Sie sind auf Seite 1von 5

PEMANFAATAN AIRTANAH DENGAN PEMBORAN AIRTANAH DAN

MANFAATNYA BAGI MASYARAKAT


Disusun Oleh : Ir. Nugorho Kunwardiantara, Fuad Nuruddin, S.T, Geni Dipo Sudarmo, S.T.

Abstrak
Salah satu kebutuhan pokok makhluk hidup adalah air. Air dibutuhkan untuk minum,
kebutuhan rumah tangga, irigasi dan lain sebagainya. Air mengalami siklus hidrologi yang
kemudian membentuk air permukaan dan airtanah. Airtanah diantaranya dimanfaatkan
untuk untuk irigasi pertanian dan air baku. Pemanfaatan airtanah dilalui dari beberapa
proses eksplorasi dan kemudian eksploitasi. Dimana proses eksplorasi airtanah memiliki
beberapa tahap survey awal. Setelah itu dilaksanakan pula pengeboran airtanah dengan
beberapa metodenya untuk kemudian diperoleh karakteristik sumur itu sendiri. Setelah
kegiatan eksplorasi selesai, dilanjutkan kegitan eksploitasi dengan memanfaatkan pompa
submersible dan tenaga penggerak pompa itu sendiri. Memanfaatkan jaringan perpipaan
yang kemudian disalurkan kepada masyarakat untuk dimanfaatkan sesuai kebutuhan.
Contoh nyata dalam pemanfaatan airtanah pada Petani Pengguna dan Pemakai (P3A) di
Randublatung. Dengan memanfaatkan airtanah dengan sebaik-baiknya sehingga diperoleh
kas sebesar Rp...........
PENDAHULUAN

Siklus Hidrologi

Salah satu kebutuhan pokok makhluk


hidup adalah air. Air dibutuhkan untuk
minum, kebutuhan rumah tangga, irigasi
dan lain sebagainya. Air bisa diperoleh
dari hujan, sungai, danau, tampungan,
dan lain-lain. Namun sering kali air yang
dibutuhkan
tersebut
sulit
untuk
mendapatkannya,
entah
karena
rendahnya curah hujan suatu daerah yang
menyebabkan kekeringan, debit sungai
kecil, tidak adanya tampungan (waduk
atau embung) serta jauh dari sumber air.
Oleh sebab itu, salah satu solusi dari
permasalahan
tersebut
adalah
endayaguaan air tanah.

Air di bumi antara lain meliputi yang ada di


atmosfer, di atas permukaan tanah dan di
bawah permukaan tanah. Jumlah air di
bumi kurang lebih berjumlah 1,4 Milyar
Km, yang terdiri dari (Montarcih, 2010) :

Air tanah memiliki cadangan ketersediaan


yang cukup, tergantung dari tingkat
permeabilitas suatu daerah (cekungan air
tanah). Sedangkan untuk mengandalkan
air permukaan, seperti air sungai tidak
bisa, dikarenakan curah hujan relatif
rendah, temperatur tinggi atau tidak
adanya tampungan (waduk atau embung)
karena tidak layak dibangun dengan
alasan teknis maupun ekonomis.

1.
2.

Air Laut
:
97 %
Air Tawar
:
3 %,
yang meliputi :
a.
Salju, es, glester
75 %
b.
Air Tanah (Jenuh)
24 %
c.
Air Danau
0,3 %
d.
Butir-butir daerah tak jenuh
0,065 %
e.
Awan, kabut, embun, hujan
0,035 %
f.
Air Sungai
0,030 %
Pergerakan air tersebut dapat dilihat pada
siklus hidrologi berikut.

= Koefisien Tanaman (bergantung


pada jenis, macam dan umur
tanaman)
ETo = Evaporasi Potensial (mm/hari)
Evaporasi Potensial (ETo) dapat dihitung
dengan Rumus Blaney-Criddle, Rumus
Radiasi, Rumus Penman, dan lain-lain.
Rumus Penman mendapat rekomendasi
dari Badan Pangan dan Pertanian PBB
(FAO). Ketiga rumus tersebut mempunyai
prinsip yang sama, yaitu :

Gambar : Siklus Hidrologi

ETo = c . ETo*

Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air irigasi dapat dihitung
melalui Pola Tata Tanam (PTT) yang
direncanakan sesuai kebutuhan. Pola Tata
Tanam bisa direncanakan Padi-Padi- Padi,
Padi-Padi-Palawija, atau Padi-PalawijaPalawija. Dimana masa tanam pertama
kali dilakukan pada awal oktober,
pertengan oktober atau awal november.
Kebutuhan Air
dengan rumus :

Irigasi

dapat

dihitung

IR = (ET+Pd+P&I)-R
Dimana :
IR = Kebutuhan Air Irigasi (mm/hari)
ET = Kebutuhan Air bagi Tanaman
(mm/hari)
Pd = Kebutuhan Air untuk Persemaian
dan Pengolahan Tanah (mm/hari)
P&I = Perkolasi dan Infiltrasi (mm/hari)
R = Hujan (mm/hari)
Kebutuhan air tanaman (ET) adalah
sejumlah air yang dibutuhkan untuk
mengganti air yang hilang akibat
penguapan. Kebutuhan Air Tanaman
dapat dihitung dengan rumus :
ET = k . Eto
Dimana :
ET = Kebutuhan Air
(mm/hari)

Dimana :
ETo = Evaporasi Potensial (mm/hari)
c
= faktor koresi
Eto* = Evaporasi (mm/hari)
Kebutuhan Air Baku
Air baku adalah air yang dapat berasal
dari sumber air permukaan, cekungan air
tanah dan atau air hujan yang memenuhi
baku mutu tertentu sebagai air baku untuk
air minum. Untuk membuat perkiraan
kebutuhan air baku yang akan datang
diperlukan analisis dan perhitungan
pertambahan penduduk serta perkiraan
sebarannya.
Ketentuan teknis untuk tata cara
pengkajian proyeksi penduduk dijelaskan
sebagai berikut :
1.
Wilayah sasaran studi harus
dikelompokkan ke dalam kategori
wilayah
berdasarkan
jumlah
penduduk.
2.
Proyeksi jumlah penduduk
dihitung dengan metode arithmatik.
3.
Rumus-rumus
perhitungan
proyeksi jumlah penduduk adalah
sebagai berikut:
Pn = Po ( 1 + r.n )

bagi

Tanaman

Dimana :
Pn = Proyeksi jumlah penduduk pada n
tahun (jiwa)

Po = Jumlah penduduk pada awal tahun


(jiwa)
r
= Prosentase
pertumbuhan
penduduk (%)
n = Jumlah tahun yang akan diproyeksi
Perkiraan kebutuhan air baku didasarkan
pada
kebutuhan
air
bersih
yang
diklasifikasikan
berdasarkan
aktifitas
perkotaan atau masyarakat dan dengan
memperhitungkan kapasitas air bersih
yang ada. Kebutuhan akan air baku
tersebut didasarkan atas kebutuhan yaitu:
1.
Domestik
rumah tangga
2.
Non Domestik
sosial
fasilitas umum
hidran
3.
Industri
industri
komersial
pelabuhan
Bangunan Sipil
Dalam
pendayagunaan
air
tanah,
bangunan sipil dapat berupa :
1. Rumah Pompa = berfungsi sebagai
tempat untuk menyimpan panel listrik,
genset, solar cell sebagai sumber
tenaga
listrik
untuk
pekerjaan
pemompaan air dari sumur.
2. Box bagi/ buis beton = berfungsi
sebagai pembagi air dalam kegiatan
irigasi untuk luasan sekian hektar.
3. Tower = berfungsi sebagai tampungan
air dari sumur (melalui proses
pemompaan) yang nantinya akan
disalurkan ke bak tandon.
4. Bak Tandon = berfungsi sebagai
tampungan akhir dari air sumur, yang
nantinya
akan
disalurkan
ke
masyarakat.
5. Jaringan Pipa = berfungsi sebagai
jaringan air yang disalurkan dari sumur
ke box bagi/ buis beton atau dari sumur
ke tower hingga ke bak tandon. Pipa

yang digunakan adalah pipa PVC


standard SNI dan pipa GI (jika
dibutuhkan).
PENGAMBILAN AIRTANAH
Pengambilan airtanah melalui beberapa
tahapan dan metode. Diantaranya survey
awal, eksplorasi dan eksploitasi untuk
kemudian dimanfaatkan masyarakat.
Survey Awal
Tahapan survey untuk rencana lokasi
pembuatan
sumur
produksi
yang
kemudian
untuk
dieksploitasi
dan
didistribusikan masyarakat. Beberapa
tahapan diantaranya :
Survey Geohidrologi
Survey Geofisika
Survey Sosial ekonomi
Tahapan survey ini dilaksanakan agar
pemanfaatan
airtanah
dapat
tepat
kuantitas, tepat sasaran dan tepat guna.
Survey Geohidrologi
Di Indonesia, kondisi airtanah dipengaruhi
oleh kondisi geologi dan hidrologinya.
Walaupun tidak merata, curah hujan di
Indonesia berkisar antara 800 4000 mm
pertahun. Sedangkan dari segi geologi,
Indonesia terdiri dari batuan tersier hingga
kuarter.
Studi geohidrologi
berdasarkan:

ini

meliputi

studi

Peta topografi,
Peta geologi,
Peta cekungan air tanah (CAT),
dan
Peta hidrogeologi.

Peta topografi dapat diketahui kondisi


morfologi suatu daerah. Diketahui bahwa
aliran air mengalir dari dataran tinggi ke
dataran yang rendah, maka dapat
ditentukan pula morfologi suatu daerah
dengan arah aliran airtanahnya.

Perlu diketahui pula, daerah dataran tinggi


dimana susunan batuannya dipengaruhi
oleh proses vulkanik perlu perhatian lebih
dalam menentukan titik rencana sumur.
Puncak bukit merupakan daerah yang
memiliki kedalaman akuifer yang dalam,
dibandingkan dengan lereng dan kaki
bukit. Dengan demikian perlu dihindari titik
titik rencana sumur pengeboran pada
puncak gunung. Karena semakin dalam
akuifer, akan menimbulkan kelebihan
biaya desain konstruksi sumur dan
kualitas air juga akan menurun.
Selain itu, perlu dilihat pula kondisi
geologii berdasarkan peta geologi. Dari
informasi daat diketahui usia dan batuan
penyusunnya.
Pembentukan
dan
penyebaran airtanah di Indonesia dapat
dipetakan menjadi 5 wilayah diantaranya :

Pegunungan pra-tersier
Pegunungan lipatan
Daerah batu gamping
Daerah gungung api
Dataran

Pegunungan pra-tersier tersusun oleh


batuan metamorf yang kurang meluluskan
air dengan potensi airtanah yang kecil.
Pegunungan lipatan, tersusun oleh napal,
lempung sedimen laut, batupasir yang
bersifat kedap air. Potensi airtanahnya
relatif kecil, kecuali bial terdapat intrusi
batuan beku atau struktur geologi berupa
sesar mayor.
Dataran gamping, merupakan batuan
yang padu tapi mempunyai rekahan atau
rongga hasil pelarutan. Pada umumnya
ppotensi airtanahnya baik,
Dataran gungung api, dimana sebagian
besar merupakan hasil produk gunung api
dimana vegetasi dataran ini menentukan
resapan air dalam tanah. Dengan
fungsinya sebagai daerah resapan air,
maka akan sering ditemukan mata air
(spring) pada dataran ini.

Dataran, dapat berupa dataran antar


gunung api yang disusun oleh rombakan
produk gunung api. Akumilasi airtanahnya
umumnya airtanah tertekan. Selain itu
berupa dataran pantai berumur recent
yang kondisi airtanahnya tergantung oleh
keadaan geoogi pegungunan diatasnya.
Umumnya potensi airtanah daerah ini
cukup baik, namun ada pula yang
berpotensi kecil. Eksploitasi [pada daerah
ini perlu diwaspadai untuk mencegah
terjadi intrusi air laut.
Setlah melakukan pengamatan peta
topografi dan geologi, langkah kemudian
melihat pada pata hidrogeologi dan peta
cekungan airtanah. Umumnya peta
hodrogeologi merupakan pengembangan
dari peta geologi. Peta hodrogeologi dapat
memberikan
informasi
litologi
dan
informasi keterdapatan serta produktifitas
akuifer airtanah. Sedangkan pada peta
cekungan air tanah dapat meberikan
informasi berupa nama CAT, wilayah
administrasi, litologi penyusun, jumlah
debit airtanah bebas dan tertekan masing
masing dalam satuan juta m3/tahun.
Secara hidrogeologi, produktivitas akuifer
akan semakin meninggi ke arah bagian
kaki gunung api.
Survey geofisika
Apabila
telah
melakukan
survey
geohidrologi dan telah menentukan
beberapa titik rencana pengeboran sumur,
maka dilaksanakan survey geofisika.
Survey ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran
umum
kondisi
bawah
permukaan suatu daerah. Informasi yang
dapat diperoleh diantaranya adalah water
table,
lokasi,
ketebalan
akuifer,
penyebaran akuifer dan jenis litologi.
Tentunya keterdapatan akuifer pada
lapisan batuan yang porous atau memiliki
rongga yang relatif dapat menyimpan dan
mengalirkan airtanah.

Ada beberapa metode survey geofisika,


diantaranya :

Metode gravity dan magnetik


Metode seismik
Metode residtivity / geolistrik

Metode gravity dan magnetik digunakan


untuk menentukan struktur geologi.
Namun prakteknya metode ini jarang
digunakan, karena biaya yang mahal dan
sulit mendetaksi keberadaan airtanah
Metode seismik, prinsipnya menciptakan
pukulan atau ledakan pada titik sumber
dan mendeteksi respon baliknya berupa
selang waktu dan kekuatannya. Metode ini
efektif untuk kedalaman ratusan hingga
ribuan meter dibawah permukaan tanah,
sedangkan studi airtanah hanya berkisar
100 300 meter.

Metoda resistivity/geoloistrik, prinsipnya


adalah tahanan jenis (resistivity) batuan
akan menghambat arus listrik yang
melewatinya. Dari tahanan jenis tersebut,
akan dapat diduga jenisi lapisan batuan
yang berfungsi sebagai akuifer. Hanya
saja kekurangan dalam metode ini adalah
keterdapatan genangan air (pudle) pada
lintasan geolistrik, sungai permukaan, rel
kereta api dan saluran udara tegangan
ekstra tinggi (SUTET). Namun hal tersebut
dapat diantisipasi dengan memindah
lintasan survey menghindari daerah
derah tersebut. Metode ini
sering
digunakan
dalam
studi
airtanah.
Disamping biaya yang tidak terlalu mahal,
metode ini efektif untuk kedalaman 30
500 meter.
Pekerjaan Eksplorasi dan Eksploitasi
Airtanah

Das könnte Ihnen auch gefallen