Sie sind auf Seite 1von 28

Rumah Tahan Gempa (Part 2) - Konsep Dasar

"Desain struktur tahan gempa didasarkan atas kinerja struktur yang


merupakan fungsi kepentingan penggunaan bangunan. Makin
penting dan makin berbahaya fungsi bangunan terhadap manusia
seperti gudang senjata, maka level desain gaya gempa makin
meningkat dengan batas deformasi yang lebih kecil".
Kita sudah sering mendengar istilah rumah tahan gempa, namun kita
tidak tahu bagaimana konsep dari rumah gempa. Rumah tahan
gempa, berdasarkan analisa data dari http://www.ristek.go.id adalah
sebagai berikut:
Konsep Dasar

Konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk


membuat seluruh elemen rumah menjadi satu kesatuan yang utuh,
yang tidak lepas/runtuh akibat gempa. Penerapan konsep tahan
gempa antara lain dengan cara membuat sambungan yag cukup kuat
diantara berbagai elemen tersebut serta pemilihan material dan
pelaksanaan yang tepat.
Konsep rumah contoh yang dikembangkan Kantor Menteri Negara
Riset dan Teknologi (KMNRT) tidak hanya mengacu kepada konsep
desain tahan gempa saja, akan tetapi mencakup konsep pemanfaatan
material setempat, budaya masyarakat dalam membangun rumah,
serta aspek kemudahan pelaksanaan.
Pondasi

Pondasi menggunakan sistem pondasi batu kali menerus, dimana


hubungan antara sloof dengan pondasi dipergunakan angker setiap
0.5 meter. Hal ini dimaksudkan supaya ada keterikatan antara
pondasi dengan sloof, sehingga pada saat terjadinya gempa ikatan
antara pondasi dengan sloof tidak lepas.

Dinding

Dinding yang dipakai merupakan perpaduan antara kebiasaan


masyarakat setempat yang menggunakan material kayu dan dinding
yang terbuat dari batu-bata. Untuk menyatukan dinding dengan
kolom maupun sloof, dipergunakan angker yang dipasang pada jarak
0.3 meter. Untuk mengatasi adanya gaya horisontal akibat gempa,
maka pada dinding di pasang pengikat silang sebagai pengaku.
Setiap bukaan yang cukup lebar seperti : pintu, jendela harus
dipasang balok lintel. Dalam desain bangunan ini balok lintel
disatukan dengan kayu kusen atas.

Kolom

Kolom menggunakan material kayu dengan ukuran yang ada di


pasaran yaitu ukuran 2 x 5/10. Pemakaian ukuran yang ada
dipasaran, dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat dalam
mencontoh. Untuk menahan gaya geser akibat gempa, maka pada
ujung bawah kolom dipasang plat berbentu U yang ditanam dalam
adukan beton sloof.

Untuk menjamin adanya satu kesatuan antara kolom dengan rangka


kuda-kuda, maka salah satu batang diagonal kuda-kuda dipanjangkan
sampai ke kolom. Sementara itu untuk menghindari terlepasnya
kusen pintu/jendela, maka batang horisontal kusen pintu/jendela.
Atap

Kuda-kuda menggunakan material kayu dengan atap menggunakan


seng. Metoda sambungan yang dipergunakan sangat sederhana, hal
ini untuk memudahkan masyarakat dalam mencontoh. Untuk
memperkuat hubungan antara batang dan menjaga stabilitasnya,
maka hubungan antara batang membentuk segitiga. Hubungan
antara kuda-kuda yang satu dengan kuda-kuda lainnya menggunakan
batang pengaku dan batang pengaku di badan bangunan yang biasa
disebut dengan batang lintel
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah sambungan antar
batang horisontal jangan terletak pada titik buhul, hal ini untuk
menghindari terjadinya lendutan, harus dihamai antara sambungan
tarik dan sambungan tekan.
Plafon pada overstek menggunakan kisi-kisi ukuran 2/3, hal ini
dikamsudkan untuk memberikan sirkulasi udara yang lebih baik,
mengingat atap yang dipergunakan adalah seng yang cukup panas.

Sumber :
http://www.cybermq.com/pustaka/
http://assalamualaikumzie.multiply.com/

Belajar dari pengalaman musibah tsunami 26 Desember 2004 lalu, Akademi


Tehnik Mesin Industri Surakarta pernah menawarkan bentuk rumah tahan
gempa dengan konsep konstruksi smart modula, rekayasa rumah yang
tadinya menjiplak konsep rumah kontainer di pertambangan Amerika Latin
dengan memadukan rumah tradisional Indonesia tanpa fondasi tetapi
berdiri

di

atas

umpak.

Dari beberapa kali guncangan gempa hingga 8,3 skala richter, konstruksi
tersebut mampu memperlambat ambruknya seluruh bangunan karena
fungsi dinding bukan sebagai penahan beban tetapi bertumpu kepada
struktur kolom dan pilar baja yang diikat baut hingga mampu mengiringi
gaya

tekan

horizontal

maupun

vertikal.

Tentunya tidak semua rakyat miskin apalagi setelah ditimpa musibah


mampu memiliki jenis rumah itu, namun kelebihan jenis konstruksi smart
modula terletak kepada proses pembangunannya yang hanya memerlukan
hitungan hari hingga banyak pihak merekomendasikan cocok untuk fasilitas
umum seperti perkantoran, rumah sakit, atau asrama.
2012-09-15 09:07:58

Konstruksi Bangunan, Kunci Mitigasi Bencana Gempa

Salah saatu contoh rumah tahan gempa (Helmi/dok)


Politikindonesia - Indonesia adalah wilayah yang rawan kejadian gempa bumi. Belajar dari
sejarah bencana gempa yang terjadi di Indonesia memberikan pelajaran penting tentang
membangun kesiapsiagaan dan mitigasi masyarakat. Gempa tidak membunuh. Korban dan
kerusakan bukan oleh gempa, tetapi oleh bangunan yang runtuh akibat gempa.
Dikatakan Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Sabtu (15/09), sejumlah catatan tentang gempa bumi yang
merusak yang terjadi di Indonesia hendaknya menyadarkan masyarakat akan pentingnya bangunan
tahan gempa.
Konstruksi bangunan yang tidak tahan gempa hancur dan menimpa penghuninya. Gempa besar,
seperti gempabumi di Padang pada 30 September 2009, misalnya. Gempa itu membuat ratusan
bangunan hancur rata dengan tanah. Sebanyak 114.797 rumah rusak berat, 67.198 rumah rusak
sedang, dan 67.838 rumah rusak ringan. Bahkan 1.195 orang meninggal dan 619 orang luka-luka,
sebagian besar akibat tertimpa reruntuhan bangunan.
Bahkan, gempa yang relatif kecil pun ternyata juga merusak. Seperti yang terjadi di Bogor dan
Sukabumi pada Minggu, 9 September lalu. Meski magnitude gempa hanya 4,8 SR tapi 560 rumah
di Bogor dan Sukabumi rusak akibatnya.

Kata Sutopo, umumnya, kerusakan bangunan saat gempa terjadi karena bangunan itu dibangun tidak
dengan konstruksi yang tahan gempa. Meskipun gempa tidak dapat diprediksi kapan terjadinya.
Namun dapat diminimalisir dampaknya dengan membangun rumah tahan gempa," ujar dia.
Konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat seluruh elemen rumah
menjadi satu kesatuan yang utuh. Dengan demikian, rumah tersebut tidak runtuh akibat gempa.
Penerapannya dengan cara membuat sambungan yang cukup kuat diantara berbagai elemen serta
pemilihan material dan pelaksanaan yang tepat.
Dewasa ini, teknologi rumah tahan gempa di Indonesia sudah sangat banyak. Masyarakat tidak
terlalu sulit untuk mengadopsinya. Tinggal konsultan bangunan memilih konstruksi yang dinilai
lebih efisien dan aman untuk suatu daerah.
Nenek moyang kita, sejak dulu sebenarnya sudah memikirkan tentang bangunan tahan gempa.
Rumah-rumah tradisional di Indonesia, seperti rumah Gadang, rumah kayu di Jawa dan Sunda
merupakan rumah yang dibangun dengan mengadaptasikan ancaman gempa bumi.
Terbukti, ratusan tahun rumah-rumah adat tetap kokoh berdiri. Namun seiring dengan perubahan
gaya hidup, rumah tradisional berganti dengan tembok. Sayangnya, banyak dari mereka yang tidak
diikuti kaidah konstruksi yang tahan gempa.
Masih banyak rumah-rumah penduduk yang dibangun dengan belum memperhatikan kaidah
konstruski tahan gempa. Beberapa penyebab antara lain, minimnya sosialisasi, terbatasnya
pengetahuan tukang, lebih mahalnya konstruksi rumah tahan gempa, lemahnya pengawasan IMB,
dan sebagainya," jelas Sutopo.
(kap/rin/nis)

BERANDA

BERITA HARIAN

o Haluan Padang
o Sumatera Barat
o Riau & Kepri
o Wanita & Keluarga

o Pokok & Tokoh


o Rubrik Daerah
o Olahraga
o Ekonomi & Bisnis
o Nasional
o Luar Negeri
o Sigab

ARTIKEL

o Haluan Kita
o Refleksi
o Opini
o Feature

MINGGUAN

o Aksen
o Anak & Keluarga
o Kultur
o Lancong
o Panggung
o Rumah
o Seni
o Laporan Utama

ARSIP

E-PAPER

TENTANG KAMI

Desain Rumah Gadang, Ramah Gempa


Sabtu, 28 April 2012 01:38
AHLI KONSTRUKSI SEPAKAT
Sejumlah ahli konstruksi di Sumbar sepakat, bahwa Rumah Gadang Minangkabau
memiliki arsitektur tahan gempa dan memenuhi syarat-syarat estetika dan fungsi yang
sesuai dengan kodratnya.
PADANG, HALUAN Filosofi Minangkabau Alam Takambang Jadi Guru, Bakarano
Bakajadian (bersebab dan berakibat), merupakan pengejawantahan dari orang
Minangkabau sejak dulu dalam merencanakan hunian atau tempat tinggal yang aman,
nyaman dan harmonis serta dinamis sebagaimana dinamika alam.
Menurut Eko Alfares, Dosen Arsitektur Fakultas Teknil Sipil dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta (UBH) Padang, arsitektur rumah gadang Minangkabau dalam
membangun rumah gadang tersebut, ternyata menunjukkan bahwa sejak dulu masyarakat Minang telah lama mengadopsi teknik bangunan yang ramah gempa.
Ia menjelaskan, berdasarkan tambo Minangkabau, nenek moyang orang minangkabau
itu turun pertama kali dari lereng sebelah selatan Gunung Merapi, dan kemudian
menyebar. Namun mereka masih menemukan gunung-gunung berapi yang aktif seperti
Gunung Sago, Gunung Singgalang, Gunung Talang dan Gunung Tandikek.
Kondisi alam yang demikian membuat wilayah Minangkabau kerap didera gempa
vulkanik. Bergerak kearah pesisir, patahan yang melintang di Samudera Hindia, juga
membawa dampak gempa tektonik yang juga sering menguncang bumi Ranah Minang.
Mungkin itulah salah satu sebabnya yang membuat orang Minangkabau memutar
otak bagaimana membuat desain bangunan yang tepat dengan kondisi seperti itu ujar
Eko.
Menurutnya, arsitektur Rumah Gadang memiliki keunikan pada bentuk atap yang
menyerupai tanduk kerbau dibuat dari bahan ijuk. Bentuk badan rumah segi empat dan

membesar ke atas (trapesium terbalik) menjadikan bangunan tersebut ramah gempa.


Bentuk atapnya yang melengkung tajam seperti bentuk tanduk kerbau sedangkan
sisinya melengkung ke dalam, sedangkan bagian tengahnya rendah seperti perahu dan
secara estetika merupakan komposisi yang dinamis.
Desain bangunan seperti ini, menurut para ahli arsitektur, merupakan konstruksi
bangunan tahan gempa, imbuhnya.
Atapnya yang lancip untuk membebaskan endapan air pada ijuk yang berlapis-lapis,
sehingga air hujan akan meluncur dengan cepat. Bangunan rumah yang membesar ke
atas, berfungsi membebaskan dari terpaan tampias. Kolongnya yang tinggi memudahkan sirkulasi udara sehingga memberikan hawa yang segar.
Posisinya rumah gadang yang berjejer mengikuti arah mata angin dari utara ke selatan,
membebaskanya dari panas matahari dan terpaan angin, jika dilihat secara keseluruhan,
arsitektur rumah gadang itu menurut syarat-syarat estetika dan fungsi yang sesuai
dengan kodrat atau yang mengandung nilai-nilai kesatuan, kelarasan, keseimbangan,
dan kesetangkupan dalam ketuhanannya yang padu
Rumah gadang di Minangkabau, selain sebagai tempat tinggal, juga digunakan sebagai
tempat musyawarah keluarga dn kaum. Rumah tersebut juga digunakan untuk tempat
mengadakan upacara-upacara, pewarisan nilai-nilai adat, dan reprsentasi budaya
matrilineal.
Sebagai tempat tinggal, Rumah Gadang memiliki tata aturan yang unik. Penghuni
perempuan, yang telah bersuami, mendapat jatah satu kamar. Perempuan yang paling
muda itu mendapat kamar yang paling ujung dan akan pindah ke tengah jika ada
perempuan lain atau adiknya yang bersuami.
Sedangkan, perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur.
Gadis remaja memperoleh kamar bersama pada ujung yang lain. Untuk laki-laki tua,
duda, dan bujangan, mereka tidur di surau milik kaumnya masing-masing.
Dikutip dari berbagai sumber, diketahui bahwa orang Minang mengenal perancang
rumah gadang dengan sebutan tukang tuo, yang bekerja sesuai dengan alua jo patuik
( alur dengan patut). Artinya di alam ini mempunyai fungsi sendiri-sendiri
Hal lain yang menarik dari arsitek rumah gadang terkait dengan konsep ramah gempa
adalah, penampangnya yang segi emapt dan melebar keaatas, seperti trapesium terbalik.
Jika ditarik garis dari sisi-sisi trapesium terbalik tersebut kebawah, maka akan bertemu
satu titik dipusat bumi.
Bila diperhatikan secara seksama, penampang rumah gadang, antara penampang badan
dan atap,akan menyerupai dua segitiga yang dipertemukan salah satu sisinya.
Saya tidak tahu rasio hubungan pertemuan titik tadi dangan pusat bumi, barangkali
hubunganya dengan katahanannya terhadap getaran akibat pergeseran kulit bumi ujar

Eko mengakhiri.
Sementara itu, Darmansyah ahli konstruksi dari Lembaga Penanggulangan Bencana
Alam, Sumatera Barat, dalam acara talkshow di Radio Siaga 107,5 FM menyebutkan,
dari sisi ilmu konstruksi bangunan rumah gadang jauh lebih maju setidaknya 300 tahun
dibanding konstruksi yang ada di dunia pada zamannya.
Bentuk rumah gadang membuat Rumah Gadang tetap stabil menerima guncangan dari
bumi. Getaran yang datang dari tanah terhadap bangunan terdistribusi ke semua
bangunan.
Rumah gadang tidak menggunakan paku sebagai pengikat, tetapi berupa pasak sebagai
sambungan membuat bangunan memiliki sifat sangat lentur. Selain itu kaki atau tiang
bangunan bagian bawah tidak pernah menyentuh bumi atau tanah. Tapak tiang dialas
dengan batu sandi.
Menurutnya, batu tersebut akan berfungsi sebagai peredam getaran gelombang dari
tanah, sehingga tidak mempengaruhi bangunan di atasnya. Kalau ada getaran gempa
bumi, Rumah Gadang hanya akan berayun atau bergoyang mengikuti gelombang yang
ditimbulkan getaran tersebut. (h/wan)

Sabtu, 11 Februari 2012


Rumah Gadang Tahan Gempa
Gambar Rumah Gadang:

"Kita

punya rumah gadang, rumah tahan gempa. Tapi sayang, kita


sudah

meninggalkannya. " Ungkap Mak Sirul dan Mak Ulil ke Padang Today
(Minggu/05/10). Mereka adalah tukang tuo yang piawai membuat rumah
gadang dari Limopuluah Koto.
"Setelah banyak rumah roboh karena guncangan gempa, kita buru-buru
memikirkannya," tambahnya kemudian, sebelum membincangkan
alasan-alasan mengapa rumah gadang itu mereka katakan tahan gempa.

Menurut mereka, Membangun rumah gadang memang butuh keahlian


khusus
dan material kayu yang banyak. Sementara, hasil hutan kita sudah tidak
bisa lagi dimanfaatkan secara maksimal lantaran regulasi yang mengatur
penebangan liar membatasi akses masyarakat yang ingin memanfaatkan
hasil hutan. Sementara itu, perluasan dan tata kota mulai meninggalkan
konsep arsitektur rumah gadang.
Rumah Gadang merupakan salah satu kearifan lokal Minangkabau yang
sudah tumbuh sejak dahulu kala semestinya tetap dihormati dan
diaplikasikan. Budaya global yang menyeragamkan konstruksi bangunan di
seluruh dunia sepatutnya tidak mengalahkan kearifan lokal tersebut.
Pada tahun 2007, jurnalis dan pemerhati budaya lokal Miskudin Taufik
menulis sebuah laporan tentang Bangunan joglo lama yang biasa
ditemukan di pulau Jawa, rumah gadang di Sumatera Barat atau rumah
bubungan tinggi yang kini masih tersisa di pulau Kalimantan,
membuktikan ketangguhan rekayasa konstruksi yang memiliki daya lentur
dan soliditas saat terjadi guncangan gempa hingga berkekuatan di atas
8 skala richter.
Warisan arsetiktur nenek moyang itulah yang kemudian diharapkan akan
dimodifikasi para insinyur untuk membuat prototip rumah tahan gempa di
Indonesia, baik yang datang dari inovasi perguruan tinggi, perusahaan
swasta maupun pakar tehnik konstruksi dari pemerintah.

Pusat Penelitian dan Pembangunan Permukiman Departemen PU misalnya,


menawarkan hasil modifikasi dengan memberi nama rumah instan
sederhana
sehat (risha) dengan ajang percobaan di lahan yang porak poranda di
wilayah bekas guncangan gempa bumi di daerah Yogyakarta dan Jawa
Tengah.Konstruksi Indonesia Karya Anak Bangsa Teknologi Rumah Tahan
Gempa. Buku tersebut diterbitkan oleh Dep.PU Badan Pembinaan
Konstruksi dan Sumber Daya Manusia tahun 2007. Buku ini disusun oleh
Dr.Ir.Nana Rukmana D.Wirapradja, MA.
Seri buku ini dimaksudkan untuk mendokumentasikan karya teknologi
konstruksi anak bangsa yang menjelaskan tentang kemampuan mereka
pada
zaman dahulu dalam membangun rumah tahan gempa dengan basis
kearifan
lokal. Secara khusus, buku ini menyajikan hasil kajian teknologi lokal
bangunan rumah dalam perspektif fleksibilitasnya terhadap resiko
bencana gempa bumi. Kajian dimaksud mencakup rumah joglo di Jawa,
rumah Gadang di Sumatera Barat, Omo Hada di Nias, rumah Bubungan
Limo
di Bengkulu, rumah Bubungan Tinggi di Kalimantan Selatan, rumah Lawi
di Minahasa dan rumah Honay di Papua.
Rumah-rumah adat tahan gempa itu, belum teruji ketangguhannya tetapi
dinilai layak untuk dikembangkan pasca-gempa karena proses
pembangunannya berlangsung cepat dan massal.
Modul rumah jenis itu dikaitkan kepada alasan teknis dengan mengacu
kondisi Indonesia sebagai kawasan geologi paling dinamis di dunia.
Lempengan bumi Nusantara diasumsikan selalu akan mendapat musibah
lantaran sebesar 70 persen sampai 80 persen daerah pesisir Indonesia
menghadap ke zone subduksi yang rentan gempa bumi, tanah longsor,
tsunami dan banjir, selain fakta tentang adanya 129 gunung berapi
aktif yang setiap saat bisa saja meletus.(*)

*Penulis adalah Redaktur Padang-Today.Com

<a href="http:
deskonstruksi.wordpress.com"="">Beranda</a href="http:>

Profil

My Gallery

Forum

Konsultasi

Survey

Daftar Tulisan

RSS Subscribe: RSS feed


DesKonsTruksi Personal Blog
Artikel & Berita Seputar Dunia Desain Bangunan, Arsitektur, dan
Konstruksi

Rumah Joglo Tahan Gempa


Posted on 28 Februari 2010
0

Bangunan Joglo menimbulkan interpretasi arsitektur Jawa yang mencerminkan


ketenangan.
TAK hanya megah, indah, sarat makna dan nilai-nilai sosiokultural, arsitektur bangunan
joglo juga dapat meredam gempa. Bagaimana desainnya?
Sebuah bangunan joglo yang menimbulkan interpretasi arsitektur Jawa mencerminkan
ketenangan, hadir di antara bangunan- bangunan yang beraneka ragam. Interpretasi ini
memiliki ciri pemakaian konstruksi atap yang kokoh dan bentuk lengkung-lengkungan
di ruang per ruang.

Rumah adat joglo yang merupakan rumah peninggalan adat kuno dengan karya seninya
yang bermutu memiliki nilai arsitektur tinggi sebagai wujud dan kebudayaan daerah
yang sekaligus merupakan salah satu wujud seni bangunan atau gaya seni bangunan
tradisional.
Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah adat Kudus terdiri atas soko
guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan)
atau tumpang telu (tumpang tiga) di atasnya. Struktur joglo yang seperti itu, selain
sebagai penopang struktur utama rumah,juga sebagai tumpuan atap rumah agar atap
rumah bisa berbentuk pencu.
Pada arsitektur bangunan rumah joglo, seni arsitektur bukan sekadar pemahaman seni
konstruksi rumah, juga merupakan refleksi nilai dan norma masyarakat pendukungnya.
Kecintaan manusia pada cita rasa keindahan, bahkan sikap religiusitasnya terefleksikan
dalam arsitektur rumah dengan gaya ini.
Pada bagian pintu masuk memiliki tiga buah pintu,yakni pintu utama di tengah dan
pintu kedua yang berada di samping kiri dan kanan pintu utama. Ketiga bagian pintu
tersebut memiliki makna simbolis bahwa kupu tarung yang berada di tengah untuk
keluarga besar, sementara dua pintu di samping kanan dan kiri untuk besan.
Pada ruang bagian dalam yang disebut gedongan dijadikan sebagai mihrab, tempat
Imam memimpin salat yang dikaitkan dengan makna simbolis sebagai tempat yang
disucikan, sakral, dan dikeramatkan. Gedongan juga merangkap sebagai tempat tidur
utama yang dihormati dan pada waktuwaktu tertentu dijadikan sebagai ruang tidur
pengantin bagi anak-anaknya.
Ruang depan yang disebut jaga satru disediakan untuk umat dan terbagi menjadi dua
bagian, sebelah kiri untuk jamaah wanita dan sebelah kanan untuk jamaah pria. Masih
pada ruang jaga satru di depan pintu masuk terdapat satu tiang di tengah ruang yang
disebut tiang keseimbangan atau soko geder, selain sebagai simbol kepemilikan rumah,
tiang tersebut juga berfungsi sebagai pertanda atau tonggak untuk mengingatkan pada
penghuni tentang keesaan Tuhan.

Begitu juga di ruang dalam terdapat empat tiang utama yang disebut soko guru
melambangkan empat hakikat kesempurnaan hidup dan juga ditafsirkan sebagi hakikat
dari sifat manusia.
Kesan yang akan timbul dari arsitektur bangunan tradisional joglo sering kali terasa
antik dan kuno, hal ini timbul melalui kehadiran perabot hingga pernak-pernik
pendukung bernuansa lawas yang dibiarkan apa adanya. Namun, dalam penataan
hunian bergaya ini tidak ada salahnya bila dikombinasikan dengan gaya modern
maupun minimalis.
Nuansa asli sering terasa melalui kehadiran hunian berarsitektur tradisional joglo.Kesan
inilah yang sengaja dihadirkan oleh bangunan-bangunan modern bergaya etnik yang
banyak diaplikasikan pada hunian maupun bangunan umum seperti restoran.
Eksotika

Joglo

Pencu

Tiga pintu yaitu depan, samping kiri dan kanan hadir dengan makna simbolisnya.
JOGLO Pencu. Ketika seseorang mengatakan kata tersebut, ingatan kita akan segera
tertuju pada sebuah rumah tradisional yang berasal dari daerah Kudus (salah satu bagian
dari kebudayaan Jawa).
Rumah dengan berbagai keindahan dengan karakter khusus ini tampil memikat melalui
kerumitan yang cukup tinggi pada ornamen hias yang ada pada hampir setiap ruang
yang ada pada rumah joglo pencu. Karakter spesifik yang ada tersebut sangat berbeda
dengan apa yang ada di dalam bangunan tradisional yang ada di Jawa pada umumnya.
Perbedaan lain dapat dijumpai pada bentuk ornamen ukir yang diterapkan, pola susunan
ruang dan dimensi yang kemudian berdampak pada proporsi ukuran dari masingmasing ruangnya. Meskipun ruang yang digunakan sama, tetapi terjadi perbedaan yang
cukup besar pada dimensidimensi ruangan yang terjadi jika dibandingkan dengan
rumah tradisional Jawa pada umumnya.
Hal tersebut dapat terjadi karena kebudayaan yang berpengaruh besar di dalam
masyarakat Kudus bukan hanya kebudayaan Jawa saja. Letaknya di jalur perdagangan
dan mata pencaharian sebagian besar penduduknya sebagai pedagang memunculkan
bentuk yang sekarang dapat dijumpai pada rumah joglo pencu.

Bangunan tradisional seperti rumah joglo yang banyak memakai elemen natural di
dalamnya, terbukti tahan terhadap bencana alam seperti gempa. Banyak faktor yang
menyebabkan joglo tanggap gempa. Sengaja digunakan kata tanggap gempa bukan
tahan gempa karena bangunan ini sepertinya dapat merespons dan berdialog dengan
gaya gempa.
Pertama, sistem struktur yang digunakan. Orang menganggap joglo berstruktur rangka
karena memang terlihat batang-batang kayu yang disusun membentuk rangka. Struktur
joglo menerapkan sistem tenda atau tarik. Hal ini didasarkan pada sistem dan sifat
sambungan kayu yang digunakan (cathokan dan ekor burung), semuanya bersifat
mengantisipasi gaya tarik. Sistem struktur tarik inilah yang membuat joglo bersifat
fleksibel sehingga dapat tanggap terhadap gaya-gaya gempa.
Bangunan joglo dapat meredam gempa karena memiliki keterkaitan antarstruktur dan
materialnya, sambungan antarkayu yang tidak kaku sehingga fleksibel dan memiliki
toleransi tinggi terhadap gempa, ungkap arsitek dan kontraktor dari Mitra Graha Asri
Mandiri Ir Wisnu Brata. Kedua, sistem distribusi beban.
Bangunan joglo memiliki soko guru (tiang utama) 4 buah dan 12 buah soko pengarak.
Ruang yang tercipta dari keempat soko guru disebut rong-rongan, yang merupakan
struktur inti joglo. Soko-soko guru disatukan oleh balok-balok (blandar-pengeret dan
sunduk-kili) dan dihimpun-kakukan oleh susunan kayu yang berbentuk punden
berundak terbalik di tepi (tumpangsari) dan berbentuk piramida di tengah (brunjung).
Susunan kayu ini bersifat jepit dan menciptakan kekakuan sangat rigid. Soko-soko
pengarak di peri-peri dipandang sebagai pendukung struktur inti. Faktor ketiga adalah
sistem tumpuan dan sistem sambungan. Sistem tumpuan bangunan joglo menggunakan
umpak yang bersifat sendi. Hal ini untuk mengimbangi perilaku struktur atas yang
bersifat jepit.
Sistem sambungannya yang tidak memakai paku, tetapi menggunakan sistem lidah alur,
memungkinkan toleransi terhadap gaya-gaya yang bekerja pada batang-batang kayu.
Toleransi ini menimbulkan friksi sehingga bangunan dapat akomodatif menerima
gaya-gaya gempa, tutur Wisnu.

Pemilihan dan penggunaan bahan bangunan adalah faktor keempat. Penggunaan kayu
untuk dinding (gebyok) dan genteng tanah liat untuk atap disebabkan material ini
bersifat ringan sehingga relatif tidak terlalu membebani bangunan.
Pada awalnya penutup atap yang dipakai adalah jerami, daun kelapa, daun tebu, sirap,
dan ilalang. Oleh karena merebak penyakit pes, pemerintah kolonial Belanda mengganti
penutup atap dengan genteng supaya lebih sehat.

Rumah Joglo adalah rumah arsitektur tradisional Jawa. Rumah tradisional ini
dibangun oleh nenek moyang suku Jawa sejak lama. Tidak hanya asal
bangun, rumah Joglo mengandung falsafah yang sarat makna dan nilai-nilai
sosiokultural. Selain itu, rumah Joglo juga dikenal memiliki desain yang
megah dan indah. Namun ternyata ada satu kelebihan lain pada arsitektur
bangunan

joglo.

Rumah

ini

juga

dapat

meredam

gempa.

Bangunan ini dicirikan dengan pemakaian konstruksi atap yang kokoh dan
berbentuk lengkungan-lengkungan yang terpisah pada satu ruang dengan
ruang lainnya. Sebuah rumah joglo terbangun dari empat tiang utama.
Struktur joglo yang seperti itu, selain sebagai penopang struktur utama
rumah,
Bangunan

juga

sebagai

tradisional

joglo

tumpuan
banyak

memakai

atap
elemen

rumah.
natural.

Kemampuannya dalam meredam gempa karena sistim struktur yang


digunakan. Struktur joglo adalah berupa rangka yang memperlihatkan
batang-batang kayu yang disusun dengan menerapkan bentuk mirip tenda.
Hal ini didasarkan pada sistim dan sifat sambungan kayu yang digunakan,
semuanya

bersifat

mengantisipasi

gaya

tarik.

Singkatnya, kemampuannya meredam gempa adalah karena antarstruktur


dan materialnya saling berkait, dan juga karena sambungan antarkayunya
yang tidak kaku. Hal ini membuat bangunannya fleksibel dan memiliki
toleransi

tinggi

terhadap

gempa.

Hal lain yang membuatnya dapat meredam guncangan gempa adalah


sistem tumpuan dan sambungannya. Sistem tumpuan bangunan joglo

menggunakan sendi. Hal ini berfungsi mengimbangi struktur atas yang


bersifat jepit. Sistem sambungannya yang tidak memakai paku, tetapi
menggunakan lidah alur yang memungkinkan toleransi terhadap gaya-gaya
yang bekerja pada batang-batang kayu. Toleransi ini menimbulkan friksi,
sehingga

bangunan

dapat

akomodatif

menerima

gaya-gaya

gempa.

Tidak hanya itu, kemampannya meredam gempa adalah juga karena


material yang digunakan. Joglo menggunakan kayu untuk dindingnya, dan
genteng tanah liat untuk atapnya. Material ini baik karena bersifat ringan
sehingga relatif tidak terlalu membebani bangunan. Penutup atap yang
digunakan juga berupa jerami, daun kelapa, daun tebu, sirap, dan ilalang
yang sifatnya ringan. (*/cheriatna)

KONSTRUKSI BANGUNAN TAHAN GEMPA

KONSTRUKSI BANGUNAN TAHAN GEMPA


Bangunan anti gempa yang mempunyai kualitas yang baik, hendaknya tidak hanya di
bangun di daerah rawan gempa. Kematian yang diakibatkan oleh gempa kebanyakan
karena bahan bangunan atau konstruksi bangunan yang tidak memenuhi standar baku.
Cacat dan luka parah tertimpa beton menambah deretan korban gempa.

Standar bangunan anti gempa


Bangunan anti atau tahan gempa adalah sebuah bangunan dengan konstruksi struktur
bangunan yang kuat. Bangunan ini diharapkan mampu bertahan dari gempa hingga
berkekuatan 7 skala Ritcher. Kalaupun ada gempa yang lebih keras lagi, diharapkan
bahwa bangunan tidak langsung roboh tapi roboh perlahan sehingga member waktu
untuk menyelamatkan diri.
Untuk mendapatkan bangunan tahan gempa yang baik, maka struktur bangunan harus
simetris. Bangunan dengan struktur simetris sudah terbukti kuat dibandingkan dengan
struktur yang tidak simetris. Estetika bangunan memang penting sebagai upaya
memperindah lingkungan dan enak dipandang mata. Tapi yang harus dipikirkan terlebih
dahulu adalah kerangka bangunan yang kuat.
Salah satu bahan bangunan yang bagus untuk bangunan anti gempa adalah baja ringan
dan semen mortar. Sudah saatnya orang-orang yang berkecimpung di bidang
pembangunan memikirkan untuk memakai bahan bangunan yang seringan mungkin.
Penggunaan bahan yang ringan ini merupakan syarat bagi bangunan anti gempa. Baja
ringan yang pertisi dapat membuat penggunaan genting lebih optimal.
Tiang bangunan berdiameter kecil juga bisa menggunakan baja ringan. Selain baja
ringan, semen mortar cukup bagus dipakai pada bangunan anti gempa. Selain tahan api,
jenis semen ini dapat menahan panas matahari. Harganya memang lebih mahal. Tapi
investasi untuk keselamatan jiwa ini tidak aka nada ruginya.

Struktur Bangunan Tahan Gempa

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.

Perinsip bangunan tahan gempa


Bangunan yang di katakan tahan gempa adalah bangunan yang merespon gempa
dengan sifat dakilitas yang mampu bertahan dari keruntuhan, dan fleksibilitas dalam
meredam getaran gempa.
Dirancang dan diperhitungkan
Kombinasi beban dan analisis struktur
Penggunaan matrial yang ringan
Penempatan massa struktur yang terpisah namun saling berinteraksi
Ciri-ciri umum fisik bangunan tahan gempa
Struktur memiliki sistem penahan gaya dinakik gempa.
Kekuatan sistem penahan gempa
Konfigurasi strukturnnya memenudi syarat untuk tujuan bangunan tahan gempa

Hal yang harus diperhatikan saat membangun bangunan tahan gempa

Pondasi
Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk
menyalurkan beban ke tanah. Untuk itu pondasi harus diletakkan pada tanah yang keras.
Kedalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 6- 75 cm. Pasangan batu
gunung untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping selesai
dipasang.Pondasi juga harus mempunyai hubungan yang kuat dengan sloof. Hal ini
dapat dilakukan dengan pembuatan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 m.
Angkur dapat dibuat dari besi berdiameter 12 mm dengan panjang 20 -25 cm. Pondasi
salah satu hal yang harus di perhatikan pada saat membangun, karena pondasi termausk
kalah satu bagian penting dalam bangunan.

Beton
Beton adalah bagian umum pada bangunan, beton dapat di buat dengan mencapur
Pasir(ageregat halus, kerikil (ageregat kasar) air dan semen.

Beton Bertulang
Beton bertulang merupakan bagian terpenting dalam membuat rumah menjadi tahan
gempa. Pengerjaan dan kualitas dari beton bertulang harus sangat diperhatikan karena
dapat melindungi besi dari pengaruh luar, misalnya korosi. Para pekerja atau tukang
suka menganggap remeh fungsinya. Penggunaan alat bantu seperti molen atau vibrator
sangat disarankan untuk menghasilkan beton dengan kualitas tinggi.

Kesimpulan
Bahwa banyak bangunan yang mudah roboh saat gempa disebabkan karena
konstruksi bangunan yang kurang kokoh dan tidak memenuhi standar baku. Maka dari
itu untuk mendapatkan bangunan tahan gempa yang baik buatlah struktur bangunan
yang lebih simetris. Karena bangunan dengan struktur simetris sudah terbukti lebih kuat
dibandingkan dengan struktur yang tidak simetris. Dan salah satu penunjang agar
bangunan itu kokoh yang harus dipikirkan terlebih dahulu adalah kerangka bangunan
yang kuat, serta bahan baku yang memenuhi syarat untuk bangunan tahan gempa
seperti baja ringan dan semen mortar. Jika sebuah bangunan di bangun dengan bahan
baku seperti yang di jelaskan di atas, maka bangunan tersebut akan mampu bertahan
dari gempa hingga berkekuatan 7 skala Ritcher.

Ketika terjadi gempa bumi, banyak korban berjatuhan sebenarnya bukan karena
gempanya, tetapi karena tertimpa bangunan yang rusak atau runtuh. Oleh karena itu
sebaiknya ketika membangun sebuah rumah atau gedung harus memenuhi persyaratan
bangunan tahan gempa. Bangunan Tahan gempa yang dimaksud adalah bangunan yang
apabila:

digoyang gempa ringan, tidak mengalami kerusakan apa-apa,

digoyang gempa sedang, hanya mengalami kerusakan pada elemen non


struktural saja,

digoyang gempa besar, boleh mengalami kerusakan pada elemen non struktural
maupun struktural, tetapi bangunan harus tetap berdiri dan tidak boleh rubuh.

Persyaratan agar bangunan kita termasuk dalam kategori bangunan


tahan gempa, menurut Kementrian PU-Badan Penelitian dan
Pengembangan Permukiman adalah sbb:
1. Bangunan harus terletak di atas tanah yang stabil (kering, padat dan merata
kekerasannya).
Karena getaran akibat yang bersumber dari pusat gempa akan diteruskan ke permukaan
tanah oleh partikel-partikel tanah tersebut. Semakin keras dan padat, partikel tanah akan
mengalami gerak yang semakin kecil, sehingga getaran pada permukaan tanah juga
akan semakin kecil.
2. Denah bangunan sebaiknya sederhana , simetris, atau seragam.

Apabila terpaksa harus membuat bangunan dengan bentuk denah U, T, L, dll


yang tidak simetris, maka bisa dilakukan pemisahan struktur (dilatasi) seperti
pada gambar berikut:

Penempatan dinding-dinding penyekat dan lubang-lubang pintu/jendela


diusahakan sedapat mungkin simetris terhadap sumbu-sumbu denah bangunan,
seperti contoh:

Bidang-bidang dinding sebaiknya membentuk kotak-kotak tertutup, seperti


contoh:

Atap sedapat mungkin dibuat yang ringan:

3. Pondasi:

Pondasi harus diletakkan di atas tanah keras, bila kondisi tanah kurang baik
maka harus dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu. Sebaiknya pondasi
terletak lebih dari 45 cm dari tanah asli:

Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus. Pondasi


dinding-dinding penyekat juga dibuat menerus. Pondasi-pondasi setempat perlu
diikat kuat satu sama lain dengan memakai balok pengikat (sloof) sepanjang
pondasi tersebut.

Sedangkan Pondasi, sloof dan kolom praktis harus saling terikat antar satu
dengan yang lainnya.

4. Pada setiap luasan dinding 12 m2 , harus dipasang kolom, bisa menggunakan bahan
kayu, beton bertulang, baja, plester ataupun bambu.

5. Harus dipasang balok keliling yang diikat kaku dengan kolom


6. Keseluruhan kerangka bangunan harus terikat dengan kokoh dan kaku
7. Gunakan kayu kering sebagai konstruksi kuda-kuda, pilih bahan atap yang seringan
mungkin, dan ikat kaku dengan konstruksi kuda-kuda.
8. Bahan dinding pilih yang seringan mungkin, papan, papan berserat, papan lapis,
bilik, ikat bahan dinding dengan kolom.
9. Bila bahan dinding menggunakan pasangan bata/batako, bahan tidak patah dan
berbunyi nyaring jika diadukan. Pada setiap jarak vertikal 30 cm, pasangan diberi
angker yang dijangkarkan ke kolom, panjang angker 50 cm, diameter 6mm.

10. Perhatikan bahan spesi/adukan, setiap jenis tras, pasir, atau semen, mempunyai sifat
khusus. Sebaiknya perbandingan campuran mengikuti standar yang ada.
11. Bangunan tahan gempa memiliki komponen-komponen yang terikat antara satu
dengan yang lainnya, baik antara komponen struktural maupun non struktural.

Das könnte Ihnen auch gefallen