Sie sind auf Seite 1von 11

ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH:

STUDI PADA PEMERINTAH PROVINSI ACEH

PAPER MATA KULIAH


AKUNTANSI MANAJEMEN

DOSEN PENGASUH: Dr. HASAN BASRI, SE, M.Com, Ak

OLEH :
NURLELAHAYATI
NIM : 1409200070138

KELAS B STAR BPKP TAHAP IV


MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015

[0]

ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH:


STUDI PADA PEMERINTAH PROVINSI ACEH

NURLELAHAYATI
STAR BPKP TAHAP IV
Program Magister Akuntansi
Universitas Syiah Kuala
Abstrak
Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 yang
mengatur tentang pelaksanaan otonomi daerah dan perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah serta dimulainya era reformasi pada sistem pemerintahan di Indonesia, serta UndangUndang No. 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh yang memberikan peluang pada
perubahan paradigma pembangunan menuju pemerataan pembangunan secara adil dan merata
yang diikuti dengan reformasi anggaran. Yang berarti dengan diberlakukan Undang-Undang
tersebut, pemerintah Aceh dituntut untuk dapat merencanakan pembangunan yang lebih
memihak pada pembangunan yang berdasarkan aspirasi masyarakat. Sebagai daerah otonomi
khusus, Provinsi Aceh memiliki kewenangan dalam merencanakan pembangunan dan anggaran
daerah.
Paper ini bertujuan untuk membahas hal-hal yang berhubungan dengan anggaran
pemerintah daerah : Pemerintah Aceh, diawali dengan pemahaman terhadap konsep pemerintah
daerah secara umum dan konsep Pemerintah Aceh, konsep anggaran dan konsep anggaran
pemerintah daerah, siklus anggaran dan peran anggaran dalam pembangunan daerah serta hal
lain yang menyangkut dengan pemerintah daerah.
Kata kunci: Anggaran, Pemerintah Daerah, Pemerintah Aceh

[1]

1. Pendahuluan
Pemerintah Aceh adalah salah satu daerah yang mendapatkan otonomi daerah. Dengan
adanya otonomi daerah, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada ditangan pemerintah daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001 memunculkan jenis akuntabilitas
baru, sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999. Dalam hal ini
terdapat tiga jenis pertanggungjawaban keuangan daerah yaitu (1) pertanggungjawaban
pembiayaan pelaksanaan dekonsentrasi, (2) pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan
pembantuan, dan (3) pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Pengaturan tentang kewenangan dan kelembagaan Pemerintahan Aceh sendiri telah
ditetapkan dalam Undang-Undang No.11/2006 tentang Pemerintahan Aceh. Undang-Undang ini
memberikan beberapa keistimewaan kepada Pemerintah Aceh yang tidak dimiliki oleh daerah
lain, terutama dalam hal mendapat alokasi dana otonomi khusus dan tambahan bagi hasil minyak
bumi dan gas alam serta bentuk pemerintahan daerah.
Sama dengan daerah lainnya di Indonesia, setiap tahun pemerintah daerah Aceh
menghimpun dan membelanjakan dana melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh
(APBA). Penyusunan anggaran merupakan rangkaian aktivitas yang melibatkan banyak pihak,
termasuk semua Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) serta Dewan Perwakilan Rakyat Aceh
(DPRA). Peran DPRA dalam penyusunan anggaran jauh dari harapan untuk menghasilkan
penyusunan anggaran lebih transparan, demokratis, objektif dan akuntabel, karena dalam
pelaksanaannya DPRA tidak melaksanakan fungsi anggaran dengan baik.
Paper ini bertujuan untuk memahami secara mendalam tentang penganggaran pemerintah
daerah : Provinsi Aceh. Penulisan makalah ini dimulai dengan membahas konsep pemerintah
daerah secara umum dan konsep Pemerintah Aceh, konsep anggaran dan konsep anggaran
pemerintah daerah, siklus anggaran dan peran anggaran dalam pembangunan daerah, serta
diakhiri dengan kesimpulan.
2. Konsep Pemerintah Daerah dan Pemerintah Aceh
2.1 Pengertian Pemerintah Daerah
Sebelum membahas mengenai konsep pemerintahan daerah, terlebih dahulu harus
dipahami tentang konsep pemerintahan. Pemerintah adalah suatu organisasi yang diberi
kekuasaan untuk mengatur kepentingan bangsa dan negara. Lembaga pemerintah dibentuk

[2]

umumnya untuk menjalankan aktivitas layanan terhadap masyarakat luas dan sebagai organisasi
nirlaba yang mempunyai tujuan bukan untuk mencari keuntungan tetapi untuk menyediakan
layanan dan kemampuan meningkatkan layanan tersebut di masa yang akan datang. Tujuan yang
akan dicapai biasanya ditentukan dalam bentuk kualitatif, misalnya meningkatkan kenyamanan
dan keamanan, mutu pendidikan, kesehatan maupun keimanan (honga dan ilat, 2014). Ditinjau
dari segi dinamika, pemerintahan berarti segala kegiatan atau usaha yang terorganisasikan,
bersumber pada kedaulatan dan berlandaskan dasar Negara, mengenai rakyat dan wilayah
Negara itu demi tercapainya tujuan negara. Sementara daerah dalam arti local state government
adalah pemerintah di daerah yang merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat.
Pengertian Pemerintah Daerah baik menurut pasal 1 ayat 2 UU nomor 32
tahun 2004 dan menurut pasal 1 ayat 2 UU nomor 23 Tahun 2014 dinyatakan
bahwa, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan

daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Berdasarkan pengertian - pengertian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pemerintah

dan

pemerintahan

dibentuk

yang bersifat operasional dalam rangka

berkaitan dengan pelaksanaan berbagai

pencapaian

tujuan negara

yang lebih

fungsi

abstrak, dan

biasanya ditetapkan secara konstitusional. Berbagai fungsi tersebut dilihat dan dilaksanakan
secara berbeda oleh sistem sosial yang berbeda, terutama secara ideologis.
2.2 Konsep Pemerintah Aceh
Pemerintah Aceh adalah pemerintah daerah provinsi dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Aceh
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh sesuai dengan fungsi dan kewenangan masingmasing. Pemerintahan Daerah Aceh yang selanjutnya disebut Pemerintah Aceh adalah unsur
penyelenggara pemerintahan Aceh yang terdiri atas Gubernur dan pernagkat daerah Aceh (UU
No.11/2006, pasal 1 ayat 4 dan 6).
Pengakuan negara atas keistimewaan dan kekhususan pemerintahan Aceh yang di sahkan
melalui Undang-Undang nomor 11 tahun 2006 tidak terlepas dari nota kesepahaman (MOU)
[3]

antara pemerintah dengan Gerakan Aceh Merdeka yang merupakan suatu bentuk rekonsiliasi
secara bermartabat menuju pembangunan sosial, ekonomi serta politik di Aceh secara
berkelanjutan. Untuk pelaksanaan

fungsinya Pemerintah Aceh telah menerbitkan beberapa

qanun, seperti Qanun Aceh No.1/2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh, Qanun

Aceh

No.2/2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi
dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus, dan Qanun Aceh No.8/2008 tentang Pelayanan Publik.
Pengaturan dalam qanun yang banyak diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 11 tahun 2006
merupakan wujud konkret bagi terselenggaranya kewajiban konstitusional tersebut dalam
pelaksanaan pemerintahan Aceh dan kabupaten/kota, dan merupakan acuan yang bermartabat
untuk mengelola urusan pemerintahan secara mandiri sebagai bagian dari wilayah kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sesuai dengan yang diamanatkan dalam UU No.11/2006, pemerintahan Aceh dan
kabupaten/kota berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam semua sektor
publik kecuali urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat yaitu urusan
pemerintahan yang bersifat nasional, politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter
dan fiskal nasional, dan urusan tertentu dalam bidang agama. Pemerintah Aceh memiliki
kewenangan untuk mengatur dan membuat kebijakan untuk melaksanakan kewenangannya, yang
prinsipnya bersumber dari kewajiban untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

3. Konsep Anggaran dan Anggaran Pemerintah Daerah


3.1 Pengertian Anggaran
Pengertian anggaran menurut Munandar (2000:1) yang dimaksud dengan Business
Budget atau budget (anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan
berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Mardiasmo (2005) dalam
Honga dan Ilat (2014) mendefinisikan anggaran sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja
yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, dan
penganggaran merupakan proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran.
Selanjutnya Freeman dan Shoulders (2003) dalam Nordiawan dan Hertianti (2010:69)
mendefinisikan anggaran sebagai berikut. Budgeting is the process of allocating scarce resources
[4]

to unlimited demands, and a budget is a dollar-and-cents plan of operation for a specific period
of time. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa penganggaran merupakan suatu proses
pengalokasian sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya tidak
terbatas (unlimited demands). Sementara itu anggaran merupakan rencana kerja dalam suatu
periode yang telah ditetapkan dalam satuan mata uang. Sedangkan menurut Garrison dan
Noreen(2000:402) menyatakan, bahwa anggaran adalah rencana rinci tentang perolehan dan
penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya suatu periode tertentu.
Berdasarkan definisi seperti yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa
anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun secara teliti yang didasarkan atas
pengalaman di masa yang lalu dan untuk perkiraan masa yang akan datang dalam ukuran
finansial.
3.2 Pengertian Anggaran Pemerintah Daerah
Menurut Permendagri No.13 Tahun 2006, APBD adalah rencana keuangan tahunan
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. Menurut Sopanah dan Wahyudi (2004) dalam Handayani (2009),
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) secara umum adalah pernyataan tentang
rencana pendapatan dan belanja daerah dalam periode tertentu (1 Tahun).
Sedangkan anggaran pemerintah daerah (APBD) itu sendiri berdasarkan istilahnya, oleh
Mamesah (1995 : 17) dapat di uraikan sebagai berikut :
- A = Anggaran dalam arti begroting atau estimate mempunyai makna penentuan, patokan
atau penetapan banyaknya uang.
- P = Pendapatan atau incomen dalam arti revenue atau penerimaan, dimaksudkan bahwa
untuk membiayai pengeluaran, diperlukan sumber-sumber penerimaan dalam hal ini
untuk daerah dikenal dengan pendapatan asli daerah (PAD) berupa pajak, retribusi dan
lain-lain, bagi hasil pajak/bukan pajak serta sumbangan (berupa ganjaran dan subsidi) dan
bantuan-bantuan pembangunan.
- B = Belanja atau government expenditure atau pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Dimaksudkan bahwa pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah dalam melaksanakan
tugas atau fungsinya jelas memerlukan dan melakukan pengeluaran, sedangkan tindakantindakan yang berakibat untuk melakukan pengeluaran tersebut diperlukan sumber daya
ekonomi antara lain berupa atau dinyatakan dengan penggunaan uang. Uang tersebut
untuk keperluan belanja rutin dan belanja pembangunan.
- D = Daerah dimaksudkan disini sebagai daerah otonom (dalam hal ini daerah tingkat I
dan II) sebagai badan hukum publik dalam bentuk organisasi yang menjadi alat
kekuasaan dalam menjalankan pemerintahan didaerah.

[5]

Selanjutnya
daerah (APBD),

dari

uraian

sebagai

diatas,

rencana

maka

pengertian anggaran

operasional/keuangan

daerah,

pendapatan
dimana

satu

belanja
pihak

menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan


dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain mengambarkan
perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaranpengeluaran yang dimaksud.
4. Siklus Anggaran Pemerintah Daerah
Menurut Nordiawan dan Hertianti (2010:72) Pada organisasi sektor publik pembuatan
anggaran umumnya melewati lima tahapan, yaitu : (1) Persiapan (preparation), (2) Persetujuan
lembaga legislatif (legislative enactment), (3) Administrasi (administration), (4) Pelaporan
(reporting), (5) Pemeriksaan (post audit).
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selalu diatur dengan peraturan
perundang-undangan dalam pembuatannya. Dimulai dengan Undang-undang 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, kemudian diperjelas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, serta diarahkan pelaksanaannya dengan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Selain itu,
setiap tahunnya Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Permendagri tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk tahun anggaran
berikutnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 dinyatakan bahwa
Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015 didasarkan prinsip sebagai berikut:
1. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan urusan
dan kewenangannya.
2. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan;
3. Transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan mendapatkan akses
informasi seluas-luasnya tentang APBD;
4. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat;
5. Memperhatikan asas keadilan dan kepatutan; dan
6. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan
peraturan daerah lainnya.

[6]

Secara umum literatur tentang anggaran publik menyebutkan bahwa APBD yang
berkualitas adalah anggaran yang proses penyusunannya telah mengedepankan prinsip-prinsip
akuntabilitas, partisipasi, transparansi, dan proses penyusunannya menggunakan pendekatan
kinerja. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. APBD disusun
sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.
Dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pemerintah melaksanakan kegiatan keuangan
dalam siklus pengelolaan anggaran yang secara garis besar terdiri dari:
1. Penyusunan dan Penetapan APBD;
2. Pelaksanaan dan Penatausahaan APBD;
3. Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBD.
Proses penyusunan anggaran daerah atau APBD merujuk kepada tiga dokumen
perencanaan, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD), Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Penyusunan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah. APBD, perubahan
APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD ditetapkan setiap tahun dengan peraturan
daerah. Dokumen yang dihasilkan dalam penganggaran adalah :
1.
2.
3.
4.

Kebijakan Umum APBD (KUA);


Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD);
Rancangan peraturan daerah tentang RAPBD dan rancangan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD.

Kebijakan Umum APBD (KUA) harus disampaikan kepada DPRD yang dalam hal ini
melalui Panitia Anggaran. Estimasi pembahasan KUA beserta kesepakatannya berlangsung
selama 3 minggu sampai dengan minggu pertama bulan Juli. Berlanjut kepada penyusunan
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara. Dalam Permendagri No.13/2006, penyusunan PPAS
sampai dengan disepakati menjadi Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) antara TAPD dan Panitia
Anggaran DPRD berlangsung pada bulan Juli. Mundurnya jadwal penyusunan KUA dan PPAS
secara otomatis berpengaruh terhadap jadwal penyusunan RKA-SKPD. SKPD diberikan estimasi
waktu kurang dari 1 bulan untuk menyusun RKA-SKPD yakni pada bulan Oktober. Hasil
verifikasi RKA-SKPD yang telah disetujui oleh TAPD kemudian dijadikan dasar untuk
menyusun Rancangan APBD. Penyusunannya dilakukan bersama-sama oleh Tim Tekhnis yang
telah ada. Penyusunan Rancangan APBD pada tahun anggaran yang berjalan dilakukan pada
[7]

minggu kedua bulan November. Penyusunan Rancangan APBD dilakukan selama satu minggu.
Setelah penyusunan Rancangan APBD selesai, kemudian pada minggu ketiga Bulan November
Pemerintah daerah menyampaikan Rancangan Perda APBD kepada DPRD. Penyampaian
Raperda APBD oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kepada DPRD melalui Panitia
Anggaran berlangsung pada Minggu Ketiga Bulan November.
5. Peranan Anggaran Dalam Pembangunan Daerah
Peranan berasal dari kata peran, yaitu harapan tentang perilaku yang patut bagi pemegang
jabatan tertentu dalam organisasi, khususnya menyangkut fungsi yang dilaksanakan (role).
Dimana fungsi itu merupakan bagian utama dari cabang kerja yang selanjutnya terbagi menjadi
aktivitas.
Fungsi anggaran menurut Bastian (2006:164) adalah sebagai berikut :
1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja;
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa mendatang;
3. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit kerja dan
mekanisme kerja antara bawahan dan atasan;
4. Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja;
5. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasif tindakan efektif dan efisien dalam
pencapaian visi organisasi;
6. Anggaran merupakan instrumen politik;
7. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.
Anggaran pemerintah mempunyai peran sangat penting dalam pembangunan, peran
anggaran sektor publik dapat dilihat dari aspek makro dan mikro. Aspek makro yang dimaksud
adalah peran anggaran dalam tatanan makro ekonomi, sosial, dan politik suatu negara.
Sedangkan aspek mikro adalah peran anggaran dalam suatu organisasi yang dilihat dari sudut
pandang manajerial organisasi.
Sondang (2000:142) dalam Ulfa (2008:72) mendefinisikan pembangunan sebagai upaya
secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan nasional
melalui pertumbuhan secara terencana menuju masyarakat modern. Dari definisi tersebut terlihat
bahwa proses pembangunan harus terus berlanjut secara kontinyu karena tingkat kemakmuran,
keadilan dan kesejahteraan rakyat bersifat relatif dan tidak akan pernah dicapai secara absolut.
Pelaksanaan pembangunan daerah tentu saja tidak terlepas dari ketersediaan dana untuk
pembiayaannya. Pembiayaan bagi pelaksanaan pembangunan daerah dituangkan dalam anggaran
pembangunan. Selama ini anggaran pembangunan daerah terbagi atas anggaran pembangunan

[8]

yang termasuk dalam anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan anggaran pembangunan
yang dikelola oleh instansi vertikal di daerah (Ulfa, 2008).
6. Kesimpulan
Anggaran yang baik adalah anggaran yang mengakomodir upaya untuk pemenuhan
kebutuhan dan pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, berbagai regulasi
dan kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah sebagai bagian dari guidance dan road map
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, yakni pengelolaan keuangan daerah yang mandiri,
transparan dan akuntabel.
Namun dalam penyusunan anggaran di pemerintah daerah masih dipengaruhi oleh sistem
penganggaran tradisional, proses penyusunan anggaran daerah semata-mata didasarkan pada
ketersediaan dana dan memakai rujukan pada besarnya realisasi anggaran tahun-tahun
sebelumnya, sehingga kurang responsif dan pengalokasian sumberdaya dalam anggaran tidak
relevan terhadap kebutuhan masyarakat.

[9]

Referensi:
Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Erlangga: Jakarta.
Garrison, Ray H, Noreen, Eric W, 2000. Akuntansi Manajerial, Salemba Empat: Jakarta.
Handayani, Dwi, Bestari, 2009. Pengaruh Reformasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kualitas
APBD Kota Semarang. Jurnal Dinamika Akuntansi Vol. 1. No. 1 (2009): 31-40.
Honga, Ardon Fridolin dan Ilat,Ventje. Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Pemerintah Kota Bitung. Jurnal EMBA Vol. 2, No. 4 (2014): 278-288.
Kementrian Dalam Negeri, 2014. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2015.
Mamesah, D.J ,1995. Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Munandar, M. 2001. Budgeting, Perencanaan Kerja Pengkoodinasian Kerja. Pengawasan
Kerja. Edisi Pertama. BPFE UGM: Yogyakarta.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. CV. Andi Offset: Yogyakarta.
Nordiawan, Deddi dan Hertianti, Ayuningtyas, 2010. Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat:
Jakarta.
Ramlan Surbakti, 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.
Ulfa, Farida, 2008. Peranan Anggaran Sebagai Salah Satu Alat Perencanaan Dan
Pengendalian Pembangunan Daerah. Skripsi. Universitas Islam Negeri Malang.

[10]

Das könnte Ihnen auch gefallen