Sie sind auf Seite 1von 7

EL-VIVO

Vol.3, No.1, hal 54 60, April 2015

ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

UJI KUALITAS PUPUK ORGANIK CAIR DARI BERBAGAI MACAM MIKROORGANISME


LOKAL (MOL)
Sri Hesti Handayani1, Ahmad Yunus2, Ari Susilowati3
1
2
3

Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS

Dosen Pembimbing I Program Studi Biosain Pascasarjana UNS


Dosen Pembimbing II Program Studi Biosain Pascasarjana UNS
( e-mail: yanihesti@gmail.com )

ABSTRAK. Pupuk mempunyai peranan yang sangat penting di bidang pertanian dalam
meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Krisis lingkungan yang
sedang terjadi akhir-akhir ini menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
penyelamatan lingkungan. Petani organik berusaha mandiri dengan memanfaatkan
bahan-bahan yang tersedia di alam untuk membuat pupuk dan pestisida organic, salah
satunya dengan memanfaatkan Mikroorganisme Lokal (MOL) yang diyakini mampu
memelihara kesuburan dan meningkatkan produktikvitas tanah. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kualitas pupuk organik cair MOL pepaya, MOL kubis, dan MOL urin
sapi.
Pembuatan pupuk organik cair MOL dengan cara fermentasi selama 15 hari. Uji kualitas
MOL meliputi kandungan hara makro, mikro, pH, bahan organik, C-organik, dan C/N
rasio.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam larutan mikroorganisme lokal (MOL)
pepaya, MOL kubis dan MOL urin sapi terdapat kandungan hara makro N, P, K, Ca, dan
Mg maupun hara mikro yang memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah sehingga
dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Kata kunci : Mikroorganisme lokal (MOL), pupuk organik cair

PENDAHULUAN

diperoleh karena berkurangnya pasokan

Pupuk mempunyai peranan yang sangat

dari pemerintah, juga dapat merusak

penting

lingkungan,

di

meningkatkan

bidang

pertanian

struktur

tanah

menjadi keras dan mikroorganisme tanah

pertumbuhan tanaman. Ketergantungan

semakin berkurang yang berakibat pada

petani

menurunnya produktivitas tanah.

pupuk

tanah

seperti

dan

pada

kesuburan

dalam

anorganik

yang

sangat tinggi dan berkurangnya pasokan


pupuk

bersubsidi

pemerintah

akhir-akhir ini menumbuhkan kesadaran

tersendiri

masyarakat akan pentingnya penyelamat-

bagi para petani di seluruh wilayah

an lingkungan. Demikian juga dengan

Indonesia. Padahal penggunaan pupuk

para petani di Indonesia. Mereka mulai

anorganik yang berlebihan dalam jangka

menerapkan

waktu lama justru akan merugikan, selain

ramah lingkungan. Menurut Herniwati

harganya

dan Nappu (2011), pertanian organik

menimbulkan

dari

Krisis lingkungan yang sedang terjadi

permasalahan

semakin

mahal

dan

sulit
54

pertanian

organik

yang

EL-VIVO
Vol.3, No.1, hal 54 60, April 2015

ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

merupakan sistem pertanian yang ramah

nutrisi

lingkungan yang berusaha mengembali-

mengandung unsur hara makro, mikro,

kan semua bahan organik ke dalam

dan mengandung mikroorganisme yang

tanah, baik dalam bentuk residu dan

berpotensi

limbah pertanian yang mampu memper-

organik, perangsang pertumbuhan, dan

baiki

agen

status

kesuburan

dan

struktur

bagi

tanaman.

sebagai

pengendali

perombak

hama

dan

bahan
penyakit

tanaman

dengan memanfaatkan bahan-bahan yang

sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan

tersedia di alam untuk membuat pupuk

pestisida organik.

SRI

digunakan

Bahan baku pembuatan MOL ber-

Bermula dari budidaya padi dengan


metode

baik

MOL

tanah. Petani organik berusaha mandiri

dan pestisida organik.

sehingga

Larutan

(System

of

macam-macam

Rice

dengan

memanfaatkan

bahan-bahan yang tersedia di lingkungan

Intensification) yang mulai dikembangkan

setempat,

di Indonesia pada tahun 1997, petani

hara dan mikroorganismenya juga ber-

memanfaatkan

variasi. Oleh karena itu perlu dilakukan

mikroorganisme

lokal

sehingga

penelitian

kesuburan

meningkatkan

berbagai macam larutan mikroorganisme

produktivitas tanah. Saat ini penggunaan

lokal (MOL) sebagai pupuk organik cair

larutan MOL sebagai pupuk organik cair

sehingga akan diketahui manfaat yang

sudah berkembang tidak hanya untuk

lebih spesifik dari masing-masing MOL

tanaman

padi

pertanian
palawija

tetapi

lainnya
dan

Purwasasmita
merupakan

tanaman

sebagai sumber informasi bagi petani

seperti

sayuran,

maupun masyarakat umum dalam peng-

Menurut

gunaannya.

(2009),

larutan

hasil

MOL

fermentasi

Metode Penelitian

dengan bahan baku berbagai sumber

Waktu dan Tempat Penelitian

daya yang tersedia di sekitar lingkungan,

Penelitian

seperti nasi, daun gamal, keong mas,

JanuariSeptember

2014.

bonggol pisang, air kencing, limbah buah-

kandungan

hara

buahan, limbah sayuran dan lain-lain.

Laboratorium

Bahan-bahan tersebut merupakan tempat

Tanah

yang

Sebelas Maret Surakarta (UNS).

disukai

oleh

kualitas

juga

buah-buahan.

larutan

mengetahui

unsur

(MOL) yang diyakini mampu memelihara


dan

untuk

kandungan

mikroorganisme

dilaksanakan
unsur
Kimia

Fakultas

pada

bulan
Analisis

MOL

di

dan

Kesuburan

Pertanian

Universitas

sebagai media untuk hidup dan berkembangnya


berguna

mikroorganisme

dalam

mempercepat

hancuran

bahan-bahan

(dekomposer)

atau

sebagai

yang

Bahan dan Alat Penelitian

peng-

Bahan yang digunakan dalam penelitian

organik

ini antara lain bahan pembuat MOL

tambahan

(pepaya, kubis dan urin sapi), air cucian


55

EL-VIVO
Vol.3, No.1, hal 54 60, April 2015

ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

beras, dan molase (tetes tebu), serta

pembuatan MOL kubis dan MOL urine

bahan-bahan

sapi.

kimia

untuk

analisis

kandungan hara MOL. Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat untuk pembuat-

Pengambilan sampel MOL

an

Pengambilan

MOL:

wadah

fermentasi/

stoples

sampel

analisis

dan

analisis

plastik volume 2 liter, pisau, timbangan,

kandungan

blender, dan pengaduk, alat-alat untuk

mikroorganisme dilakukan pada hari ke-0

analisis kandungan hara MOL.

(sebelum fermentasi) dan pada hari ke-15


setelah

Prosedur Penelitian

hara

untuk

MOL

fermentasi

dengan

mengaduk

larutan MOL terlebih dahulu.

Pembuatan MOL
Bahan baku pembuatan MOL pepaya dan

Analisis kandungan hara MOL

MOL kubis berupa limbah pepaya dan

Analisis kandungan hara MOL dilakukan

kubis

untuk mengetahui kandungan karbon (C)

diperoleh

Kabupaten

dari

Boyolali,

pasar

Simo

masing-masing

organik

dengan

metode

Walkey

and

sebanyak 0,5 kg diiris-iris dengan ukuran

Black, nitrogen (N) total dengan metode

0,5-1,0 cm kemudian dihaluskan dengan

Kjeldahl, fosfor (P2O5) dengan metode

blender. Bahan baku pembuatan MOL

Bray-I, K2O dengan metode ekstraksi HCl

urine sapi, sebanyak 0,5 liter urine sapi

25%/flamefotometri, unsur Ca, Mg, Fe,

perah

Zn, Mn dengan metode flamefotometri

asal

Boyolali

yang

diperoleh

dengan cara menampung urine sapi yang

dan

baru keluar dengan menggunakan ember.

menggunakan alat pH meter (Sudarmaji

Air

liter

et al., 1997). Analisis ini dilakukan pada

diperoleh dari 0,5 kg beras yang dicuci

awal sebelum larutan MOL difermentasi

dengan air sebanyak 1 liter, serta molase

(hari ke-0) dan analisis akhir setelah

yang merupakan

fermentasi 15 hari.

cucian

beras

sebanyak

limbah

pabrik

gula

pH

larutan

MOL

dengan

sebanyak 0,1 liter diperoleh dari toko


pakan ternak. Untuk pembuatan MOL

Hasil dan Pembahasan

pepaya,

air

Pupuk organik cair menurut Hadisuwito

dengan

molase

cucian

beras

dicampur
dalam

(2012), adalah larutan dari pembusukan

stoples dan diaduk sampai tercampur

bahan-bahan organik yang berasal dari

rata,

sisa

kemudian

dimasukkan
pepaya

yang

sudah

tanaman,

kotoran

hewan

dan

dihaluskan dimasukkan, diaduk kembali

manusia yang kandungan haranya lebih

sampai

stoples

dari satu unsur. Meskipun kandungan

dan

haranya lengkap akan tetapi biasanya

difermentasi selama 15 hari (Suhastyo,

dalam kadar yang sangat rendah. Unsur

2011). Cara yang sama dilakukan pada

hara merupakan unsur yang dibutuhkan

ditutup

tercampur
dengan

merata,
penutupnya

56

EL-VIVO
Vol.3, No.1, hal 54 60, April 2015

ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

untuk pertumbuhan dan metabolisme

Tabel 1. Kandungan unsur hara, pH dan C/N


rasio MOL pepaya, MOL kubis, dan MOL urin
sapi sebelum dan sesudah fermentasi

tanaman. Tanaman menggunakan bahan


anorganik

untuk

MOL pepaya

pertumbuhannya

Sifat
Kimia

melalui proses fotosintesis dengan menggunakan karbondioksida yang diperoleh


dari

udara

ditambah

dengan

air

kemudian diubah menjadi bahan organik


oleh

klorofil

dengan

bantuan

sinar

matahari.
Ciri

fisik

menurut

pupuk

Hadisuwito

cair

yang

(2012)

baik

adalah

MOL kubis

MOL urin sapi

Standar
mutu
pupuk
organik
cair*)
<50.000

Hari ke-0

Hari ke15

Hari ke0

Hari
ke-15

Hari
ke-0

Hari
ke-15

N (%)
P (ppm)

0,10
117,56

0,45
274,67

0,11
245,03

0,18
278,63

K (ppm)

162,45

199,16

147,17

155,92

Ca (ppm)

57,61

159,63

153,46

180,45

Mg
(ppm)
Fe (ppm)
Zn (ppm)
Mn
(ppm)
pH
Corganik
(%)
C/N
rasio
BO (%)

546,12

1457,16

1387,36

2,21
0,69
1,94

6,50
0,64
2,80

5,41
0,92
3,02

1201,3
6
5,41
0,92
3,02

0,15
205,
11
450,
84
120,
87
1213
,4
1,34
0,25
1,60

0,16
245,6
3
417,7
6
134,1
5
2460,
88
6,66
0,51
0,52

5,32
16,35

3,68
13,61

4,52
19,38

4,52
19,38

5,35
9,76

4,65
6,20

4-8
4,5

163,5

30,24

176,18

107,67

23,46

33,41

27,19

65,0
7
16,8
3

38,75

28,18

10,8
6

<50.000
400
2.500
2.500

Keterangan :
*)
Standar mutu pupuk organik cair berdasarkan
hasil
pembahasan
para
pakar
lingkup
Puslitbangtanak, Direktorat Pupuk dan Pestisida,
IPB jurusan tanah, Depperindag, serta Asosiasi
Pengusaha Pupuk dan Pengguna pada tahun
2006 (Suriadikarta dan Setyorini, 2013)

berwarna kuning kecoklatan dan bahan


pembentuknya sudah membusuk. Dalam
penelitian ini, peneliti membuat pupuk
organik cair yang sering disebut dengan
mikroorganisme lokal (MOL) dari limbah

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat

organik, yaitu limbah pepaya, kubis, dan

dilihat bahwa kandungan unsur hara

urin sapi. Proses pembuatan MOL ini

makro (N, P, K, Ca, dan Mg) maupun

secara

hari,

unsur hara mikro (Fe, Zn, dan Mn) pada

kemudian kandungan haranya dianalisis

larutan MOL setelah fermentasi 15 hari

dan

mengalami

fermentasi

selama

dibandingkan

antara

15

sebelum

peningkatan

dibandingkan

fermentasi dan sesudah fermentasi. Hasil

sebelum fermentasi. Menurut Muchtadi

analisis kandungan unsur hara terhadap

(2010),

larutan mikroorganisme lokal (MOL) pada

oksidasi anaerob karbohidrat menghasil-

hari

ke-0

setelah

(sebelum

difermentasi

fermentasi

merupakan

proses

fermentasi)

dan

kan alkohol dan asam-asam. Gula jika

selama

hari

difermentasi akan menghasilkan etanol,

15

disajikan pada Tabel 1.

asam laktat, asam butirat, aseton, dan


hidrogen. Sedangkan menurut Suhastyo
(2011), pada proses fermentasi terjadi
dekomposisi

terhadap

bentuk

fisik

padatan dan pembebasan sejumlah unsur


penting dalam bentuk senyawa-senyawa
kompleks

maupun

senyawa-senyawa

sederhana ke dalam larutan fermentasi.


Dari

hasil

analisis

larutan

MOL

setelah fermentasi 15 hari, MOL pepaya


memiliki kandungan unsur N tertinggi
57

EL-VIVO
Vol.3, No.1, hal 54 60, April 2015

(0,45%)

dibanding

Sedangkan

MOL

MOL

ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

yang

kubis

lain.

karbondioksida melalui oksidasi selama

memiliki

dekomposisi

oleh

mikroorganisme.

kandungan P, Ca dan Mn tertinggi, yaitu

Kandungan C-organik dan C/N rasio

kandungan P (278,63 ppm), Ca (180,45

tertinggi terdapat pada MOL kubis, yaitu

ppm), dan Mn (3,02 ppm). Meskipun

C-organik (19,38%) dan C/N (107,67), hal

kandungan N, P, Zn dan Mn pada MOL

ini karena bahan asal MOL kubis yaitu

urin

kubis mengandung serat yang lebih tinggi

sapi

terendah

dibanding

MOL

pepaya dan MOL kubis, tetapi kandungan

dibandingkan pepaya dan urin sapi.

K, Mg dan Fe pada MOL urin sapi yang

Secara

paling tinggi, yaitu K (417,76 ppm), Mg

kubis

(2.460,88 ppm), dan Fe (6,66 ppm).

kandungan

Aktivitas

mikrobia

maupun

baik

urin

hara

MOL

sapi

dan

pepaya,

dari
pH

segi
sudah

men-

memenuhi syarat sebagai pupuk organik

menurut

cair. Standar mutu pupuk organik cair

Dwijoseputro (2010) juga akan meng-

yang digunakan di sini berdasarkan hasil

hasilkan gas CO2. Gas CO2 ini akan

pembahasan

membentuk asam karbonat (H2CO3) yang

Puslitbangtanak, Direktorat Pupuk dan

mudah terurai menjadi ion H dan HCO3 .

Pestisida,

Ion

mempengaruhi

Depperindag, serta Asosiasi Pengusaha

kemasaman sehingga pH larutan MOL

Pupuk dan Pengguna pada tahun 2006.

menurun (kemasaman meningkat). Dari

Hanya pada MOL pepaya pH sedikit di

hasil analisis, pH larutan ketiga macam

bawah

MOL adalah agak masam yaitu MOL

ditetapkan, yaitu pH MOL pepaya 3,68

pepaya (pH= 3,68), MOL kubis (pH= 4,52)

sedangkan

dan MOL urin sapi (pH= 4,65).

Sehingga dalam penggunaannya harus

dekomposisi

bahan

dalam

umum

organik

H+

ini

akan

para
IPB

syarat

pakar

lingkup

jurusan

minimal

batas

tanah,

yang

minimalnya

telah
4,00.

Dari Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa

dilakukan pengenceran yang lebih banyak

kandungan C organik, bahan organik dan

dibandingkan MOL kubis dan urin sapi

C/N rasio pada larutan MOL setelah

untuk menetralkan pH nya.

fermentasi
penurunan.

15

hari

Penurunan

mengalami
kandungan

KESIMPULAN DAN SARAN

organik menunjukkan terjadinya proses

Kesimpulan

dekomposisi

Dari

bahan

organik.

Hal

ini

hasil

penelitian

ini

dapat

menurut Seni et al. (2013), disebabkan C-

disimpulkan bahwa di dalam larutan

organik

mikroorganisme lokal (MOL) pepaya, MOL

dan

didekomposisi

bahan
oleh

organik

telah

mikroorganisme

kubis

dan

MOL

urin

sapi

terdapat

menjadi senyawa yang lebih sederhana.

kandungan hara makro N, P, K, Ca, dan

Penurunan kandungan C-organik juga

Mg maupun hara mikro yang memenuhi

disebabkan

standar

oleh

pelepasan
58

yang

ditetapkan

pemerintah

EL-VIVO
Vol.3, No.1, hal 54 60, April 2015

ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

sehingga dapat digunakan sebagai pupuk

Purwasasmita M, Kurnia K. 2009.


Mikroorganisme
Lokal
sebagai
Pemicu Siklus Kehidupan dalam
Bioreaktor
Tanaman.
Seminar
Nasional Teknik Kimia IndonesiaSNTKI 2009. Bandung 19-20 Oktober
2009.
Rao, S, N, S. 2007. Mikroorganisme Tanah
dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi
Kedua, Universitas Indonesia Press.
Jakarta
Sari, Diana Novita. Surti Kurniasih. Teti
Rostikawati.
2012.
Pengaruh
Pemberian Mikroorganisme Lokal
(MOL)
Bonggol
Pisang
Nangka
Terhadap Produksi Rosela (Hibiscus
sabdariffa L.).
http://ejournal.unpak.ac.id. Program
Studi Biologi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan
Bogor.
Sarwindaningrum,
Irene.
2011.
Mikroorganisme
Lokal,
Upaya
Memandirikan Petani. Kompas, Jumat
6
Mei
2011.
http://sains.kompas.com/read
/2011/05/06/15381139/
Mikroorganisme.Lokal.Mandirikan.Pet
ani.
Seni, Ida Ayu N. I Wayan Dana Atmaja. Ni
Wayan Sri Sutari. 2013. Analisis
Kualitas
Larutan
MOL
(Mikroorganisme
Lokal)
Berbasis
Daun Gamal (Gliricidia sepium). EJurnal
Agroekoteknologi
Tropika
ISSN: 2301-6515 Vol. 2, No. 2, April
2013.
Sitompul, R.J. 2012. Membuat MOL dari
Limbah
Buah-buahan.
http://bp3kkecbatangharikablamtim.
blogspot.com/2012/11/membuatmol-dari-limbah-buah-buahan.html.
Diunduh tanggal 21 Juli 2013.
Sobar, Arie. 2013. Cara Membuat Mol
Pepaya.
http://sampulpertanian.
blogspot.com/2013/05/caramembuat-mol-pepaya.html. Diunduh
21 Juli 2013.
Suhastyo, A.A. 2011. Studi Mikrobiologi
dan Sifat Kimia Mikroorganisme
Lokal (MOL) yang digunakan pada
Budidaya Padi Metode SRI (System of
Rice Intensification). Tesis. Program
Studi Ilmu Tanah Institut Pertanian
Bogor.

organik cair.
Saran
Disarankan untuk pengujian lebih lanjut
kualitas MOL pepaya, MOL kubis, dan
MOL urin sapi terhadap pertumbuhan
tanaman

serta

identifikasi

mikroorganisme yang terdapat di dalam


larutan MOL tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk
Organik Cair. PT Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Hanafiah, K.A. et al. 2005. Biologi Tanah :
Ekologi dan Makrobiologi Tanah. PT
Raja Grafindo Persada. Jakarta
Herniwati dan Basir Nappu, 2011. Peran
dan Pemanfaatan Mikroorganisme
Lokal (MOL) Mendukung Pertanian
Organik. Pdf.
Hersanti. 2007. Isolasi Bakteri Asal
Larutan Mikroorganisme Lokal, Uji
Antagonis, Uji Pertumbuhan Semai
Padi. Fakultas Pertanian Universitas
Padjajaran. Bandung.
Hidayat, E.A. 2006. Membuat MOL Buah
Pepaya.
http://kulawargifarm.
blogspot.com/2013/01/membuatmol-buah-pepaya.html.
Diunduh
tanggal 21 Juli 2013.
Husen E. 2003. Screening of soil bacteria
for plant growth promotion activities
in vitro. Ind. J. Agri. Sci. 4(1):27-31.
Juanda, Irfan, dan Nurdiana. 2011.
Pengaruh
Metode
dan
Lama
Fermentasi terhadap Mutu MOL
(Mikroorganisme
Lokal).
Jurnal
Floratek
6:
140143.
Fakultas
Pertanian Unsyiah, Darussalam Banda
Aceh.
Permana, D. 2011. Kualitas Pupuk
Organik Cair dari Kotoran Sapi
Pedaging
yang
Difermentasi
Menggunakan Mikroorganisme Lokal.
Skripsi. Ilmu produksi dan Teknologi
Peternakan.
Institut
Teknologi
Bandung.
59

EL-VIVO
Vol.3, No.1, hal 54 60, April 2015

ISSN: 2339-1901
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

Suketi, et al. 2010. Studi Karakter Mutu


Buah Pepaya IPB. Jurnal Hortikultura
Indonesia 1(1):17-26. April 2010.
Suriadikarta, D.A., Setyorini, D. 2013.
Baku Mutu Pupuk Organik.
http://balittanah.litbang.deptan.go.id
/dokumentasi/lainnya/11baku%20m
utu%20pupuk%20organik.pdf.
Diunduh 16 Agustus 2013.

60

Das könnte Ihnen auch gefallen