Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
intermitten.2
Dosis
: 1-2 mg / kg BB / IV
Mula kerja : 1-2 menit dengan lama 3-5 menit.
Cara pemberian : IV / IM / Intra lingual / Intra bukal
Efek samping : 1
Nyeri otot pasca pemberian :
Dapat dikurangi dengan pemberian pelumpuh otot non depolarisasi dosis
kecil sebelumnya. Mialgia terjadi sampai 90%, selain itu dapat terjadi
mioglobunnuira.
o Peningkatan tekanan intra ocular :
Meningkatkan TIO maksimum 2 4 menit setelah pemberian dan akan
berlangsung selama 5 10 menit mekanismenya blm jelas tetapi
diperkirakan karena kontraksi tonik miofibril atau dilatasi transien pemda
koroid
o Peningkatan tekanan intracranial.
o Peningkatan intragastrik.
o Peningkatan kadar kalium plasma. Hati-hati pada luka bakar atau gagal
ginjal.
o Aritmia jantung
Berupa bradikardia atau ventricular premature beat terutama pada
pemberian berulang atau terlalu cepat pada anak.
2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
(hipoproteinemia).
Kontra indikasi absolut :
Hiperkalemia, > 5.5 meq/L, misal pada gagal ginjal.
Kelainan otot: malignant hyperthermia, myastenia gravis, muscular distrophy
Trauma otot masive
Luka bakar, 7-60 hari
Luka tusuk orbita, karena meningkatkan tekanan intraokuler
Gangguan neurology : paraplegia, neurodegenerative disease.5
Kontraindikasi relatif :
Disfungsi hepar.
Cholinester rendah (n: 80-120 u), akan terjadi prolonged: liver disease,
anemia gravis malnutrisi dan insektisida organofosfat.5
Untuk mengurangi fasikulasi dan nyeri otot sering diberi dulu dengan obat
pelumpuh otot non depolarisasi dosis relaksasi otot, misalnya pankuronium 1mg.
Untuk pemakaian kontinyu per infuse, buat larutan dengan konsentrasi 1mg/ml (250mg
dalam 250ml larutan). Dosis pemeliharaan relaksasi otot adalah 1-2ml / menit. Botol
infuse harus diberi label yang jelas dan sisa larutan sesudah dipakai harus segera
dibuang.2
Di dalam vena, suksinilkolin dimetabolisir oleh kolinesterase plasma, pseudo
kolin esterase menjadi suksinil-monokolin. Succinylcholine mengalami hidrolisis secara
cepat oleh plasma cholinesterase menjadi succinylmonocholine, yang mempunyai efek
blok sangat lemah ( + 1/20 efek succicylcholine ) dan selanjutnya dalam waktu yang
lebih lama menjadi asam suksinil dan kolin, waktu paruhnya sekitar 2-4 menit. Obat anti
kolinesterase dikontraindikasikan, karena menghambat kerja pseudokolinesterase.4.
Yang perlu dicatat adalah peningkatan ataupun penurunan aktifitas dari plasma
cholinesterase tidak mempengaruhi mula kerja dan lama kerja dari obat ini secara
bermakna. Sering kali timbul anggapan bahwa metabolisme dari obat inilah yang
mengakhiri efek blok otot skeletal, pada kenyataannya tidaklah demikian. Metabolisme
yang terjadi di plasma hanya menentukan jumlah obat yang dapat mencapai tempat kerja,
dan di tempat kerjanya obat ini akan menimbulkan blok yang akan terus berlangsung
sampai obat tersebut kembali keluar dari tempat kerjanya.5.
3
d-tubokurarin,
metokurium,
atrakurium,
doksakurium,
mivakurium.
2. Steroid : pankuronium, vekuronium, pipekuronium, ropakuronium, rokuronium.
3. Eter-fenolik : gallamin.
4. Nortoksiferin : alkuronium.
Karakteristik pada rangsang listrik nerve stimulator perifer :
1. Penurunan respon twitch pd rangsang tunggal
2. Respon singkat (fade) selama rangsang kontinyu
3. Rasio TOF <7
Berdasarkan lama kerja, maka pelumpuh otot non depolarisasi dibagi menjadi kerja
panjang, sedang, dan pendek : 1.
Dosis Awal
Dosis Rumatan
Durasi
EFEK SAMPING
(mg/kg)
(mg/kg)
(menit)
0,40-0,60
0,10
30-60
Histamin +, hipotensi
0,08-0,12
0,15-0,20
30-60
Vagolitik,takikardi
0,20-0,40
0,05
40-60
Histamin -, hipotensi
0,05-0,12
0,01-0,015
40-60
Kardiovaskuler stabil
0,02-0,08
0,005-0,010
45-60
Kardiovaskuler stabil
D-tubokurarin
Pankuronium
Metakurin.
Pipekuronium
Doksakurium
Alkurium
0,15-0,30
0,05
40-60
Vagolitik, takikardia
4-6
0,5
30-60
Histamin +, hipotensi
0,5-0,6
0,1
20-45
0,1-0,2
0,015-0,02
25-45
0,6-0,1
0,10-0,15
30-60
0,02
30-45
Isomer Atrakuronium
0,20-0,25
0,05
10-15
Histamin +, hipotensi
1,5-2,0
0,3-0,5
15-30
Nondepol Intermediate
1.
2.
3.
4.
5.
Gallamin
Atrakurium
Vekuronium
Rokuronium
Cistacuronium
0,15-0,20
Nondepol Short Acting
1. Mivakurium
2. Ropacuronium
Depol Short Acting
1. Suksinilkolin
3-10
Lihat teks
Sifat :
- Blokade ganglion simpatis, dilatasi kapiler, inotropik negatif.
-
Terjadi kumulatif. 6.
Kontra indikasi :
Asma bronchial
Renal disfungsi
Myastenia gravis
Diabetes melitus
5
Hipotensi
1.
2.
3.
4.
Doksakurium
Obat penyekat neuromuskuler nondepolarisasi aksi lama. Bersifat mengantagonis
aksi asetilkolin, sehingga menimbulkan blok dari transmisi neuromuskuler. Doksakurium
2,5 hingga 3 kali lebih poten daripada pankuronium. Obat ini tidak mempunyai efek
hemodinamik yang secara klinis bermakna.7
Oleh anestetik volatil kebutuhan dosis berkurang (sekitar 30%-40%) dan lamanya
blokade neuromuskular diperpanjang (hingga 25%). Paralisis rekurens dengan kuinidin.
Diantagonis oleh inhibitor antikolinesterase (neostigmin, edrofonium, dan piridostigmin).
Peningkatan tahanan atau reverse dari efek dengan penggunaan karbamazepin dan
fenitoin dan pada pasien dengan cedera bakar dan paresis, tidak kompatibel dengan
larutan basa dengan PH>8,5, seperti larutan barbiturat.7.
Dosis intubasi : 0,05-0,08 mg/kg/I.V
Reaksi samping utama :
- Kardiovaskuler : Hipotensi, kemerah-merahan, fibrilasi ventrikel, infark miokard.
-
SSP : Depresi.
Anuria
6
Pipekuronium
Obat penyekat neuromuskular nondepolarisasi beraksi panjang ini merupakan turunan
piperzinum. Waktu mula kerja dan lamanya serupa dengan pankuronium bromida dengan dosis
yang sebanding. Secara klinis tidak mempunyai efek hemodinamik yang bermakna. Jarang
terjadi pelepasan histamin.
SSP : Depresi.
Anuria
pemberian berulang, karena itu dosis pemeliharaan/rumatan harus dikurangi dan waktu
pemberian harus diperpanjang. 2.
Pankuronium menyebabkan sedikit pelepasan histamine dan hipertensi karena memiliki
efek inotropik positif serta takikardia karena efek vagolitik. Sebanyak 15-40% pankuronium
dalam tubuh mengalami metabolisme deasetilasi. 2.
Ekskresi : ginjal (60-80%) dan sebagian lagi empedu (20-40%)
Dosis : relaksasi otot : 0,08mg / kg BB/ IV (dewasa)
rumatan : dosis awal.
intubasi trakea : 0,15mg /kg BB/ IV
Kontra indikasi :
- Hipertensi
- Kelainan otot : malignant hyperthermia
- Miastenia gravis
- Muscular distrophy.6.
Reaksi samping utama :
- Kardiovaskular : Takikardia, hipertensi
- Pulmoner : Hipoventilasi, apneu, bronkospasme.
- Alergik : kemerahan, syok anafilaktik 7
Galamin (flaxedil)
Obat pelumpuh otot non depolarisasi sintetik.
Kemasan : ampul 2ml atau 3ml larutan 4%. Larutan dapat dicampur dengan
thiopental.
Lama kerja obat Berkisar 15-20 menit. Mula kerja sangat berhubungan dengan
aliran darah otot. Mempunyai efek yang lemah pada ganglion saraf dan tidak
menyebabkan pelepasan histamine. Memiliki sifat seperti atropine yaitu
menyebabkan takikardia walaupun pada dosis kecil (20mg). Karena itu galamin
cukup baik dipakai bersama anestetik halotan. Kenaikan tekanan darah dapat
terjadi, tetapi ringan. Galamin dapat menembus sawar darah plasenta, tetapi tidak
Kemasan : ampul 2ml yang mengandung 10mg Alkuronium klorida. Larutan tidak
dapat dicampur thiopental.
Mula kerja terjadi pada menit ke 3 untuk selama 15-20menit. Tidak bersifat pelepas
histamine jaringan, tetapi dapat menghambat ganglion simpatik sehingga dapat menyebabkan
hipotensi terutama pada pasien dengan penyakit jantung. Dapat berpotesiensi ringan dengan
N2O-tiopental-narkotik. 2.
Stabilitas larutan sangat bergantung penyimpanan pada suhu dingin dan perlindungan
terhadap penyinaran.
Mula dan lama kerja atrakurium bergantung pada dosis yang dipakai. Pada umumnya
mula kerja atrakurium pada dosis intubasi adalah 2-3menit. Sedangkan lama kerja dengan dosis
relaksasi adalah 15-35menit. 2.
Pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan (sesudah lama kerja obat
berakhir) atau dibantu dengan pemberian anti kolinesterase. Atrakurium merupakan obat
pelumpuh otot non depolarisasi terpilih untuk pasien geriatric atau dengan kelainan jantung, hati,
dan ginjal yang berat. 2.
1.
2.
3.
4.
Vekuronium (nocuron)
Obat pelumpuh otot non depolarisasi yang baru dan homolog pankuronium bromide yang
berkekuatan lebih besar dengan lama kerja yang singkat. Tidak memiliki efek kumulasi pada
pemberian berulang atau kontinyu per infuse. Tidak menyebabkan perubahan fungsi
kardiovaskuler yang bermakna. 2.
Kemasan : ampul berisi bubuk vekuronium 4mg. Pelarut yang dipakai antara lain
1. Kardiovaskular : bradikardia.
2. Pulmoner : Hipoventilasi, apneu. 7.
Mivacurium
Merupakan pelumpuh otot kerja pendek/singkat yang dihidrolisa oleh kolin esterase
plasma dengan kecepatan yang ekuivalen pada 88% dari Succinil Cholin.
Durasi dari mivakurium 2 x Succinil Cholin atau 30-40% dari non depol intermediate.
Blokade pada penderita chirosis hepatis mempunyai onset yang sama tetapi mengalami
pemanjangan pada durasi.
PENGGUNAAN KLINIS PELUMPUH OTOT
Pilihan Pelumpuh Otot 1.
1.
2.
3.
4.
5.
KESIMPULAN
Walaupun obat-obat pelumpuh otot bukan merupakan obat anestetik, tetapi penggunaannya dalam klinik sangat membantu pelaksanaan tindakan anestesia dan pembedahan. Karena
masing-masing obat mempunyai efek farmakologik yang tidak sama maka setiap penggunaan
obat pelumpuh otot harus dibekali pengetahuan yang memadai terutama keterampilan menilai
cara kerja pelumpuh otot.
Obat pelumpuh otot sendiri secara garis besar dibagi menjadi dua golongan besar
berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu golongan depolarisasi dan non-depolarisasi. Masingmasing golongan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing karena berbedanya cara
kerja dan juga cara perlakuannya oleh tubuh.
Dapat juga ditambahkan disini bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi
farmakokinetik obat, khususnya obat pelumpuh otot yang umumnya diberikan secara intravena,
antara lain adalah fungsi ginjal, fungsi hati dan sistem bilier, umur, hipotermia, pemakaian obat
anestesi umum dan besarnya dosis awal yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Pelumpuh Otot. Petunjuk Praktis Anestesiologi
Edisi 2. Jakarta; Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007; 3: 66-70
2. Rachmat L, Sunatrio S. Obat pelumpuh otot. Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta ; 2004; 15: 81-86
3. Harsono, Wibowo A, Santy A, Caesar GE, Kurnia R, Udayaningtyas U. Obat pelumpuh
neuromuskular. Jakarta; 2007
12
4. Bevan DR, Donati F. Muscle relaxants and clinical monitoring. A Practice of Anaeshtesia.
London; 1994; 147-71
5. Calvey TN, Williams NE. Principles and practice of pharmacology for anaesthetists.
London; Blackwell Scientific Publications; 1982; 159-84
6. Lunn JN. Farmakologi Terapan Anestesi Umum. Catatan Kuliah Anestesi Edisi 4.
Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004; 4: 86-93
7. Setio M. Buku Saku Obat-obatan Anestesia. Edisi 2 Jakarta ; Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004
8. Bowman, W.C. Neuromuscular block. Br. J. Pharmacol. January 2006. Vol. 147, Suppl.
S277-86. PMID: 16402115
13