Sie sind auf Seite 1von 5

b.

Kontrasepsi Hormonal

1. Pil KB Sualu cam komrascpsi untuk wanila yang berbemuk pil atau tablet yang berisi gabungan
hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari hormon progesteron
saja (Mini Pil). Cara kcrja pil KB menckan ovulasi untuk mcncegah lepasnya sel telur wanita dari
indung telur, mengentalkan lendir
mulut rahim sehingga spenna sukar untuk masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan
endometrium.

Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektititas pil sangat tinggi, angka kegagalannya
berkisar 1-800

untuk pil kombinasi, dan 3-10o untuk mini pil

(Simbolon, 2010).

2. Suntik KB

Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan

(cyclofem) dan suntik KB 3 bulan (DMPA). Cara

kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat

terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat,

perubahan berat badan, pemakaian jangka panjang

bisa tetjadi penumnan libido pada pria, dan densitas

tulang. Adapun jenis-jenis KB suntik yang hanya

mengandung pro gestin yaitu:

1) KontrasepsiProgestin

a. Depo medroksiprogesteron asetat Mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan
dengan cara di suntik intramuskular. Setelah suntikan pertama, kadar DMPA dalam darah
mencapai puncak setelah 10 hari. DMPA dapat memberi perlindungan dengan aman selama tiga
bulan.

b. Depo noretisteron enantat

Mengandung 200 mg Noretdon Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskular.

2) KontrasepsiKombinasi a. Depo estrogen-progesteron

Jenis suntikan kombinasi ini terdiri dari 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg
Estrogen Sipz'onat. (Siregar, 2010)

3. Implant/ Susuk Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya
dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung levonogestrel. Keuntungan
dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun, kesuburan akan kembali segera setelah
pengangkatan. Efektifltasnya sangat tinggi, angka kegagalannya 1-30 0.

4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan
kedalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang
dililit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya hanya
berisi hormon

progesteron. Jenis jenis IUD diantaranya:

Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah (Bari, 2006) :

a. Copper-T Jenis IUD Copper-T berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dirnana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti
fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.

b. Copper-7 Jenis IUD Copper-7 berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan
gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mmz, iiingsinya sama dengan lilitan tembaga
halus pada IUD Copper-T.

c. Multi load Jenis IUD multi load terbuat dari plastik @olyethelene) dengan dua tangan kiri dan

kanan berbentuk sayap yang Heksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang
diberi gmlungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk
menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.

d. Lippes loop

Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara mengikat atau
memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke rahim), efektivitasnya
mencapai 1%. 2. Vasektomi

Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya sperma dengan
cara mengikat dan memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada
saat senggama, efektifltasnya 9900.

(Suratun, 2008).

C. Ciri kontrasepsi yang sesuai

1. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi.

2. Efektifltas cukup tinggi.

3. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang di rencanakan.

4. Tidak menghambat air susu ibi (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik sampai anak usia 2
tahun dan

akan mempengaruhi angka kesakitas dan kematian anak

(Pinem, 2009).

2.1.4 Wanita Usia Subur (WUS)

A. Pengertian Wanita Usia Subur (WUS) Wanita usia subur adalah semua wanita yang telah

memasuki usia antara 15 49 tahun tanpa memperhitungkan

status perkawinannya (Depkes RI, 2009).

2.2 Perilaku Penggunaan KB

2.2.1 Pengertian Perilaku Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku ini
disebut teori S O R atau Stimulus Organisme Respon dikarenakan terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap organisme, kemudian organisme tersebut merespon. Skinner membagi dua
bentuk perilaku berdasarkan berntuk respon terhadap stimulus yaitu sebagai berikut: a. Perilaku
tertutup/terselubung (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus masih dalam bentuk terselubung atau tertutup. Repon dan
reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesdaran
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati
dengan jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka/nyata tampak (overt behavior) Respon terhadap stimulus telah diaplikasikan
dalam

tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut

sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dapat mudah diamati dan dilihat oleh
orang lain (Notoatmodjo, 2012). Sedangkan menurut Geller (2001), perilaku sebagai tingkah

atau tindakan yang dapat di observasi oleh orang lain. Tetapi apa yang dilakukan atau dikatakan
seseorang tidaklah selalu sama

dengan apa yang individu tersebut pikir, rasakan, dan yakini.

2.2.1 Teori Perilaku

Green (1980) menganalisis perilaku manusia terkait masalah kesehatan. Bahwa perilaku
seseorang dipengaruhi 3 faktor yaitu :

1. Predisposing factors (faktor daIi diri sendiri) adalah faktor faktor yang mendahului perilaku
untuk menetapkan pemikiran ataupun motivasi yang terdiri dari pengetahuan, sikap, persepsi,
pendidikan, ekonomi, keyakinan dan variabel demografl.

2. Enabling factors (faktor pemungkin) adalah kemampuan dari sumber daya yang diperlukan
untuk membentuk perilaku. Faktor pemungkin terdiri dari fasilitas penunjang, sumber informasi
dan kemampuan sumber daya.

3. Reinforcing factors (faktor penguat) adalah faktor yang menentukan apakah tindakan
kesehatan mendapatkan dukungan seperti dukungan keluarga/tokoh masyarakat.

Perilaku berawal dari adanya pengalaman pengalaman

seseorang serta faktor-faktor diluar tersebut (lingkungan) baik

Das könnte Ihnen auch gefallen