Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN PUSTAKA
gluconate
Chlorhexidine
Manfaat
Membunuh gram (+), gram (-), dan
virus
1.
2.
1.
2.
Iodine
(Tincture
lugolis)
aqueous
1.
2.
3.
Hexachlorophene (phisohex)
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Keterangan
Dapat dibilas dengan air
setelah penggunaan
Membentuk proteksi kimia
yang meningkat dengan
penggunaan berulang
Tidak
secara
kontinu
memberikan
efek
membunuh kuman setelah
evaporasi
Tidak digunakan sebagai
agen tunggal antiseptic
Dapat menyebabkan alergi
Dapat dibilas dengan alkohol
30
menit
setelah
penggunaan
akan
mencegah reaksi iritasi
Ekspose area yang terkena
secara terbuka, tidak boleh
dilakukan pembalutan
Dapat membunuh gram (+)
Penambahan alkohol dan
iodine menambah efektifitas
penggunaan
Dapat mengiritasi kulit
Untuk cuci tangan dapat
dibilas
dengan
air.
Penggunaan yang berulang
dapat menyebabkan iritasi
kulit
Jika
alergi
dapat
menimbulkan reaksi terbakar
pada kulit
Dapat digunakan sebelum
tindakan operasi
antimikrobial
kelompok
chlorhexidine.
Senyawa ini menyebabkan klorinasi pada gugus amina asam amino yang
membentuk protein sel bakteri. Hasil akhir reaksi ini menyebabkan aktivitas
biologi protein, terjadinya gangguan enzim ,dan penggantian atom hidrogen oleh
klor yang menyebabkan perubahan pada ikatan hidrogennya sehingga struktur
dan formasi protein berubah. Hal ini menyebabkan terjadinya denaturasi protein
sehingga menyebabkan kematian bakteri (Wilson, 2001).
Efektifitas pemakaian antiseptik perlu ditinjau dari tiga aspek. Pertama
apakah pemakaian antiseptik sendiri memang bermakna dalam meningkatkan
efektifitas pembersihan secara mekanis. Aspek kedua adalah jenis antiseptik
mana yang dapat diandalkan. Ketiga, selain dari tingkat efektifitasnya adalah
efek samping dari pemakaian antiseptik tersebut (Mandell, 2000).
Chlorhexidine gluconate merupakan larutan antiseptik yang kuat dan
berspektrum luas, efektif melawan hampir semua bakteri (gram positif dan gram
negatif) dan jamur nosokomial. Senyawa dalam chlorhexidine gluconate secara
efisien mengubah permeabilitas dinding sel, serta secara cepat mengendapkan
komponen membran sel dan sitoplasma. Pada penambahan isopropyl alkohol
akan lebih meningkatkan efek bakterisidal tersebut. Salah satu keunggulan dari
chlorhexidine adalah kemampuannya untuk menembus stratum corneum,
sehingga menambah durasi kerjanya selama beberapa jam setelah digunakan.
Secara umum, bahan tersebut menyebabkan beberapa reaksi kulit yang lebih
ringan dibandingkan bahan lain dan bekerja tetap efektif walaupun dengan
adanya bahan organik seperti darah atau bahan protein lain (Hebl, 2006).
7
isopropyl alkohol
Streptococcus aureus. Povidone iodine diakui oleh Food and Drug Administration
(FDA) sebagai larutan antiseptik pada tindakan pembedahan. Povidone iodine
belum
mendapatkan
desinfektan
persetujuan
FDA
untuk
penggunaannya
sebagai
penelitian
telah
membandingkan
efek
antiseptik
dari
menjadi yang
paling efektif mempertahankan status aseptik pada permukaan kulit untuk jangka
waktu yang panjang dan mengurangi resiko terjadinya kolonisasi pada kateter
epidural (Hebl, 2006).
Kinirion et al juga membandingkan tingkat kolonisasi kateter epidural
yang menggunakan chlorhexidine pada alkohol dengan povidone iodine 10%.
Chlorhexidine pada alkohol ternyata lebih unggul dibandingkan povidone iodine
pada hampir semua sampel kultur ( tabel 2 ). (Kiniron et al, 2001)
Tabel 2.2. Hasil kultur Bakteri (Kiniron et al, 2001)
Pada beberapa penelitian lain, yang dilakukan Girad et al, pada tahun
2012 yang meneliti penggunaan antiseptik menggunakan povidone iodinealkohol 70% dengan Chlorexidine murni sebagai tindakan pencegahan infeksi
pada pemasangan kateter vena sentral, didapatkan hasil grup dengan
menggunakan povidone iodine-alkohol memiliki rata-rata kontaminasi yang lebih
rendah bila dibandingkan pada grup Chlorexidine (1,4% vs 3,3 %) (Girad et al,
2012)
Secara kontras pada beberapa penelitian lain yang menyatakan bahwa
kedua larutan antiseptik Povidone iodine dan Chlorexidine sama-sama efektif.
Penelitian yang dilakukan Adam, tahun 2005 bahwa penurunan koloni bakteri
pada penggunaan larutan antiseptik baik povidone iodine dan chlorexidine tidak
berbeda secara signifikan (1,12 vs 1,16 p = 0,041) (Adams, 2005). Penelitian
yang dilakukan Wiratnolo pada tahun 2014 membandingkan efektifitas larutan
antiseptik Chlorexidine dalam alkohol dengan Povidone iodine pada kultur bakteri
jarum spinal pasca subarachnoid block memiliki efektifitas yang sama dalam
mengurangi tingkat kolonisasi pada kultur jarum spinal pasca Subarachnoid
block. Pada kelompok povidone iodine insidensi kolonisasi bakteri (22%)
sedangkan kelompok Chlorexidine (19,5%) tetapi secara statistik perbedaan
tidak bermakna (p>0,05) (Wiratnolo, 2014)
2.2 Mikrobiologi Kulit
Kulit manusia tidak bebas hama (steril). Kulit steril hanya didapatkan pada
waktu yang sangat singkat sesaat setelah lahir. Kulit manusia tidak steril karena
permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan untuk pertumbuhan
organisme, antara lain : lemak, nitrogen, dan mineral lainnya. Hubungannya
10
11
normal serta sehat. Kulit dan mukosa selalu mengandung mikroorganisme yang
dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan :
I.
II.
12
sebagian
kekosongan
lokal
yang
cenderung
diisi
oleh
mikroorganisme dari lingkungan atau daerah lain. Organisme ini yang awalnya
oportunis dapat menjadi pathogen (Schmitz, 2004).
2.2.3 Pembiakan Mikroorganisme
Pembiakan adalah proses memperbanyak mikroorganisme dengan
menyediakan lingkungan yang tepat. Mikroorganisme yang sedang tumbuh
membuat tiruan dirinya sendiri, untuk itu dibutuhkan unsur-unsur yang ada dalam
komposisi kimia organisme. Zat makanan harus mengandung berbagai unsur ini
dalam bentuk yang dapat dimetabolisme. Selain itu organisme ini membutuhkan
energi metabolik untuk mensintesis makromolekul dan mempertahankan gradient
kimia pada membran sel. Faktor yang harus dikendalikan selama pertumbuhan
adalah zat makanan, pH, suhu, udara, kadar garam, serta strong ion dari
pembenihan (Brooks , 2007).
2.3
spinal, epidural, dan caudal. Tempat kerja utama dari blok neuroaxial adalah
pada radiks saraf. Obat anestesi lokal disuntikan kedalam cerebrospinal fluid
(spinal anestesi) ataupun ruang epidural (epidural dan caudal anestesi)
(Butterworth, 2013).
Infeksi dapat terjadi akibat penyebaran bakteri yang berasal dari
instrumentasi spinal dan epidural anestesi, ataupun melalui jalur hematogen.
Sumber utama infeksi berasal dari flora normal kulit, yaitu
Staphylococcus
15
16
kejadian
terbanyak
pada
pasien
geriatrik
dan
pasien
Tabel 2.3. Faktor etiologi meningitis dan abses epidural (Reynold, 2008)
17