Sie sind auf Seite 1von 9

ANTIKOLINERGIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi 1

Disusun oleh
Hayati Diana Taru

1504012177

Novita Indah Permatasari 1504015272


Rahman Sadli Waraiya

1504015310

Siti Hardiyanti Trisna Ayu 1504015381


Siti Maisah Rani

1504015384

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
dan kesempatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia dengan judul ANTIKOLINERGIK ini dengan baik.
Tujuan suatu pendidikan tak lain adalah untuk mencerdaskan bangsa, membentuk
sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing, membentuk watak dan jiwa sosial,
berbudaya, berakhlak dan berbudi luhur, serta berwawasan pengetahuan yang luas dan
menguasai tekhnologi. Makalah ini kami buat bertujuan untuk mengetahui berbagai macarm
obat dari antikolinergik.
Mudah-mudahan makalah ini memberikan manfaat dalam segala bentuk kegiatan
belajar, sehingga dapat memperlancar dan mempermudah proses pencapaian tujuan-tujuan
yang telah direncanakan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah (karya tulis) ini. Oleh
karena itu segala kritikan dan saran yang membangun akan kami terima dengan lapang dada
sebagai wujud koreksi atas diri kami yang masih belajar. Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca, amin.
Jakarta, 31 Oktober 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Sistem saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi yang
bertugas menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan ke seluruh bagian tubuh,
serta memberikan respons terhadap rangsangan tersebut. Pengaturan penerima
rangsangan dilakukan oleh alat indera, pengolah rangsangan dilakukan oleh saraf pusat
yang kemudian meneruskan untuk menanggapi rangsangan yang datang dilakukan oleh
sistem saraf dan alat indera.
Obat-obat otonom adalah obat yang dapat memengaruhi penerusan impuls dalam
SSO dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan,atau penguraian
neurotransmitter atau memengaruhi kerjanya atas resptor khusus. Akibatnya adalah
dipengaruhinya fungsi otot polos dan organ, jantung dan kelenjar. Ada 2 macam
golongan obat otonomik yakni, Golongan simpatomimetik (merangsang) yang kerjanya
mirip dengan saraf simpatis, dan Golongan simpatolitik (menghambat) untuk simpatis
dan parasimpatolitik. Menurut khasiatnya, obat otonom dapat digolongkan sebagai
berikut:
1. Zat-zat yang bekerja terhadap SP, yakni:
a. Parasimpatikomimetika (kolinergika) yang merangsang organ-organ yang
dilayani saraf parasimpatis dan meniru efek perangsangan oleh asetilkolin,
misalnya pilokarpin dan fisostigmin.
b. Parasimpatikolitika (antikolinergika) justru melawan efek-efek
2.

kilonergika,

misalnya alkaloida, belladona dan propantelin.


Zat-zat perintang ganglion
Yang merintangi penerusan impuls dalam sel-sel ganglion simpatis dan
parasimpatis. Efek perintangan ini dampaknya luas, antara lain vasodilatasi karena
blokade susunan simpatis, sehingga dipergunakan pada hipertensi tertentu. Sebagai
obat hipertensi zat-zat ini umumnya tidak digunakan lagi berhubungan efek
sampingnya yang menyebabkan blokade pula dari SP (gangguan penglihatan,
obstipasi dan berkurangnya sekresi berbagai kelenjar).

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa saja golongan obat kolinergik?

b. Apa yang dmaksud dengan anti kolinergik?


c. Apa saja golongan obat anti kolinergik?
d. Apa hubungan struktur dengan aktifitas antikolinergik?
1.3.
a.
b.
c.
d.

Tujuan
Untuk dapat mengetahui golongan obat kolinergik.
Untuk dapat mengetahui antikolinegik.
Untuk dapat mengetahui golongan obat antikolinergik.
Untuk dapat mengetahui hubungan struktur dengan aktivitas anti-kolinergik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Devinisi Antikolinergik

Antikolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau obat Antagonis


kolinergik) mengikat koffloseptor tetapi tidak memicu efek intraselular diperantarai
oleh reseptor seperti lazimnya yang paling bermanfaat dari obat golongan ini adalah
menyekat sinaps muskarinik pada saraf parasimpatis secara selektif. Oleh karena itu,
efek persarafan parasimpatis menjadi terganggu, dan kerja pacu simpatis muncul tanpa
imbangan. Kelompok kedua obat ini, penyekat ganglionk nampaknya lebib menyekat
reseptor nikotinik pada ganglia simpatis dan parasmpatis. Keluarga ketiga senyawa ini,
obat penyekat neumuscular mengganggu transmisi impuls eferon yang menuju otot
rangka.
Antikolinergik juga disebut antimuskarinik, parasimpatolitik, kolinolitik, atroponik,
dan pemblok parasimpatetik. Antikolinergik menghambat efek asetilkolin pada saraf
postganglionik kolinergik dan otot polos, menghasilkan efek efek sebagai berikut:
a. Anti spasmodik, yaitu menurunkan tonus dan pergerakan sauran cerna dan saluran
urogenital.
b. Antisekresi, mengurangi sekresi air liur, keringat dan asam lambung.
c. Anti parkison, parkison adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya ketidak
seimbangan kadar dopain fan asetil kolin di otak.
d. Mifriatik atau dilatasi pupil mata sikloplegik atau paralisis struktur siliari mata, yang
menyebabkan paralisis akomodasi pengihatan dekat.
Efek samping antikolinergik antara lain adalah mulut kering, anhidrosis, mata kabur.
Takikardia, disuria dan retensi urin akut. Pada orag dapat menyebabkan glau koma,
konstipasi, dan kesulitan akomodasi penglihatan.

2.2. Golongan Obat Antikolinergik


Berdasarkan efek yang ditimbulkan senyawa antikolinergik dibagi menjadi empat
kelompok yaitu:
a. Obat antispasmodik
Obat antispanmodik (spasmolitik umum) adalah senyawa yang dapat menurunkan
tonus dan pergerakan sauran cerna dan urogenial. Obat antispasmodik digunakan
sebagai penunjang pengobatan tukak lambung da usus, serta untuk eringankan
spasme viseral.

Antikolinergik yang digunakan sebagai obat anti spasmodik obat antispasmodik


dibagi enjadi tiga kelompok yaitu alkoloida salonacea dan turunanya, senyawa
amonium kuartener siteti dan senyawa amin tersier sintetik.
b. Senyawa antisekresi
Efek antisekrsi dapat dihasilkan oleh senyawa antikolinergik dan digunakan
sebagai obat tambahan pada pengobatan tukak lambung dan usus serta untuk
meringankan spasme viseral.
Contoh: klidinium klorida, fentonium bromida, isopropamid iodida, metalin
bromida, dan propentelin bromida.
c. Obat anti parkinson
Obat anti-parkinson adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan gejala
penyakit parkinson. Pada individu normal ada keseimbangan antara kadar dopamin
dan asetilkolin diotak. Adanya ketidak seimbangan kadar kedua senyawa diatas,
terutama kekurangan dopamin disriatum otak dapat menyebabkan penyakit
parkinson.
Berdasarkan mekanisme kerjanya obat anti parkinson dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu senyawa antikolinergik pusat, senyawa yang mempengaruhi kadar
dopamin diotak dan senyawa yang menurunkan metabolisme dopamin.
d. Midriatik
Antikolinergik kuat digunakan secara setempat pada mata karena menimbulkan
efek midriasis (dilatasi pupil) dan siklopelgia (paralisis akomodasi). Midriatik dan
efek sikloplegik digunakan untuk membantu pembiasan dan pemeriksaaan bagian
dalam mata, membantu prosedur diagnostik sebelum, selama dan sesudah operasi
intrakular serta untuk pengobatan glaukoma sekunder.
Contoh : atropin sufat, hematropin HBr, hisin metil bromida, dan tropikamid.
2.3. Hubungan Struktur Dan Aktifitas
Struktur umum kolinergik {CR2X-CO-O-(CH2)n- N}:
a. Strruktur antikolinergik sangat mirip dengan senyawa kolinergik. Perbedaan utama
adalah adanya gugus besar yang terikat pada gugus alkil yang dapat meningkatkan
kekuatan ikatan dengan permukaan resptor.
b. Pemasukan subtituen pada cincin aromatik (gugus fenil) hanya sedikit menunjang
aktivitas.
c. X dapat berupa gugus H, OH, CH3, CONH2-adanya gugus OH meningkatkan
aktivitas antikolnergik karna dapat menunjang kekuatan intraksi obat resptor
melalui ikatan hidrogen.
d. N berupa amonium kuarterner atau amin tersier yang terprotonasi pada pH
fisologis atau bio fisa, membentuk gaya tarik menari elekstrostatik.

2.4. Contoh Obat di Pasaran


1. Tablet, Sirup (Theophylline/Teofilin)
Nama Obat Generik : Theophylline / Teofilin
Nama Obat Bermerek : Bronsolvan
KOMPOSISI
Tiap tablet Bronsolvan mengandung Theophylline (Teofilin) 150 mg.
Tiap 15 ml sirup Bronsolvan mengandung Theophylline (Teofilin) 150 mg.
FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)
Teofilin merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek antara lain
merangsang susunan saraf pusat dan melemaskan otot polos, terutama bronkus.
INDIKASI
Indikasi Bronsolvan adalah untuk meringankan dan mengatasi serangan asma
bronkial.
KONTRAINDIKASI
Hipersensitivitas atau alergi terhadap komponen obat
Penderita tukak lambung.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Hati-hati pemberian Bronsolvan pada hipoksemia, hipertensi, atau penderita
yang mempunyai riwayat tukak lambung.
Bronsolvan dapat mengiritasi saluran gastrointestinal.
Hati-hati pemberian Bronsolvan pada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak.
Pemberian Bronsolvan jangan melampaui dosis yang dianjurkan dan bila dalam
1 jam gejala-gejalanya masih tetap atau bertambah buruk, agar menghubungi
puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Hati-hati pemberian Bronsolvan pada penderita kerusakan fungsi hati, penderita
di atas 55 tahun terutama pria dan pada penyakit paru-paru kronik.
EFEK SAMPING
Efek samping Bronsolvan yang dapat timbul adalah sebagai berikut :
Gastrointestinal : mual, muntah, diare.
Susunan saraf pusat : sakit kepala, insomnia.
Kardiovaskular : palpitasi, takikardia, aritmia ventrikuler
Pernapasan : takipnea
Ruam kulit, hiperglikemia
INTERAKSI OBAT
Bronsolvan jangan diberikan bersamaan dengan preparat xantin yang lain.
Simetidin, eritromisin, troleandomisin dan kontrasepsi oral dapat meningkatkan
kadar teofilin serum.
Rifampisin menurunkan kadar teofilin serum.

DOSIS DAN CARA PEMBERIAN


Dewasa : 1 tablet Bronsolvan atau 15 ml sirup Bronsolvan, 3 kali sehari.
Anak-anak 6-12 tahun : tablet atau 7,5 ml sirup Bronsolvan, 3 kali sehari.
Atau sesuai petunjuk dokter.
KEMASAN
Tablet, Dus, Isi 10 Strip x 10 tablet.
Sirup, Botol, isi 100 ml.
KETERANGAN
Kocok terlebih dahulu.
Simpan di bawah suhu 30 C. Simpan dalam keadaan tertutup rapat.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Antikolinergik adalah sekelompok obat yang menstimulasi saraf parasimpatik dengan

melepaskan neurohormon asetilkolin.


Obat golongan ini menghambat golongan reseptor muskarinik sehingga efeknya

berlawanan dengan obat kolinergik baik yang bekerja langsung atau tidak langsung.
Antikolinergik digunakan untuk mestimulasi peristaltis, meningkatkan sekresi
kelenjar ludah, getah lambung dan air mata, dan memperkuat sirkulasi dengan

mengurangi lendir dan mengendurkan otot-otot saluran napas.


Antikolinergik dibagi menjadi tiga golongan yaitu :

Antimuskarinik : atropin, skopolamin, dan ipratropium


Bloker ganglionik : nikotin, trimetafan, dan mekamilamin
Bloker neuromuskular

Das könnte Ihnen auch gefallen