Sie sind auf Seite 1von 11

Makalah Industri Farmasi

Cara Pembuatan Vaksin yang Baik

Disusun Oleh:

1. Efi Widyawati
2. Wa Ode Hariza
3. Swerys Deviasi Pidjath

(16340074)
(16340075)
(16340176)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang

Istilah vaksin berasal dari Edward Jenner 1796. Penggunaan istilah Vaksin berasal dari bahasa
latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan antigenteik yang digunakan
untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi oleh organism alami atau liar. Vaksin cacar tidak dapat
dipisahkan dari Edward Jenner (1749-1823). Jennner menyusun tulisan ilmiahnya tentang
kekebalan terhadap cacar pada manusia yang pernah tertular cacar sapi. Ia juga melakukan survei
nasional yang mendukung teroinya. Sesudah penemuan Jenner diuji coba dan dikonfirmasi
banyak ilmuan Vaksin cacar mulai meluas di London untuk kemudian menyebar di Inggris,
seluruh Eropa dan dunia. Pasteur (1885) memperkenalkan cara vaksin mengggunakan vaksin
anti rabies (VAR). Seperti halnya obat, tidak ada vaksin yang bebas dari resiko efek samping.
Namun keputusan untuk tidak memberikan vaksin juga lebih berisiko untuk terjadinya penyakit
atau lebih jauh menularkan penyakit pada orang lain. Untuk membuat suatu sediaan vaksin yang
memiliki ijin edar dan teregistrasi, produk vaksin harus mengikuti pedoman cara pembuatan
vaksin yang baik, cara pembuatan vaksin yang baik tertuang di dalam apex 3 cara pembuatan
produk biologi pada cara pembuatan obat yang baik oleh BPOM tahun 2012. Untuk mengetahui
lebih lanjut cara pembuatan vaksin yang baik, alur produksim distribusi, registrasi vaksin, cara
mendapatkan ijin industri vaksi akan dibahas lebih lanjut pada makalah ini.
1.2 Tujuan
Dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan vaksin yang baik.
Mengetahui dan memamhami perkembangan produksi vaksin
1.3 Rumusan Masalah
Persyaratan apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam mendirikan industri Vaksin

menurut perundang undangan.


Faktor dan keterkaitan apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan pendirian industri
farmasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Vaksin
Vaksin adalah sediaan yang mengandung zat antigenetik yang mampu menimbulkan
kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pegaruh
infeksi oleh organism alami atau liar. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah
dilemahkan sehinggan tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organism mati
atau hasil hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dss). Vaksin akan
mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan
pathogen tertentu, terutama bakteri, virus atau toksin.
Definisi dari permenkes menyebutkan vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah
mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila diberikan
kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi
tertentu. Vaksinasi adalah pemberian vaksin yang khusus diberikan dalam rangka menimbulkan
atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
dan tidak menjadi sumber penularan (Permenkes no.42 tahun 2013 pasal 1 ayat 2)
Industri farmasi yang berhak memproduksi vaksin hanya industri farmasi yang
telah memenuhi semua aspek CPOB dalam pembuatan vaksin meliputi aspek bangunan dan
fasilitas, SDM, hingga dokumentasi yang memadai. Kewenangan ini ditunjukkan dengan
diperolehnya sertifikat CPOB pembuatan vaksin dari BPOM.
Jenis- Jenis Vaksin Berdasar Bahan aktifnya (Depkes RI, 1995)

Vaksin bakteri ; vaksin bakteri hidup, vaksin bakteri innaktif, vaksin toxoid bakteri.
Vaksin virus dan riketsia: vaksin virus atau riketsia hidup, innaktif, atau komponen
imunogeniknya.

Sediaan vaksin dapat berisi lebih dari satu bahan aktif

2.2

Cara Pembuatan Obat yang Baik


CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) merupakan pedoman yang harus diterapkan

dalam seluruh rangkaian proses di industri farmasi dalam pembuatan obat jadi, sesuai dengan
keputusan Menteri Kesehatan RI No.43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat yang
Baik. Pedoman CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten. memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaanya (Badan POM, 2012).
CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Pada proses pembuatan
obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat penting untuk menjamin bahwa obat yang bermutu
tinggi tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi
yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut (to build quality
into the product). Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi,
pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai, serta personel yang terlibat. Oleh karena
itu, Pemastian Mutu suatu obat hendaknya dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau
secara cermat (Badan POM, 2012).
Menurut Permenkes no,42 tahun 2013 Pasal 18 tentang pendistribusian produk vakin
menyatakan bahwa Pendistribusian vaksin harus dilakukan sesuai cara distribusi yang baik
untuk menjamin kualitas vaksin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
pasal 19 menyatakan bahwa untuk menjaga kualitas, vaksin harus disimpan pada waktu dan
tempat dengan kendali suhu tertentu.
Prinsip Produksi Vaksin
Vaksin merupakan produk biologi yang harus memenuhi prinsip Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) pada semua tahap produksi termasuk bahan awal hingga produk jadi yang
siap didistribusikan. Pembuatan produk biologi dipengaruhi lebih banyak faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas akhir produk, sehingga kemungkinan variabiltasnya lebih tinggi.


Meskipun demikian konsistensi proses dan hasil dapat dilihat dari Trend Analisa atau Product
Quality Review ( PQR). Dengan metode Statistical Quality Controll (SQC), dapat ditetapkan
rentang batas pengendalian untuk memantau kualitas produk yang konsisten. Batas pengendalian
tentu ditentukan dengan mempertimbangkan batas spesifikasi yang ditetapkan kompendial resmi
dan regulasi pemerintah.
Tiap tahapan proses harus berada dalam ruangan dengan spesifikasi khusus yang tepat
sebagaimana yg diatur dalam CPOB. Ruang filling harus memenuhi syarat steril kelas A. Semua
ruang yang dilalui proses produksi harus selalu dimonitoring ukuran dan jumlah partikel dalam
udara, jumlah mikroba dalam udara, aliran udara, suhu dan kelembabannya menggunakan alat
yang sudah dikalibrasi.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Pembuatan Obat Produk Biologi

3.2.1

Prinsip
Pembuatan obat produk biologi hendaklah dilaksanakan sesuai prinsip dasar CPOB. Butir

butir yang dicakup dalam pedoman ini hendaklah dijadikan sebagai suplemen dari persyaratan
umum yang ditetapkan pada pedoman CPOB termasuk aneksnya yang relevan. Pembuatan obat
produk biologi memerlukan pertimbangan khusus yang bersifat dari sifat alami produk dan
proses. Cara yang digunakan untuk pembuatan, pengendalian serta penggunaan obat produk
biologi memerlukan perhatian khusus. Tidak seperti obat konnvensional yang dibuat
menggunakan bahan kimia serta teknik fisik yang dapat menjaga tingkat konsistensi yang tinggi,
produksi obat produk biologi melibatkan proses dan bahan biologi, seperti kultivasi sel atau
ekstaksi bahan dari mikroorganisme hidup. Proses biologi ini dapat menimbulkan variabilitas
yang nyata, sehingga sifat dan jenis produk sampingannya juga bervariasi. Terlebih lagi bahan
yang digunakan untuk proses kultivasi juga merupakan media pertumbuhan yang baik bagi
mikroba pencermar. Pengendalian obat produk biologi pada umumnya melibatkan teknik analisis
yang mempunyai variabilitas lebih tinggi disbanding dengan penentuan kimia-fisika. Jadi
pengawasan selama proses berperan sangat penting pada pembuatan obat produk kimia.
Umumnya metode digunakan dalam pembutan obat produk biologi merupakan faktor
kritis untuk menyusun peraturan pengawasan yang sesuai. Oleh karena itu obat produk biologi
dapat ditentukan dengan mengacu pada metode pembuatannya. Obat produk biologi yang
dicakup dalan aneks ini adalah yang dibuat dengan metode pembuatan berikut:
a. Biakan mikroba, tidak termasuk hasil dari teknik r-DNA.
b. Biakan sel dan mikroba, termasuk yang dihasilkan dari teknik rekombinan DNA atau
hibridoma.
c. Ekstraksi dari jaringan biologi
d. Propagasi subtract hidup pada embrio atau hewan.
* Tidak semua prinsip dari pedoman ini dapat diberlakukan pada produk yang termasuk
katageri a.
3.3 Personalia

3.4 Bangunan, Fasilitas dan Peralatan

Fasilitas Produksi Vaksin


SDM Produksi vaksin
Pelatihan tambahan spesifik yang dibutuhkan personil untuk produk biologi termasuk vaksin
ialah :

Pengendalian kontaminasi (penanganan secara aman terhadap bahan penyebab infeksi,


identifikasi bahan berbahaya yang ada di pabrik, peragaan tata cara penanganan yang benar,
pembersihan dan pengamanan, peragaan pemakaian pakaian pelindung dan

peralatan yang

benar);

Tata cara bekerja secara aseptis (prinsip dasar tata cara bekerja aseptis, termasuk penggunaan
lemari aliran udara laminar yang benar);

Tata cara berpakaian untuk proses aseptis;

Tata cara pembersihan, desinfeksi dan deaktivasi;

Penanganan bahan buangan yang berbahaya

Tata cara penanganan tanggap darurat, dan sebagainya.


Kepada personil dari luar yang belum menerima pelatihan seperti disebutkan di atas (misal:
personil dari kontraktor bangunan atau pemeliharaan) tetapi diperlukan untuk masuk ke area
produksi hendaklah diberikan penjelasan / instruksi yang jelas dan hendaklah dilakukan
pengawasan oleh apoteker supervisor atau apoteker manager (penanggungjawab).

Berdasarkan Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (POPP
CPOB) tahun 2012 oleh BPOM, vaksin merupakan salah satu produk farmasi khusus yang dapat
mengakibatkan dampak serius jika terjadi pencemaran silang atau lepasnya bahan keluar dari

gedung. Berikut beberapa upaya untuk memperkecil risiko bahaya medis akibat pencemaran oleh
vaksin ;

Bangunan didesain terpisah dengan fasilitas bangunan lain termasuk sarana personel untuk
mandi, makan, sholat dan laundry.

Mesin produksi vaksin harus khusus dan ada jaminan tidak terjadi kontaminasi silang melalui
pengujian yang valid.

Setting ruang mesin harus memiliki pengaturan tekananterhadap koridor sehingga tidak ada
udara diluar spesifikasi yang masuk ke ruang mesin. Perlu juga ditempatkan Airlock pada
tempat-tempat yang rawan menjadi jalan masuknya kontaminasi.

Tiap tahapan proses harus berada dalam ruangan dengan spesifikasi khusus yang tepat
sebagaimana yg diatur dalam CPOB terkait ukuran dan jumlah partikel dalam udara, jumlah
mikroba dalam udara, aliran udara, suhu dan kelembaban.

POPP CPOB 2012 mengatur udara yang keluar dari fasilitas tersebut hendaklah dilewatkan
melalui saringan udara HEPA dengan efisiensi minimal 99,95 % (class H13 EN1822) atau
melalui suatu sistem yang sesuai sebelum dilepaskan ke atmosfir.

3.5 Sarana Pemeliharaan dan Penanganan Hewan


Penjaminan Keamanan, Khasiat dan Kualitas

Dalam semua industi farmasi termasuk vaksin, pemerintah melalui CPOB tahun 2012
mewajibkan penempatan apoteker sebagai penanggung jawab pada Departemen Pemastian
Mutu / Quality Assurance (QA), Kontrol Mutu / Quality Controll (QC), dan Produksi.

Keamanan, khasiat dan kualitas produk berdasar regulasi pemerintah wajib dikawal oleh
apoteker pada wilayah distribusi melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) sampai Instalasi farmasi
pada instansi pelayanan kesehatan sehingga dapat digunakan oleh tenaga kesehatan yang
berwenang yaitu dokter untuk melakukan vaksinasi kepada pasien.

Fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan pemberian vaksinasi harus dilengkapi dengan
fasilitas penyimpanan vaksin sesuai standar (Menkes RI, 2012).

3.6 Produksi
Sumber, asal dan kesesuain bahan awal hendaklah ditetapkan dengan jelas. Jika
pengujian memerlukan waktu lama, pengolahan bahan awal diperbolehkan sebelum hasil
uji tersedia. Dalam hal ini pelulusan produk jadi boleh diberikan apabila hasil uji bahan
awal dan produk jadi memenuhi syarat.
Jika bahan awal perlu disterilsasi, hendaklah sedapat mungkin dilakukan dengan cara
panas. Jika diperlukan metode lain yang sesuai (missal iridiasi) dapat juga digunakan
untuk inaktivasi bahan biologi.
Lot Benih dan Sistem Bank Sel
3.7 Prinsip Kerja

Daftar Pustaka

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2012. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Badan
POM RI. Jakarta

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2013. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik 2012. Badan POM RI. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta

Menteri Kesehatan. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2013 Tentang Pemberian Sertifikat Vaksinasi Internasional. Kemenkes. Jakarta

journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/viewFile/1084/801

jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/44/43

Das könnte Ihnen auch gefallen