Maternity Nursing. 8th Edition. Mosby Elsevier.
Ward, S., Hisleyamazon,S. (2015). Maternal-Child
Nursing Care Optimizing Outcomes for Mothers,
Children, & Families. 2nd Edition. Philadelphia. F.A.
Davis.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M
(2013). Nursing Interventions Classification (NIC).
6th Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E.
(2013). Nursing Outcome Classification (NOC). 5th
Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.

PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG))


1.

BRONKOPNEMONIA
Pengertian Asuhan Gizi pada Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien bronkopneumonia
Bronkopnemonia
yang sistematis, dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis

127

2.

Asesmen/Pengkajian:
Antropometri
Biokimia
Klinis/Fisik
Riwayat Makan

Riwayat Personal

3.

Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)

4.

Intervensi Gizi (Terapi Gizi)


a. Perencanaan

dalam membuat keputusan untuk menangani masalah gizi


sehingga aman, efektif dan berkualitas
Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien
berisiko malnutrisi dan atau kondisi khusus. Nutrisionis/
Dietisien asesmen gizi lebih lanjut.
Mengkaji data antropometri berat badan, tinggi badan, Lingkar
Lengan Atas, Lingkar Kepala (pada bayi).
Mengkaji data laboratorium terkait gizi seperti HB, Hematokrit,
Leukosit, Albumin, data laboratorium lain terkait gizi (bila ada)
Mengkaji adanya sesak nafas, anoreksia, demam, lemas,
berubah/adanya penurunan berat badan (kehilangan masa otot
atau lemak), gigi geligi, dll
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS (kualitatif dan
kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat
ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat
penggunaan suplemen makanan, status kesehatan mental, serta
status kognitif
Tidak cukupnya asupan per oral berkaitan dengan menurunnya
kemampuan mengkonsumsi makanan karena tidak napsu makan,
sesak ditandai dengan estimasi asupan energi dan protein dari
diet kurang dari kebutuhan, tidak berminat makan dan lemah (NI
2-1), Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi
pasien
Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi 80%
2. Mempertahankan status gizi optimal
Preskripsi Diet :
1. Kebutuhan Energi diperhitungkan berdasarkan berat badan
ideal sesuai Tinggi badan actual
2. Protein 10-15% dari energi total
3. Lemak 25-35% dari energi total
4. Karbohidrat 55-65% dari energi total
5. Cukup vitamin dan mineral
6. Makanan bervariasi
7. Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari makan
pagi, siang, malam dan 1-3 kali makanan selingan pagi,
siang, malam.
8. Jenis Diet makan saring/lunak/biasa/enteral/parenteral
9. Mudah dicerna porsi kecil sering

128

b.
c.
d.
e.

5.

6.

7.

8.

Implementasi Pemberian
Makanan
Edukasi
Konseling Gizi
Koordinasi dengan tenaga
kesehatan lain

10. Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan


kemampuan mengkonsumsi
11. Cukup cairan
12. Bentuk makanan dapat dikombinasi dengan cair atau sesuai
daya terima. bubur susu, bubur saring, biskuit susu,
makanan lunak maupun makan biasa. Jalur makanan.
(oral/enteral NGT/parenteral/kombinasi) sesuai kondisi
klinis dan kemampuan mengkonsumsi
Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
pasien dan penunggu pasien (care giver)

Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu


dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lain terkait
asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
a. Status Gizi berdasarkan antropometri
Monitoring dan Evaluasi
b. Hasil biokimia terkait gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan gizi, demam, tidak napsu makan,
mual
d. Asupan Makanan klien
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal
(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk melihat keberhasilan
Re Asesmen (Kontrol kembali)
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika pasien sudah
kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan untuk menilai
kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi gizi) 1 bulan
setelah pulang dari rumah sakit.
1. Asupan makan 80% dari kebutuhan
2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Berat
Indikator
(Target yang akan
Badan/Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut umur (TB/U),
Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB),
dicapai/Outcome)
Indek Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan
Atas menurut Umur (LLA/U)
Kepustakaan
1. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care

129

Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics


2013

PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)


DEMAM BERDARAH

130

1.

Pengertian

2.

Asesmen/Pengkajian :
Antropometri

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien demam berdarah


yang sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis
dalam membuat keputusan untuk menangani masalah gizi
sehingga aman, efektif dan berkualitas
Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien
berisiko malnutrisi dan atau kondisi khusus. Nutrisionis/
Dietisien mengkaji data berat badan, tinggi badan, Lingkar
Lengan Atas, Lingkar Kepala

Biokimia

Mengkaji data laboratorium seperti HB, HT, Trombosit,


Albumin, data laboratorium lain terkait gizi (bila ada)

Klinis/Fisik

Mengkaji adanya anoreksia, mual, muntah, sakit perut, diare,


konstipasi, suhu tubuh, perdarahan saluran cerna, urine output,
gigi geligi, dll

Riwayat Makan

Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk


makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif
dan kuantitatif)

Riwayat Personal

Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat


ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat
penggunaan suplemen makanan, status kesehatan mental serta
status kognitif
1.

3.

Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)

4.

Intervensi Gizi (Terapi Gizi)


a. Perencanaan

2.

Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan


makan, tidak napsu makan, mual, sakit perut ditandai
dengan asupan makanan 50% dari kebutuhan (NI-2.1)
Kekurangan asupan cairan per oral berkaitan dengan demam
muntah tidak dapat mencukupi kebutuhan ditandai dengan
asupan cairan 60% dari kebutuhan (NI-3.1), Diagnosis Gizi
lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien

Tujuan :
1. Mempertahankan status gizi optimal
2. Memberikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna
untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat, asupan makan
80%
3. Makanan diberikan bertahap
Preskripsi Diet :
1. Kebutuhan Energi diperhitungkan berdasarkan berat badan
ideal sesuai Tinggi badan aktual
2. Protein 10-15% dari energi total

131

3.
4.
5.
6.
7.
8.

b.
c.
d.
e.

5.

6.

Implementasi
Edukasi
Konseling Gizi
Koordinasi dengan tenaga
kesehatan lain

Monitoring dan Evaluasi

Re Asesmen (Kontrol Kembali)

Lemak 25-35% dari energi total


Karbohidrat 55-65% dari energi total
Cukup vitamin dan mineral
Cukup cairan dari makanan maupun minuman
Makanan bervariasi
Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari makan
pagi, siang, malam dan 2-3 kali makanan selingan pagi,
siang, malam.
9. Mudah dicerna porsi kecil sering
10. Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi
11. Jenis Diet makan cair (enteral), saring/lunak atau dapat
dikombinasi sesuai dengan daya terima. bubur susu, bubur
saring, biskuit susu, makanan lunak maupun makan biasa.
12. Jalur makanan. (oral/enteral per NGT/parenteral/kombinasi)
sesuai kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi
Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
pasien dan penunggu pasien (care giver)
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal
(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

132

7.

Indikator
(Target yang akan
dicapai/Outcome)

1.
2.

Asupan makan 80% dari kebutuhan


Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Berat Badan/
Umur (BB/U),Tinggi Badan menurut umur (TB/U), Berat
Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB), Indek Masa
Tubuh menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LLA/U)

1.

Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi


Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013

2.
8.

Kepustakaan
3.

133

PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)


DEMAM THYPOID
1.

Pengertian

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien thypoid


yangsistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas.

2.

Asesmen/Pengkajian
Antropometri

Melanjutkan hasil Skrining perawat. Melihat data berat badan,


tinggi badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar Kepala (pada bayi)

Melihat data HB, Hematokrit, Leukosit, Albumin, data


laboratorium lain terkait gizi (bila ada)
Asesmen/Pengkajian
Anoreksia, demam, mual, diare, perasaan tidak enak di perut,
Klinis/Fisik
lidah kotor
Asesmen/Pengkajian Riwayat
Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan termasuk jajan
Makan
diluar, bentuk makanan, rata2 asupan sebelum masuk RS, dll.
Asesmen/Pengkajian
Riwayat Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini dan
penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan,
Personal
status kesehatan mental serta status kognitif
Asupan makan kurang berkaitan dengan gangguan pola makan
tidak napsu makan ditandai dengan tidak dapat makan makanan
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
RS hanya dapat menghabiskan porsi makanan (NI - 2.1)
Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien.
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan
Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi
2. Mempertahankan status gizi optimal
3. Memberikan makanan dan minuman secukupnya agar tidak
memberatkan saluran cerna
b. Implementasi
Syarat Diet Lambung :
1. Mudah dicerna porsi kecil sering
2. Energi dan Protein cukup disesuaikan dengan kemampuan
pasien
3. Lemak rendah bertahap dinaikan, Rendah Serat
4. Cukup cairan
5. Bentuk makanan dapat dikombinasi dengan cair atau sesuai
daya terima. bubur susu, bubur saring, biskuit susu,
makanan lunak (oral/enteral/parenteral/kombinasi) sesuai
kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi
c. Edukasi
6. Tidak mengandung bumbu2 yang merangsang (cabe,
Asesmen/Pengkajian Biokimia

134

merica, cuka,dll)
d. Konseling Gizi
e.

Koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain

5.

Monitoring dan Evaluasi

6.

Re Asesmen (Kontrol kembali)

Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga


pasien dan penunggu pasien (Care Giver) mengenai diet
lambung
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
dengan dokter, perawat, apoteker dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi, demam, tidak napsu makan,
mual
d. Asupan Makanan
Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan
intervensi (terapi gizi) dan kepatuhan diet 1 bulan setelah pulang
dari rumah sakit
1.
2.

7.

Indikator/Outcome

1.
2.
8.

Kepustakaan
3.

Asupan makan 80% dari kebutuhan


Status Gizi berdasarkan antropometri Berat Badan/Umur
(BB/U), Tinggi Badan menurut umur (TB/U), Berat Badan
menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB), Indek Masa Tubuh
menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas menurut
Umur (LLA/U)
Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013

PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

135

DIABETES MELITUS
1.

Pengertian

Metoda pemecahan masalah gizi pada, pasienthypoid yang


sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas.

2.

Asesmen/Pengkajian
Antropometri

Melanjutkan hasil Skrining perawat.


Mengkaji data berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh.

Asesmen/Pengkajian Biokimia

Gula darah puasa, gula darah 2 jam setelah makan, HBA1c


apabila diperiksa, data laboratorium lain terkait gizi

Asesmen/Pengkajian
Klinis/Fisik

Ada nya tanda-tanda badan lemas, buang air kecil sering dan
banyak, terasa sering lapar dan banyak makan, sering haus dan
banyak minum, kesemutan

Asesmen/Pengkajian
Makan

Riwayat Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk


makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS, dll.

Asesmen/Pengkajian
Personal

Riwayat Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini dan
penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan,
status kesehatan mental serta status kognitif

3.

Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)


a. Perencanaan

Kelebihan asupan karbohidrat berkaitan dengan pola makan


dengan frekuensi sering dan banyak sumber karbohidrat dan
makanan manis ditandai asupan makanan 130% dari kebutuhan
Berubahnya nilai laboratorium berkaitan dengan fungsi endokrin
yang menurun ditandai dengan peningkatan kadar dula darah
puasa dan 2 jam setelah makan
Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan asupan zat gizi
2. Mempertahankan status gizi optimal
3. Membantu dan mempertahankan kadar gula darah mencapai
normal
4. Terjadi peningkatan pengetahuan dan kepatuhan diet

b. Implementasi
Syarat Diet Diabetes Melitus
1. Energi berdasarkan konsensus DM, Protein 10-20%, lemak
15-25% sisanya Karbohidrat 45-65%. Cukup minum/cairan
2. Bentuk makanan biasa/lunak atau dapat dikombinasi dengan
cair sesuai daya terima. Akses makanan oral/enteral

136

/parenteral/ kombinasi sesuai kondisi klinis dan kemampuan


mengkonsumsi
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
pasien dan penunggu pasien (Care Giver) mengenai diet
Diabetes baik jumlah, jadwal dan jenis makanan yang dianjurkan

c. Edukasi
d. Konseling Gizi
e.

Koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain

Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu


dengan dokter, perawat, apoteker, dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
a.
b.

5. Monitoring dan Evaluasi

c.
d.
6. Re Asesmen (Kontrol kembali)

7. Indikator/Outcome

Status Gizi berdasarkan antropometri


Hasil biokimia terkait gizi (gula darah puasa, 2 jam PP
normal)
Fisik Klinis terkait dengan Gizi, tidak terjadi hipoglikemia
Asupan Makanan tidak melebihi kebutuhan

Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan


intervensi (terapi gizi) dan kepatuhan diet 1 bulan setelah pulang
dari rumah sakit
1.
2.
3.
4.
5.

Asupan makan 80% dari kebutuhan


Status Gizi berdasarkan antropometri Berat badan, IMT 23
Tidak terjadi hipoglikemia
Gula darah terkontrol
Peningkatan Pengetahuan dan kepatuhan diet

1.

Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi


Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual

8. Kepustakaan
2.

PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

137

DIARE AKUT

1.

2.

Pengertian

Asesmen/Pengkajian Antropometri

Asesmen/Pengkajian Biokimia
Asesmen/Pengkajian Klinis/Fisik

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien diareakut


yang sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir
kritis dalam membuat keputusan untuk menangani
masalah gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas.
Melanjutkan hasil Skrining perawat. Melihat data berat
badan, tinggi badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar
Kepala
Melihat data HB, Hematokrit, Leukosit, elektrolit, hasil
analisis feses, Albumin, data laboratorium lain terkait
gizi (bila ada)
Anoreksia, mual, muntah, sakit perut, diare, konstipasi,
demam, malabsorbsi

Asesmen/Pengkajian Riwayat Makan

Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk


makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS

Asesmen/Pengkajian Riwayat Personal

Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat


ini dan penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen
makanan, status kesehatan mental serta status kognitif

3.

Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)

4.

Intervensi Gizi (Terapi Gizi)


a. Perencanaan

Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan


kesulitan makan (tidak napsu makan, mual, sakit perut)
ditandai dengan asupan makanan 50% dari kebutuhan
(NI-2.1)
Kekurangan asupan kalium berkaitan dengan muntah,
diare tidak dapat mencukupi kebutuhan kalium ditandai
dengan kalium 3 (NI-5.10.1)
Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memperberat
saluran cerna.
2. Mencegah dan mengurangi risiko dehidrasi
3. ASI tetap diberikan

b. Implementasi
Prinsip Diet :
1. Energi dan protein sesuai kebutuhan berat badan
ideal dan sesuai tinggi badan aktual
2. Protein 10-15% total energi, Lemak 25-30%, KH
50-60%

138

3.
4.
5.
6.

c. Edukasi
d. Konseling Gizi

e.

Koordinasi dengan tenaga kesehatan


lain

5.

Monitoring dan Evaluasi

6.

Re Asesmen (Kontrol kembali)

7.

Indikator/Outcome

8.

Kepustakaan

Cukup Vitamin dan mineral serta cairan


Bila Hipokalemia diberikan makanan tinggi kalium,
suplemen Zn diberikan minimal 14 hari
Diberikan dalam porsi kecil tapi sering 6 x makan
sehari
Bentuk makanan sesuai toleransi per oral makanan
lembek, lumat, bubur susu, buah,biskuit susu
(oral/enteral/parenteral/kombinasi) sesuai kondisi
klinis dan kemampuan mengkonsumsi

Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien,


keluarga pasien dan penunggu pasien (Care Giver)
mengenai asupan cairan dan elektrolit, bentuk
makananbaik jumlah, jadwal dan jenis makanan yang
dianjurkan diusahakan secepatnya kembali ke makanan
semula.
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan
lainyaitu dengan dokter, perawat, apoteker, dan tenaga
kesehatan lain terkait asuhan pasien
1. Status Gizi berdasarkan antropometri
2. Hasil biokimia terkait gizi. Kalium, leukosit, HB,
Albumin, feses
3. Fisik Klinis terkait dengan Gizi, demam, muntah,
tidak napsu makan
4. Asupan Makanan
Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan
intervensi (terapi gizi) dan kepatuhan diet 1 bulan
setelah pulang dari rumah sakit
1. Asupan makan 80% dari kebutuhan
2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Berat
Badan/Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut umur
(TB/U), Berat Badan menurut Panjang/Tinggi
Badan (BB/TB), Indek Masa Tubuh menurut Umur
(IMT/U), Lingkar Lengan Atas menurut Umur
(LLA/U)
3. Balance cairan dan elektrolit sesuai/normal
4. Tidak ada mual. Muntah, ada napsu makan
1. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014.
Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI). Persatuan Ahli Gizi

139

2.

Indonesia (PERSAGI)
Pocket Guide For International Dietetics &
Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual

PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)


GINJAL KRONIK PRA DIALISIS

140

1.

Pengertian

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien Diare Akut yang


sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas.

2.

Asesmen/Pengkajian
Antropometri

Melanjutkan hasil Skrining perawat.


Mengkaji data berat badan, tinggi badan, indek massa tubuh.

Asesmen/Pengkajian Biokimia
Asesmen/Pengkajian
Klinis/Fisik
Asesmen/Pengkajian Riwayat
Makan
Asesmen/Pengkajian Riwayat
Personal

3.

Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)

4.

Intervensi Gizi (Terapi Gizi)


a. Perencanaan

b. Implementasi

c. Edukasi
d. Konseling Gizi

e.

Koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain

Ureum, kreatinin darah, GFR, data laboratorium lain terkait gizi


Ada nya tanda-tanda badan lemas, mual, tidak napsu makan,
penumpukan cairan di tungkai
Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS
Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini dan
penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan,
status kesehatan mental serta status kognitif
Asupan energi kurang berkaitan dengan tidak napsu makan,
mual ditandai dengan asupan energi 50% dari kebutuhan
Berubahnya nilai laboratorium berkaitan dengan fungsi ginjal
yang menurun ditandai dengan peningkatan kadar ureum,
kreatinin, penurunan GFR, asupan protein berlebihan/lauk pauk
banyak (NC-2.2)
Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan asupan zat gizi
2. Mempertahankan status gizi optimal
3. Membantu dan mempertahankan sisa fungsi ginjal
4. Terjadi peningkatan pengetahuan dan kepatuhan diet
Syarat Diet Rendah protein
1. Energi 30-35 kalori/kgBBi/hari
2. Protein 0.6-0.8 gram/kgBB/hari, lemak 30% dari total kalori
3. Cairan : urine 24 jam + IWL
4. Bentuk makanan biasa/lunak atau dapat dikombinasi dengan
cair sesuai daya terima. Akses makanan oral/enteral/
parenteral/kombinasi sesuai kondisi klinis dan kemampuan
mengkonsumsi
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
pasien dan penunggu pasien (Care Giver) mengenai Diet Rendah
Protein, bentuk makanan baik jumlah, jadwal dan jenis makanan
yang dianjurkan
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu

141

dengan dokter, perawat, apoteker, dan tenaga kesehatan lain


terkait asuhan pasien
1. Status Gizi berdasarkan antropometri
2. Hasil biokimia terkait gizi
3. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
4. Asupan Makanan

5.

Monitoring dan Evaluasi

6.

Re Asesmen (Kontrol kembali)

7.

8.

Indikator/Outcome

Kepustakaan

Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan


intervensi (terapi gizi) dan kepatuhan diet 1 bulan setelah pulang
dari rumah sakit
1.
2.
3.
4.

Asupan makan 80% dari kebutuhan


Status Gizi berdasarkan antropometri Berat badan, IMT 20
Tidak terjadi uremia
Peningkatan Pengetahuan dan kepatuhan diet

1.
2.

Konsensus Nutrisi Ginjal


Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual

PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)


KEJANG DEMAM

142

1.

Pengertian

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien Kejang Demam


yang sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis
dalam membuat keputusan untuk menangani masalah gizi
sehingga aman, efektif dan berkualitas.

2.

Asesmen/Pengkajian
Antropometri

Melanjutkan hasil Skrining perawat. Melihat data berat badan,


tinggi badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar Kepala (pada bayi)

Asesmen/Pengkajian Biokimia

Melihat data HB, Hematokrit, Leukosit, Albumin, data


laboratorium lain terkait gizi (bila ada)

Asesmen/Pengkajian
Klinis/Fisik

Anoreksia, demam

Asesmen/Pengkajian Riwayat
Makan

Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk


makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS

Asesmen/Pengkajian Riwayat
Personal

Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini dan


penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan,
status kesehatan mental serta status kognitif

3.

Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)

4.

Intervensi Gizi (Terapi Gizi)


a. Perencanaan

Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan


makan tidak nafsu makan ditandai dengan asupan makanan 50%
dari kebutuhan, makan sedikit (NI-2.1)
Diagnosis gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien
Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi
2. Mempertahankan status gizi optimal
3. Memberikan makanan yang mudah dicerna untuk memenuhi
kebutuhan yang meningkat

b. Implementasi

c. Edukasi
d. Konseling Gizi
e.

Koordinasi dengan tenaga

Syarat Diet Diet Tinggi energi bertahap selama pemulihan


1. Cukup Vitamin dan mineral serta cairan
2. Diberikan dalam porsi kecil tapi sering 3x makanan lengkap
2-3 kali makanan selingan
3. Bentuk makanan dapat dikombinasi dengan cair atau sesuai
daya terima. per oral lembik, lumat, bubur susu, buah,
biskuit susu (oral/enteral/parenteral/kombinasi) sesuai
kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi
Pemulihan edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
pasien dan penunggu pasien (Care Giver) mengenai diet tinggi
kalori saat demam dan pemulihan selanjutnya sesuai kebutuhan,

143

bentuk makanan baik jumlah, jadwal dan jenis makanan yang


dianjurkan
kesehatan lain

Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu


dengan dokter, perawat, apoteker dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien.
a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi, demam, tidak napsu makan
d. Asupan Makanan

5.

Monitoring dan Evaluasi

6.

Re Asesmen (Kontrol kembali)

7.

8.

Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan


intervensi (terapi gizi) dan kepatuhan diet 1 bulan setelah pulang
dari rumah sakit
1.
2.

Asupan makan 80% dari kebutuhan


Status Gizi berdasarkan antropometri Berat Badan/Umur
(BB/U), Tinggi Badan menurut umur (TB/U), Berat Badan
menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB), Indek Masa Tubuh
menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas menurut
Umur (LLA/U)

1.

Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi


Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual
IDNT Reference Manual Fourth Edition 2013

Indikator/Outcome

Kepustakaan

2.
3.

PEDOMAN ASUHAN GIZI (PAG)


APPENDICITIS

144

1.

Pengertian

2.

Asesmen/Pengkajian:
Antropometri
Biokimia
Klinis/Fisik
Riwayat Makan

Riwayat Personal
3.

Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)

4.

Intervensi Gizi (Terapi Gizi)


a. Perencanaan

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien appendicitis yang


sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas
Melanjutkan hasil skrining perawat terkait risiko malnutrisi dan
atau kondisi khusus.
Data berat badan, tinggi badan, Indeks Masa Tubuh dan atau
lingkar lengan atas
Mengkaji data labolatorium terkait gizi seperti HB, Hematokrit,
Leukosit, dll (bila ada)
Mengkaji data nyeri perut, mual, anoreksia
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS (kualitatif dan
kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat
ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat
penggunaan suplemen makanan, status kesehatan mental, serta
status kognitif
Prediksi sub optimal asupan energi berkaitan rencana tindakan
bedah/operasi ditandai dengan asupan energi lebih rendah dari
kebutuhan (NI-1.4)
Tujuan :
Memberikan kebutuhan dasar
Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi
lain nya
Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan
Preskripsi Diet :
- Kebutuhan Energi 40-45 kkal/kgBB. Pada pasien dengan
status gizi baik sesuai dengan kebutuhan energi normal
ditambah faktor stres sebesar 15% dari Metabolisme Basal.
- Protein 1,5-2,0 g/kgBB (Bagi pasien dengan status gizi
kurang). Sedangkan dengan status gizi baik atau kegemukan
diberikan protein normal 0,8-1 g/kgBB. (pra bedah).
- Selama pemulihan kondisi diberikan tinggi energi protein
Lemak 15-25% dari energi total
Karbohidrat cukup, sisa dari protein dan kemak untuk
menghindari hipermetabolisme
Cukup vitamin dan mineral
Diberikan bertahap disesuaikan dengan kemampuan pasien
untuk menerimanya

145

b. Implementasi Pemberian
Makanan
c. Edukasi
d. Konseling Gizi
e. Koordinasi dengan tenaga
kesehatan lain

5.

6.

7.
8.

Jenis Diet diberikan bertahap sesuai kemampuan dan kondisi


pasien dimulai dari Diet Makanan Cair Jernih 30 ml/jam bisa
kombinasi dengan Makanan Parenteral, Diet Makanan Cair
Kental, Lunak
Mudah dicerna porsi kecil sering
Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi
Cukup cairan
Bentuk makanan mulai cair atau sesuai daya terima. bubur susu,
bubur saring, biskuit susu, makanan lunak, makanan biasa. Jalur
makanan. (oral/enteral) sesuai kondisi klinis dan kemampuan
mengkonsumsi
Pelaksanaan pemberian makan sesuai dengan preskripsi diet
dengan bentuk cair/saring/lunak/biasa

Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga


dan penunggu pasien (care giver)
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
Monitoring dan Evaluasi
1. Status Gizi berdasarkan antropometri
2. Hasil biokimia terkait gizi
3. Fisik Klinis terkait gizi, demam, tidak nafsu makan, mual
4. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien setelah kunjungan awal jika
Re Asesmen (Kontrol kembali)
diperlukan. Jika ada masalah gizi dianjurkan kontrol kembali/re
asesmen di rawat jalan.
1. Asupan makan 80% dari kebutuhan
Indikator
(Target yang akan 2. Status Gizi Optimal
3. Tidak ada mual, anoreksia
dicapai/Outcome)
4. Peningkatan Pengetahuan Gizi seimbang
Kepustakaan
1. Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi Dietisien
Indonesia (AsDI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics

146

2013

PEDOMAN ASUHAN GIZI (PAG)


STROKE

147

1.

2.

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien stroke yang


Pengertian Asuhan Gizi pada sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
Stroke
membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas
Melanjutkan hasil skrining perawat terkait risiko malnutrisi dan
Asesmen/Pengkajian:
atau kondisi khusus. Stroke termasuk kondisi khusus sehingga
memerlukan asesmen gizi.
Antropometri
Biokimia

Data berat badan, tinggi badan dan atau lingkar lengan atas
Mengkaji data labolatorium terkait gizi seperti HB, Hematokrit,
Leukosit, Albumin (bila ada)

Klinis/Fisik

Mengkaji data nyeri saat menelan, kesulitan menelan, air liur


menetes, makanan lengket dalam mulut/kerongkongan, tensi
darah status hidrasi, masa otot dan lemak, ada tidak nya edema.

Riwayat Makan

Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk


makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS (kualitatif dan
kuantitatif)

Riwayat Personal

Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat


ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat
penggunaan suplemen makanan, status kesehatan mental, serta
status kognitif

3.

Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)

4.

Intervensi Gizi (Terapi Gizi)


a. Perencanaan

Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan menurunnya


konsumsi zat gizi karena kesulitan menelan ditandai dengan
asupan makanan 50% dari kebutuhan (NI-2.1)
Kesulitan Menelan berkaitan dengan stroke ditandai dengan
estimasi menurunnya asupan makan (NC-1.1)
Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi 80%
2. Mempertahankan status gizi optimal
Preskripsi Diet :
Kebutuhan Energi 25-45 kkal/kgBB. Pada fase akut energi
diberikan 1100-1500 kkal/hari
Protein 0.8-1 g/kgBB. Apabila pasien dengan status gizi kurang,
diberikan 1.2-1.5 g/kgBB.
Lemak 20-25% dari energi total
Karbohidrat 60-70% dari energi total
Kholesterol <300 mg
Serat 15-25 gram

148

b.

Implementasi Pemberian
Makanan
c. Edukasi
d. Konseling Gizi

e.

5.

Koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain

Monitoring dan Evaluasi

Natrium 1500 mg -2300 mg


Cukup vitamin dan mineral
Jenis Diet makan cair/enteral,saring,lunak,biasa, bertahap sesuai
tes fungsi menelan. Mudah dicerna porsi kecil sering
Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi per oral
Cukup cairan
Bentuk makanan dapat dikombinasi cair/enteral atau bubur susu,
bubur saring, makanan lunak maupun makan biasa, bertahap.
Jalur makanan. (oral/enteral per NGT/parenteral atau kombinasi)
sesuai kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi.
Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien dan
keluarga serta penunggu pasien (care giver) mengenai diet post
stroke untuk pemulihan sesuai dengan kemampuan menelan,
kebutuhan, bentuk makanan baik jumlah, jadwal dan jenis
makanan yang dianjurkan
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
1. Status Gizi berdasarkan antropometri
2. Hasil biokimia terkait gizi
3. Fisik Klinis terkait dengan gizi yaitu ada tidaknya residu,
malabsorbsi/diare, dll
4. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal
(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk melihat keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika pasien sudah
kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan untuk menilai
kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi gizi) 2-4
minggu setelah pulang dari rumah sakit.

6.

Re Asesmen (Kontrol kembali)

7.

1.
Indikator
(Target yang akan 2.
3.
dicapai/Outcome)

Asupan makan 80% dari kebutuhan


Bentuk makanan biasa
Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Indek Masa
Tubuh (IMT) atau lingkar lengan atas, biokimia albumin,
fisik/klinis dan asupan makan

149

1.
2.
3.
8.

Kepustakaan

4.

5.
6.

Komplikasi Pada Stroke, FKUI 2015


Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi Dietisien
Indonesia (AsDI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI)
Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual
International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013
Guidelines Clinical Nutrition in patients with stroke.
German society for Clinical Nutrition, German Medical
Societies 2013
Stroke Nutrition Therapy, American Dietetic Association

PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)


PLACENTA PREVIA TOTALIS PADA KEHAMILAN ATERM
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien setelah melahirkan
dengan tindakan medis seksio sesarea yang sistematis dimana
1. Pengertian
Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam membuat keputusan
untuk menangani masalah gizi pasien sehingga aman, efektif dan
berkualitas
Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien
2. Asesmen/Pengkajian :
berisiko malnutrisi dan atau kondisi khusus. Nutrisionis/
Antropometri
Dietisien mengkaji data berat badan, tinggi badan, Indek Masa
Tubuh

150

Biokimia
Klinis/Fisik
Riwayat Makan

Riwayat Personal

3.

Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)

4.

Intervensi Gizi (Terapi Gizi)


a. Perencanaan

b. Implementasi

Mengkaji data labolatorium seperti HB, HT, Albumin, dll (bila


ada),
Mengkaji adanya anoreksia, mual, sakit perut, konstipasi, suhu
tubuh, perdarahan, gigi geligi, dll
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif
dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat kehamilan
dan melahirkan saat ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit
keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan, status
kesehatan mental serta status kognitif
Prediksi suboptimal asupan energi berkaitan dengan rencana
bedah (operasi seksio sesarea) ditandai dengan asupan lebih
rendah dari kebutuhan (NI-1.4)
Meningkatnya kebutuhan energi dan protein berkaitan dengan
miningkatnya kebutuhan zat gizi ditandai dengan telah
melahirkan (ibu menyusui), tindakan operasi seksio sesarea,
estimasi asupan lebih rendah dari kebutuhan (NI-5.1)
Tujuan :
Mempertahankan status gizi optimal
Membantu memperbaiki kehilangan glikogen, zat besi, dan
mempercepat penyembuhan luka operasi
Pemenuhan kebutuhan zat gizi dengan memberikan makanan
adekuat. Kebutuhan meningkat karena menyusui, asupan makan
80%
Preskripsi Diet :
Kebutuhan Energi diperhitungkan berdasarkan berat badan,
tinggi badan dan umur ibu menyusui. Penambahan zat gizi dari
kebutuhan normal Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah sebagai
berikut :
Energi ditambah 300-400 kalori
Protein ditambah 20 gram
Lemak ditambah 11-13 gram
Karbohidrat ditambah 45-55 gram
Serat ditambah 5-6 gram
Air ditambah 650 ml
Cukup vitamin dan mineral
Makanan bervariasi, bentuk amakanan biasa atau disesuaikan
dengan kondisi pasien

151

Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari makan pagi,


siang, malam dan 2-3 kali makanan selingan pagi, siang, malam.

c. Edukasi
d. Konseling Gizi
e.

5.

6.

7.

8.

Jenis Diet Tinggi Energi Tinggi Protein.


Jalur makanan per oral dapat dikombinasi dengan enteral atau
sesuai dengan kondisi klinis pasien
Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien dan
keluarga mengenai makanan ibu menyusui

Koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain

Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan yaitu dengan


dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain terkait
asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
Monitoring dan Evaluasi
e. Status Gizi berdasarkan antropometri
f. Hasil biokimia terkait dengan gizi
g. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
h. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal
(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
Re Asesmen (Kontrol kembali)
keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai keberhasilan intervensi (terapi gizi) 1 bulan
setelah pulang dari rumah sakit
Indikator
(Target yang akan 3. Asupan makan 80% dari kebutuhan, tepat diet dan waktu
4. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri IMT
dicapai/Outcome)
5. ASI mencukupi (ASI Eksklusif)
4. Penuntun Diet, Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia 2008
5. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
Kepustakaan
6. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013
7. Tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG), Kemenkes 2013

152

PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)


PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
PADA ACUTE MYOCARDIAL INFARCTION (AMI)
1. Pengertian ( Definisi)

2. Identifikasi DRP (Drug Related


Problem)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.

3. Monitoring & Evaluasi

2.

3.

4. Intervensi Farmasi

5. Edukasi & Informasi

1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.

Potensi stroke setelah pemberian Agen Trombolisis


Pemilihan agen antihipertensi
Pemakaian dan pemilihan antihipertensi
Komplikasi pada terapi jangka panjang
Potensi interaksi obat
Dosis obat
Kegagalan terapi obat
Potensi Efek samping obat
Efektifitas terapi :
a. Nitrat : nyeri dada
b. B-Blocker : TD, nadi, nyeri dada
c. Trombolitik: CK-MB dan Troponin
d. Heparin : APTT
Efek Samping Obat :
a. Trombolitik : pendarahan
b. Heparin : pendarahan
c. Statin : nyeri otot
Interaksi obat :
a. Antiplatelet-antikoagulan, antiplatelet-trombolitik : risiko
pendarahan
b. Nitrat + B-Blocker : TD
c. B-Blocker morfin : nadi
Rekomendasi pemilihan dan cara pemberian antihipertensi
Rekomendasi pemakaian dan pemilihan antikoagulan
Pemantauan terapi obat
Monitoring efek samping obat
Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi obat
Efek terapi obat
Cara pakai obat khusus nitrat
Kepatuhan minum obat
Modifikasi gaya hidup

6. Penelaah Kritis

Apoteker Klinik

7. Indikator

Gula darah terkontrol (GDP : 90-120mg/dl)

153

1.

2.
8. Kepustakaan

3.
4.

5.

Antmant EM, ACC/AHA guidelines for the management of


patient
with ST-elevation myocardial
infarction.
Circulation.2004
American Heart Association : www.aha.org.us
Widyati, Dr. M.Clin.Pharm, Apt Praktek Farmasi Klinik
Fokus Pada Pharmaceutical Care, Brilian Internasional.
2014
Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No.58. Kemenkes
RI.2015
Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015

154

PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)


PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
PADA DIABETES MELITUS
1. Pengertian ( Definisi)

2. Identifikasi DRP (Drug Related


Problem)

3. Monitoring & Evaluasi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pemilihan Preparat Insulin


Pemilihan Obat Anti Diabetes (OAD)
Potensi interaksi obat OAD
Dosis obat
Kegagalan terapi obat
Potensi Efek samping obat hipoglikemi
Drug-Induced Hipoglikemi atau Hiperglikemi

1.

Tanda dan gejala dari hiperglikemi, hipoglikemi,


komplikasi dan resiko kardiovaskuler
Kadar gula puasa (GDP) : 90-120 mg/dl
2hPP, bedtime glucose (110-150mg/dl) pasien
rawat inap
HbA1c
Urine protein, urine ketone , urine glucose
Rekomendasi pemilihan Preparat Insulin
Rekomendasi pemilihan Obat Anti Diabetes
(OAD)
Pemantauan terapi obat
Monitoring efek samping obat
Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat

2.
3.
4.
5.
1.
2.

4. Intervensi Farmasi

3.
4.
5.

5. Edukasi & Informasi

Kepatuhan menggunakan insulin dan OAD

6. Penelaah Kritis

Apoteker Klinik

7. Indikator

Gula darah terkontrol (GDP : 90-120mg/dl)


1.

8. Kepustakaan

2.
3.

Widyati, Dr. M.Clin. Pharm, Apt Praktek Farmasi


Klinik Fokus Pada Pharmaceutical Care, Brilian
Internasional. 2014
Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No.58.
Kemenkes RI.2015
Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015

155

156

PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)


PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
PADA PENYAKIT GINJAL AKUT
1. Pengertian ( Definisi)
2.

3.

4.

5.

1. Pemilihan obat
2. Over/low dose
Identifikasi DRP (Drug
3. Potensi Efek samping obat
Related Problem)
4. Potensi interaksi obat
5. Drug-induced penurunan fungsi ginjal
1. Laboratorium:
a. Cr, BUN, elektrolit, asam-basa, albumin
b. Hematologi: Hb, platelet, hematokrit, koagulasi, white cell
count
2.
Kondisi
Klinis :
Monitoring & Evaluasi
a. Kondisi umum baik
b. Volume urin
c. BP, BB, kulit
3. Terapi obat :
Dosis, efek, efek samping , nefrotoksisitas
1. Estimasi fungsi ginjal menggunakan formula :
- Cockroft-Gault
- MDRD
- Pengukuran CrCl melalui urin tampung 24 jam
2. Pemilihan obat dengan memperhatikan metabolisme, metode
Intervensi Farmasi
ekskresi, plasma protein binding, farmakodinamik
3. Penyesuaian dosis khususnya obat yang dimetabolis/
ekskresikan di ginjal
4. Pemantauan terapi obat
5. Monitoring efek samping obat dan toksisitas
Edukasi & Informasi
Efek samping obat

6. Penelaah Kritis

Apoteker Klinik

7. Indikator
8. Kepustakaan

Kondisi umum pasien baik


1. The National Kidney Foundation : www.kidney.org.us.
2. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek Farmasi Klinik
Fokus Pada Pharmaceutical Care, Brilian Internasional.
2014rmasi
3. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No.58. Kemenkes
RI.2015

157

4.

Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015

158

PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)


PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
PADA HIPERTENSI
1. Pengertian ( Definisi)

2.

Identifikasi
Problem)

DRP

(Drug

3. Monitoring & Evaluasi

4. Intervensi Farmasi

5. Edukasi & Informasi

6. Penelaah Kritis
7. Indikator

8. Kepustakaan

Related

1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.

Pemilihan Anti hipertensi


Potensi interaksi obat anti hipertensi
Dosis obat
Kegagalan terapi obat
Potensi Efek samping obat anti hipertensi
Drug-Induced Hipertensi
Tekanan darah
Kadar kalium plasma
Kreatinin plasma
Efek samping anti hipertensi
Rekomendasi pemilihan anti hipertensi
Pemantauan terapi obat
Monitoring efek samping obat
Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat
1. Kepatuhan minum anti hipertensi
2. Modifikasi gaya hidup
3. Kurangi asupan sodium
4. Kemungkinan interaksi dengan obat lain,
khususnya OTC
5. ESO
Apoteker Klinik
Tekanan darah terkontrol
1. American Medical Assosiation, JNC 8. 2013
2. Widyati, Dr. M.Clin. Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
Care, Brilian Internasional. 2014
3. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No.58.
Kemenkes RI.2015
4. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015

159

PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)


PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
TRAUMA ABDOMEN
1. Pengertian ( Definisi)
1.

Mengumpulkan data dan informasi spesifik


terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
3. Menentukan
kebutuhan
dan
tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Obat-obat yang harus dihentikan sebelum
operasi (Aspirin, anti platelet, antikoagulan,
NSAID, ACEI, ARB)
2. Pemilihan antibiotik profilaksis yang kurang
tepat
3. Kegagalan terapi infeksi luka operasi (ILO)
4. Pemilihan anti emetic, analgesik
5. Potensi interaksi obat
6. Dosis obat
7. Potensi Efek samping obat
1. Rekomendasi obat-obat yang dihentikan
sebelum operasi
2. Rekomendasi pemilihan antibiotik profilaksis
3. Pemantauan terapi obat
4. Monitoring efek samping obat
5. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat
Monitoring Post Operasi :
1. TTV : Temperatur, nadi, BP untuk menilai
efektif ILO
2. KK : inflamasi pada daerah insisi, nyeri, mual
3. Lab : leukosit
1. Hentikan pemakaian obat anti koagulan, anti
platelet, aspirin, minimal 7 hari sebelum operasi
2. Hentikan pemakaian obat ACE inhibitor dan
ARB 24 jam sebelum operasi

2. Asesmen Kefarmasian

3. Identifikasi DRP (Drug Related


Problem)

4. Intervensi Farmasi

5. Monitoring & Evaluasi

6. Edukasi & Informasi

7. Penelaah Kritis

Apoteker Klinik

8. Indikator

1.

160

Efektifitas terapi ILO

2. Nyeri teratasi
3. Mual muntah teratasi
1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
Care, Brilian Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58.
Kemenkes RI.2015
3. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015

9. Kepustakaan

161

PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)


1.

PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)


APPENDISITIS

1. Pengertian ( Definisi)

2. Asesmen Kefarmasian

3. Identifikasi
Problem)

DRP

(Drug

4. Intervensi Farmasi

5. Monitoring & Evaluasi

6. Edukasi & Informasi

1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik


terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
3. Menentukan
kebutuhan
dan
tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Obat-obat yang harus dihentikan sebelum
operasi (Aspirin, anti platelet, antikoagulan,
NSAID, ACEI, ARB)
2. Pemilihan antibiotik profilaksis yang kurang
Related
tepat
3. Kegagalan terapi infeksi luka operasi (ILO)
4. Pemilihan anti emetic, analgesik
5. Potensi interaksi obat
6. Dosis obat
7. Potensi Efek samping obat
1. Rekomendasi obat-obat yang dihentikan
sebelum operasi
2. Rekomendasi pemilihan antibiotik profilaksis
3. Pemantauan terapi obat
4. Monitoring efek samping obat
5. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat
Monitoring Post Operasi :
1.
TTV : Temperatur, nadi, BP untuk menilai
efektif ILO
2.
KK : inflamasi pada daerah insisi, nyeri, mual
3.
Lab : leukosit
1. Hentikan pemakaian obat anti koagulan, anti
platelet, aspirin, minimal 7 hari sebelum
operasi
2. Hentikan pemakaian obat ACE inhibitor dan
ARB 24 jam sebelum operasi

7. Penelaah Kritis

Apoteker Klinik

162

1. Efektifitas terapi ILO


2. Nyeri teratasi
3. Mual muntah teratasi
1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
Care, Brilian Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58.
Kemenkes RI.2015
3. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015

8. Indikator

9. Kepustakaan

163

PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)


PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
DIARE
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
1. Pengertian ( Definisi)
dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali
atau lebih) dalam sehari.
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik
terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
2. Asesmen Kefarmasian
3. Menentukan
kebutuhan
dan
tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Pemilihan cairan elektrolit
2. Dosis dan lama pemberian zink
3. Identifikasi DRP (Drug Related
3. Cara pemberian elektrolit dan zink
Problem)
4. Dosis obat
5. Kegagalan terapi obat
6. Efek samping obat
1. Rekomendasi pemilihan cairan elektrolit
2. Pemantauan terapi cairan dan obat
3. Monitoring efek samping obat
4. Intervensi Farmasi
4. Memberikan rekomendasi alternatif terapi jika
ada interaksi obat
1. TTV
5. Monitoring dan Evaluasi
2. Tanda-tanda dehidrasi
3. Elektrolit darah
1. Cara dan durasi pemberian zink
6. Edukasi dan Informasi
2. Cara pemberian oralit
7. Penelaah Kritis

Apoteker Klinik
1.
2.
3.
1.

8. Indikator
9. Kepustakaan

2.

164

Frekuensi diare turun


TTV : Normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
Care, Brilian Internasional. 2014
Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58.
Kemenkes RI. 2015

3.

4.
5.

165

Pusponegoro dkk Neurologi IDAI, Konsesus


Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan
Penerbit IDAI
Kemenkes, Pedoman Pelayanan Kefarmasian
untuk Pasien Pediatri. Kemenkes RI. 2011
American Society of Hospital Pharmacist.
ASHP Guidelines on a Standardized Method for
Pharmaceutical Care. 1996

PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)


PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
HEMORRHOID
1. Pengertian ( Definisi)

2. Asesmen Kefarmasian

3. Identifikasi
Problem)

DRP

(Drug

4. Intervensi Farmasi

5. Monitoring & Evaluasi

6.

Edukasi & Informasi

Related

1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik


terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
3. Menentukan
kebutuhan
dan
tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Obat-obat yang harus dihentikan sebelum
operasi (Aspirin, anti platelet, antikoagulan,
NSAID, ACEI, ARB)
2. Pemilihan antibiotik profilaksis yang kurang
tepat
3. Kegagalan terapi infeksi luka operasi (ILO)
4. Pemilihan anti emetic, analgesik
5. Potensi interaksi obat
6. Dosis obat
7. Potensi Efek samping obat
1. Rekomendasi obat-obat yang dihentikan
sebelum operasi
2. Rekomendasi pemilihan antibiotik profilaksis
3. Pemantauan terapi obat
4. Monitoring efek samping obat
5. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat
Monitoring Post Operasi :
1. TTV : Temperatur, nadi, BP untuk menilai
efektif ILO
2. KK : inflamasi pada daerah insisi, nyeri, mual
3. Lab : leukosit
1. Hentikan pemakaian obat anti koagulan, anti
platelet, aspirin, minimal 7 hari sebelum
operasi
2. Hentikan pemakaian obat ACE inhibitor dan
ARB 24 jam sebelum operasi

166

7. Penelaah Kritis
8. Indikator

9. Kepustakaan

Apoteker Klinik
1. Efektifitas terapi ILO
2. Nyeri teratasi
3. Mual muntah teratasi
1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
Care, Brilian Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58.
Kemenkes RI. 2015
3. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015

167

PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)


PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
KEJANG DEMAM
Kejang demam adalah kejang yang berhubungan
dengan demam (suhu di atas 38,4 C per rental)
tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau
1. Pengertian ( Definisi)
gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak berusia
di atas 1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa
demam sebelumnya.
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik
terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
2. Asesmen Kefarmasian
3. Menentukan
kebutuhan
dan
tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Pemilihan Anti konvulsan
2. Pemilihan Anti Piretik
3. Cara pemberian obat
4. Dosis obat
3. Identifikasi DRP (Drug Related
5. Kegagalan terapi obat
Problem)
6. Potensi Interaksi obat antar Anti konvulsan dan
obat lain
7. Potensi Efek samping obat
1. Rekomendasi pemilihan Anti konvulsan
2. Rekomendasi pemilihan Anti piretik
3. Pemantauan terapi obat (obat indeks terapi
4. Intervensi Farmasi
sempit c: fenitoin)
4. Monitoring efek samping obat
5. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat
Adverse Drug Reaction (ADR) :
KK : tanda2 toksik, rash, urtikaria, eye
5. Monitoring dan Evaluasi
vision (vigabatrin)
- TTV : temperature (drug induced fever), BB
- Lab : darah, SGPT/SGOT, Bil, GGT
6. Edukasi dan Informasi
1. Pemberian anti konvulsan
2. Efek samping potensial termasuk kantuk dan
hepatotoksik
3. Interaksi obat potensial dengan obat lain

168

Kepatuhan minum obat


Cara menggunakan obat yang benar
Cara menyimpan obat yang benar

4.
5.
7. Penelaah Kritis
8. Indikator

Apoteker Klinik
1.
2.
3.
1.

2.

Panas Turun
Lama rawat : 2 hari
Tidak ada kejang
Widyati, Dr. M.Clin.Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
Care, Brilian Internasional. 2014
Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No.58.
Kemenkes RI.2015
Pusponegoro dkk Neurologi IDAI, Konsesus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan
Penerbit IDAI
Kemenkes, Pedoman Pelayanan Kefarmasian
untuk Pasien Pediatri. Kemenkes RI. 2011
American Society of Hospital Pharmacist.
ASHP Guidelines on a Standardized Method for
Pharmaceutical Care. 1996

3.
9. Kepustakaan
4.
5.

169

PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)


PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
ILEUS OBSTRUKTIF
1. Pengertian ( Definisi)

2. Asesmen Kefarmasian

3. Identifikasi
Problem)

DRP

(Drug

4. Intervensi Farmasi

5. Monitoring & Evaluasi

6. Edukasi & Informasi

1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik


terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
3. Menentukan
kebutuhan
dan
tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Obat-obat yang harus dihentikan sebelum
operasi (Aspirin, anti platelet, antikoagulan,
NSAID, ACEI, ARB)
2. Pemilihan antibiotik profilaksis yang kurang
Related
tepat
3. Kegagalan terapi infeksi luka operasi (ILO)
4. Pemilihan anti emetic, analgesik
5. Potensi interaksi obat
6. Dosis obat
7. Potensi Efek samping obat
1. Rekomendasi obat-obat yang dihentikan
sebelum operasi
2. Rekomendasi pemilihan antibiotik profilaksis
3. Pemantauan terapi obat
4. Monitoring efek samping obat
5. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat
1. Monitoring Post Operasi :
2. TTV : Temperatur, nadi, BP untuk menilai
efektif ILO
3. KK : inflamasi pada daerah insisi, nyeri, mual
4. Lab : leukosit
1. Hentikan pemakaian obat anti koagulan, anti
platelet, aspirin, minimal 7 hari sebelum operasi
2. Hentikan pemakaian obat ACE inhibitor dan
ARB 24 jam sebelum operasi

7. Penelaah Kritis

Apoteker Klinik

8. Indikator

1.

170

Efektifitas terapi ILO

2. Nyeri teratasi
3. Mual muntah teratasi
1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
Care, Brilian Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58.
Kemenkes RI.2015
3. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015

9. Kepustakaan

171

PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)


PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
HERNIA INGUINALIS
1. Pengertian ( Definisi)
1.

Mengumpulkan data dan informasi spesifik


terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
3. Menentukan
kebutuhan
dan
tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Obat-obat yang harus dihentikan sebelum
operasi (Aspirin, anti platelet, antikoagulan,
NSAID, ACEI, ARB)
2. Pemilihan antibiotik profilaksis yang kurang
tepat
3. Kegagalan terapi infeksi luka operasi (ILO)
4. Pemilihan anti emetic, analgesik
5. Potensi interaksi obat
6. Dosis obat
7. Potensi Efek samping obat
1. Rekomendasi obat-obat yang dihentikan
sebelum operasi
2. Rekomendasi pemilihan antibiotik profilaksis
3. Pemantauan terapi obat
4. Monitoring efek samping obat
5. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat
Monitoring Post Operasi :
1. TTV : Temperatur, nadi, BP untuk menilai
efektif ILO
2. KK : inflamasi pada daerah insisi, nyeri, mual
3. Lab : leukosit
1. Hentikan pemakaian obat anti koagulan, anti
platelet, aspirin, minimal 7 hari sebelum operasi
2. Hentikan pemakaian obat ACE inhibitor dan
ARB 24 jam sebelum operasi

2. Asesmen Kefarmasian

3. Identifikasi DRP (Drug Related


Problem)

4. Intervensi Farmasi

5. Monitoring & Evaluasi

6. Edukasi & Informasi

7. Penelaah Kritis

Apoteker Klinik

8. Indikator

1.

172

Efektifitas terapi ILO

2. Nyeri teratasi
3. Mual muntah teratasi
1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
Care, Brilian Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No.58.
Kemenkes RI.2015
3. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015

9. Kepustakaan

173

PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)


PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
DEMAM TIFOID
Demam Tifoid adalah demam 7 hari atau lebih
dengan minimal satu dari gejala/tanda terkait tifoid
(diare, mual/muntah, nyeri perut, anoreksia,
konstipasi,
perut
kembung,
lidah
kotor,
1. Pengertian ( Definisi)
hepatomegali atau splenomegali) dan lboratorium
berupa tes tubex 4 atau titer widal Salmonella
typhi O 1/320, tanpa disertai dengan kesadaran
menurun, kejang, perdarahan usus berupa melena
atau perforasi usus, syok atau koma.
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik
terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
2. Asesmen Kefarmasian
3. Menentukan
kebutuhan
dan
tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Pemilihan antibiotik empiris dan definitif
2. Dosis dan lama pemberian antibiotik
3. Identifikasi DRP (Drug Related
3. Cara pemberian antibiotik
Problem)
4. Kegagalan terapi obat
5. Efek samping obat
6. Interaksi Obat
1. Rekomendasi pemilihan antibiotik
2. Pemantauan terapi antibiotik
3. Monitoring efek samping obat
4. Intervensi Farmasi
4. Memberikan rekomendasi alternatif terapi jika
ada interaksi obat
5. Monitoring dan Evaluasi
Suhu
6. Edukasi dan Informasi

1.

7. Penelaah Kritis

Cara dan durasi pemberian antibiotik

Apoteker Klinik
- Suhu turun
- TTV : Normal
1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek Farmasi
Klinik Fokus Pada Pharmaceutical Care, Brilian
Internasional. 2014

8. Indikator
9. Kepustakaan

174

2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58.


Kemenkes RI. 2015
3. Pusponegoro dkk Neurologi IDAI, Konsesus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit
IDAI
4. Kemenkes, Pedoman Pelayanan Kefarmasian
untuk Pasien Pediatri. Kemenkes RI. 2011
5. American Society of Hospital Pharmacist. ASHP
Guidelines on a Standardized Method for
Pharmaceutical Care. 1996
6. WHO. Background document : The diagnosis,
treatment and prevention of typhoid fever. 2007

175

PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)


PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Demam Berdarah Dengue adalah demam
disebabkan infeksi virus dengue yang disertai
perembesan plasma yang ditandai demam mendadak
1. Pengertian ( Definisi)
2-7 hari, keluhan anoreksia, mual muntah, sakit
kepala, nyeri epigastrik. Pendarahan dibuktikan
dengan uji tourniquet (+).
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik
terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
2. Asesmen Kefarmasian
3. Menentukan
kebutuhan
dan
tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Pemilihan cairan plasma, elektrolit oral atau
infus
2. Pemilihan antipiretik
3. Dosis dan lama pemberian antipiretik, cairan
3. Identifikasi DRP (Drug Related
plasma dan elektrolit
Problem)
4. Cara pemberian antipiretik, cairan plasma dan
elektrolit
5. Kegagalan terapi obat
6. Efek samping obat
1. Rekomendasi pemilihan antipiretik dan cairan
elektrolit
2. Pemantauan terapi cairan dan antipiretik
4. Intervensi Farmasi
3. Monitoring efek samping obat
4. Memberikan rekomendasi alternatif terapi jika
ada interaksi obat
1. Suhu
2. Tanda-tanda perembesan plasma
5. Monitoring dan Evaluasi
3. Trombosit
4. Hematokrit
1. Cara dan durasi pemberian antipiretik
6. Edukasi dan Informasi
2. Cara pemberian cairan elektrolit oral
7. Penelaah Kritis

Apoteker Klinik

8. Indikator

1.

176

Demam turun

2. Hematokrit dan trombosit normal


1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek Farmasi
Klinik Fokus Pada Pharmaceutical Care, Brilian
Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58.
Kemenkes RI. 2015
3. Pusponegoro dkk Neurologi IDAI, Konsesus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit
IDAI
4. Kemenkes, Pedoman Pelayanan Kefarmasian
untuk Pasien Pediatri. Kemenkes RI. 2011
5. American Society of Hospital Pharmacist. ASHP
Guidelines on a Standardized Method for
Pharmaceutical Care. 1996
6. WHO, Dengue Guideline For Diagnosis,
Treatment, Prevention and Control. 2009

9. Kepustakaan

177

CLINICAL PATHWAY
DIARE AKUT RINGAN - SEDANG
Rumah Sakit Kelas B & C
No. RM
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Diagnosa Masuk RS
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Tindakan

:
:
:
:
:
:
:
:

.
.
.
.
.
.
.
.
Dietary Counseling and
Surveillance

BB
TB
Tgl.Masuk
Tgl.Keluar
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

:
:

:
:
:
:

.
.
.
.

Kode ICD

Z71.3

1
KEGIATAN

Kg
cm
:
.
:
.
Lama Rawat
Rencana Rawat
R. Rawat/ kelas
Rujukan

HARI PENYAKIT
3
4
5

HARI RAWAT
3
4
5

Jam
Jam

:
:
:

..
..
.Hari

:
:

./.
Ya / Tidak

URAIAN KEGIATAN

KETERANGAN
1

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL MEDIS

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

Dokter IGD

Pasien masuk melalui IGD

Dokter Spesialis

Pasien masuk melalui RJ

Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining gizi, nyeri, status fungsional:
bartel index, risiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.

Dilanjutkan dengan asesm


psiko, sosial, spiritual dan b

178

HB, HT, LEUKO, Elektrolit


2. LABORATORIUM

Tinja Macroscopic & Microscopic


Varian

3. RADIOLOGI/IMAGING
4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN
a.

ASESMEN MEDIS

Dokter DPJP

Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan

Atas Indikasi/ Emergency

b. ASESMEN KEPERAWATAN

Perawat Penanggung Jawab

c. ASESMEN GIZI

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

d. ASESMEN FARMASI

Dilakukan dalam 3 Sh
kebutuhan
dasar
dilaksanakan sesuai kondisi
Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen Gizi
waktu 48 jam.

Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai hasil
dan Rekonsiliasi obat

Telaah Resep
Rekonsiliasi Obat

6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

Diare Akut Ringan - Sedang

b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

00013 Diare
00025 Risiko Ketidakseimbangan
volume Cairan
00195 Risiko ketidakseimbangan
Elektrolit
00002 Ketidakseimbangan Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
000132 Nyeri akut

179

Masalah
keperawatan
dijumpai setiap hari. Dibu
perawat penanggung jawab
dengan NANDA. Int

c. DIAGNOSIS GIZI

7. DISCHARGE PLANNING

00047 Risiko Kerusakan Integritas


Kulit
Peningkatan
kebutuhan
cairan
berkaitan dengan diare ditandai
dengan estimasi asupan cairan kurang
dari kebutuhan (NI - 3.1)
Tidak cukupnya asupan mineral
berkaitan dengan pengeluaran yang
tinggi (diare) ditandai dengan
estimasi
asupan
kurang
dari
kebutuhan, malabsorbsi (NI - 5.10.1)
Tidak cukup asupan makanan per
oral berkaitan dengan tidak nafsu
makan ditandai dengan asupan energi
dan protein kurang dari kebutuhan
(NI - 2.1)
Identifikasi Kebutuhan Edukasi &
Latihan Selama Perawatan
Identifikasi kebutuhan di rumah

Sesuai dengan data a


kemungkinan saja ada di
lain atau diagnosis berubah
perawatan.

Program pendidikan pasi


keluarga

Hand Hygiene
Kualitas hidup sehat
8. EDUKASI TERINTEGRASI
a.

EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Oleh semua pemberi


berdasarkan kebutuhan da
berdasarkan Discharge Plan

Penjelasan Diagnosis
Rencana terapi
Informed Consent

b. EDUKASI & KONSELING GIZI

c. EDUKASI KEPERAWATAN

Diberikan oralit, ekstra minum


termasuk ASI bila masih menyusu.
Pemberian
makanan
bertahap
kembali ke makanan semula,
frekuensi 6 kali (porsi kecil sering)
sesuai kemampuan
Hand Hygiene
Menjaga kebersihan makanan dan
peralatan makanan

180

Pengisian formulir inform


edukasi terintegrasi oleh
dan atau keluarga

Edukasi gizi dilakukan sa


masuk dan atau pada hari k
ke 5

Meningkatkan kepatuhan
meminum/menggunakan ob

Cara perawatan perianal


d. EDUKASI FARMASI
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
EDUKASI TERINTEGRASI

Informasi Obat
Konseling Obat
Lembar Edukasi Terintegrasi

Di DTT Keluarga/Pasien

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

a.
b.

RL
CAIRAN INFUS

Varian
(Amuba +)
Obat pulang

Metronidazol 10 Mg/kg
OBAT ORAL

Varian
10. TATA LAKSANA/INTERVENSI
a. TATA LAKSANA/ INTERVENSI MEDIS
2080 Manajemen Cairan & Elektrolit
1400 Manajemen Nyeri
0460 Manajemen Diare
b. TATA LAKSANA/ INTERVENSI
KEPERAWATAN

1100 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


(Termasuk ASI)

Mengacu pada NIC

1750 Perawatan Perianal


1805 Pemenuhan ADL
4190 Kolaborasi Pemasangan Infus
2300 Kolaborasi pemberian Obat

c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI

Rehidrasi cairan oralit, Diet makanan


cair/lumat, tim saring, lunak, biasa,
secara bertahap. Anak dengan ASI
tetap diberikan

Bentuk makanan, kebutuh


gizi disesuaikan dengan u
kondisi klinis anak

d. TATA LAKSANA/ INTERVENSI FARMASI

Rekomendasi kepada DPJP

Sesuai dengan hasil monito

181

11. MONITORING & EVALUASI


a. DOKTER DPJP

Monitor Perkembangan Pas


Asesmen Ulang & Review Verifikasi
Rencana Asuhan
413 Monitoring tanda vital

b. KEPERAWATAN

2080 Monitoring Intake & Output


Cairan
0460
Monitoring
Frekuensi
Karakteristik Diare

Mengacu pada NOC

2080 Monitoring Tanda Rehidrasi


1750 Monitoring Integritas Kulit
Perianal

Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
kemajuannya. Monev pada
4 atau ke 5 kecuali asupan m

Monitoring asupan makan


Monitoring Antropometri
c. GIZI

d. FARMASI

Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi

Mengacu
pada
(International Dietetics N
Terminology)

Monitoring Interaksi Obat

Menyusun Software interak

Monitoring Efek Samping Obat

Dilanjutkan dengan
farmasi yang sesuai

Pemantauan Terapi Obat

in

12. MOBILISASI / REHABILITASI


a. MEDIS

Tahapan mobilisasi sesuai


pasien

b. KEPERAWATAN
c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL
Dehidrasi Teratasi
a. MEDIS

BAB Kurang dari 3X Sehari dengan


Ampas+

182

b. KEPERAWATAN

Tanda Vital Dalam Batas Normal

Mengacu pada NOC

Indek Output Seimbang

Dilakukan dalam 3 shift

Integritas Kulit Perianal Baik


Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa
memperberat
saluran
cerna.
Mencegah dan mengurangi risiko
dehidrasi asupan makan > 80%

c. GIZI

Status
Gizi
berd
antropometri, biokimia, fisi

Status gizi optimal


Terapi obat sesuai indikasi

d. FARMASI

Meningkatkan
pasien

Obat rasional

kualitas

Umum
Status pasien/tanda vital
dengan PPK

14. KRITERIA PULANG


Khusus
Resume Medis dan Keperawatan
15. RENCANA PULANG /
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

Pasien
membawa
R
Perawatan/ Surat Rujukan
Kontrol/Homecare saat pula

Penjelasan diberikan sesuai dengan


keadaan umum pasien
Surat pengantar kontrol

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan

Perawat Penanggung Jawab

183

Pelaksana Verivikasi

(____________________)
Keterangan

(__________________)

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

CLINICAL PATHWAY
KEJANG DEMAM SEDERHANA

184

(______________)

Rumah Sakit Kelas B & C


No. RM
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Diagnosa Masuk RS
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Tindakan

:
:
:
:
:
:
:
:

.
.
.
.
.
.
.
.
Dietary Counseling and
Surveillance

BB
TB
Tgl.Masuk
Tgl.Keluar
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

:
:

:
:
:
:

.
.
.
.

Kode ICD

Z71.3

1
KEGIATAN

Kg
cm
:
.
:
.
Lama Rawat
Rencana Rawat
R. Rawat/ kelas
Rujukan

HARI PENYAKIT
3
4
5

HARI RAWAT
3
4
5

Jam
Jam

:
:
:

..
..
.Hari

:
:

./.
Ya / Tidak

URAIAN KEGIATAN

KETERANGAN
1

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL MEDIS

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

2. LABORATORIUM

Dokter IGD

Pasien masuk melalui IGD

Dokter Spesialis

Pasien masuk melalui RJ

Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining gizi, nyeri, status fungsional:
bartel index, risiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
HB, HT, Leukosit & Trombosit

185

Dilanjutkan dengan asesm


psiko, sosial, spiritua
budaya

Gula Darah
Elektrolit
Urine Analis
Varian
3. RADIOLOGI/IMAGING
4. KONSULTASI

THT

5. ASESMEN LANJUTAN
a.

ASESMEN MEDIS

b.

ASESMEN KEPERAWATAN

c.

ASESMEN GIZI

d.

ASESMEN FARMASI

Dokter DPJP

Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan

Atas Indikasi/ Emergency

Perawat Penanggung Jawab

Dilakukan dalam 3 Shift

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

Lihat risiko malnutrisi


skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen dalam
48 jam.

Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai hasil
dan Rekonsiliasi obat

Telaah Resep
Rekonsiliasi Obat

6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

Kejang Demam Sederhana


00007 Hiperthermia

b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

000201 Risiko ketidakefektifitan


Perfusi Jaringan Otak
00028 Risiko kekurangan Volume
Cairan
00035 Risiko Cidera
00039 Risiko Aspirasi

186

Masalah
keperawatan
dijumpai setiap hari. Dibu
perawat penanggung
Mengacu
pada
di
NANDA. Int

c. DIAGNOSIS GIZI

7. DISCHARGE PLANNING

Peningkatan kebutuhan zat gizi


energi
berkaitan
dengan
meningkatnya
kebutuhan
untuk
menjaga suhu tubuh ditandai dengan
asupan tidak adekuat, demam (NI 1.1)
Identifikasi Kebutuhan Edukasi &
Latihan Selama Perawatan
Identifikasi kebutuhan di rumah

Sesuai dengan data a


kemungkinan saja ada di
lain atau diagnosis b
selama perawatan.

Program pendidikan pas


keluarga

Hand Hygiene
8. EDUKASI TERINTEGRASI
a.

EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Penjelasan Diagnosis

Oleh semua pemberi


berdasarkan kebutuhan d
berdasarkan Discharge Pla

Rencana terapi
Informed Consent
b.

EDUKASI & KONSELING GIZI

Makanan saring atau lunak


Kompres
sponge)

c.

EDUKASI KEPERAWATAN

hangat

(tapid

water

Pengisian formulir inform


edukasi terintegrasi oleh
dan atau keluarga

Edukasi gizi dilakukan sa


masuk dan atau pada ha
atau hari ke 5

Pengaturan posisi saat kejang


Mengenali risiko kejang beruang
Menurunkan cidera akibat kejang

d.

EDUKASI FARMASI

PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN


EDUKASI TERINTEGRASI

Meningkatkan kepatuhan
meminum/menggunakan o

Informasi Obat
Konseling Obat
Lembar Edukasi Terintegrasi

Di DTT Keluarga/Pasien

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA
Paracetamol IV

a.

INJEKSI

b.

CAIRAN INFUS

Varian
RL

187

Varian
Diazepam 0,3 mg/kg BB per 8 jam

c.

OBAT ORAL

Paracetamol 10 - 15 mg/kg BB per


1x
Diberikan 4x sehari tidak > 5x sehari/
Ibupropen 5 - 10 mg/kg BB per 1 kali
Diberikan 3 - 4x sehari
Varian

d.

RECTAL

Diazepam 0,5 mg/kg BB per 8jam


Suhu tubuh lebih >38oC

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI


a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
MEDIS
1400 Manajemen Demam
2080 Manajemen Cairan
2680
Manajemen
Kejang
:
Mengamankan Kepatenan Jalan
Nafas (Pencegahan Lidah tergigit)
b. TATA LAKSANA/INTERVENSI
KEPERAWATAN

6490 Mencegah Risiko Jatuh

Mengacu pada NIC

1805 Pemenuhan Kebutuhan ADL


4190 Kolaborasi pemasangan infus
2304 Kolaborasi pemberian oral
2315 Kolaborasi pemberian obat
rectal
Diet Makanan Lunak atau Makanan
Saring

Bentuk makanan, kebutu


gizi disesuaikan dengan u
kondisi
klinis
anak
bertahap

Rekomendasi kepada DPJP

Sesuai dengan hasil monit

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi/gizi


c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
FARMASI
11. MONITORING & EVALUASI

188

a. DOKTER DPJP

Asesmen Ulang & Review Verifikasi


Rencana Asuhan

Monitor perkembangan pa

413 Monitoring tanda vital


b. KEPERAWATAN

2080 Monitoring Cairan

Mengacu pada NOC

2680 Monitoring Jaringan Otak


2680 Monitoring Kejang

Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
kemajuannya. Monev pa
ke 4atau ke 5 kecuali
makanan

Monitoring asupan makan


Monitoring Antropometri
c. GIZI

d. FARMASI

Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi

Mengacu
pada
(Internasional
Dietetic
Nutrition Terminology)

Monitoring Interaksi Obat

Menyusun Software intera

Monitoring Efek Samping Obat

Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai

Pemantauan Terapi Obat


12. MOBILISASI / REHABILITASI
a. MEDIS
b. KEPERAWATAN

Pembatasan Mobilisasi pada saat


kejang

Tahapan
mobilisasi
kondisi pasien

c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL
Tidak ada kejang
a. MEDIS
b. KEPERAWATAN

Hemodinamik Stabil
Suhu Tubuh Batas Normal

Mengacu pada NOC

Tidak ada kejang

Dilakukan dalam 3 shift

189

Hemodinamik stabil
Status
Gizi
antropometri,
fisik/klinis

Asupan makan > 80%

c. GIZI

Optimalisasi status gizi


Terapi obat sesuai indikasi

d. FARMASI

Meningkatkan
pasien

Obat rasional

berd
bi
kualitas

Umum

Status pasien/tanda vital


dengan PPK

14. KRITERIA PULANG


Khusus
Resume Medis dan Keperawatan
15. RENCANA PULANG /
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

Pasien
membawa
R
Perawatan/ Surat Rujukan
Kontrol/Homecare saat pu

Penjelasan diberikan sesuai dengan


keadaan umum pasien
Surat pengantar control

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(____________________)

Perawat Penanggung Jawab


(__________________)

190

Pelaksana Verivikasi
(______________)

Keterangan :

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

CLINICAL PATHWAY
DEMAM BERDARAH GRADE 1&2
Rumah Sakit Kelas B & C
No. RM
Nama Pasien

BB

Kg

191

Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Diagnosa Masuk RS
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Tindakan

:
:
:
:
:
:
:

.
.
.
.
.
.
.
.
Dietary Counseling and
Surveillance

TB
Tgl.Masuk
Tgl.Keluar
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

cm

:
:
:
:

.
.
.
.

Kode ICD

Z71.3

1
KEGIATAN

:
.
:
.
Lama Rawat
Rencana Rawat
R. Rawat/ kelas
Rujukan

HARI PENYAKIT
3
4
5

HARI RAWAT
3
4
5

Jam
Jam

:
:
:

..
..
.Hari

:
:

./.
Ya / Tidak

URAIAN KEGIATAN

KETERANGAN
1

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL MEDIS

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

Dokter IGD

Pasien masuk melalui IGD

Dokter Spesialis

Psien masuk melalui RJ

Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining gizi, nyeri, status fungsional:
bartel index, risiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.

Dilanjutkan dengan asesm


psiko, sosial, spiritua
budaya

HB, HT, WBC, TROMBOCYT


2. LABORATORIUM

NS1
IGM, IGG, DENGUE

3. RADIOLOGI/IMAGING

THORAX AP

192

4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN
a.

ASESMEN MEDIS

b.

ASESMEN KEPERAWATAN

c.

ASESMEN GIZI

d.

ASESMEN FARMASI

Dokter DPJP

Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan

Atas Indikasi/ Emergency

Perawat Penanggung Jawab

Dilakukan dalam 3 Shift

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

Lihat risiko malnutrisi


skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen di
dalam waktu 48 jam

Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai sesu
Telaah dan Rekonsiliasi ob

Telaah Resep
Rekonsiliasi Obat

6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

Demam berdarah Grade 1& 2


00025 Risiko ketidakseimbangan
volume cairan
00195
Risiko
Keseimbangan
elektrolit

b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

00007 Hiperthermia
00205 Risiko shock
00206 Risiko Pendarahan

Masalah
keperawatan
dijumpai setiap hari. Dibu
perawat penanggung
Mengacu
pada
di
NANDA-Int

00132 Nyeri Akut


c. DIAGNOSIS GIZI

Peningkatan
kebutuhan
energi
expenditure
berkaitan
dengan
meningkatnya
kebutuhan
untuk
menjaga suhu tubuh ditandai dengan
demam (NI - 1.1)
Tidak cukupnya asupan cairan
berkaitan dengan demam meningkat

193

Sesuai dengan data a


kemungkinan saja ada di
lain atau diagnosis b
selama perawatan.

insensible water lossees ditandai


dengan estimasi asupan kurang dari
kebutuhan (NI - 3.1)
Identifikasi Kebutuhan Edukasi &
Latihan Selama Perawatan
Identifikasi kebutuhan rumah
7. DISCHARGE PLANNING

Program pendidikan pas


keluarga

Hand Hygiene
Kebersihan
Lingkungan:
3M
(Menimbun/Menutup,
Menguras,
Mengubur)

8. EDUKASI TERINTEGRASI
a.

EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Oleh semua pemberi


berdasarkan kebutuhan d
berdasarkan Discharge Pla

Penjelasan Diagnosis
Rencana terapi
Informed Consent

b.

EDUKASI & KONSELING GIZI

Makanan
lunak/makanan
dengan gizi seimbang

biasa

Peningkatan intake cairan peroral


c.

EDUKASI KEPERAWATAN

Tirah baring (Bedrest)


Cara turunkan panas : WaterTapid
Sponge

Pengisian formulir inform


edukasi terintegrasi oleh
dan atau keluarga

Edukasi gizi dilakukan pa


awal masuk (pada hari p
atau kedua) dan atau pada
4 atau ke 5.

Informasi Obat
d.

EDUKASI FARMASI

PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN


EDUKASI TERINTEGRASI

Konseling Obat

Meningkatkan kepatuhan
meminum/menggunakan o

Lembar Edukasi Terintegrasi

Di DTT Keluarga/Pasien

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

a.

INJEKSI

b.

CAIRAN INFUS

Paracetamol 10 - 15 mg/kg BB/


intravena
Varian
RL

194

Varian

c.

OBAT ORAL

Paracetamol 10 -15 mg/kg BB/


kali/oral
Varian

d.

RECTAL

Varian

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI


a. TATA LAKSANA/ INTERVENSI MEDIS
196. Manajemen Demam
200. Manajemen Cairan
1400. Manajemen Nyeri
b. TATA LAKSANA/INTERVENSI
KEPERAWATAN

337. Pemenuhan ADL

Mengacu pada NIC

4190 Kolaborasi Pemasangan infus


2304 Kolaborasi Pemberian Obat
Oral
2314 Kolaborasi Pemberian Obat IV
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI

Diet makanan lunak atau makan


biasa
Cukup cairan dari makanan dan
minuman

Bentuk makanan, kebutu


gizi disesuaikan dengan u
kondisi klinis anak
bertahap

d. TATA LAKSANA/INTERVENSI FARMASI

Rekomendasi kepada DPJP

Sesuai dengan hasil monit

11. MONITORING & EVALUASI


a. DOKTER DPJP

b. KEPERAWATAN

Monitor perkembangan pa
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
Rencana Asuhan
413. Monitoring TTV (baseline)/4
jam
200.
Monitoring
cairan
dan
pendarahan
1400. Monitoring nyreri

195

Mengacu pada NOC

Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
kemajuannya. Monev pa
ke 4 atau hari ke 5
asupan makan.

Monitoring asupan makan


Monitoring Antropometri
c. GIZI

d. FARMASI

Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi

Mengacu
pada
(International
Dietetic
Nutrition Terminology)

Monitoring Interaksi Obat

Menyusun Software intera

Monitoring Efek Samping Obat


Pemantauan Terapi Obat

Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai

Dibantu sebagian

Tahapan
mobilisasi
kondisi pasien

12. MOBILISASI / REHABILITASI


a. MEDIS
b. KEPERAWATAN
c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL
a. MEDIS

Demam Hilang
Shock Negative
Suhu normal

b. KEPERAWATAN

Hemodinamic Stabil

Mengacu pada NOC

Nyeri berkurang

Dilakukan dalam 3 shift

Pendarahan Negatif
Asupan makan > 80%
c. GIZI

Status
Gizi
berd
antropometri, biokimia,
klinis

Asupan cairan (minum) adekuat


Status Gizi Optimal

d. FARMASI

Terapi obat sesuai indikasi

Meningkatkan

196

kualitas

Obat rasional

pasien

Tanda Vital Normal


14. KRITERIA PULANG

Status pasien/tanda vital


dengan PPK

Trombosit Diatas 100.000


Sesuai NOC
Resume Medis dan Keperawatan

15. RENCANA PULANG /


EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

Pasien
membawa
R
Perawatan/ Surat Rujukan
Kontrol/Homecare saat pu

Penjelasan diberikan sesuai dengan


keadaan umum pasien
Surat pengantar control

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan

(____________________)

Perawat Penanggung Jawab

(__________________)

Keterangan :

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

197

Pelaksana Verivikasi

(______________)

CLINICAL PATHWAY
APENDICITIS ACUTA
Rumah Sakit Kelas B
No. RM
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Diagnosa Masuk RS
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta

:
:
:
:
:
:

.
.
.
.
.

BB
TB
Tgl.Masuk
Tgl.Keluar
Kode ICD
Kode ICD

:
:

Kg
cm

198

:
.
:
.
Lama Rawat
Rencana Rawat

Jam
Jam

:
:
:

..
..
.Hari

Komplikasi
Tindakan

:
:

.
.
.
Dietary Counseling and
Surveillance

Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

:
:
:

.
.
.

Kode ICD

Z71.3

1
KEGIATAN

R. Rawat/ kelas
Rujukan

HARI PENYAKIT
4
5

HARI RAWAT
3
4
5

:
:

./.
Ya / Tidak

URAIAN KEGIATAN

KETERANGAN
1

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL MEDIS

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

2. LABORATORIUM

Dokter IGD

Pasien masuk melalui IGD

Dokter Spesialis

Pasien masuk melalui RJ

Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining gizi, nyeri, status fungsional:
bartel index, risiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
HB, HT, WBC, TROMBOCYT, CT,
BT, PTA , APTT

Dilanjutkan dengan asesm


psiko, sosial, spiritua
budaya

Varian
3. RADIOLOGI/IMAGING

THORAX AP

> 40 Tahun

USG
Penyakit Dalam

4. KONSULTASI

Paru/ Cardiologi
Anesthesi

5. ASESMEN LANJUTAN

199

a.

ASESMEN MEDIS

b.

ASESMEN KEPERAWATAN

c.

ASESMEN GIZI

d.

ASESMEN FARMASI

Dokter DPJP

Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan

Atas Indikasi/ Emergency

Perawat Penanggung Jawab

Dilakukan dalam 3 Shift

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

Lihat risiko malnutrisi


skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal.asesmen
di
dalam waktu 48 jam.

Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai hasil
dan Rekonsiliasi obat

Telaah Resep
Rekonsiliasi Obat

6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

Apendicitis acute
Kode : 00132 Nyeri Akut

b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Masalah
keperawatan
dijumpai setiap hari. Dibu
perawat penanggung jawa

Kode : 00007 Hipertermia


Kode : 00134 Mual
Kode : 00094 Risiko Intoleran Aktifitas

c. DIAGNOSIS GIZI
7. DISCHARGE PLANNING

Prediksi suboptimal asupan energi


berkaitan rencana tindakan bedah/
operasi ditandai dengan asupan energi
lebih rendah dari kebutuhan (NI - 1.4)
Informasi tentang aktivitas yang dapat
dilakukan sesuai dengan tingkat kondisi
pasien
Terapi yang diberikan meliputi
kegunaan obat, dosis dan efek samping
Diet yang dapat dikonsumsi selama
pemulihan kondisi yaitu diet lunak
yang tidak merangsang dan tinggi
energi protein

200

Sesuai dengan data a


kemungkinan saja ada di
lain atau diagnosis b
selama perawatan.
Program pendidikan pas
keluarga

Anjurkan untuk istirahat


8. EDUKASI TERINTEGRASI
a.

EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Penjelasan Diagnosis
Rencana terapi
Informed Consent

b.

c.

d.

EDUKASI & KONSELING GIZI

EDUKASI KEPERAWATAN

EDUKASI FARMASI

PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN


EDUKASI TERINTEGRASI

Diet pra dan pasca bedah. Makan cair,


saring lunak/makan biasa TETP setelah
operasi bertahap
1. Kemampuan melakukan ADL
secara mandiri
2.

Manajemen nyeri

3.

Tanda-tanda infeksi

4.

Diet selama perawatan

5.

Teknik meredakan mual

Oleh semua pemberi


berdasarkan kebutuhan d
berdasarkan Discharge Pla

Pengisian formulir inform


edukasi terintegrasi oleh
dan atau keluarga
Edukasi gizi bersamaan
kunjungan awal

Informasi Obat
Konseling Obat
Lembar Edukasi Terintegrasi

Di DTT Keluarga/Pasien

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

a. INJEKSI
b.CAIRAN INFUS
c. OBAT ORAL

Parasetamol 10 - 15 mg /Kg BB/


intravena
Ceftriaxone 1 gr

Profilaksis

RL
Varian
Parasetamol 10-15 mg /Kg BB /kali
/oral
Varian

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI

201

a. TATA LAKSANA/INTERVENSI MEDIS

Apendictomi laparoskopik/open

Tergantung fasilitas & ind

a. NIC: 1400 manajemen Nyeri

b. NIC: 6040 Terapi Relaksasi


c. NIC: 3740 Pengobatan Demam
d. NIC: 4120 Manajemen Cairan
e. NIC: 6540 Kontrol Infeksi
f. NIC: 2380 Manajemen Pengobatan
g. NIC: 6680 Monitoring tanda-tanda
vital
b. TATA LAKSANA/INTERVENSI
KEPERAWATAN

h. NIC : 1450 Manajemen Mual

Mengacu pada NIC

i. NIC: 0180 Manajemen energi


j. NIC : 1800 Self Care Assistance
k. NIC : 4190 Pemasangan Infus
l. NIC : 2314 Medikasi IV
m. Nic : 309 Persiapan Operasi :
edukasi, persiapan fisik : mandi,
penyiapan organ, enema, ganti
pakaian, pelepasan perhiasan,
persetujuan tindakan.
n. NIC : 3360 perawatan luka

c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI

Bertahap Diet cair, saring, lunak/makan


biasa Tinggi Energi dan Tinggi Protein
(TETP) selama pemulihan

Bentuk makanan, kebutu


gizi disesuaikan dengan u
kondisi klinis

d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
FARMASI

Rekomendasi kepada DPJP

Sesuai dengan hasil monit

11. MONITORING & EVALUASI


a. DOKTER DPJP
b. KEPERAWATAN

Asesmen Ulang & Review Verifikasi


Rencana Asuhan
a.
Monitoring penurunan skala nyeri
pasien

202

b.
c.

d.

e.

f.

Monitoring implementasi mandiri


teknik
relaksasi
untuk
menurunkan nyeri
Monitoring tanda-tanda vital
pasien
Monitoring status hidrasi pasien
meliputi balance cairan, terapi
intravena
dan
tanda-tanda
dehidrasi
Monitoring tindakan pencegahan
infeksi yang harus dilakukan oleh
pasien dan keluarga selama
perawatan
Monitoring
pemberian
obat
antipiretik

g.

Monitoring frekuensi mual pasien

h.

Monitoring implementasi pasien


dalam mengurangi mual
Monitoring kondisi kelemahan,
ketidaknyamanan yang dialami
oleh pasien
Membantu
pasien
dalam
melakukan ADL
Monitoring pelaksanaan ADL
yang dilakukan pasien dengan
bantuan keluarga atau mandiri

i.
j.
k.

Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
kemajuannya

Monitoring asupan makan


c. GIZI

Monitoring Antropometri
Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi
Monitoring Interaksi Obat

d. FARMASI

Monitoring Efek Samping Obat

Mengacu
pada
(International
Dietetic
Nutrition Terminology)
Menyusun Software intera

Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai
monitoring

Pemantauan Terapi Obat

203

12. MOBILISASI / REHABILITASI


a. MEDIS
b. KEPERAWATAN

Tahapan
mobilisasi
kondisi pasien

Dibantu Sebagian/mandiri

c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL
a. MEDIS

Demam Hilang
Nyeri abdomen hilang/berkurang
a. NOC : 1605 Kontrol Nyeri
b. NOC: 2101 Effect Distructive Nyeri
c. NOC : 2102 Level Nyeri
d. NOC : 0800 Thermoregulation
e. NOC: 0602 Hydration

b.. KEPERAWATAN

f. NOC : 0703 Saverity Infeksi

Mengacu pada NOC

g. NOC : 2301 Respon Pengobatan

Dilakukan dalam 3 shift

h. NOC : 0802 Tanda-tanda vital


i. NOC : 1618 Kontrol Mual dan
Muntah
j. NOC : 2106 Effect Distructive Mual
dan Muntah
k. NOC : 0002 Konservasi Energi
l. NOC : 0300 ADL
c. GIZI
d. FARMASI
14. KRITERIA PULANG

Asupan makanan > 80%

Status Gizi optimal

Terapi obat sesuai indikasi


Obat rasional

Meningkatkan
pasien

Tanda Vital Normal

Status pasien/tanda vital

204

kualitas

Sesuai NOC

dengan PPK
Varian

Resume Medis dan Keperawatan


16. RENCANA PULANG /
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

Pasien
membawa
R
Perawatan/ Surat Rujukan
Kontrol/Homecare saat pu

Penjelasan diberikan sesuai dengan


keadaan umum pasien
Surat pengantar control

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(____________________)

Perawat Penanggung Jawab


(__________________)

Keterangan :

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

205

Pelaksana Verivikasi
(______________)

CLINICAL PATHWAY
APENDICITIS ACUTA
Rumah Sakit Kelas C
No. RM
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Diagnosa Masuk RS
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Tindakan

:
:
:
:
:
:
:
:

.
.
.
.
.
.
.
.
Dietary Counseling and

BB
TB
Tgl.Masuk
Tgl.Keluar
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

:
:

Kg
cm

:
:
:
:
:

.
.
.
.
Z71.3

206

:
.
:
.
Lama Rawat
Rencana Rawat
R. Rawat/ kelas
Rujukan

Jam
Jam

:
:
:

..
..
.Hari

:
:

./.
Ya / Tidak

Surveillance

1
KEGIATAN

HARI PENYAKIT
3
4
5

HARI RAWAT
3
4
5

URAIAN KEGIATAN

KETERANGAN
1

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL MEDIS

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

2. LABORATORIUM

Dokter IGD

Pasien masuk melalui IGD

Dokter Spesialis

Pasien masuk melalui RJ

Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining gizi, nyeri, status fungsional:
bartel index, risiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
HB, HT, WBC, TROMBOCYT, CT,
BT

Dilanjutkan dengan asesm


psiko, sosial, spiritua
budaya

Varian
3. RADIOLOGI/IMAGING
4. KONSULTASI

THORAX AP
PENYAKIT DALAM
ANESTHESI

5. ASESMEN LANJUTAN
Dokter DPJP

Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan

Atas Indikasi/ Emergency

ASESMEN KEPERAWATAN

Perawat Penanggung Jawab

Dilakukan dalam 3 Shift

ASESMEN GIZI

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

Lihat risiko malnutrisi


skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,

a.

ASESMEN MEDIS

b.
c.

207

klinis, riwayat makan te


alergi makanan serta
personal. Asesmen di
dalam waktu 48 jam
d.

ASESMEN FARMASI

Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai hasil
dan Rekonsiliasi obat

Telaah Resep
Rekonsiliasi Obat

6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

Apendicitis acuta
Kode : 00132 Nyeri Akut
Kode : 00007 Hipertermia

b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

c. DIAGNOSIS GIZI

7. DISCHARGE PLANNING

Masalah
keperawatan
dijumpai setiap hari. Dibu
perawat penanggung jawa

Kode : 00134 Mual


Kode : 00094 Risiko Intoleran
Aktifitas
Prediksi suboptimal asupan energi
berkaitan rencana tindakan bedah/
operasi ditandai dengan asupan
energi lebih rendah dari kebutuhan
(NI - 1.4)
Informasi tentang aktivitas yang
dapat dilakukan sesuai dengan
tingkat kondisi pasien
Terapi yang diberikan meliputi
kegunaan obat, dosis dan efek
samping
Diet yang dapat dikonsumsi selama
pemulihan kondisi yaitu diet lunak
yang tidak merangsang dan tinggi
karbohidrat dan protein

Sesuai dengan data a


kemungkinan saja ada di
lain atau diagnosis b
selama perawatan.

Program pendidikan pas


keluarga

Anjurkan untuk istirahat


8. EDUKASI TERINTEGRASI
a.

EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Oleh semua pemberi


berdasarkan kebutuhan d
berdasarkan Discharge Pla

Penjelasan Diagnosis
Rencana terapi

208

Informed Consent
b.

EDUKASI & KONSELING GIZI

c.

EDUKASI KEPERAWATAN

d.

EDUKASI FARMASI

Diet pra dan pasca bedah. Makan


cair, saring, lunak, biasa secara
bertahap setelah operasi
1.
Kemampuan melakukan ADL
secara mandiri
2.

Manajemen nyeri

3.

Tanda-tanda infeksi

4.

Diet selama perawatan

5.

Teknik meredakan mual

Pengisian formulir inform


edukasi terintegrasi oleh
dan atau keluarga

Informasi Obat

Edukasi gizi dapat dilakuk


awal masuk pada hari 1 a
ke 2

Konseling Obat

PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN


EDUKASI TERINTEGRASI

Lembar Edukasi Terintegrasi

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA
a. INJEKSI

Parasetamol 10 - 15 mg /Kg BB/


intravena
Ceftriaxone 1 gr

c.
d.

Profilaksis

RL
CAIRAN INFUS

OBAT ORAL

Varian
Parasetamol 10 - 15 mg /Kg BB
/kali /oral
Varian

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI


a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
MEDIS
b. TATA LAKSANA/INTERVENSI
KEPERAWATAN

Appendectomy (Open)
Mengacu pada NIC

a. NIC: 1400 manajemen Nyeri

b. NIC: 6040 Terapi Relaksasi

209

c. NIC: 3740 Pengobatan Demam


d. NIC: 4120 Manajemen Cairan
e. NIC: 6540 Kontrol Infeksi
f. NIC:
2380
Manajemen
Pengobatan
g. NIC: 6680 Monitoring tandatanda vital
h. NIC : 1450 Manajemen Mual
i. NIC: 0180 Manajemen energi
j. NIC : 1800 Self Care Assistance
k. NIC : 4190 pemasangan Infus
l. NIC : 2314 : Medikasi IV
m. NIC : 309 persiapan Operasi:
edukasi, persiapan fisik :
mandi, penyiapan organ,
enema, ganti pakaian,
pelepasan perhiasan,
persetujuan tindakan.
n. NIC : 3360 Perawatan luka
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI

Diet cair/saring/lunak/biasa secara


bertahap. Diet Tinggi Energi dan
Tinggi Protein (TETP) selama
pemulihan

Bentuk makanan, kebutu


gizi disesuaikan dengan u
kondisi klinis secara berta

d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
FARMASI

Rekomendasi kepada DPJP

Sesuai dengan hasil monit

11. MONITORING & EVALUASI


a. DOKTER DPJP
b. KEPERAWATAN

Monitor perkembangan pa
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
Rencana Asuhan
a. Monitoring penurunan skala nyeri
pasien
b. Monitoring implementasi mandiri
teknik
relaksasi
untuk
menurunkan nyeri

210

Mengacu pada NOC

c. Monitoring
pasien

tanda-tanda

vital

d. Monitoring

status hidrasi pasien


meliputi balance cairan, terapi
intravena
dan
tanda-tanda
dehidrasi
e. Monitoring tindakan pencegahan
infeksi yang harus dilakukan oleh
pasien dan keluarga selama
perawatan
f. Monitoring
pemberian
obat
antipiretik
g. Monitoring frekuensi mual pasien
h. Monitoring implementasi pasien
dalam mengurangi mual
i. Monitoring kondisi kelemahan,
ketidaknyamanan yang dialami
oleh pasien
j. Membantu
pasien
dalam
melakukan ADL
k. Monitoring pelaksanaan ADL
yang dilakukan pasien dengan
bantuan keluarga atau mandiri

Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
kemajuannya

Monitoring asupan makan


c. GIZI

d. FARMASI

Monitoring Antropometri
Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi

Mengacu
pada
(International
Dietetic
Nutrition Terminology)

Monitoring Interaksi Obat

Menyusun Software intera

Monitoring Efek Samping Obat

Dilanjutkan dengan in
farmasi sesuai hasil monit

Pemantauan Terapi Obat

Tahapan
mobilisasi
kondisi pasien

12. MOBILISASI / REHABILITASI


a. MEDIS

211

b. KEPERAWATAN

Dibantu sebagian/mandiri

c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL
a. MEDIS

b. KEPERAWATAN

Demam Hilang
Nyeri abdomen hilang/berkurang
a.

NOC : 1605 Kontrol Nyeri

b.

NOC: 2101 Effect Distructive


Nyeri

c.

NOC : 2102 Level Nyeri

d.

NOC : 0800 Thermoregulation

e.

NOC: 0602 Hydration

f.

NOC : 0703 Saverity Infeksi

Mengacu pada NOC

g.

NOC : 2301 Respon


Pengobatan

Dilakukan dalam 3 shift

h.

NOC : 0802 Tanda-tanda vital

i.

NOC : 1618 Kontrol Mual dan


Muntah
NOC : 2106 Effect Distructive
Mual dan Muntah

j.

c. GIZI

d. FARMASI
14. KRITERIA PULANG

k.

NOC : 0002 Konservasi Energi

l.

NOC : 0300 ADL

Status
Gizi
berd
antropometri, biokimia,
klinis

Asupan makanan > 80%


Optimalisasi Status Gizi
Terapi obat sesuai indikasi
Obat rasional

Meningkatkan
pasien

Tanda Vital Normal

Status pasien/tanda vital

212

kualitas

Sesuai NOC

dengan PPK
Varian

Resume Medis dan Keperawatan


15. RENCANA PULANG /
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

Pasien
membawa
R
Perawatan/ Surat Rujukan
Kontrol/Homecare saat pu

Penjelasan diberikan sesuai dengan


keadaan umum pasien
Surat pengantar control

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan

(____________________)

Perawat Penanggung Jawab

(__________________)

Keterangan :

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

213

Pelaksana Verivikasi

(______________)

CLINICAL PATHWAY
HERNIA INGUINALIS
Rumah Sakit Kelas B & C
No. RM
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Diagnosa Masuk RS
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Tindakan

:
:
:
:
:
:
:
:

.
.
.
.
.
.
.
.
Dietary Counseling and
Surveillance

BB
TB
Tgl.Masuk
Tgl.Keluar
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

:
:

:
:
:
:

.
.
.
.

Kode ICD

Z71.3

Kg
cm

214

:
.
:
.
Lama Rawat
Rencana Rawat
R. Rawat/ kelas
Rujukan

Jam
Jam

:
:
:

..
..
.Hari

:
:

./.
Ya / Tidak

1
KEGIATAN

HARI PENYAKIT
3
4
5

URAIAN KEGIATAN

KETERANGAN
1

HARI RAWAT
4
5

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL MEDIS

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

Dokter IGD

Pasien masuk melalui IGD

Dokter Spesialis

Pasien masuk melalui RJ

Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining gizi, nyeri, status fungsional:
bartel index, risiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.

Dilanjutkan dengan asesm


psiko, sosial, spiritua
budaya

Darah lengkap
Masa perdarahan
2. LABORATORIUM

Masa pembekuan
Gula darah sewaktu
Elektrolit
fungsi ginjal (ureum/creatinin)

3. RADIOLOGI/IMAGING

THORAX AP
EKG

4. KONSULTASI

Usia > 40 tahun

Dokter Anestesi

5. ASESMEN LANJUTAN
a.

ASESMEN MEDIS

Dokter DPJP

Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan

Atas Indikasi/ Emergency

215

b.

ASESMEN KEPERAWATAN

c.

ASESMEN GIZI

d.

ASESMEN FARMASI

Perawat Penanggung Jawab

Dilakukan dalam 3 Shift

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

Lihat risiko malnutrisi


skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen di
dalam waktu 48 jam

Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai hasil
dan Rekonsiliasi

Telaah Resep
Rekonsiliasi Obat

6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

Hernia Inguinalis
Kode : 00132 Nyeri Akut
Kode : 00133 Nyeri Kronis

b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

c. DIAGNOSIS GIZI
7. DISCHARGE PLANNING

Masalah
keperawatan
dijumpai setiap hari. Dibu
perawat penanggung jawa

Kode : 00146 Ansietas


Kode : 00044 Kerusakan Integritas
Jaringan
Prediksi suboptimal asupan energi
berkaitan rencana tindakan bedah/
operasi ditandai dengan asupan
energi lebih rendah dari kebutuhan
(NI - 1.4)
Informasi tentang aktivitas yang
dapat dilakukan sesuai dengan
tingkat kondisi pasien
Terapi
yang diberikan meliputi
kegunaan obat, dosis dan efek
samping
Menjelaskan gejala kekambuhan
penyakit dan hal yang dilakukan
untuk mengatasi gejala yang muncul
Diet yang dapat dikonsumsi selama
pemulihan kondisi yaitu diet lunak
yang tidak merangsang dan tinggi

216

Sesuai dengan data a


kemungkinan saja ada di
lain atau diagnosis b
selama perawatan.

Program pendidikan pas


keluarga

energi serta protein


8. EDUKASI TERINTEGRASI
a.

EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Penjelasan Diagnosis

Oleh semua pemberi


berdasarkan kebutuhan d
berdasarkan Discharge Pla

Rencana terapi
Informed Consent
b.

EDUKASI & KONSELING GIZI

Diet pra dan pasca bedah. Diet cair,


saring, lunak, biasa bertahap. Tinggi
Energi dan Tinggi Protein selama
pemulihan
Tanda-tanda infeksi

c.

EDUKASI KEPERAWATAN

Pengisian formulir inform


edukasi terintegrasi oleh
dan atau keluarga

Edukasi gizi dilakukan sa


masuk pada hari 1 atau ke

Diet selama perawatan


379 Edukasi persiapan operasi

d.

EDUKASI FARMASI

PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN


EDUKASI TERINTEGRASI

Informasi Obat
Konseling Obat

Meningkatkan kepatuhan
meminum/menggunakan o

Lembar Edukasi Terintegrasi

Di DTT Keluarga/Pasien

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA
Cefriaxone 1 gr IV/24 jam

a.

INJEKSI

Ketorolak tid
Ondancetron bid
RL, Nacl, Dextrose 5 %

b.

CAIRAN INFUS

c.

OBAT ORAL

Varian
Cefadroksil 500 mg 3 x 1 tab = 12

Obat Pulang

Roboransia 1 x 1 tab = 6

Obat Pulang

Ranitidine 2 x 1 tab = 6

Obat Pulang

217

Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab = 10

Obat pulang

Midazolam, IV : 0,1 - 0,4 mg/kg


d.

OBAT ANESTESI

Gas Anestesi (N2O, Sevo, Iso Flu)

Tergantung pilihan GA/RA

Bupivacain 0,5 % hiperbarik 12,5 mg


10. TATA LAKSANA/INTERVENSI
a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
MEDIS

Herniotomi
a. NIC: 1400 Manajemen Nyeri

b. NIC: 6040 Terapi Relaksasi


c.

NIC: 5820 Reduksi Ansity

d. NIC: 3660 Perawatan Luka


e. NIC : 6540 Control Infeksi
b. TATA LAKSANA/INTERVENSI
KEPERAWATAN

f. NIC : 4190 Pemasangan infus

Mengacu pada NIC

g. NIC : 2314 kolaborasi obat IV


h. NIC : 309 Persiapan Operasi:
edukasi, persiapan fisik: mandi,
penyiapan organ, enema, ganti
pakaian, pelepasan perhiasan,
persetujuan tindakan.
i. NIC : 2304 Kolaborasi obat oral
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI

Diet cair/saring/lunak/biasa secara


bertahap pasca bedah. Diet TETP
(Tinggi Energi Tinggi Protein)
selama pemulihan

Bentuk makanan, kebutu


gizi disesuaikan dengan u
kondisi klinis secara berta

Menyusun Software intera


d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
FARMASI

Rekomendasi kepada DPJP

Dilanjutkan dengan in
farmasi sesuai hasil monit

11. MONITORING & EVALUASI

Monitor perkembangan pa

218

a. DOKTER DPJP

b. KEPERAWATAN

Asesmen Ulang & Review Verifikasi


Rencana Asuhan
a. Monitoring penurunan skala nyeri
pasien
b. Monitoring implementasi mandiri
teknik relaksasi untuk
menurunkan nyeri
c. Monitoring tanda-tanda
kecemasan yang dialami oleh
pasien
d. Evaluasi pemahaman pasien
tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan

e.

Monitoring ekspresi non verbal


pasien (pasien menunjukkan
ekspresi lebih tenang dan pasien
mengungkapkan lebih
aman/nyaman
f. Monitoring implementasi mandiri
terapi relaksasi untuk menurunkan
kecemasan

Mengacu pada NOC

g. Monitoring luka
h. Monitoring tanda tanda infeksi

Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
kemajuannya

Monitoring asupan makan


c. GIZI

d. FARMASI

Monitoring Antropometri
Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi

Mengacu
pada
(International
Dietetic
Nutrition Terminology)

Monitoring Interaksi Obat

Menyusun Software intera

Monitoring Efek Samping Obat

Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai

Pemantauan Terapi Obat


12. MOBILISASI / REHABILITASI
a. MEDIS

219

b. KEPERAWATAN

Dibantu sebagian/mandiri

c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL
a. MEDIS

Nyeri daerah operasi (-)


Luka operasi kering dan bersih
a. NOC : 1605 Control Nyeri
b. NOC: 2101 Effect Destructive
c. NOC : 2102 Level Nyeri

b. KEPERAWATAN

Mengacu pada NOC

d. NOC : 1211 level ansietas


e. NOC : 1402 Ansity Self Control

Dilakukan dalam 3 shift

f. NOC:1102 penyembuhan Luka


g. NOC 0703 Severity Infeksi
c. GIZI

d. FARMASI

Status
Gizi
berd
antropometri, biokimia,
klinis

Asupan makanan > 80%


Optimalisasi Status Gizi
Terapi obat sesuai indikasi

Meningkatkan
pasien

Obat rasional

Status pasien/tanda vital


dengan PPK

14. KRITERIA PULANG

Resume Medis dan Keperawatan


17. RENCANA PULANG /
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

kualitas

Penjelasan diberikan sesuai dengan


keadaan umum pasien
Surat pengantar kontrol

220

Pasien
membawa
R
Perawatan/ Surat Rujukan
Kontrol/Homecare saat pu

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan

(____________________)

Perawat Penanggung Jawab

(__________________)

Keterangan :

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

221

Pelaksana Verivikasi

(______________)

CLINICAL PATHWAY
BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA
Rumah Sakit Kelas B
No. RM
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Diagnosa Masuk RS
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Tindakan

:
:
:
:
:
:
:
:

.
.
.
.
.
.
.

BB
TB
Tgl.Masuk
Tgl.Keluar
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

:
:

Kg
cm

:
:
:

:
.
:
.
Lama Rawat
Rencana Rawat
R. Rawat/ kelas
Rujukan

.
.
.

1
KEGIATAN

HARI PENYAKIT
3
4
5

HARI RAWAT
3
4
5

Jam
Jam

:
:
:

..
..
.Hari

:
:

./.
Ya / Tidak

URAIAN KEGIATAN

KETERANGAN
1

222

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL MEDIS

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

Dokter IGD
Dokter Spesialis

Pasien masuk melalui RJ

Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining gizi, nyeri, status fungsional:
bartel index, risiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.

Dilanjutkan dengan asesm


psiko, sosial, spiritua
budaya

Darah rutin
2. LABORATORIUM

Urine lengkap
PSA (Prostatik Spesific Antigen)

Atas indikasi
Varian

3. RADIOLOGI/IMAGING

BNO-IVP : Filling Deffect

Dilakukan di RJ

USG Transrectal

Dilakukan di RJ

Dokter DPJP

Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan

Atas Indikasi/ Emergency

4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN
a. ASESMEN MEDIS

b. ASESMEN KEPERAWATAN

Perawat Penanggung Jawab

c. ASESMEN GIZI

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

223

Dilakukan dalam 3 Sh
kebutuhan
dasar
dilaksanakan sesuai
pasien
Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen di
dalam waktu 48 jam

d. ASESMEN FARMASI

Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai hasi
dan Rekonsiliasi obat

Telaah Resep
Rekonsiliasi Obat

6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

Benign Prostat Hyperplasia (BPH)


00016
urine

ketidakmampuan

eliminasi

00132 Nyeri Akut


00206 Risiko Perdarahan
b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

00246
Risiko
perlambatan
penyembuhan luka operasi
00094
Risiko
ketidakmampuan
melaksanakan ADL

Masalah
keperawatan
dijumpai setiap hari. Dibu
perawat penanggung
Mengacu pada NANDA
2017

00173 Risiko Cemas

c. DIAGNOSIS GIZI

000161 Kesiapan meningkatkan


pengetahuan
Prediksi asupan zat gizi sub optimal
berkaitan
dengan rencana terapi
medis (operasi TURP) ditandai
dengan estimasi asupan makan
kurang dari kebutuhan (NI. 4)
Identifikasi
kebutuhan
pasien
dirumah

Sesuai dengan data a


kemungkinan saja ada di
lain atau diagnosis b
selama perawatan.

Kebutuhan perawatan suportif


7. DISCHARGE PLANNING

Program pendidikan pas


keluarga

Kebutuhan pasien Post Op


Aktivitas setelah pulang dari RS
Kebutuhan konseling seksual

8. EDUKASI TERINTEGRASI
a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Oleh semua pemberi


berdasarkan kebutuhan d
berdasarkan Discharge Pla

Penjelasan Diagnosis
Rencana terapi

224

Informed Consent
b. EDUKASI & KONSELING GIZI

c. EDUKASI KEPERAWATAN

d. EDUKASI FARMASI
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
EDUKASI TERINTEGRASI

Diet pra dan pasca bedah (jika


operasi) Tinggi Energi Tinggi Protein
selama pemulihan
Gizi seimbang jika tidak ada tindakan
operasi
Persiapan operasi, cara menurunkan
nyeri,
menurunkan
kecemasan,
latihan mobilisasi pasca operasi,
perawatan luka, blader training
Informasi Obat

Pengisian formulir inform


edukasi terintegrasi oleh
dan atau keluarga

Edukasi Gizi dilakukan sa


masuk dan atau pada ha
atau hari ke 5
Di DTT Keluarga/Pasien

Konseling Obat
Lembar Edukasi Terintegrasi

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA
Ceftriaxone 1 x 2 gr/iv

a.

INJEKSI

b.

CAIRAN INFUS

Ketorolac 3 x 30 mg/iv
RL
Varian
Asam Mafenamat 500 mg 3 x 1

c.

OBAT ORAL

Cefixime 2 x 200 mg

Dilanjutkan sebagai Obat


Varian

10. TATA LAKSANA/ INTERVENSI


Prostatectomy, TUR P
a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
MEDIS

Lepas drain

Jika produksi < 20 cc / har

Lepas kateter uretra


b. TATA LAKSANA/INTERVENSI

NIC : TTV (baseline)/ 4 jam

Mengacu pada NIC

225

NIC : 4190 pasang IV line dengan


cairan RL
NIC : 309 Persiapan operasi; edukasi,
persiapan fisik: mandi, penyiapan
organ
enema,
ganti
pakaian,
pelepasan perhiasan, persetujuan
tindakan
NIC : 379 Edukasi persiapan operasi
NIC : 431 terapi relaksasi
NIC : 309 Check list pra bedah
KEPERAWATAN

NIC : 1400 Manajemen Nyeri


NIC : 3360 Perawatan luka
NIC : 0590 Manajemen eliminasi
urin
NIC : 0580 Katerisasi
NIC : 0570 Bladder training
NIC : 0221 Latihan Mobilisasi
NIC : 2314 Medikasi IV
NIC : 2304 Medication : Oral
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI

d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
FARMASI

Diet Makan cair/saring/lunak atau


biasa. Bertahap pasca bedah, diet
Tinggi Energi Tinggi Protein selama
pemulihan
Rekomendasi kepada DPJP

Bentuk makanan, kebutu


gizi disesuaikan dengan u
kondisi klinis pasien
bertahap

Sesuai dengan hasil monit

11. MONITORING & EVALUASI


a. DOKTER DPJP
b. KEPERAWATAN

Asesmen Ulang & Review Verifikasi


Rencana Asuhan
Monitoriing TTV

226

Monitor perkembangan pa
Mengacu pada NOC

Monitoriing Eliminasi urin


Monitoriing Perdarahan
Monitoriing Nyeri
Monitoriing Luka
Monitoriing ADL

Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
kemajuannya pada hari ke
ke 5 kecuali asupan makan

Monitoring asupan makan


Monitoring Antropometri
c. GIZI

d. FARMASI

Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi

Mengacu
pada
(International
Dietetic
Nutrition Terminology)

Monitoring Interaksi Obat

Menyusun Software intera

Monitoring Efek Samping Obat

Dilanjutkan dengan in
farmasi sesuai hasil monit

Pemantauan Terapi Obat


12. MOBILISASI / REHABILITASI
a. MEDIS

Konseling pasien pulang

b. KEPERAWATAN

Dibantu sebagian

Tahapan
mobilisasi
kondisi pasien

c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL
Urine jernih, miksi spontan
a. MEDIS
b. KEPERAWATAN

Klinis batas normal


NOC : 1605 Nyeri terkontrol

Mengacu pada NOC

NOC : 2101 Efek pembedahan tidak


memburuk
NOC : 2102 Level nyeri berkurang

Dilakukan dalam 3 shift

227

NOC : Level cemas berkurang


NOC : dapat mengontrol kecemasan
NOC : 1102 Penyembuhan luka
NOC : 0703 tidak terjadi nyeri

Status
Gizi
berd
antropometri, biokimia,
klinis

Asupan makan > 80 %

c. GIZI

Optimalisasi Status Gizi


Terapi obat sesuai indikasi

d. FARMASI

Meningkatkan
pasien

Obat rasional

kualitas

Umum
14. KRITERIA PULANG

Status pasien/tanda vital


dengan PPK

Spesifik (miksi tanpa kateter)


Khusus : sesuai NOC
Resume Medis dan Keperawatan

15. RENCANA PULANG /


EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

Pasien
membawa
R
Perawatan/ Surat Rujukan
Kontrol/Homecare saat pu

Penjelasan diberikan sesuai dengan


keadaan umum pasien
Surat pengantar control

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(____________________)

Perawat Penanggung Jawab


(__________________)

Keterangan :

228

Pelaksana Verivikasi
(______________)

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

CLINICAL PATHWAY
BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA
Rumah Sakit Kelas C
No. RM
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Diagnosa Masuk RS
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Tindakan

:
:
:
:
:
:
:
:

.
.
.
.
.
.
.
.
Dietary Counseling and
Surveillance

BB
TB
Tgl.Masuk
Tgl.Keluar
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

:
:

:
:
:
:

.
.
.
.

Kode ICD

Z71.3

Kg
cm

1
KEGIATAN

:
.
:
.
Lama Rawat
Rencana Rawat
R. Rawat/ kelas
Rujukan

HARI PENYAKIT
3
4
5

HARI RAWAT
3
4
5

Jam
Jam

:
:
:

..
..
.Hari

:
:

./.
Ya / Tidak

URAIAN KEGIATAN

KETERANGAN
1

1. ASESMEN AWAL

229

ASESMEN AWAL MEDIS

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

Dokter IGD
Dokter Spesialis

Pasien masuk melalui RJ

Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining gizi, nyeri, status fungsional:
bartel index, risiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.

Dilanjutkan dengan asesm


psiko, sosial, spiritua
budaya

Darah rutin
2. LABORATORIUM

Urine lengkap
PSA (Prostatik Spesific Antigen)

Atas indikasi
Varian

3. RADIOLOGI/IMAGING

BNO-IVP :

Dilakukan di RJ

USG Transrectal

Dilakukan di RJ

Dokter DPJP

Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan

Atas Indikasi/ Emergency

4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN
a.

ASESMEN MEDIS

b.

ASESMEN KEPERAWATAN

Perawat Penanggung Jawab

c.

ASESMEN GIZI

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

d.

ASESMEN FARMASI

Telaah Resep

230

Dilakukan dalam 3 Sh
kebutuhan
dasar
dilaksanakan sesuai
pasien
Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen di
dalam waktu 48 jam.
Dilanjutkan dengan in

farmasi yang sesuai hasi


dan Rekonsiliasi obat

Rekonsiliasi Obat
6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

Benign Prostat Hyperplasia ( BPH)


00016
urine

ketidakmampuan

eliminasi

00132 Nyeri Akut


00206 Risiko Perdarahan
b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

00246
Risiko
perlambatan
penyembuhan luka operasi
00094
Risiko
ketidakmampuan
melaksanakan ADL

Masalah
keperawatan
dijumpai setiap hari. Dibu
perawat penanggung
Mengacu pada NANDA 2
2017

00173 Risiko Cemas

c. DIAGNOSIS GIZI

000161 Kesiapan meningkatkan


pengetahuan
Prediksi asupan zat gizi sub optimal
berkaitan
dengan rencana terapi
medis (operasi TURP) ditandai
dengan estimasi asupan makan
kurang dari kebutuhan (NI. 4)
Identifikasi
kebutuhan
pasien
dirumah

Sesuai dengan data a


kemungkinan saja ada di
lain atau diagnosis b
selama perawatan.

Kebutuhan perawatan suportif


7. DISCHARGE PLANNING

Program pendidikan pas


keluarga

Kebutuhan pasien Post Op


Aktivitas setelah pulang dari RS
Kebutuhan konseling seksual

8. EDUKASI TERINTEGRASI
a.

EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Oleh semua pemberi


berdasarkan kebutuhan d
berdasarkan Discharge Pla

Penjelasan Diagnosis
Rencana terapi
Informed Consent

Pengisian formulir inform

231

b.

EDUKASI & KONSELING GIZI

c.

EDUKASI KEPERAWATAN

d.

EDUKASI FARMASI

PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN


EDUKASI TERINTEGRASI

Diet pra dan pasca bedah (jika


operasi)
Gizi seimbang jika tidak ada tindakan
operasi
Persiapan operasi, cara menurunkan
nyeri,
menurunkan
kecemasan,
latihan mobilisasi pasca operasi,
perawatan luka, blader training

edukasi terintegrasi oleh


dan atau keluarga

Edukasi Gizi dilakukan sa


masuk dan atau pada ha
atau hari ke 5
Di DTT Keluarga/Pasien

Informasi Obat
Konseling Obat
Lembar Edukasi Terintegrasi

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

a. INJEKSI
b.CAIRAN INFUS

Ceftriaxone 1 x 2 gr/iv
Ketorolac 3 x 30 mg/iv

Varian

RL
Varian
Asam Mafenamat 500 mg 3 x 1

c. OBAT ORAL

Cefixime 2 x 200 mg

Dilanjutkan sebagai Obat


Varian

10. TATA LAKSANA/ INTERVENSI


Open Prostatectomy
a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
MEDIS

Lepas Cystostomy drain

Jika produksi < 20 cc / har

Lepas kateter uretra


b. TATA LAKSANA/INTERVENSI
KEPERAWATAN

Mengacu pada NIC

NIC : TTV (baseline)/ 4 jam


NIC : 4190 pasang IV line dengan
cairan RL
NIC : 309 Persiapan operasi; edukasi,
persiapan fisik: mandi, penyiapan
organ
enema,
ganti
pakaian,

232

pelepasan
tindakan

perhiasan,

persetujuan

NIC : 379 Edukasi persiapan operasi


NIC : 431 terapi relaksasi
NIC : 309 Check list pra bedah
NIC : 1400 Manajemen Nyeri
NIC : 3360 Perawatan luka
NIC : 0590 Manajemen eliminasi
urin
NIC : 0580 Katerisasi
NIC : 0570 Bladder training
NIC : 0221 Latihan Mobilisasi
NIC : 2314 Medikasi IV
NIC : 2304 Medication : Oral
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI

d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
FARMASI

Diet Makan cair/saring/lunak atau


biasa bertahap pasca bedah. Diet
Tinggi Energi Tinggi Protein selama
pemulihan

Bentuk makanan, kebutu


gizi disesuaikan dengan u
kondisi klinis pasien
bertahap

Rekomendasi kepada DPJP

Sesuai dengan hasil monit

a. DOKTER DPJP

Asesmen Ulang & Review Verifikasi


Rencana Asuhan

Monitor perkembangan pa

b. KEPERAWATAN

Monitoriing TTV

Mengacu pada NOC

11. MONITORING & EVALUASI

Monitoriing Eliminasi urin


Monitoriing Perdarahan
Monitoriing Nyeri

233

Monitoriing Luka
Monitoriing ADL

Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
kemajuannya pada hari ke
ke 5 kecuali asupan makan

Monitoring asupan makan


Monitoring Antropometri
c. GIZI

d. FARMASI

Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi

Mengacu
pada
(International
Dietetic
Nutrition Terminology)

Monitoring Interaksi Obat

Menyusun Software intera

Monitoring Efek Samping Obat

Dilanjutkan dengan in
farmasi sesuai hasil monit

Pemantauan Terapi Obat


12. MOBILISASI / REHABILITASI
a. MEDIS

Konseling pasien pulang

Tahapan
mobilisasi
kondisi pasien

b. KEPERAWATAN
c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL
Urine jernih, miksi spontan
a. MEDIS
b. KEPERAWATAN

Klinis batas normal


NOC : 1605 Nyeri terkontrol

Mengacu pada NOC

NOC : 2101 Efek pembedahan tidak


memburuk
NOC : 2102 Level nyeri berkurang

Dilakukan dalam 3 shift

NOC : Level cemas berkurang


NOC : dapat mengontrol kecemasan
NOC : 1102 Penyembuhan luka

234

NOC : 0703 tidak terjadi nyeri

Status
Gizi
berd
antropometri, biokimia,
klinis

Asupan makan > 80 %

c. GIZI

Optimalisasi Status Gizi


Terapi obat sesuai indikasi

d. FARMASI

Meningkatkan
pasien

Obat rasional

kualitas

Umum
14. KRITERIA PULANG

Status pasien/tanda vital


dengan PPK

Spesifik (miksi tanpa kateter)


Khusus : sesuai NOC
Resume Medis dan Keperawatan

15. RENCANA PULANG /


EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

Pasien
membawa
R
Perawatan/ Surat Rujukan
Kontrol/Homecare saat pu

Penjelasan diberikan sesuai dengan


keadaan umum pasien
Surat pengantar kontrol

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(____________________)

Perawat Penanggung Jawab


(__________________)

Keterangan :

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

235

Pelaksana Verivikasi
(______________)

CLINICAL PATHWAY
OPEN FRAKTUR LONG BONE
Rumah Sakit Kelas B & C
No. RM
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Diagnosa Masuk RS
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Tindakan

:
:
:
:
:
:
:
:

.
.
.
.
.
.
.
.
Dietary Counseling and
Surveillance

BB
TB
Tgl.Masuk
Tgl.Keluar
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

:
:

:
:
:
:

.
.
.
.

Kode ICD

Z71.3

1
KEGIATAN

Kg
cm
:
.
:
.
Lama Rawat
Rencana Rawat
R. Rawat/ kelas
Rujukan

HARI PENYAKIT
3
4
5

HARI RAWAT
3
4
5

Jam
Jam

:
:
:

..
..
.Hari

:
:

./.
Ya / Tidak

URAIAN KEGIATAN

KETERANGAN
1

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL MEDIS

Dokter IGD

Pasien masuk melalui IGD

Dokter Spesialis

Pasien masuk melalui RJ

236

Tim IPD
Tim Anestesi
Tim Rehabilitasi Medik

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

2. LABORATORIUM

Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining gizi, nyeri, status fungsional:
bartel index, risiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
Darah rutin, BT/CT, LFT, RFT, GDP
- 2PP
HbsAg, anti HIV

Dilanjutkan dengan asesm


psiko, sosial, spiritua
budaya

Dilakukan dihari ke 2 P
yaitu HB, SE dan albumin
Varian

THORAX AP
3. RADIOLOGI/IMAGING

4. KONSULTASI

Xray Sketal
EKG

Usia > 40 tahun

Program Rehab Medik

Untuk exercise pasca


dengan fisioterapi

Dokter DPJP

Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan

Atas Indikasi/ Emergency

5. ASESMEN LANJUTAN
a. ASESMEN MEDIS

b. ASESMEN KEPERAWATAN

Perawat Penanggung Jawab

c. ASESMEN GIZI

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

237

Dilakukan dalam 3 Sh
kebutuhan
dasar
dilaksanakan sesuai
pasien
Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta

personal. Asesmen
dalam waktu 48 jam
d. ASESMEN FARMASI

di

Dilanjutkan dengan in
farmasi sesuai hasil tela
rekonsiliasi Obat

Telaah Resep
Rekonsiliasi Obat

6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

Open Fraktur Long Bone


00132 Nyeri Akut
00046 Kerusakan Integritas Kulit

b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

c. DIAGNOSIS GIZI

00085 Ketidakmampuan mobilisasi


fisik
00094
Risiko
ketidakmampuan
aktivitas sehari-hari
Prediksi suboptimal asupan energi
berkaitan rencana tindakan bedah
/operasi ditandai dengan asupan
energi lebih rendah dari kebutuhan
(NI - 1.4)
Kebutuhan zat gizikalsium yang
meningkat
berkaitan
dengan
fraktur/patah tulang ditandai dengan
dibutuhkan kalsium tinggi untuk
metabolisme/pengobatan (NI-5.1)

Masalah
keperawatan
dijumpai setiap hari. Dibu
perawat penanggung
Mengacu pada NANDA
2017

Sesuai dengan data a


kemungkinan saja ada di
lain atau diagnosis b
selama perawatan.

Jadwal kontrol Post Op


Identifikasi Kebutuhan di rumah
7. DISCHARGE PLANNING

Indentifikasi
Mobilisasi

Alat

pendukung

Program pendidikan pas


keluarga

Program rehab medik (Exercise)


Informasi pemberian obat dirumah
8. EDUKASI TERINTEGRASI
a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Oleh semua pemberi


berdasarkan kebutuhan d
berdasarkan Discharge Pla

Penjelasan Diagnosis
Rencana terapi

238

Informed Consent
b. EDUKASI & KONSELING GIZI

Diet gizi seimbang, tinggi kalsium


dan vitamin D

Persiapan Operasi
c. EDUKASI KEPERAWATAN

Cara menurunkan nyeri


Menurunkan kecemasan

Pengisian formulir inform


edukasi terintegrasi oleh
dan atau keluarga

Latihan mobilisasi pasca operasi


Perawatan luka
Informasi Obat
d. EDUKASI FARMASI

PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN


EDUKASI TERINTEGRASI

Edukasi gizi dilakukan sa


masuk dan atau pada ha
atau hari ke 5.

Konseling Obat
Lembar Edukasi Terintegrasi

Di DTT Keluarga/Pasien

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

a.

INJEKSI

Grade 1: antibiotik cefriaxone 1 x 2


gr
Grade 2 & 3 : antibiotik cefazolin 3 x
2 gr + gentamicine 2 x 80 mg
Ranitidine 2 x 50 mg/iv
Analgesik : ketorolac 3 x 30 mg/iv
per 8 jam

b.

RL 1000 cc - 1500 cc/ 24 jam


CAIRAN INFUS

c.

OBAT ORAL

d.

OBAT PULANG

Varian
Analgesik oral : meloxicam 2 x 15
mg. PO/PC/pagi & malam
Varian
Ranitidine 2 x 150 mg. Ac (pagi &
malam)

239

Cefixime 2 x 200 mg
NSAID meloxicam 2 x 15 mg
Roborantia : Calcium & vit D 2 x 1
10. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Grade 1 & 2 : Debridement + ORIF
a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
MEDIS

Ditetapkan pre op

Grade 3 : Debridement + ORIF


Pemasangan kateter urine
NIC : 413 TTV (Baseline)/4 jam
NIC : 4190 Pasang IV line dengan
cairan RL
NIC : persiapan Operasi/debridement
+ ORIF/OREF: edukasi, persiapan
fisik: mandi, penyipan organ, enema,
ganti pakaian, pelepasan perhiasan,
persetujuan tindakan
NIC : 379 edukasi persiapan operasi
NIC : 309 Check list pra bedah

b. TATA LAKSANA/INTERVENSI
KEPERAWATAN

NIC : 431 terapi relaksasi

Mengacu pada NIC

NIC : 1400 Manajemen nyeri


NIC : 3360 Perawatan Luka
NIC : 0580 Katerisasi dan Perawatan
NIC : 0570 Bladdertraining
NIC : 0221 latihan mobilisasi ROM
NIC : 1805 Pemenuhan ADL
NIC : 2314 Medikasi IV
NIC : 2304 medication : Oral

240

c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI

Diet cair/saring/lunak/biasa bertahap


sesuai kondisi pasien, gizi seimbang
tinggi kalsium dan vitamin D

Bentuk makanan, kebutu


gizi disesuaikan dengan u
kondisi klinis secara berta

d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
FARMASI

Rekomendasi kepada DPJP

Sesuai dengan hasil monit

11. MONITORING & EVALUASI


a. DOKTER DPJP

Monitor perkembangan pa
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
Rencana Asuhan
Monitoring TTV
Monitoring Perdarahan

b. KEPERAWATAN

Monitoring Nyeri

Mengacu pada NOC

Monitoring Luka
Monitoring kemampuan Mobilisasi
Monitoring ADL

Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
kemajuannya

Monitoring asupan makan


c. GIZI

d. FARMASI

Monitoring Antropometri
Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi

Mengacu
pada
(International
Dietetic
Nutrition Terminology)

Monitoring Interaksi Obat

Menyusun Software intera

Monitoring Efek Samping Obat

Dilanjutkan dengan in
farmasi sesuai hasil monit

Pemantauan Terapi Obat


12. MOBILISASI / REHABILITASI
a. MEDIS/TIM REHABILITASI MEDIK

Program post op hari 2 sampai hari


pulang

b. KEPERAWATAN

Dibantu sebagian/mandiri

c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL

241

Tahapan
mobilisasi
kondisi pasien

Nyeri luka operasi terkontrol dalam 3


hari
Mobilisasi
bertahap
dengan
pendamping
Xray acceptable
a. MEDIS

Luka operasi baik


Tidak ada nyeri
Stabil
Mobilisasi mandiri dengan support
ROM dalam batas normal
TTV stabil
Luka tidak ada tanda infeksi

b. KEPERAWATAN

Luka menuju proses perbaikan

Mengacu pada NOC

Nyeri tidak terjadi

Dilakukan dalam 3 shift

Kemampuan mobilisasi
Terpenuhinya ADL
c. GIZI

d. FARMASI

Status
Gizi
berd
antropometri, biokimia,
klinis

Asupan makanan > 80%


Status Gizi Optimal
Terapi obat sesuai indikasi

Kualitas hidup pasien men

Obat rasional

Status pasien/tanda vital


dengan PPK

14. KRITERIA PULANG

15. RENCANA PULANG /


EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

Resume Medis dan Keperawatan


Penjelasan diberikan sesuai dengan

242

Pasien
membawa
R
Perawatan/ Surat Rujukan
Kontrol/Homecare saat pu

keadaan umum pasien


Surat pengantar kontrol

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(____________________)

Perawat Penanggung Jawab


(__________________)

Keterangan :

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

243

Pelaksana Verivikasi
(______________)

CLINICAL PATHWAY
TOTAL KNEE REPLACEMENT/ATRHROPLASTY
Rumah Sakit Kelas B & C
No. RM
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Diagnosa Masuk RS
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Tindakan

:
:
:
:
:
:
:
:

.
.
.
.
.
.
.
.
Dietary Conseling and
Surveilance

BB
TB
Tgl.Masuk
Tgl.Keluar
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

:
:

:
:
:
:

.
.
.
.

Kode ICD

Z71.3

1
KEGIATAN

Kg
cm
:
.
:
.
Lama Rawat
Rencana Rawat
R. Rawat/ kelas
Rujukan

HARI PENYAKIT
4
5

HARI RAWAT
3
4
5

Jam
Jam

:
:
:

..
..
.Hari

:
:

./.
Ya / Tidak

URAIAN KEGIATAN

KETERANGAN
1

1. ASESMEN AWAL
Tim Ortopedi
Tim Anestesi
ASESMEN AWAL MEDIS

Tim IPD/Hemato/Nephro/Hepato/Endokrin

Pasien masuk melalui RJ

Tim Kardiologi
Tim Rehabilitasi Medik
Dokter IGD

Pasien masuk melalui IGD

244

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran, tandatanda vital, riwayat alergi, skrining gizi,
nyeri, status fungsional: bartel index, risiko
jatuh, risiko decubitus, kebutuhan edukasi
dan budaya.

Dilanjutkan dengan asesm


psiko, sosial, spiritua
budaya

Darah rutin, BT/CT, LFT, RFT, GDP-2PP


2. LABORATORIUM

Urinalisa
SE dan Albumin
Thoraks foto AP
CT Scan/MRI

3. RADIOLOGI/IMAGING

Standing Xray AP/ Lat - skyline view


EKG
Echocardiografi

4. KONSULTASI

Program Rehabilitasi Medik


Konsultan Kardiologi

5. ASESMEN LANJUTAN

a.

b.

ASESMEN MEDIS

ASESMEN KEPERAWATAN

Dokter DPJP Utama

Visite harian/ Follow up

Dokter DPJP Pendamping

Visite harian/ Follow up

Konsultasi dengan dokter spesialis lain

Atas Indikasi

Perawat Penanggung Jawab

Dilakukan dalam 3 Shift

c.

ASESMEN GIZI

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

d.

ASESMEN FARMASI

Telaah Resep

Lihat risiko malnutrisi


skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal.
Dilanjutkan dengan in

245

farmasi sesuai hasil Tela


Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi Obat
6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

Total Knee Replacement


00132 Nyeri Akut
00046 Kerusakan Integritas Kulit

b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

c. DIAGNOSIS GIZI

7. DISCHARGE PLANNING

00085 ketidakmampuan Mobilisasi Fisik


00094 Risiko ketidakmampuan Aktivitas
sehari-hari
Prediksi
suboptimal
asupan
energi
berkaitan rencana tindakan bedah/operasi
ditandai dengan asupan energi lebih rendah
dari kebutuhan (NI - 1.4)
Tidakcukup asupan makanan per oral
berkaitan dengan tidak naafsu makan
ditandai dengan asupan energi dan protein
kurang dari kebutuhan (NI - 2.1)
Identifikasi Kebutuhan Edukasi & Latihan
Selama Perawatan
Identifikasi kebutuhan di rumah

Masalah
keperawatan
dijumpai setiap hari. Dibu
perawat penanggung
Mengacu pada NANDA
2017

Sesuai dengan data a


kemungkinan saja ada di
lain atau diagnosis b
selama perawatan.

Program pendidikan pas


keluarga

Hand Hygiene
8. EDUKASI TERINTEGRASI
a.

EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Oleh semua pemberi


berdasarkan kebutuhan d
berdasarkan Discharge Pla

Penjelasan Diagnosis
Rencana terapi
Informed Consent

b.

EDUKASI GIZI

c.

EDUKASI KEPERAWATAN

Pengisian formulir inform


edukasi terintegrasi oleh
dan atau keluarga
Edukasi gizi dilakukan sa
masuk dan atau hari ke 4 a

Diet pra bedah dan post bedah


Persiapan Operasi
Cara Menurunkan nyeri
Menurunkan Kecemasan

246

Latihan mobilisasi pasca operasi


Perawatan Luka
d.

EDUKASI FARMASI

PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN


EDUKASI TERINTEGRASI

Meningkatkan kepatuhan
meminum/menggunakan o

Informasi Obat
Konseling Obat
Lembar Edukasi Terintegrasi

Di DTT Keluarga/Pasien

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

a.

INJEKSI

b.

CAIRAN INFUS

c.

Cefazolin 2gr/iv profilaksis 30 menit


sebelum incisi 1gr/8 jam (total 3x
pemberian)
PPI/H2R : Omeprazole 2 x 1 gr/iv atau
Pantoprazole 2 x 4gr /iv atau Ranitidine 2 x
5 mg/iv
Analgesik : Paracetamol 3 x 1gr/iv per 8
jam
RL 500 cc- 1000 cc/24 jam

OBAT ORAL

Varian
PPI/H2R Oral : Omeprazol 2 x 40mg/
Pantoprazole 2 x 20mg/ Ranitidine 2 x
150mg. Ac (pagi dan malam)
Analgesik Oral : zaldiar/Ultrazet 2 x 1
tablet. po/pc atau pagi dan malam
NSAID COX - 2 inhibitor: Celebrex 1 x
200 mg. po/pc atau Arcoxia 1 x 120 po/pc
(siang)
Anti DVT : Xarelto 1 x 10mg dimulai 12
jam post OP selama 12 hari

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI


TKR dengan Manual/CAOS/PSI
a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
MEDIS

Pemaasangan Drain
Pemasangan Kateter

247

Obat pulang

NIC : 413 TTV (Baseline)/4jam


NIC : 4190 Pasang IV line dengan cairan
RL
NIC : 309 Persiapan : edukasi, persiapan
fisik : mandiri, penyiapan organ, enema,
ganti pakaian, pelepasan perhiasan,
persetujuan tindakan.
NIC : 379 Edukasi persiapan operasi
NIC : 309 Check list pra bedah
b. TATA LAKSANA/INTERVENSI
KEPERAWATAN

NIC : 431 Terapi Relaksasi


Mengacu pada NIC

NIC : 1400 Manajemen Nyeri


NIC : 3360 Perawatan Luka
NIC : 0580 Katerisasi dan Perawatan
NIC : 0570 Bladder Training
NIC : 0221 Latihan Mobilisasi : ROM
NIC : 1805 Pemenuhan ADL
NIC : 2314 Medikasi IV
NIC : 2304 Administering Oral

c. TATA LAKSANA/INTERVENSI
GIZI

Bentuk makanan, kebutu


gizi disesuaikan dengan u
kondisi klinis secara berta

Diet cair, saring, makan lunak/biasa

d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
FARMASI

Sesuai dengan hasil monit

11. MONITORING & EVALUASI


a. DOKTER DPJP

Asesmen Ulang & Review Verifikasi


Rencana Asuhan

Monitor perkembangan pa

b. KEPERAWATAN

Monitoring TTV

Mengacu pada NOC

Monitoring Hemodinamik

248

Monitoring Nyeri
Monitoring Luka
Monitoring Perdarahan
Monitoring Kemampuan Mobilisasi
Monitoring Pemenuhan ADL

Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
kemajuannya. Monev pa
ke 4 aatau 5 kecuali
makanan.

Monitoring asupan makan


Monitoring Antropometri
c. GIZI

d. FARMASI

Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi

Mengacu
pada
(International
Dietetic
Nutrition Terminology)

Monitoring Interaksi Obat

Menyusun Software intera

Monitoring Efek Samping Obat

Dilanjutkan dengan in
farmasi sesuai hasil monit

Pemantauan Terapi Obat


12. MOBILISASI / REHABILITASI
a. MEDIS

Program post op hari 2-7

b. KEPERAWATAN

Mobilisasi dibantu dan latihan bertahap

c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL
a. MEDIS : JANGKA PENDEK

Nyeri luka operasi terkontrol dalam 3 hari


Mobilisasi bertahap dengan pendamping
Xray Acceptable
Luka operasi baik

MEDIS : JANGKA PANJANG

Tidak ada nyeri

249

Tahapan
mobilisasi
kondisi pasien

Stabil
Mobilisasi mandiri dengan support
ROM dengan batas normal
TTV normal
Hemodinamik Normal
Tidak ada tanda infeksi diluka
b. KEPERAWATAN

Mengacu pada NOC

Perbaikan luka
Dilakukan dalam 3 shift

Level nyeri berangsur menurun


Kemampuan mobilisasi meningkat
ADL terpenuhi
c. GIZI

d. FARMASI

Status Gizi dinilai berd


antropometri, biokimia,
klinis

Asupan makan > 80%


Optimalisasi status gizi
Terapi obat sesuai indikasi

Kualitas hidup pasien men

Obat rasional
Umum

Status pasien/tanda vital


dengan PPK

14. KRITERIA PULANG


Khusus
Resume Medis dan Keperawatan
15. RENCANA PULANG /
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

Penjelasan diberikan
keadaan umum pasien

sesuai

dengan

Surat pengantar control

250

Pasien
membawa
R
Perawatan/ Surat Rujukan
Kontrol/Homecare saat pu

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan

(____________________)

Perawat Penanggung Jawab

(__________________)

Keterangan :

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

251

Pelaksana Verivikasi

(______________)

CLINICAL PATHWAY
DEMAM TIFOID
Rumah Sakit Kelas B
No. RM
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Diagnosa Masuk RS
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Tindakan

:
:
:
:
:
:
:
:

.
.
.
.
.
.
.
.
Dietary Counseling and
Surveillance

BB
TB
Tgl.Masuk
Tgl.Keluar
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

:
:

:
:
:
:

.
.
.
.

Kode ICD

Z71.3

1
KEGIATAN

Kg
cm
:
.
:
.
Lama Rawat
Rencana Rawat
R. Rawat/ kelas
Rujukan

HARI PENYAKIT
3
4
5

HARI RAWAT
3
4
5

Jam
Jam

:
:
:

..
..
.Hari

:
:

./.
Ya / Tidak

URAIAN KEGIATAN

KETERANGAN
1

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL MEDIS
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

Dokter IGD

Pasien masuk melalui IGD

Dokter Spesialis

Pasien masuk melalui RJ

Perawat Primer:
Alasan utama masuk rumah sakit,
riwayat penyakit, status psikologis,
mental, sosial, ekonomi dan budaya
pemeriksaan fisik, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining gizi, nyeri, status fungsional:

Dilanjutkan dengan asesm


psiko, sosial, spiritua
budaya

252

bartel index, risiko jatuh, risiko


decubitus, kebutuhan edukasi dan
Discharge Planning
DPL
Fungsi Hati : SGOT/SGPT
Albumin
Ureum/Creatinin
2. LABORATORIUM

GDS/Elektrolit
Widal, Ig M Salmonella
Kultur Darah Gall
NS 1 atau Dengue Blot, Malaria
Mikroskopik
dan
ICT,
IgM
Leptospira
Varian

3. RADIOLOGI/IMAGING

USG Abdomen

4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN
a.

ASESMEN MEDIS

c.

ASESMEN KEPERAWATAN

d.

ASESMEN GIZI

e.

ASESMEN FARMASI

Dokter DPJP

Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan

Atas Indikasi/ Emergency

TTV dan Status nutrisi: nafsu makan,


mual, muntah, diare, konstipasi

Dilakukan dalam 3 Shift

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

Lihat risiko malnutrisi


skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen dalam
48 jam.

Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai hasil
dan Rekonsiliasi obat

Telaah Resep
Rekonsiliasi Obat

253

6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

Demam Tifoid (Non Komplikata)


00007 Hipertermia

b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

c. DIAGNOSIS GIZI

7. DISCHARGE PLANNING

00002 Ketidakseimbangan nutrisi :


kurang dari kebutuhan tubuh
Peningkatan kebutuhan zat gizi
energi
berkaitan
dengan
meningkatnya
kebutuhan
untuk
menjaga suhu tubuh ditandai dengan
asupan tidak adekuat, demam (NI 1.1)
Identifikasi Kebutuhan Edukasi &
Latihan Selama Perawatan
Identifikasi kebutuhan di rumah

Masalah
keperawatan
dijumpai setiap hari. Dibu
perawat penanggung
Mengacu
pada
di
NANDA. Int

Sesuai dengan data a


kemungkinan saja ada di
lain atau diagnosis b
selama perawatan.

Program pendidikan pas


keluarga

Hand Hygiene
8. EDUKASI TERINTEGRASI
a.

EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Penjelasan Diagnosis

Oleh semua pemberi


berdasarkan kebutuhan d
berdasarkan Discharge Pla

Rencana terapi
Informed Consent
d.

EDUKASI & KONSELING GIZI

Diet lambung bentuk saring atau


lambung
Konseling nutrisi/pola makan

e.

EDUKASI KEPERAWATAN

Edukasi gizi dilakukan sa


masuk dan atau pada ha
atau hari ke 5

Pola istirahat
Pola hidup sehat

h.

EDUKASI FARMASI

PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN


EDUKASI TERINTEGRASI

Pengisian formulir inform


edukasi terintegrasi oleh
dan atau keluarga

Informasi Obat
Konseling Obat

Meningkatkan kepatuhan
meminum/menggunakan o

Lembar Edukasi Terintegrasi

Di DTT Keluarg/Pasien

254

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

a.

INJEKSI

Cefalosporin generasi 3: Ceftriaxone


1 x 3-4 gr selama 3 - 5 hari atau
Cefotaxime 2 - 3 x1 gr atau
Cefoperasome 2 - 3 x 1gr
Varian

c.

e.

CAIRAN INFUS

OBAT ORAL

NaCl 0.9 500 cc bersama dengan


pemberian antibiotik
Varian
Kloramfenicol 4 x 500 mg s/d 7 hari
bebas demam
Tiamfenicol 4 x 500 mg atau
Contrimoxazol 2 x 960 mg selama 2
minggu atau
Ampicilin/Amoxicilin 50 - 150
mg/kg BB selama 2 minggu atau
Flouroquinolon: Ciprofloxacin 2 x
400 mg selama 7 hari atau
Levofloxacin 1 x 500 mg selama 7
hari
Simptomatik:
Antipiretik
Paracetamol bila demam
Varian

d. RECTAL
10. TATA LAKSANA/INTERVENSI
a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
MEDIS
b. TATA LAKSANA/INTERVENSI
KEPERAWATAN

Mengacu pada NIC

NIC 3740 Fever Treatment


NIC 4120 Fluid Management
NIC 6540 Infection Control
NIC 2380 Medication Management
NIC 6680 Vital Sign Monitoring

255

NIC 1120 Nutrition Therapy


NIC 5246 Nutritional Counseling
NIC 1160 Nutritional Monitoring
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi/gizi
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
FARMASI

Diet Makanan Lunak atau Makanan


Saring (Diet Lambung)

Bentuk makanan, kebutu


gizi disesuaikan dengan u
kondisi klinis, secara berta

Rekomendasi kepada DPJP

Sesuai dengan hasil monit

Asesmen Ulang & Review Verifikasi


Rencana Asuhan

Monitor perkembangan pa

11. MONITORING & EVALUASI


a. DOKTER DPJP

Monitoring tanda-tanda vital pasien

b. KEPERAWATAN

c. GIZI

Monitoring status hidrasi pasien


meliputi balance cairan, terapi
intravena dan tanda-tanda dehidrasi
Monitoring tindakan pencegahan
infeksi yang harus dilakukan oleh
pasien
dan
keluarga
selama
perawatan
Monitoring
pemberian
obat
antipiretik
Monitoring status nutrisi pasien dan
nilai balance intake dan outtake
Diet yang diberikan tepat dan tidak
ada gejala kontipasi atau diare
Monitoring
tanda-tanda
kurang
nutrisi
Monitoring hasil laboratorium yang
meliputi nilai albumin, protein total,
hemoglobin, imfosit dan elektrolit

Mengacu pada NOC

Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
kemajuannya. Monev pa
ke 4atau ke 5 kecuali
makanan

Monitoring asupan makan


Monitoring Antropometri
Monitoring Biokimia

256

Monitoring Fisik/klinis terkait gizi


Mengacu
Monitoring Interaksi Obat
d. FARMASI

pada

Menyusun Software intera

Monitoring Efek Samping Obat

Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai

Pemantauan Terapi Obat


12. MOBILISASI /REHABILITASI
a. MEDIS
b. KEPERAWATAN

Mobilisasi bertahap dari miring kiri


dan kanan, duduk bersandar di
tempat tidur,duduk berjuntai, berdiri
dan berjalan

Tahapan
mobilisasi
kondisi pasien

c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL

a. MEDIS

Tegaknya diagnosis berdasarkan


anamnesis dan pemeriksaan fisik
Didapatkan diagnosis definitif
salmonella typhi atau salmonella
paratyphi dari pemeriksaan
penunjang
NOC : 0800 Thermoregulation
NOC : 0602 Hydration
NOC : 0703 Infection Saverity
NOC : 2301 Medication Responses

b. KEPERAWATAN

NOC : 0802 Vital Signs

Mengacu pada NOC


Dilakukan dalam 3 shift

NOC : 1004 Nutritional Status


NOC: 1005 Nutritional Status:
biochemical measures
NOC : 1007 Nutritional energy

257

Status
Gizi
antropometri,
fisik/klinis

Asupan makan > 80%

c. GIZI

Optimalisasi status gizi


Terapi obat sesuai indikasi

d. FARMASI

Meningkatkan
pasien

Obat rasional
Umum: Hemodinamik stabil, Intake
baik
Khusus: Demam turun, kesadaran
baik, tidak ada komplikasi

14. KRITERIA PULANG

RENCANA
PULANG/EDUKASI
PELAYANAN LANJUTAN

Pasien
membawa
R
Perawatan/ Surat Rujukan
Kontrol/Homecare saat pu

Penjelasan diberikan sesuai dengan


keadaan umum pasien
Surat pengantar kontrol

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(____________________)

Perawat Penanggung Jawab


(__________________)

Keterangan :

258

kualitas

Status pasien/tanda vital


dengan PPK

Resume Medis dan Keperawatan

15

berd
bi

Pelaksana Verivikasi
(______________)

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

CLINICAL PATHWAY
PNEUMONIA KOMUNITAS
Rumah Sakit Kelas B
No. RM
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir

:
:
:

.
.

BB
TB
Tgl.Masuk

:
:

Kg
cm
:

259

Jam

..

Diagnosa Masuk RS
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Tindakan

:
:
:
:
:

.
.
.
.
.
.
Dietary Counseling and
Surveillance

Tgl.Keluar
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

:
:
:
:

.
.
.
.

Kode ICD

Z71.3

1
KEGIATAN

:
.
Lama Rawat
Rencana Rawat
R. Rawat/ kelas
Rujukan

HARI PENYAKIT
3
4
5

HARI RAWAT
3
4
5

Jam

:
:

..
.Hari

:
:

./.
Ya / Tidak

URAIAN KEGIATAN

KETERANGAN
1

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL MEDIS

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

2. LABORATORIUM

Dokter IGD

Pasien masuk melalui IGD

Dokter Spesialis

Pasien masuk melalui RJ

Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining gizi, nyeri, status fungsional:
bartel index, risiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
Darah Lengkap (LED, Hitung
JenisLeukosit), AGD
Uji Sputum BTA 3x, pemeriksaan
gram kultur, dan uji resistensi

Dilanjutkan dengan asesm


psiko, sosial, spiritua
budaya

Saturasi 02
Varian
3. RADIOLOGI/IMAGING

Rontgen Dada PA

260

EKG
4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN
a.

ASESMEN MEDIS

c.

ASESMEN KEPERAWATAN

d.

ASESMEN GIZI

e.

ASESMEN FARMASI

Dokter DPJP

Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan

Atas Indikasi/ Emergency

Perawat Penanggung Jawab

Dilakukan dalam 3 Shift

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

Lihat risiko malnutrisi


skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen dalam
48 jam.

Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai hasil
dan Rekonsiliasi obat

Telaah Resep
Rekonsiliasi Obat

6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

Pneumonia Komunitas
00030 Gangguan pertukaran gas
00032 ketidakefektifan pola nafas

b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

00094
aktifitas

risiko

ketidakmampuan

00007Hypertermia

c. DIAGNOSIS GIZI

7. DISCHARGE PLANNING

Peningkatan kebutuhan zat gizi


energi
berkaitan
dengan
meningkatnya
kebutuhan
untuk
menjaga suhu tubuh ditandai dengan
asupan tidak adekuat, demam (NI 1.1)
Identifikasi Kebutuhan Edukasi &
Latihan Selama Perawatan

261

Masalah
keperawatan
dijumpai setiap hari. Dibu
perawat penanggung
Mengacu
pada
di
NANDA. Int

Sesuai dengan data a


kemungkinan saja ada di
lain atau diagnosis b
selama perawatan.

Program pendidikan pas


keluarga

Identifikasi kebutuhan di rumah


Hand Hygiene
8. EDUKASI TERINTEGRASI
a.

EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Penjelasan Diagnosis

Oleh semua pemberi


berdasarkan kebutuhan d
berdasarkan Discharge Pla

Rencana terapi
Informed Consent
d.

EDUKASI & KONSELING GIZI

Diet makanan lunak atau makanan


saring
Teknik relaksasi nafas dalam

e.

EDUKASI KEPERAWATAN

Pengisian formulir inform


edukasi terintegrasi oleh
dan atau keluarga

Edukasi gizi dilakukan sa


masuk dan atau pada ha
atau hari ke 5

Posisi
Pencegahan aspirasi
Pencegahan penularan

i.

EDUKASI FARMASI

PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN


EDUKASI TERINTEGRASI

Meningkatkan kepatuhan
meminum/menggunakan o

Informasi Obat
Konseling Obat
Lembar Edukasi Terintegrasi

Di DTT Keluarga/Pasien

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

a.

Antibiotik empiris spektrum luas


INJEKSI

Varian
IVFD Nacl 0,9% untuk rehidrasi dan
koreksi kalori dan elektrolit

c.

Varian
CAIRAN INFUS

Simptomatik/Supportif:
Mukolitik

Antipiretik
Varian

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI

262

a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
MEDIS

Perawatan ICU dan penggunaan


ventilator bila didapatkan gagal
Monitoring pernafasan, suhu, retraksi
dada, suara nafas
NIC : 0810 memberikan posisi
Manajemen pencegahan risiko jatuh
NIC : 1400 Manajemen nyeri
NIC : 4120 Fluid Management
NIC: 6540 Infection Control
NIC : 2380 Medication Management

b. TATA LAKSANA/INTERVENSI
KEPERAWATAN

NIC : 2314 Medikasi IV

Mengacu pada NIC

NIC : 2304 Medication : oral


NIC : 4190 Pasang IV line dengan
cairan RL
NIC : 3320 Oksigenisasi
NIC : 3160 Suction
NIC : 0580Katerisasi
NIC : 0570 Bladder training
Perawatan ICU
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi/gizi
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
FARMASI

Diet Makanan Lunak atau Makanan


Saring

Bentuk makanan, kebutu


gizi disesuaikan dengan u
kondisi klinis, secara berta

Rekomendasi kepada DPJP

Sesuai dengan hasil monit

11. MONITORING & EVALUASI


a. DOKTER DPJP
b. KEPERAWATAN

Asesmen Ulang & Review Verifikasi


Rencana Asuhan
TTV

263

Monitor perkembangan pa
Mengacu pada NOC

Status pernafasan
Tingkat kesadaran
Aktivitas dan toleransi

Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
kemajuannya. Monev pa
ke 4atau ke 5 kecuali
makanan

Monitoring asupan makan


Monitoring Antropometri
c. GIZI

d. FARMASI

Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi

Mengacu
pada
(Internasional
Dietetic
Nutrition Terminology)

Monitoring Interaksi Obat

Menyusun Software intera

Monitoring Efek Samping Obat


Pemantauan Terapi Obat

Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai

Mobilisasi sesuai toleransi

Tahapan
mobilisasi
kondisi pasien

Tegaknya diagnosis berdasarkan


anamnesis dan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang
mendukung
Didapatkan diagnosis definitif bakteri
penyebabPneumonia dari
pemeriksaan penunjang
Tanda vital baik, intake baik,
mobilisasi baik
TTV, kesadaran

Mengacu pada NOC

Toleransi aktivitas

Dilakukan dalam 3 shift

12. MOBILISASI / REHABILITASI


a. MEDIS
b. KEPERAWATAN
c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL

a. MEDIS

b. KEPERAWATAN

264

Kebutuhan sehari-hari
Status
Gizi
antropometri,
fisik/klinis

Asupan makan > 80%

c. GIZI

Optimalisasi status gizi


Terapi obat sesuai indikasi

d. FARMASI

Meningkatkan
pasien

Obat rasional
Umum: Tanda vital baik, intake baik,
mobilisasi baik
Khusus:
pemeriksaan
fisik
danpemeriksaan penunjang kembali
normal/perbaikan

14. KRITERIA PULANG

RENCANA PULANG /
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

Pasien
membawa
R
Perawatan/ Surat Rujukan
Kontrol/Homecare saat pu

Penjelasan diberikan sesuai dengan


keadaan umum pasien
Surat pengantar control

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(____________________)

Perawat Penanggung Jawab


(__________________)

Keterangan :

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

265

kualitas

Status pasien/tanda vital


dengan PPK

Resume Medis dan Keperawatan


15

berd
bi

Pelaksana Verivikasi
(______________)

CLINICAL PATHWAY
PLASENTA PREVIA TOTALIS PADA KEHAMILAN ATERM
Rumah Sakit Kelas B & C
No. RM
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Diagnosa Masuk RS
Penyakit Utama

:
:
:
:
:

.
.
.
.

BB
TB
Tgl.Masuk
Tgl.Keluar
Kode ICD

:
:

Kg
cm
:
.
:
.
Lama Rawat

266

Jam
Jam

:
:
:

..
..
.Hari

Penyakit Penyerta
Komplikasi
Tindakan

:
:
:

.
.
.
.
Dietary Counseling and
Surveillance

Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

:
:
:
:

.
.
.
.

Kode ICD

Z71.3

1
KEGIATAN

Rencana Rawat
R. Rawat/ kelas
Rujukan

HARI PENYAKIT
3
4
5

HARI RAWAT
3
4
5

:
:

./.
Ya / Tidak

URAIAN KEGIATAN

KETERANGAN
1

1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD

Pasien masuk melalui IGD

Dokter Spesialis
ASESMEN AWAL MEDIS

Tim IPD

Pasien masuk melalui RJ

Tim Anestesi
Tim Rehabilitasi Medik

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

2. LABORATORIUM

3. RADIOLOGI/IMAGING

Perawat Primer :
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining
gizi,
nyeri,
status
fungsional : bartel index, risiko jatuh,
risiko decubitus, kebutuhanedukasi
dan budaya
Darah rutin, BT/CT, GDS
Urin rutin
USG
CTG

267

Dilanjutkan dengan asesm


psiko, sosial, spiritua
budaya

4. KONSULTASI

Anestesi

5. ASESMEN LANJUTAN
a. ASESMEN MEDIS

Dokter DPJP

Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan

Atas Indikasi/ Emergency

b. ASESMEN KEPERAWATAN

Perawat Penanggung Jawab

c. ASESMEN GIZI

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

d. ASESMEN FARMASI

Dilakukan dalam 3 sh
kebutuhan
dasar
dilaksanakan sesuai
pasien
Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal dalam 48 jam

Dilanjutkan dengan in
farmasi sesuai hasil tela
rekonsiliasi Obat

Telaah Resep
Rekonsiliasi Obat

6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

Plasenta previa totalis


00205. Risiko Shock
00028 Defisit Volume Cairan
00029 Penurunan Curah Jantung

b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

00200 Tidak efektifnya


jaringan : Plasenta

perfusi

Risiko Fetal Distress*


00132 Nyeri Akut (Post Op)

Masalah
keperawatan
dijumpai setiap hari. Dibu
perawat
penanggung
mengacu pada NANDA I
- 2017

00148 Takut
00094 Intoleransi aktivitas
c. DIAGNOSIS GIZI

Prediksi sub optimal asupan energi


berkaitan rencana tindakan bedah/

268

Sesuai dengan data a


kemungkinan saja ada di

operasi sektio caesaria pasien


dipuasakan ditandai dengan asupan
makanan lebih rendah dari kebutuhan
(NI-1.4)
Meningkatnya kebutuhan energi dan
protein
berkaitan
dengan
meningkatnya kebutuhan zat gizi
ditandai dengan habis melahirkan,
tindakan operasi sectio, estimasi
asupan lebih rendah dari kebutuhan
( NI-5.1)

lain atau
diagnosis b
selama perawatan

Jadwal kontrol Post Op


7. DISCHARGE PLANNING

Identifikasi Kebutuhan di rumah


Indentifikasi pendukung mobilisasi

Program pendidikan pas


keluarga

Informasi pemberian obat dirumah


8. EDUKASI TERINTEGRASI
a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Penjelasan Diagnosis

Oleh semua pemberi


berdasarkan kebutuhan d
berdasarkan Discharge Pla

Rencana terapi
Informed Consent
b. EDUKASI & KONSELING GIZI

c. EDUKASI KEPERAWATAN

Diet pasca bedah sectio adalah diet


post partum/diet ibu menyusui tinggi
energi dan tinggi protein sesuai
dengan kebutuhan

Pengisian formulir inform


edukasi terintegrasi oleh
dan atau keluarga

Penurunan kecemasan

Edukasi gizi bersamaan


kunjungan awal, dapa
dilakukan pada hari ke
hari ke 5

Manajemen nyeri
Mobilisasi Post Operasi SC

d. EDUKASI FARMASI
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
EDUKASI TERINTEGRASI

Meningkatkan kepatuhan
meminum/menggunakan o

Informasi Obat
Konseling Obat
Lembar Edukasi Terintegrasi

Di TTD Keluarga/Pasien

269

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA
a. INJEKSI

Antibiotik profilaksis sesuai pola


kuman RS setempat

b. CAIRAN INFUS

Cairan kristaloid

c. OBAT ORAL

d. OBAT PULANG

Sulfas ferosus 1x360 mg, PO


Asam mefenamat 3x500 mg, PO
Sulfas ferosus 1x360 mg, PO
Asam mefenamat 3x500 mg, PO

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI


a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
MEDIS

Seksio sesarea

Ditetapkan pre op

b. TATA LAKSANA/INTERVENSI
KEPERAWATAN

Kode NIC : 4258 Manajemen Shock

Pemasangan kateter urine 1x24 jam

Kode NIC : 4180 Manajemen


Hipovolemia
Kode NIC : 6680 Monitoring tandatanda vital
Kode NIC : 4190 Pasang IV Line
dengan RL
Kode NIC : 0580 Pasang Kateter
Urin
Kode NIC : 6771 Monitor DJJ dan
Gerakan Janin
Kode NIC : 6771 Monitor Fetal
(Antepartum) elektronik
Kode NIC : 2880 Koordinasi
Persiapan Operasi
Kode NIC : 2080 Monitor Cairan &
Elektrolit
Kode NIC : 1400 Manajemen Nyeri
Kode
NIC
Kecemasan/Takut

Penurunan

270

Mengacu pada NIC

Kode NIC :
Perawatan Diri

1800

Memenuhi

c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI

Diet Tinggi EnergiTinggi Protein


(Post Partum dan Post Sectio)

Bentuk makanan, kebutu


gizi disesuaikan dengan u
kondisi klinis

d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
FARMASI

Rekomendasi kepada DPJP

Sesuai dengan hasil monit

11. MONITORING & EVALUASI


a. DOKTER DPJP

b. KEPERAWATAN

Monitor perkembangan pa
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
Rencana Asuhan
Kode NOC : 0802 Monitoring TandaTanda Vital
Kode NOC : 4010 Monitoring
Perdarahan
Kode NOC : 4120 Manajemen
Cairan

Mengacu pada NOC

Kode NOC : 0112 Monitoring Fetal


Kode NOC : 1605 Monitoring Nyeri
Kode NOC : 1402 Monitoring Cemas

Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
kemajuannya

Monitoring asupan makan


c. GIZI

d. FARMASI

Monitoring Antropometri
Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/Klinis terkait gizi

Mengacu
pada
(International
Dietetic
Nutrition Terminology)

Monitoring Interaksi OBat

Menyusun sofware intera

Monitoring Efek Samping Obat

Dilanjutkan dengan in
farmasi sesuai hasil monit

Pemantauan Terapi Obat


12. MOBILISASI / REHABILITASI
a. MEDIS/TIM REHABILITASI MEDIK

Program post op hari 2 sampai hari


pulang

b. KEPERAWATAN

Mobilisasi dibantu/sebagian

271

Tahapan
mobilisasi
kondisi pasien namun dia
mobilisasi dini sejak 12 ja
operasi

c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL
Nyeri luka operasi terkontrol dalam 3
hari
Mobilisasi
bertahap
dengan
pendamping
a. MEDIS

Luka operasi baik


Kontraksi uterus baik
Tidak ada perdarahan per vaginam
Mobilisasi mandiri dengan support
0802 Tanda-Tanda Vital dalam Batas
Normal
0419 Shock Hipovelemik teratasi

b. KEPERAWATAN

0602 Cairan/hidrasi terpenuhi

Mengacu pada NOC

0111 Status Fetal dalam batas normal

Dilakukan dalam 3 shift

1402 Cemas/takut Terkontrol


0306 Perawatan diri terpenuhi
Asupan makanan > 80%
c. GIZI

Status gizi optimalisas


sesuai dan pemberian tepa

Ketepatan pemberian diet


Ketepatan waktu pemberian makan

d. FARMASI

Terapi Obat sesuai Indikasi

Meningkatkan
pasien

Obat Rasional

Kualitas

Status pasien/tanda vital


dengan PPK

14. KRITERIA PULANG

272

Resume Medis dan Keperawatan


15. RENCANA PULANG /
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

Pasien
membawa
R
Perawatan/ Surat Rujukan
Kontrol/Homecare saat pu

Penjelasan diberikan sesuai dengan


keadaan umum pasien
Surat pengantar kontrol

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(____________________)

Perawat Penanggung Jawab


(__________________)

Pelaksana Verivikasi
(______________)

Keterangan :

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

CLINICAL PATHWAY
STROKE HEMORAGIK
Rumah Sakit Kelas B & C
No. RM
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Diagnosa Masuk RS

:
:
:
:

.
.
.

BB
TB
Tgl.Masuk
Tgl.Keluar

Penyakit Utama

......................................

Kode ICD

:
:

Kg
cm
:
:

.
.

Lama Rawat

273

Jam
Jam

:
:
:

..
..
14 Hari (tanpa
Komplikasi)

Penyakit Penyerta
Komplikasi
Tindakan

:
:
:

.
.
.
.
Dietary Counseling and
Surveillance

KEGIATAN

Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

:
:
:
:

.
.
.
.

Kode ICD

Z71.3

Rencana Rawat
R. Rawat/ kelas
Rujukan

:
:

1-2

3-4

5-6

HARI PENYAKIT
7- 8 9 - 10 11-12

13-14

15-16

1-2

3-4

5-6

HARI RAWAT
7- 8 9 - 10 11-12

13-14

15-16

./.
Ya / Tidak

KETERANGAN

URAIAN KEGIATAN

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL MEDIS

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

2. LABORATORIUM

Dokter IGD

Pasien masuk melalui IGD

Dokter Spesialis

Pasien masuk melalui RJ

Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining
gizi,
nyeri,
status
fungsional: bartel index, risiko
jatuh, risiko decubitus, kebutuhan
edukasi dan budaya.

Dilanjutkan dengan asesmen


bio, psiko, sosial, spiritual dan
budaya

Darah tepi lengkap


GDS
HbA1C
Ureum Creatinin
SGOT SGPT
Analisa Gas Darah
Elektrolit

274

Profil Lipid
Hemostasis
Rontgen Thorax
Brain CT SCAN + CT Angiografi
3. RADIOLOGI/IMAGING

Usia > 40 tahun

Doppler Carotis
Transcranial Doppler
DSA Cerebral
EKG
Penyakit Dalam
Jantung

4. KONSULTASI

Bedah Saraf

Lama Hari Rawat 14 Hari

Paru
Rehab Medis
Gizi

5. ASESMEN LANJUTAN

a.

ASESMEN MEDIS

Dokter DPJP

Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan

Atas Indikasi/ Emergency

Asesmen perkembangan harian


TNRS

e.

ASESMEN KEPERAWATAN

Perawat Penanggung Jawab

Dilakukan dalam 3 Shift

f.

ASESMEN GIZI

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

Lihat risiko malnutrisi melalui


skrining gizi dan mengkaji
data antropometri, biokimia,
fisik/ klinis, riwayat makan
termasuk alergi makanan serta
riwayat personal. Asesmen

275

dilakukan dalam waktu 48


jam
g.

ASESMEN FARMASI

Dilanjutkan dengan intervensi


farmasi yang sesuai hasil
Telaah dan Rekonsiliasi

Telaah Resep
Rekonsiliasi Obat

6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

CVD Stroke Hemorrhagic


Masalah keperawatan yang
dijumpai setiap hari. Dibuat
oleh perawat penanggung
jawab.

b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

c. DIAGNOSIS GIZI

7. DISCHARGE PLANNING

Asupan cairan kurang berkaitan


dengan kurangnya pemenuhan
kebutuhan
ditandai
dengan
kesulitan menelan, asupan cairan
tidak cukup dibanding kebutuhan
(NI 3.1)
Tidak cukupnya asupan makanan
peroral
berkaitan
dengan
menurunnya
kemampuan
mengkonsumsi zat gizi energi dan
protein ditandai dengan terbatasnya
asupan makanan setelah stroke (NI
2.1)
Malnutrisi
berkaitan
dengan
terbatasnya akses makanan ditandai
dengan BMI < 18, kehilangan
lemak subkutan dan otot (NI 5.2)
Kurang asupan serat berkaitan
dengan kurang asupan buah dan
sayur ditandai dengan tidak cukup
dibanding dengan kebutuhan dan
sulit BAB (NI 5.8.5)
Identifikasi kebutuhan dirumah

Sesuai dengan data asesmen,


kemungkinan
saja
ada
diagnosis lain atau diagnosis
berubah selama perawatan.

Program pendidikan pasien

276

dan keluarga
LAMA RAWAT 14 HARI

Kebutuhan perawatan suportif


8. EDUKASI TERINTEGRASI
a.

EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Penjelasan Diagnosis

Oleh semua pemberi asuhan


berdasarkan kebutuhan dan
juga berdasarkan Discharge
Planning.

Rencana terapi
Informed Consent

d.

e.

EDUKASI & KONSELING


GIZI

EDUKASI KEPERAWATAN

Penjelasan pemberian makanan


bertahap sesuai hasil tes menelan,
dimulai dari makananenteral/cair
frekuensi 6 kali (porsi kecil sering)
sesuai kemampuan, dilanjut ke
bentuk saring, lunak, biasa
Pembatasan valsafa maneuver yang
meningkatkan tekanan intrakranial

Pengisian formulir informasi


dan edukasi terintegrasi oleh
pasien dan atau keluarga
Edukasi gizi dilakukan saat
awal masuk pada hari 1 atau
ke 2

Posisi
Pencegahan risiko jatuh
Bantuan melaksanakan
sehari-hari

h.

EDUKASI FARMASI

PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN


EDUKASI TERINTEGRASI

aktivitas

Meningkatkan
kepatuhan
pasien
meminum/
menggunakan obat

Informasi Obat
Konseling Obat
Lembar Edukasi Terintegrasi

Di DTT Keluarga/Pasien

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA
Anti Hipertensi

a.

Neurotropik
INJEKSI

DIBERIKAN
HARI

Diuretik (Manitol 20%)


Insulin

e.

Asering/12Jam
CAIRAN INFUS

Varian

277

SELAMA

Neurotropik
Anti Hipertensi

g.

OBAT ORAL

Anti Diabetik
Analgetik
Statin

l.

OBAT ANESTESI

Tergantung pilihan GA/RA

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI


a.
b.

TATA LAKSANA/ INTERVENSI


MEDIS
TATA LAKSANA/INTERVENSI
KEPERAWATAN

Tindakan Bedah : Craniotomi


Monitoring
tanda
tekanan intracranial

perubahan

Mengacu pada NIC

Monitoring kesadaran
Monitoring perdarahan
Memberikan posisi
Manajemen
jatuh

pencegahan

risiko

NIC : 1400 Manajemen Nyeri


NIC : 4120 Fluid Management
NIC : 6540 Infection Control
NIC
:
2380
Medication
Management
NIC : 0221 Latihan Mobilisasi/
ROM
NIC : 2314 Medikasi IV
NIC : Medication : Oral

278

g.

TATA LAKSANA/INTERVENSI
GIZI

NIC : 4190 Pasang IV line dengan


cairan RL
Fase akut parenteral nutrisi,
secepatnya
diberikan
enteral,
apabila ada gangguan fungsi
menelan makanan enteral/cair per
oral/NGT fase pemulihan makan
per oral cair/saring/lunak/biasa

Bentuk makanan, kebutuhan


zat gizi disesuaikan dengan
usia dan kondisi klinis secara
bertahap
Menyusun Software interaksi

h.

TATA LAKSANA/INTERVENSI
FARMASI

Rekomendasi kepada DPJP

Dilanjutkan dengan intervensi


farmasi
sesuai
hasil
monitoring

11. MONITORING & EVALUASI


a. DOKTER DPJP

Monitor perkembangan pasien


Asesmen
Ulang & Review
Verifikasi Rencana Asuhan
Monitoring tanda-tanda vital
Monitoring kesadaran
Monitoring perubahan tekanan
intrakranial
Monitoring termoregulasi

b. KEPERAWATAN

Mengacu pada NOC

Monitoring adanya tanda perluasan


perdarahan
Monitoring keseimbangan cairan
dan elektrolit
Monitoring kekuatan otot
Monitoring kemampuan
melaksanakan ADL

Sesuai dengan masalah gizi


dan tanda gejala yang akan
dilihat kemajuannya

Monitoring asupan makan


c. GIZI

Monitoring Antropometri
Monitoring Biokimia

Mengacu
pada
IDNT
(International Dietetics &
Nutrition Terminology)
Menyusun Software interaksi

Monitoring Fisik/klinis terkait gizi


d. FARMASI

Monitoring Interaksi Obat

279

Monitoring Efek Samping Obat

Dilanjutkan dengan intervensi


farmasi yang sesuai

Pemantauan Terapi Obat


12. MOBILISASI / REHABILITASI
a. MEDIS
ROM
b. KEPERAWATAN

Positioning
Mobilisasi

c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL
a. MEDIS
TTv dalam kondisi stabil
b. KEPERAWATAN

c. GIZI

d. FARMASI

Kemampuan
mengenali
tanda
kenaikan tekanan intrakranial
Kemampuan
aktivitas
dan
mobilisasi

Mengacu pada NOC

Asupan makanan > 80%

Status
Gizi
berdasarkan
antropometri, biokimia, fisik/
klinis

Dilakukan dalam 3 shift

Optimalisasi Status Gizi


Terapi obat sesuai indikasi

Meningkatkan kualitas hidup


pasien

Obat rasional

Status
pasien/tanda
sesuai dengan PPK

14. KRITERIA PULANG

vital

Sesuai NOC keperawtan


15

RENCANA PULANG /
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

Pasien membawa Resume


Perawatan/ Surat Rujukan/
Surat Kontrol/Homecare saat

Resume Medis dan Keperawatan


Penjelasan diberikan sesuai dengan

280

keadaan umum pasien


pulang.

Surat pengantar kontrol

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(____________________)

Perawat Penanggung Jawab


(__________________)

Pelaksana Verivikasi
(______________)

Keterangan :

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

CLINICAL PATHWAY
STROKE ISKEMIK
Rumah Sakit Kelas B & C
No. RM
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Diagnosa Masuk RS

:
:
:
:

.
.
.

BB
TB
Tgl.Masuk
Tgl.Keluar

Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Tindakan

:
:
:
:

......................................
.
.
.

Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

:
:

Kg
cm
:
:

:
:
:

.
.
.

281

.
.

Lama Rawat
Rencana Rawat
R. Rawat/ kelas
Rujukan

Jam
Jam

:
:
:

..
..
8 Hari (tanpa
Komplikasi)

:
:

./.
Ya / Tidak

.
Dietary Counseling and
Surveillance

KEGIATAN

Kode ICD

Kode ICD

Z71.3

HARI PENYAKIT
4
5
6

KETERANGAN

HARI RAWAT
4
5
6

URAIAN KEGIATAN

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL MEDIS

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

2. LABORATORIUM

Dokter IGD

Pasien masuk melalui IGD

Dokter Spesialis

Pasien masuk melalui RJ

Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining
gizi,
nyeri,
status
fungsional: bartel index, risiko
jatuh, risiko decubitus, kebutuhan
edukasi dan budaya.

Dilanjutkan dengan asesmen


bio, psiko, sosial, spiritual dan
budaya

Darah lengkap
GDS
HbA1C
Ureum Kreatinin
SGOT SGPT
Profil Lipid
Hemostasis
Asam Urat
Urine Lengkap
Analisa Gas Darah

282

Elektrolit
Albumin Globulin
Rontgen Thorax
Brain
CT
Angiography

SCAN

CT

Usia > 40 tahun

Doppler Carotis
3. RADIOLOGI/IMAGING

Transcranial Doppler
Cerebral DSA
Echocardiography
EKG
Penyakit Dalam
Jantung

4. KONSULTASI

Paru

Lama Hari Rawat 8 Hari

Rehab Medis
Gizi
5. ASESMEN LANJUTAN

a.

ASESMEN MEDIS

Dokter DPJP

Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan

Atas Indikasi/ Emergency

Asesmen perkembangan harian


TNRS

e.

ASESMEN KEPERAWATAN

Perawat Penanggung Jawab

Dilakukan dalam 3 Shift

f.

ASESMEN GIZI

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

Lihat risiko malnutrisi melalui


skrining gizi dan mengkaji
data antropometri, biokimia,
fisik/ klinis, riwayat makan
termasuk alergi makanan serta
riwayat personal. Asesmen

283

dilakukan dalam waktu 48


jam
g.

ASESMEN FARMASI

Dilanjutkan dengan intervensi


farmasi yang sesuai hasil
Telaah dan Rekonsiliasi

Telaah Resep
Rekonsiliasi Obat

6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

CVD Stroke Iskemik


00201 Risiko ketidakefektivan
jaringan perfusi serebral
00092 Ketidakmampuan
melaksanakan aktivitas
00094 Risiko ketidakmampuan
melaksanakan aktivitas

b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Masalah keperawatan yang


dijumpai setiap hari. Dibuat
oleh perawat penanggung
jawab.

00015 Risiko konstipasi


0005Risikoketidakseimbangan
temperature
00155 Risiko jatuh
00248 Risiko gangguan integritas
kulit
00132 Nyeri Akut

c. DIAGNOSIS GIZI

Asupan cairan kurang berkaitan


dengan kurangnya pemenuhan
kebutuhan
ditandai
dengan
kesulitan menelan, asupan cairan
tidak cukup dibanding kebutuhan
(NI 3.1)
Tidak cukupnya asupan makanan
peroral
berkaitan
dengan
menurunnya
kemampuan
mengkonsumsi zat gizi energi dan
protein ditandai dengan terbatasnya
asupan makanan setelah stroke (NI
2.1)
Malnutrisi
berkaitan
dengan
terbatasnya akses makanan ditandai
dengan BMI < 18, kehilangan

Sesuai dengan data asesmen,


kemungkinan
saja
ada
diagnosis lain atau diagnosis
berubah selama perawatan.

284

lemak subkutan dan otot (NI 5.2)


Kurang asupan serat berkaitan
dengan kurang asupan buah dan
sayur ditandai dengan tidak cukup
dibanding dengan kebutuhan dan
sulit BAB (NI 5.8.5)
7. DISCHARGE PLANNING

Program pendidikan pasien


dan keluarga
LAMA RAWAT 8 HARI

Identifikasi kebutuhan dirumah


Kebutuhan perawatan suportif

8. EDUKASI TERINTEGRASI
a.

EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Oleh semua pemberi asuhan


berdasarkan kebutuhan dan
juga berdasarkan Discharge
Planning.

Penjelasan Diagnosis
Rencana terapi
Informed Consent

d.

EDUKASI & KONSELING


GIZI

Pengisian formulir informasi


dan edukasi terintegrasi oleh
pasien dan atau keluarga

Penjelasan pemberian makanan


bertahap sesuai hasil tes menelan,
dimulai dari makananenteral/cair
frekuensi 6 kali (porsi kecil sering)
sesuai kemampuan, dilanjut ke
bentuk saring, lunak, biasa

Edukasi gizi dilakukan saat


awal masuk pada hari 1 atau
ke 2

Posisi dan aktivitas


e.

EDUKASI KEPERAWATAN

Pencegahan risiko jatuh


Bantuan melaksanakan
sehari-hari

h.

EDUKASI FARMASI

aktivitas
Meningkatkan
kepatuhan
pasien
meminum/
menggunakan obat

Informasi Obat
Konseling Obat

PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN


EDUKASI TERINTEGRASI

Lembar Edukasi Terintegrasi

Di DTT Keluarga/Pasien

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

a.

Trombolysis (Actilyse)
INJEKSI

Anti Hipertensi

285

Vitamin
Insulin

e.

Asering
CAIRAN INFUS

Varian
Anti Hipertensi
Anti Trombotik

g.

Anti Koagulan
OBAT ORAL

Vitamin
Statin
Anti Diabetik Oral

m. OBAT ANESTESI

Tergantung pilihan GA/RA

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI


a.

TATA LAKSANA/ INTERVENSI


MEDIS

c.

TATA LAKSANA/INTERVENSI
KEPERAWATAN

Tindakan Bedah : Kraniotomi


Dekompresi
Tindakan
Neurontervensi
:
Trombektomi Mekanik
Monitotoring tanda perubahan
tekanan intracranical

Mengacu pada NIC

Memberikan posisi
Manajemen pencegahan risiko
jatuh
NIC : 1400 Manajemen Nyeri
NIC : 4120 Fluid Management
NIC : 6540 Infection Control

286

NIC : 2380 Medication


Management
NIC : 0221 Latihan
mobilisasi/ROM
NIC : 2314 Medikasi IV
NIC : Medication Oral
NIC : 4190 Pasang IV line dengan
cairal RL
NIC: 0580 Katerisasi
NIC : 0570 BladderTraining

p.

TATA LAKSANA/INTERVENSI
GIZI

Fase akut parenteral nutrisi,


secepatnya
diberikan
enteral,
apabila ada gangguan fungsi
menelan makanan enteral/cair per
oral/NGT fase pemulihan makan
per oral cair/saring/lunak/biasa

Bentuk makanan, kebutuhan


zat gizi disesuaikan dengan
usia dan kondisi klinis secara
bertahap
Menyusun Software interaksi

q.

TATA LAKSANA/INTERVENSI
FARMASI

Rekomendasi kepada DPJP

Dilanjutkan dengan intervensi


farmasi
sesuai
hasil
monitoring

11. MONITORING & EVALUASI


a. DOKTER DPJP

Monitor perkembangan pasien


Asesmen
Ulang & Review
Verifikasi Rencana Asuhan
Monitoring tanda perubahan
tekanan intrakranial
Monitoring tingkat kesadaran
Monitoring kekuatan otot

b. KEPERAWATAN

Manajemen pencegahan risiko


jatuh

Mengacu pada NOC

Monitoring cairan dan elektrolit


Monitoring risiko infeksi
Monitoring kemampuan aktivitas

287

Sesuai dengan masalah gizi


dan tanda gejala yang akan
dilihat kemajuannya

Monitoring asupan makan


c. GIZI

d. FARMASI

Monitoring Antropometri
Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi

Mengacu
pada
IDNT
(International Dietetics &
Nutrition Terminology)

Monitoring Interaksi Obat

Menyusun Software interaksi

Monitoring Efek Samping Obat

Dilanjutkan dengan intervensi


farmasi yang sesuai

Pemantauan Terapi Obat


12. MOBILISASI / REHABILITASI
a. MEDIS
ROM
b. KEPERAWATAN

Positioning
Mobilisasi bertahap

c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL
a. MEDIS
TTV dalam kondisi stabil
b. KEPERAWATAN

c. GIZI

Kemampuan
mengenali
tanda
kenaikan tekanan intrakranial
Kemampuan
aktivitas
dan
mobilisasi
Kemampuan
perawatan
diri
dirumah

Mengacu pada NOC


Dilakukan dalam 3 shift

Status
Gizi
berdasarkan
antropometri, biokimia, fisik/
klinis

Asupan makanan > 80%


Optimalisasi Status Gizi

288

Terapi obat sesuai indikasi

d. FARMASI

Meningkatkan kualitas hidup


pasien

Obat rasional

Status
pasien/tanda
sesuai dengan PPK

14. KRITERIA PULANG

Resume Medis dan Keperawatan


15

RENCANA PULANG /
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

Pasien membawa Resume


Perawatan/ Surat Rujukan/
Surat Kontrol/Homecare saat
pulang.

Penjelasan diberikan sesuai dengan


keadaan umum pasien
Surat pengantar kontrol

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan

(____________________)

Perawat Penanggung Jawab

(__________________)

Keterangan :

vital

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

289

Pelaksana Verivikasi

(______________)

CLINICAL PATHWAY
PERDARAHAN SUBARAHNOID
Rumah Sakit Kelas B & C
No. RM
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Diagnosa Masuk RS

:
:
:
:

.
.
.

BB
TB
Tgl.Masuk
Tgl.Keluar

Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Tindakan

:
:
:
:

....................................
.
.
.
.
Dietary Counseling and
Surveillance

Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD
Kode ICD

:
:
:
:

.
.
.
.

Kode ICD

Z71.3

KEGIATAN

:
:

Kg
cm
:
:

290

Jam
Jam

Lama Rawat
Rencana Rawat
R. Rawat/ kelas
Rujukan

URAIAN KEGIATAN
1

.
.

HARI PENYAKIT
4
5
6

:
:
:

..
..
21 Hari (tanpa
Komplikasi)

:
:

./.
Ya / Tidak

KETERANGAN
7

21

HARI RAWAT
4
5
6

21

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL MEDIS

ASESMEN AWAL KEPERAWATAN

Dokter IGD

Pasien masuk melalui IGD

Dokter Spesialis

Pasien masuk melalui RJ

Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining
gizi,
nyeri,
status
fungsional: bartel index, risiko
jatuh, risiko decubitus, kebutuhan
edukasi dan budaya.

Dilanjutkan dengan asesmen bio,


psiko, sosial, spiritual dan budaya

Darah tepi lengkap


GDS
HbA1C
Ureum Creatinin
2. LABORATORIUM

SGOT SGPT
Analisa Gas Darah
Elektrolit
Profil Lipid
Hemostasis
Rontgen Thorax
Brain CT SCAN + CT Angiografi+

3. RADIOLOGI/IMAGING

Usia > 40 tahun

Doppler Carotis
Transcranial Doppler
DSA Cerebral
EKG

291

Penyakit Dalam
Jantung
4. KONSULTASI

Bedah Saraf

Lama Hari Rawat 21 Hari

Paru
Rehab Medis
Gizi

5. ASESMEN LANJUTAN

a.

ASESMEN MEDIS

Dokter DPJP

Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan

Atas Indikasi/ Emergency

Asesmen perkembangan harian


TNRS

e.

ASESMEN KEPERAWATAN

f.

ASESMEN GIZI

g.

ASESMEN FARMASI

Perawat Penanggung Jawab

Dilakukan dalam 3 Shift

Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)

Lihat risiko malnutrisi melalui


skrining gizi dan mengkaji data
antropometri, biokimia, fisik/
klinis, riwayat makan termasuk
alergi makanan serta riwayat
personal. Asesmen dilakukan
dalam waktu 48 jam
Dilanjutkan dengan intervensi
farmasi yang sesuai hasil Telaah
dan Rekonsiliasi

Telaah Resep
Rekonsiliasi Obat

6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS

Perdarahan Subarahnoid

b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

00201 Risiko Ketidakefektifan


jaringan perfusi serebral
000092 Ketidakmampuan
melaksanakan aktivitas
00094 Risiko ketidakmampuan
melaksanakan aktivitas

Masalah
keperawatan
yang
dijumpai setiap hari. Dibuat oleh
perawat penanggung jawab.

292

00015 Risiko Konstipasi


0005 Risiko Ketidakseimbangan
temperature
00155 Risiko Jatuh

c. DIAGNOSIS GIZI

00248 Risiko gangguan integritas


kulit
Asupan cairan kurang berkaitan
dengan kurangnya pemenuhan
kebutuhan
ditandai
dengan
kesulitan menelan, asupan cairan
tidak cukup dibanding kebutuhan
(NI 3.1)
Tidak cukupnya asupan makanan
peroral
berkaitan
dengan
menurunnya
kemampuan
mengkonsumsi zat gizi energi dan
protein ditandai dengan terbatasnya
asupan makanan setelah stroke (NI
2.1)
Malnutrisi
berkaitan
dengan
terbatasnya akses makanan ditandai
dengan BMI < 18, kehilangan
lemak subkutan dan otot (NI 5.2)
Kurang asupan serat berkaitan
dengan kurang asupan buah dan
sayur ditandai dengan tidak cukup
dibanding dengan kebutuhan dan
sulit BAB (NI 5.8.5)

Sesuai dengan data asesmen,


kemungkinan saja ada diagnosis
lain atau diagnosis berubah selama
perawatan.

Identifikasi kebutuhan di rumah


7. DISCHARGE PLANNING

Program pendidikan pasien dan


keluarga

Kebutuhan perawatan suportif

8. EDUKASI TERINTEGRASI
a.

EDUKASI/ INFORMASI MEDIS

Oleh semua pemberi asuhan


berdasarkan kebutuhan dan juga
berdasarkan Discharge Planning.

Penjelasan Diagnosis
Rencana terapi

293

Informed Consent

d.

EDUKASI & KONSELING


GIZI

e.

EDUKASI KEPERAWATAN

Penjelasan pemberian makanan


bertahap sesuai hasil tes menelan,
dimulai dari makananenteral/cair
frekuensi 6 kali (porsi kecil sering)
sesuai kemampuan, dilanjut ke
bentuk saring, lunak, biasa
Pembatasan valsafa maneuver yang
meningkatkan tekanan intrakranial

Pengisian formulir informasi dan


edukasi terintegrasi oleh pasien
dan atau keluarga

Posisi
Pencegahan risiko jatuh
Bantuan melaksanakan
sehari-hari

f.

EDUKASI FARMASI

PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN


EDUKASI TERINTEGRASI

aktivitas

Edukasi gizi dilakukan saat awal


masuk pada hari 1 atau ke 2

Informasi Obat
Konseling Obat
Lembar Edukasi Terintegrasi

Di DTT Keluarga/Pasien

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA
Anti Hipertensi
Neurotropik

a.

INJEKSI

Diuretik (Manitol 20%)


Nimodipin
Insulin
Asering/12Jam

f.

CAIRAN INFUS

h.

OBAT ORAL

Varian
Neurotropik

Obat Pulang

Anti Hipertensi

Obat Pulang

Anti Diabetik

Obat Pulang

294

Analgetik

Obat pulang

Nimodipin
Statin

n.

OBAT ANESTESI

Tergantung pilihan GA/RA

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI


a.

TATA LAKSANA/ INTERVENSI


MEDIS

Tindakan Bedah : Clipping


Aneurysma
Tindakan Non Bedah : Coiling
Aneurysma
Monitoring
tanda
perubahan
tekanan intracranial
Memberikan posisi
Manajemen
jatuh

pencegahan

risiko

NIC : 4120 Fluid Management


NIC : 6540 Infection Control
c.

TATA LAKSANA/INTERVENSI
KEPERAWATAN

NIC
:
2380
Medication
Management
NIC : 0221 Latihan Mobilisasi
/ROM

Mengacu pada NIC

NIC : 2314 Medikasi IV


NIC : 2304 Medication : Oral
NIC : 4190 Pasang IV line dengan
cairan RL
NIC : 0580 Katerisasi
NIC : 0570 Bladder Training
d.

TATA LAKSANA/INTERVENSI
GIZI

Fase akut
secepatnya

parenteral
diberikan

nutrisi,
enteral,

Bentuk makanan, kebutuhan zat


gizi disesuaikan dengan usia dan

295

apabila ada gangguan fungsi


menelan makanan enteral/cair per
oral/NGT fase pemulihan makan
per oral cair/saring/lunak/biasa

kondisi klinis secara bertahap


Menyusun Software interaksi

d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
FARMASI

Rekomendasi kepada DPJP

Dilanjutkan dengan intervensi


farmasi sesuai hasil monitoring

11. MONITORING & EVALUASI


a. DOKTER DPJP

Monitor perkembangan pasien


Asesmen
Ulang & Review
Verifikasi Rencana Asuhan
Monitoring tanda-tanda vital
Monitoring kesadaran
monitoring
intrakranial

b. KEPERAWATAN

perubahan

tekanan

Monitoring termoregulasi

Mengacu pada NOC

Monitoring keseimbangan cairan


dan elektrolit
Monitoring kekuatan otot
Monitoring
melaksanakan ADL

kemampuan
Sesuai dengan masalah gizi dan
tanda gejala yang akan dilihat
kemajuannya

Monitoring asupan makan


c. GIZI

d. FARMASI

Monitoring Antropometri
Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi

Mengacu
pada
IDNT
(International
Dietetics
&
Nutrition Terminology)

Monitoring Interaksi Obat

Menyusun Software interaksi

Monitoring Efek Samping Obat

Dilanjutkan dengan
farmasi yang sesuai

Pemantauan Terapi Obat


12. MOBILISASI / REHABILITASI
a. MEDIS

296

intervensi

ROM
b. KEPERAWATAN

Positioning
Mobilisasi bertahap

c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL
a. MEDIS
TTV dalam kondisi stabil
b. KEPERAWATAN

c. GIZI

d. FARMASI

Kemampuan
mengenali
tanda
kenaikan tekanan intracranial
Kemampuan
aktivitas
dan
mobilisasi
Kemampuan
perawatan
diri
dirumah

Mengacu pada NOC


Dilakukan dalam 3 shift

Status
Gizi
berdasarkan
antropometri, biokimia, fisik/
klinis

Asupan makanan > 80%


Optimalisasi Status Gizi
Terapi obat sesuai indikasi

Meningkatkan
pasien

Obat rasional

kualitas

hidup

Status pasien/tanda vital sesuai


dengan PPK

14. KRITERIA PULANG


Sesuai NOC
Resume Medis dan Keperawatan
15

RENCANA PULANG /
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN

Pasien
membawa
Resume
Perawatan/ Surat Rujukan/ Surat
Kontrol/Homecare saat pulang.

Penjelasan diberikan sesuai dengan


keadaan umum pasien
Surat pengantar kontrol

297

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan

(____________________)

Perawat Penanggung Jawab

(__________________)

Keterangan :

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
Bila sudah dilakukan

298

Pelaksana Verivikasi

(______________)

PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA


(INDONESIAN HOSPITAL ASSOCIATION)
Crown Palace Blok E/6. Jl. Prof Sutomo, SH No. 231 Tebet Jakarta Selatan. Telp 021-83788722/23. Fax 021-83788724/25. E-mail : persi@pacific.net.id. Website: www.persi.or.id

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT


PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA
NOMOR : 212/SK/PP.PERSI/IX/2015
TENTANG
TIM PERSI PENYUSUN CLINICAL PATHWAY GUIDELINE AND HOSPITAL
BASED COSTING GUIDEBOOK
Pengurus Pusat,
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
MENIMBANG

MENGINGAT

MEMPERHATIKAN :

1.

Bahwa dalam rangka kerjasama PERSI (Perhimpunan Rumah


Sakit Seluruh Indonesia) dengan WHO (World Health
Organization), PERSI akan membuat Buku Clinical Pathway
Guidelin and Hospital Based Costing Guidebook.

2.

Bahwa untuk melaksanakan kerjasama yang dimaksud pada butir


(1) tersebut, maka perlu dibentuk Tim Penyusun

1.

Anggaran dasar dan Anggran Rumah Tangga PERSI

1.

Kontrak Kerjasama PERSI dengan WHO


MEMUTUSKAN

MENETAPKAN

Pertama

Kedua

Ketiga

TIM PERSI PENYUSUN CLINICAL PATHWAY GUIDELINE


AND HOSPITAL BASED COSTING GUIDEBOOK
Membentuk dan mengesahkan TIM PERSI penyusun Clinical
Pathway Guideline and Hospital Based Costing Guidebook,
dengan susunan sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan
ini.
Tugas Tim adalah :

1.

Membuat buku Clinical Pathway Guideline and Hospital Based


Costing Guidebook.

2.

Masa kerja Tim terhitung 1 September 2015 sampai dengan 30


November 2015.

3.

Biaya kerja Tim mengacu pada kontrak kerjasama PERSI dengan


WHO.

4.

Hal lain yang belum dituangkan dalam keputusan ini dapat


dibicarakan secara tersendiri.
Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan apabila dikemudian terdapat kekeliruan dalam
penetapannya akan diperbaiki dan dirubah sebagaimana mestinya.

45

PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA


(INDONESIAN HOSPITAL ASSOCIATION)
Crown Palace Blok E/6. Jl. Prof Sutomo, SH No. 231 Tebet Jakarta Selatan. Telp 021-83788722/23. Fax 021-83788724/25. E-mail : persi@pacific.net.id. Website: www.persi.or.id

Ditetapkan
Pada Tanggal

:
:

di Jakarta
9 September 2015

Pengurus Pusat,
Perhimpunan Rumah sakit Seluruh Indonesia
DTT

DTT

Dr. dr. Sutoto, M. Kes


Ketua Umum

dr. Wasista Budiwaluyo, MHA


Sekretaris Jenderal

46

PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA


(INDONESIAN HOSPITAL ASSOCIATION)
Crown Palace Blok E/6. Jl. Prof Sutomo, SH No. 231 Tebet Jakarta Selatan. Telp 021-83788722/23. Fax 021-83788724/25. E-mail : persi@pacific.net.id. Website: www.persi.or.id

LAMPIRAN SK. NOMOR : 212/SK/PP.PERSI/IX/2015


TENTANG TIM PERSI PENYUSUN CLINICAL PATHWAY GUIDELINE AND HOSPITAL
BASED COSTING GUIDEBOOK
CHAIRMAN :
Dr. dr. Sutoto, M.Kes
SECRETARY :
dr. Wasista Budiwaluyo, MHA
TREASURER :
Soemaryono Rahardjo, SE, MBA
COORDINATOR 1 (PPK AND CLINICAL PATHWAY GUIDELINE)
Dr. dr. Hanny Rono Sulistyo, SpOG (K), MM
MEMBERS
:
1. dr. Santoso Soeroso, SpA, MARS
2. dr. Djoni darmadjaja, SpB, MARS
3. dr. Zainal Abidin, Sp. THT
4. Dr. Roro Tutik Sri Hariyati, SKp, MARS
5. dr. Exsenveny Lalopua, M. Kes
6. dr. Nico A Lumenta, K. Nefro, MM, MH. Kes
COORDINATOR 2 (HOSPITAL BASED COSTING GUIDEBOOK) :
Dr. dr. Widyastuti Wibisana, Msc.PH
MEMBERS
:
1. dr. Bambang Wibowo, Sp.OG(K), MARS
2. dr. Daniel Budi Wibowo, M.Kes
3. dr. Kalsum Komaryani, MPPM
4. dr. Donald Pardede, MPPM
SECRETARIAT
:
1. Partua Sitompul
2. Desy Yuslinawati
Ditetapkan
Pada Tanggal

:
:

di Jakarta
9 September 2015

Pengurus Pusat,
Perhimpunan Rumah sakit Seluruh Indonesia
DTT
Dr. dr. Sutoto, M. Kes
Ketua Umum

DTT
dr. Wasista Budiwaluyo, MHA
Sekretaris Jenderal
47

PENGURUS PUSAT
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA
(THE INDONESIAN SOCIETY OF INTERNAL MEDICINE)
Address : Jl. Salemba i No. 22-D, Kel. Kenari, Kec. Senen, Jakarta Pusat
10430
Phone : (62-21) 31928025, (62-21) 31928026, (62-21) 31928027
Fax Direct : (62-21) 31928028, (62-21) 31928027
SMS PB PABDI : 0856 95785909
Email
: pb_pabdi@indo.net.id
Website : www.pbpabdi.org

SURAT TUGAS
NOMOR: 0236/PB-PAPDI/ST/XII/2015
Sehubungan dengan surat dari Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) nomor :
011/iB3/PERSI/XII/2015 tanggal 3 Desember 2015, dengan ini kami menugaskan kepada :
Nama
: Prof. Dr. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC,
FACP
NPA PAPDI : 101.1996.0195.00195
Jabatan
: Ketua Umum PB PAPDI
Sebagai Kontributor dalam Penyusunan Buku Panduan Clinical Pathway dan Panduan Praktik
Klinis yang dikeluarkan oleh PERSI -WHO.
Demikian Surat Tugas ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 10 Desember 2015


Ketua Umum

Sekretaris Jenderal,

DICAP & DTT

DTT

Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP
FACC, FESC, FAPSIC, FACP

48

IKATAN DOKTER INDONESIA


PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA
IKABI
Sekretariat : Gedung Wisma Bhakti Mulya - lantai 4 - 401 - C
Jl. Kramat Raya 160, Jakarta Pusat 10430, Telp. & Fax. 021 3916774
E-mail: ppikabi@yahoo.com
wwww.ikabi.org

SURAT TUGAS
No. 25/PP IKABI/XI/2015
Merujuk surat dari Perhimunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) mengenai pembentukan Tim
Penyusunan Clinical Pathway Guideline and Hospital Based Guidebook kerjasama PERSI dengan WHO,
dengan ini kami menugaskan :
Nama
Jabatan

:
:

Pangkat/Golongan
NIP

:
:

Dr R Suhartono, SpB. KV
Ketua PP IKABI
Periode 2015 - 2018
Pembina/IV b
196212251988121001

Sebagai Tim PPK dan Clinical Pathway yang dibuat oleh PERSI.
Demikian Surat Tugas ini dibuat untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

PENGURUS PUSAT PRESIDIUM


PERHMPUNAN DOKTER SPESIALIS
BEDAH INDONESIA
DICAP & DTT
Dr. Djoni Darmadjaja, SpB. MARS
Sekjen

49

PENGURUS PUSAT
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA (PP PERDOSSI)
INDONESIAN NEUROLOGICAL ASSOCIATION (INA)
Sekretariat : Apartemen Menteng Square Tower A No. . AR-19
Jl. Matraman No. 30 E Jakarta Pusat
Telepon: 62-21-391-7349, Fax : 62-21- 314-7815
E-mail: pp_perdossi@yahoo.com , Website: www.perdossi.or.id

SURAT TUGAS KETUA UMUM PENGURUS PUSAT


PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA (PERDOSSI)
NOMOR: 010/ST/PP-PERDOSSI/XII/2015
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
Jabatan

:
:

Prof. Dr. dr. Moh Hasan Machfoed, Sp. S (K), M.S


Ketua Umum PERDOSSI

Memberikan tugas kepada :


1.

Nama
Jabatan
Untuk

:
:
:

dr. M. Kurniawan, Sp. S (K), M. Sc., FICA


Sekretaris Jenderal PP-PERDOSSI
Menjadi wakil PERDOSSI dalam Tim pembuatan pedoman
Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway Perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

Demikian Surat Tugas ini untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta Tanggal, 3 Desember 2015


PENGURUS PUSAT PERDOSSI
DICAP & DTT
Prof. Dr. dr. Moh Hasan Machfoed, Sp. S (K), M. S
Ketua Umum

50

PENGURUS PUSAT
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
(Indonesian Pediatric Society)

Committed in Improving The Health of Indonesian Children

Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI)memberikan tugas kepada:
Nama
N PA
Jabatan
Alamat

:
:
:
:

Dr. Santoso Soeroso, Sp. A (K), MARS


01 00639 1982 1 1
Anggota Pengurus Pusat IDAI
Jl. Yogyakarta 754, Cinere, Depok

Mewakili Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebagai PIC Penyusunan Clinical Pathway Guideline
and Hospital Based Costing Guidebook.
Demikianlah surat tugas ini dibuat untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 12 Oktober 2015


D TT

di

DR. Dr. Aman B. Pulungan, Sp. A (K)


Ketua Umum - NPA 01 01192 1996 1 1

D TT
Dr. Piprim B. Yanuarso, Sp. A (K)
Sekretaris Umum - NPA 01 01801 2002 1 1

51

PERKUMPULAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI INDONESIA


INDONESIAN SOCIETY OBSTETRICS AND GYNECOLOGY
SEKRETARIAT: JL.TAMAN KIMIA NO. 10 JAKARTA PUSAT
TEL : (+62) - 21 - 3143684
Jl. Matraman No. 30 E Jakarta Pusat
FAX : (+62) - 21 - 3910135
WEBSITE: www.pogi.or.id

SURAT TUGAS
NOMOR: 001/ST/PP-POGI/I/2016
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
:
Nomor Anggota :
Jabatan
:

Dr. dr. Poedjo Hartono, SpOG (K)


SBY 88 00502
Ketua Umum PB POGI

Memberikan tugas kepada :


Nama
:
Nomor Anggota :
Jabatan
:

dr. Andon Hestiantoro, SpOG(K)


JKT 94 00682
Sekjen PB POGI

Untuk mewakili PB POGI sebagai kontributor dalam Tim Pembuatan Pedoman


Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI).
Demikian Surat Tugas ini kami buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 28 Desember 2015


Ketua Umum PB POGI,
DICAP & DTT
Dr. dr. Poedjo Hartono, SpOG (K)

PENGURUS PUSAT
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
(INDONESIAN NATIONAL NURSES ASSOCIATION)
52
Address : Gedung Hypermal/IKI Lt. 3 Jl. Boulevard Raya Barat Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240-Indonesia
Phone: 62-21-2957 4341 Fax: 62-21-2957 4342 E-mail: dpppni@gmail.com, mail @inna-ppni.or.id
http://www.inna-ppni.or.id

SURAT TUGAS
Nomor: 122/DPP.PPNI/ST/K/X/2015
Sehubungan dengan surat Koordinator I Tim PERSI Nomor: 427/B3/PP.PERSI/X/2015 tanggal 1 Oktober
2015 perihal Undangan, dengan ini kami menugaskan kepada:
Nama
Jabatan

:
:

Nurhidayatun, Ns., Sp. An


Pengurus Pusat IPANI - PPNI

Untuk hadir pada pertemuan Penyusunan PPK dan ICP Anak untuk RS Kelas B dan C yang
diselenggarakan pada tanggal 5 Oktober 2015 di Ruang Rapat KARS, Lt. 5, Gedung Epiwalk, Epicentrum,
Jln. HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Demikian surat ini dibuat agar yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas dengan baik dan penuh
tanggung jawab.

Jakarta, 2 Oktober 2015


Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Ketua Umum
DTT
Harif Fadhillah, SKp., SH
NIRA : 13730002030

53

PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN PERAWAT MEDIKALBEDAH INDONESIA
(Indonesia Medical Surgical Nurses Association)
SEKRETARIAT : Program Study Ilmu Keperawatan FKK Univ. Muhammadiyah Jakarta
JL. Cempaka Putih Tengah 1/1 JAKARTA PUSAT , Tlp/Fax: 021-42802202
E-mail: hipmebi@gmail.com ; http://www.hipmebi.com

SURAT TUGAS
Nomor: 117/PP. HIPMEBI/ST/XI/2015
Sehubungan dengan surat Ketua Perhimpuna Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Nomor:
444/IB3/PP.PERSI/X/2015 tanggal 20 Oktober 2015 perihal Undangan, dengan ini kami menugaskan
kepada:
Nama
:
No. Anggota HIPMEBI :
Jabatan
:

Ns. Enny Mulyatsih, M. Kep., Sp. KMB


11.31.00015
Departemen Pelayanan HIPMEBI Pusat

Untuk menghadiri pertemuan Penyusunan Clinical Pathway Penyakit Dalam untuk RS B dan C, pada
tanggal 2 November 2015 Jam 12 - Selesai di gedung KARS Lantai 5, Epicentrum di Jakarta.
Agar yang bersangkutan melaksanakan tugas dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Jakarta, 2 November 2015
Pengurus Pusat
Himpunan Perawat Medikal Bedah Indonesia
Ketua Umum
DTT
(Ns. Sunardi, M. Kep., Sp. KMB)
No. Anggota HIPMEBI: 11.31. 00001

1.
2.

Tembusan Yth :
Pertinggal
Yang bersangkutan

DEWAN PENGURUS PUSAT


PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
(INDONESIAN NATIONAL NURSES ASSOCIATION)
54
Address : Gedung Hypermal/IKI Lt. 3 Jl. Boulevard Raya Barat Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240-Indonesia
Phone: 62-21-2957 4341 Fax: 62-21-2957 4342 E-mail: dpppni@gmail.com, mail @inna-ppni.or.id
http://www.inna-ppni.or.id

SURAT TUGAS
Nomor: 122/DPP.PPNI/ST/K/X/2015
Berdasarkan surat Koordinator I Tim PERSI Nomor: 450/1B3/PP.PERSI/XI/2015 tanggal 4 November
2015 perihal Undangan, dengan ini kami menugaskan :
Nama
Jabatan

:
:

Desrinah Harahap, M. Kep., Sp. Mat


Anggota Departemen Pelayanan DPP. PPNI

Untuk menghadiri Penyusunan Clinical Pathway Kandungan untuk RS Kelas B dan C yang
dilaksanakan pada tanggal 9 November 2015 di Ruang Rapat KARS, Lantai. 5 No. 536, Gedung Epiwalk,
Epicentrum, Jln. HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Kami mohon saudara dapat mengirimkan laporan kegiatan setelah mengikuti kegiatan dimaksud ke email
dppppni@gmail.com
Demikian surat ini dibuat agar yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas dengan baik dan penuh
tanggung jawab.

Jakarta, 5 November 2015


Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Sekretaris Jenderal,
DTT
Dr. Mustikasari, SKp., MARS
NIRA : 31730001926

Pengurus Pusat
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Sekretariat : Jl. Wijaya Kusuma No. 17 Tomang, Jakarta 14440 Telp. 021-56962581 Faks: 021-5671800

55

S U R AT T U G AS
Tgs. 167/PP.IAI/1418/XI/2015
Sehubungan dengan surat yang kami terima dari Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Indonesian
Hospital Association) dengan nomor surat: 456/1B3/PP.PERSI/XI/2015 tanggal 17 November 2015,
perihal Undangan Pertemuan Pembahasan Penyusunan Clinical Pathway Guideline and Hospital
Based Costing Guidebook kerjasama PERSI dan WHO. Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
menugaskan kepada :
Nama
Jabatan

: Drs. Masrial Mahyudin, MM, Apt


: Ketua HISFARSI PD IAI DKI Jakarta

Sebagai peserta yang mewakili IAI dalam Pertemuan Pembahasan Penyusunan Clinical Pathway
Guideline and Hospital Based Costing Guidebook yang diselenggarakan pada:
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat

:
:
:

Acara

Senin, 23 November 2015


12.00 WIB - Selesai
Ruang Rapat PERSI, Lantai 3 Crown Palace Blok E/6,
Jl. Prof. Soepomo, SH No. 231 Tebet - Jakarta Selatan
Pembahasan Draft Final Buku Clinical Pathway Guideline

Demikian surat tugas ini dibuat, untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Jakarta, 01 Oktober 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Ketua Umum

Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt


NA. 23031961010827

Noffendri, S.Si., Apt


NA. 29111970010829

CC : Arsip

PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA


(INDONESIAN NUTRITION ASSOCIATION)
Sekretariat : Jl.Hang Jebat III Blok F-3 (Kampus Akademi Gizi Jakarta) Po Box 6007-KBYB Jakarta 12120 - INDONESIA
Telepon: (021) 739 6403, 724 6971, Fax (021) 739 6403, 7395383, email: dpp_persagi@yahoo.com

56

SURAT TUGAS
Nomor: 598/DPP-PERSAGI/SEK/XI/2015
Berdasarkan surat dari ketua Umum PERSI dengan nomor: 428/1B3/PP.PERSI/X/2015 tertanggal 1
Oktober 2015 perihal Permohonan Penugasan Pembuatan Buku panduan Clinical Pathway Guideline
untuk dapat digunakan di Rumah Sakit Indonesia.
Dengan ini kami menugaskan Sdri. Triyani Kresnawan,
Narasumber/Kontributor dari DPP PERSAGI pada kegiatan tersebut.

DCN,

M.Kes,

Demikian Surat Tugas ini dibuat untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Jakarta, 27 November 2015


DEWAN PIMPINAN PUSAT
Persatuan Ahli Gizi Indonesia
Sekretaris Jenderal,

DTT
Entos Zainal, SP, MPHM

57

RD

sebagai

Das könnte Ihnen auch gefallen