Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8.133 orang, kematian 239 orang (CFR
2,94 %). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756
orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74 %), sedangkan tahun 2010
terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4.204 dengan
kematian 73 oang (CFR 1,74 %).
Sementara itu untuk provinsi Sulawesi Selatan, kabupaten kota dengan
angka kesakitan diare tertinggi
(36,87- 55,13
kabupaten Takalar, Enrekang, Tanatoraja, Palopo, Luwu utara dan Luwu timur.
Sedangkan terendah (1,16-19,40 per 1000 penduduk) yaitu kabupaten Selayar,
Bulukumba, Jeneponto, Sinjai, Maros, Bone, Sidrap dan Pare-Pare.
Untuk kecamatan towuti khususnya pada wilayah kerja puskesmas
Wawondua penyakit diare masih menjadi 5 besar penyakit terbanyak untuk
kunjungan ke Puskesmas dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013.
penderita diare tercatat pada tahun 2011 sebanyak 1.321 kasus, tahun 2012
sebanyak 1.159 kasusu dan tahu 2013 sebanyak 1.059 kasus.
Kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah 2-3 tahun,
walaupun banyak juga ditemukan penderita yang usianya relatif muda yaitu
antara 6 bulan 12 bulan. Pada usia ini anak mulai mendapatkan makanan
tambahan seperti makanan pendamping air susu ibu, sehingga kemungkinan
termakan makanan yang sudah terkontaminasi dengan agen penyebab peyakit
diare menjadi lebih besar. Selain itu anak juga sudah mampu bergerak kesana
kemari sehingga pada usia ini anak senang sekali memasukkan sesuatu
kedalam mulutnya. (Hiswani 2003).
Peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare diperlukan
suatu pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen
faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu
menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai
hubungan yang positif , yakni dengan peningkatan pengetahuan maka
terjadinya perubahan perilaku yang cepat. (Notoatmodjo S, 2007). Salah satu
pengetahuan ibu yang sangat penting adalah bagaimana penanganan awal
diare pada anak yaitu dengan mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi.
(IDAI 2008).
Berdasarkan fakta fakta di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu terhadap
perilaku penanganan
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah tingkat pendidikan, pengetahuan, dan sikap ibu dengan
perilaku penanganan awal diare pada balita di Puskesmas Wawondula
kecamatan Towuti pada bulan Maret 2014 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
D. Manfaat Penelitian
1. Institusi
a. Sebagai salah satu syarat bagi mahasiswa dalam menyelesaikan
program studi sarjana (S1) Keperawatan di Stikes Bhakti Pertiwi Luwu
Raya Palopo.
b. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi jurusan Keperawatan
Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo selaku tempat kami mencari
ilmu.
2. Tempat penelitian
Sebagai salah satu masukan bagi Puskesmas Wawondula dalam
merancang program penyuluhan serta menyusun strategi pelayanan
kesehatan berikutnya.
3. Ibu balita
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu mengenai penanganan
awal diare pada balita.
4. peneliti
Peneliti dapat mengembangkan ilmunya mengenai bagaimana cara
penanganan awal diare yang baik dan benar kepada responden.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Diare
1. Pengertian Diare
Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing, dan
protozoa. (Amiruddin 2008). Diare ditandai dengan buang air besar dalam
bentuk cair lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung
dua hari atau lebih. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 gr/kg/24 jam
disebut diare. Pada umur 3 tahun, yang volume tinjanya sudah sama
dengan volume tinja orang dewasa, volume lebih dari 200g/24 jam disebut
diare (Behrman, kliegman, dan jenson, 2003 ). Sedangkan American
Academy of pediatrics (AAP) mendefenisikan diare dengan karakteristik
peningkatan frekuensi dan atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau
tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang
berlangsung selama 3-7 hari. (Subjanto, dkk 2005).
2. Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan
oleh gastroenteritis, keracucncn makanan karena antibiotika dan infeksi
sistemik. Penyebab utama oleh virus, yang paling sering adalah rotavirus
(40%-60%) sedangkan virus lainnya adalah virus Norwalk, Astrovirus,
Cacivirus, Coronavirus, dan Minirotavirus. (Satriya 2008).
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia,
Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile, Clostridium
perfringens, Eschericia coli, Pleisiomonas, shigelloides, Salmonella spp,
Staphylococus
aureus,
Vibrio
cholera
dan
Yersinia
enterocolitica,
menimbulkan
diare
non
inflamasi
melalui
produksi
secara
lagsung
atau
menghasilkan
sitotoksin.
Beberapa
enteropatogen memiliki lebih dari salah satu sifat virulen ini. (Subijanto, dkk
2005).
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit. Diare
sering disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa.
Dehidrasi
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
deficit
air
dan
atau
Keadaa
n
Umum
Mata
Mulut/
Lidah
Rasa
Haus
Kulit
%
Turun
BB
Estimas
i def.
Cairan
Tanpa
Dehidrasi
Baik,
sadar
Normal
Basah
Dicubit
kembali
cepat
<5
50%
Dehidrasi
Gelisah,
Cekung
Kering
Minum
normal,
Tidak
haus
Tampak
Kembali
5-10
50-100%
RinganSedang
Dehidrasi
Berat
Rewel
Letargi,
Kesadara
n
menurun
Sangat
Cekung
dan
kering
Sangat
Kering
kehausa
n
Sulit,
Tidak
bias
lambat
Kembali
sangat
lambat
>10
>100.%
Glukosa
(g/L)
50
Na
(mEq/L)
145
77
CI
(mEg/L)
154
77
K
(mEq/L)
-
Basa
(nEq/L)
-
253
50
38,5
38,5
D5
Ringer
273
130
109
Laktat
Laktat
Ka-En 3B
290
27
50
50
20
28
Laktat
Ka-En 3B
264
38
30
28
20
Laktat
Srandard
311
111
90
80
20
10
Citrat 10
WHO-ORS
Reduced
245
70
75
65
20
Citrate
NaCl 0,9%
NaCl 0,45%
+ D5
NaCl
0,225% +
osmalarity
WHO-ORS
EPSGAN
10
213
60
60
70
20
Citrate 3
recommen
dation
Antimikroba
Tetrasiklin
Dosis
50 mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)
Furasolidon
kolera
Shigella
Amebiasi
Sulfametoksasol
Asam nalidiksat
Metronidazol
s
Dehidro emetin
hidrokhlorida
Menurut
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak pra sekolah (3-5
tahun). Saat usia batita , anak masih tergantung penuh kepada orang
tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan
makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik,
namun kemampuan lain masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu
menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di
periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa
yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu
sering disebut golden age atau maa keemasan.
2. Karakteristik Balita
Menurut karakteristik, balita tebagi dalam dua kategori yaitu anak
usia 1-3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia
1-3 tahun merupakan konsumen pasif , artinya anak menerima makanan
dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih
besar dari masa usia pra sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan
yang relatif besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan
jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih
kecil dari anak yang usianya lebih besar.
Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah posrsi kecil
dengan frekuensi sering. Pada usia pra sekolah anak menjadi konsuman
aktif, mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia
ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah plygroup
sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada
masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka
akan mengatakan tidak terhadap semua ajakan. Pada masa ini berat
badan anak cenderung mengalami penurunan , akibat dari aktivitas yang
mulai banyak dan
besar, akan tetapi setiap anak akan melewati suatu pola tertentu yang
merupakan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan sebagai
berikut :
1.) Masa prenatal atau masa intrauterine (masa janin dalam kandungan)
2.) Masa mudigah/ embrio : konsepsi sampai 8 minggi, masa janin /
fetus : 9 minggu sampai lahir. Masa bayi 0 sampai 1 tahun.
3.) Masa neonatal : usia 0 sampai 28 hari yang terdiri dari masa
neonatal dini yaitu 0-7 hari dan masa neonatal lanjut yaitu 8-28 hari,
masa pasca neonatal 29 hari sampai 1 tahun. Masa prasekolah (usia
1-6 tahun).
Klasifikasi umur balita menurut Murwani (2009) yaitu :
1.) Masa prenatal yang terdiri dari dua periode yaitu masa masa embrio
dan masa fetus (usia 0-9 bulan)
2.) Masa neonatal (0-28 hari)
3.) Masa bayi (29 hari- 1 tahun)
4.) Masa balita (3-5 tahun)
melalui
panca
indra
manusia,
yakni
tertentu. Penginderaan
indera
penglihatan,
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai
suatu
kemampuan
untuk
bahwa
orang
(subjek)
mau
dan
apabila
ditanya,
mengerjakan
dan
suatu masalah. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu lain untuk pergi
menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi,
adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap terhadap gizi
anak.
4. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran
sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau penyataan responden
terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).
G. Perilaku Penanganan Awal Diare Pada Balita
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia hakikatnya adalah
suatu aktivitas dari manusia tu sendiri (Notoatmodjo, 2007)
Prilaku kesehatan pada dasarna adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, system pelayanan
kesehatan, makanan serta lingkungan.. respon atau reaksi manusia dapat
bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, sikap) maupun tindakan nyata atau
praktik. Sedangkan stimulus di sini terdiri dari empat unsur pokok yakni
pendidikan
yang
diberikan.
2. Sikap atau persepsi peserta didik terhadap materi pendidikan yang
diberikan.
3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubugan
dengan materi pendidikan yang diberikan (Notoatmodjo, 2007).
Ibu dapat ikut berperan dalam upaya penanganan awal diare pada
balitanya yakni dapat melalui perilaku pasif maupun perilaku aktif.
Perilaku pasif meliputi pengetahuan, sikap dan persepsi yang
mendukung dalam upaya penanganan awal diare pada balita.
Sedangkan perilaku aktif merupakan peran serta ibu secara aktif yang
dapat diwujudkan dengan tindakan nyata atau praktik, dan dapat
dirasakan manfaatnya dalam perilaku penanganan awal diare pada
balita ( Notoatmodjo, 2007).
Penangana awal diare pada balita meliputi :
1. Diare tanpa dehidrasi
Anak dengan diare tanpa dehidrasi dapat diberikan cairan lebih
banyak untuk mencegah dehidrasi. Anak harus tetap diberikan
makanan sesuai dengan umurnya dan menerima ASI. (WHO 2000).
Perawatan anak di rumah dengan diare tanpa dehidrasi.
a. Berikan cairan tambahan
pada ASI.
sirkulasi)
memerlukan
pemberian
cairan
elektrolit
pengobatan,
perawatan,
pencegahan
dalam
melakukan
PENGETAHUA
N
SIKAP
PERILAKU
PENANGANAN
AWAL DIARE PADA
BALITA
SOSIAL
USIA
BUDAYA
KETERANGAN :
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
= Variabel yang di teliti
= Variabel yang tidak di teliti
C. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesa Alternatif (Ha)
a. Ada hubung anantara tingkat pengetahuan dengan
penanganan awal diare pada balita.
b. Ada hubungan antara sikap dengan penanganan awal diare
pada balita.
c. Ada hubungan antara perilaku dengan penanganan awal
diare pada balita.
2. Hipotesa Nol (HO)
a. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan upayah
penanganan awal diare pada balita.
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Disain Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, bersifat deskriptif
dengan pendekatan Potong silang yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan cara
pendekatan, observasi, dan atau pengumpulan data sekaligus pada suatu
saat. (Notoatmodjo, 2010).
2. Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Wawondula Kecamatan Towuti
Kabupaten Luwu Timur. Waktu penelitian adalah pada bulan Maret tahun
2014