Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mengisolasi, mengkarakterisasi dan membuat kultur bakteri
selulolitik dari sekum kelinci yang akan digunakan untuk fermentasi limbah agroindustri lokal KKO
(kulit daging kelapa, kulit biji kedelai dan onggok), dengan menggunakan aras konsentrasi dan waktu
inkubasi, sehingga menjadi produk pakan berkualitas dan palatabel sebagai pakan pengganti bahan
komersial untuk optimasi performan kelinci. Materi penelitian sekum kelinci dan limbah KKO.
Metode penelitian deskriptif untuk hasil isolasi, karakterisasi dan pembuatan kultur bakteri selulolitik
sekum, dilanjutkan penelitian fermentasi KKO menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) factorial
3 x 5 dengan konsentrasi koloni bakteri selulolitik (Ki= 107 CFU/g bahan, K2= 108 CFU/g bahan, K3=
109 CFU/g) dan lama inkubasi (I1= 2 hari, I2= 4 hari I3= 6 hari I4= 8 hari, I5= 10 hari). Hasil
penelitian bakteri selulolitik dari epitel dinding sekum bersifat gram positif, tidak membentuk spora,
katalase negatif dan berbentuk basil. Perlakuan konsentrasi koloni bakteri dan lama inkubasi
fermentasi KKO secara parsial menurunkan BO, LK, SK, NDF, ADF dan selulosa, tetapi
meningkatkan PK. Perlakuan interaksi meningkatkan PK dan nutrien lain turun tidak nyata. Perlakuan
efektif interaksi konsentrasi 10 CFU/ g BK dan lama inkubasi 8 hari dengan PK 11,55%; SK 17,34%;
LK 31,29%; NDF 28,23%; ADF 18,33% dan selulosa 8,89%. Bakteri selulolitik sekum kelinci dari
epitel dinding sekum bersifat gram positif, tidak berspora, katalase negatif dan berbentuk basil.
Kandungan nutrien KKOF terbaik pada perlakuan K2I8 dengan PK meningkat 14,36% dan nutrien
lain turun SK 17,39%; LK 0,73%; NDF 15,53% dan selulosa 25,74%. Efektifitas fermentasi KKO
menggunakan bakteri selulolitik sekum kelinci dengan konsentrasi 108 CFU/g BK bahan dan lama
inkubasi 8 hari.
Kata kunci: bakteri selulolitik sekum kelinci, limbah KKO, fermentasi, kandungan nutien
94
incubation in fermentation CSO partially lowered OM, EE, CF, NDF, ADF and cellulose, but increase
the CP. Treatment interaction increases CP and other nutrients down not significant. Effective
treatment interaction concentration 108 CFU / g DM and long incubation 8 days with CP 11.55%; CF
17.34%; EE 31.29%; NDF 28.23% ; ADF 18:33% and cellulose 8.89%. In conclusion, the strongest
rabbit caecum cellulolytic bacteria from the epithelial wall of the caecum are gram positive, not
sporulating, catalase negative and formed bacillus. Nutrient content of the best CSOF at K2I8
treatment with CP increased 14.36% and other nutrients down: CF 17.39%; EE 0.73%; NDF 15.53%
and cellulose.25.74%. Suggested fermentation effectiveness CSO waste can use the caecum cellulolytic
bacteria concentration of 10 CFU / g DM material and incubation time of 8 days.
Keywords: CSO waste, fermentation, nutrient content.
PENDAHULUAN
Limbah agroindustri lokal di kota
Batu dan pinggiran Malang melimpah.
Limbah tersebut diantaranya kulit daging
kelapa dari industri santan kelapa, kulit biji
kedelai dari industri tempe, onggok dari
industri tepung tapioka, ampas apel dari
industri sari apel, ampas tahu dan bekatul
dari penggilingan padi. Limbah ini
melimpah dan kadang dibuang begitu saja,
sehingga menuurunkan estetika lingkungan,
namun berpotensi sebagai pakan kelinci.
Kombinasi kulit daging kelapa, kulit biji
kedelai dan onggok (KKO) sangat cocok
untuk pakan sumber energi, namun karena
ketiganya berupa limbah maka mempunyai
kandungan serat kasar tinggi (20,99%). Agar
campuran bahan pakan limbah lebih berdaya
guna, tidak tengik dan lebih palatabel maka
perlu
diolah
melalui
biofermentasi
(Rakhmani,
2005).
Biofermentasi
menggunakan bakteri selulolitik dari isolat
bakteri
sekum
kelinci
diharapkan
menghasilkan enzim yang mampu bekerja
secara sinergis dalam mendekomposisi serat
kasar dan anti nutrisi menjadi bahan
metabolit, tambahan nitrogen sel, aneka
enzim cerna dan produk pakan yang
palatabel karena aroma harum spesifik
(Purwadaria dan Sari, 2007). Hal ini dapat
menggantikan proses fermentasi pakan
secara internal dalam digester sekum kelinci,
sehingga pakan lebih efisien.
Kendala
utama
dalam
usaha
peternakan intensif yaitu biaya pakan tinggi
mencapai 70%, hal ini karena kebutuhan
pakan harus disediakan dalam kandang dan
95
+
+
-
96
Zona bening
+
b
a
SK (%)
19,04 1,88b
18,56 1,72a
18,39 1,77a
20,14 0,77d
19,47 0,85c
18,73 0,91b
17,57 1,68a
17,39 1,07a
98
NDF (%)
ADF (%)
Selulose (%)
Lignin (%)
30,18 1,57b
29,35 1,29a
29,32 1,03a
19,59 1,48b
19,33 1,40ab
19,16 1,47a
10,10 0,97
09,81 1,15ab
09,64 1,13a
7,14 0,04
7,13 0,03
7,13 0,02
31,45 0,01d
30,50 0,67c
29,27 0,82b
28,56 0,52a
28,29 0,25a
20,61 0,29
20,13 0,36c
19,47 0,53b
18,39 0,34a
18,20 0,19a
11,23 0,09
10,66 0,46
09,81 0,43
09,02 0,54a
08,53 0,30a
7,14 0,03
7,14 0,02
7,13 0,03
7,13 0,03
7,13 0,02
d
c
100