Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut
menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya
timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada
obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna,
infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi
yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga
terjadilah peritonitis.
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut. Ileus Paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai
saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak
mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot,
gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti
penyakit Parkinson. Di Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan oleh
hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis.
Keduanya membutuhkan tindakan operatif.
Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar.
Keduanya memiliki cara penanganan yang agak berbeda dengan tujuan yang
berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarkan dapat menyebabkan gangguan
vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis, perforasi dan kematian,
sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih ditujukan pada dekompresi dan
menghilangkan penyebab untuk mencegah kematian.
Obstruksi kolon sering disebabkan oleh neoplasma atau kelainan
anatomic seperti volvulus, hernia inkarserata, striktur atau obstipasi. Penanganan
1
obstruksi kolon lebih kompleks karena masalahnya tidak bisa hilang dengan
sekali operasi saja. Terkadang cukup sulit untuk menentukan jenis operasi kolon
karena diperlukan diagnosis yang tepat tentang penyebab dan letak anatominya.
Pada kasus keganasan kolon, penanganan pasien tidak hanya berhenti setelah
operasi kolostomi, tetapi membutuhkan radiasi dan sitostatika lebih lanjut. Hal ini
yang menyebabkan manajemen obstruksi kolon begitu rumit dan kompleks
daripada obstruksi usus halus.
Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif,
maka hal ini sangat berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat
ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai, skills, dan
kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat berpengaruh pada faktor-faktor
tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus yang akhirnya
berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktorfaktor tersebut juga berpengaruh dengan
sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya sehingga menarik untuk
diteliti mortalitas ileus pada pasien yang mengalami operasi dengan pasien yang
ditangani secara konservatif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Ileus Paralitik ?
2. Apa saja etiologi Ileus Paralitik ?
3. Bagaimanaka klasifikasi Ileus Paralitik ?
4. Bagaimana patofisiologi Ileus Paralitik ?
5. Bagaimana manifestasi klinis Ileus Paralitik ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis Ileus Paralitik ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada Ileus Paralitik ?
8. Apa saja komplikasi pada Ileus Paralitik ?
9. Bagaimana WOC Ileus Paralitik ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Ileus Paralitik ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Ileus Paralitik.
2. Untuk mengetahui etiologi Ileus Paralitik.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut
menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya
3
timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada
obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna,
infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi
yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga
terjadilah peritonitis. Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut.
Ileus Paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom
mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu
mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan
endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit
Parkinson. (Harnawatiaj : 2008). Ileus paralitik adalah keadaan abdomen akut
berupa kembung distensi usus karena usus tidak dapat bergerak (mengalami
motilitas), pasien tidak dapat buang air besar.(dr.Liza: 2008). Ileus (Ileus Paralitik,
Ileus Adinamik) adalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal
dinding usus untuk sementara waktu berhenti. (www.medicastore.com).
Dari keempat definisi di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
ileus paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut yang biasanya
timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama karena usus tidak dapat
bergerak (mengalami motilitas) dan menyebabkan pasien tidak dapat buang air
besar.
2.2 Etiologi
Adapun etiologi dari ileus paralitik, antara lain:
1 Pembedahan Abdomen
2 Trauma abdomen : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus
3
4
5
6
7
8
9
2.3 Klasifikasi
Adapun klasifikasiksi Ileus Paralitik yaitu:
a.
Ileus Mekanik
b.
c.
Lokasi Obstruksi
1
Stadium
1
Ileus Neurogenik
2.4 Patofisiologi
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,
tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik
atau fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik
dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mulamula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.
Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah lumen usus
yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas
bukan materi fekal dan tidak terdapat flatus. Pada obstruksi komplet,
gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras dan akhirnya
berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut. Apabila obstruksi terjadi
pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin kebawah obstruksi di
area gastrointestinal yang terjadi, semakin jelas adanya distensi abdomen. Jika
berlanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia akibat
dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
2
2.
Konservatif
Laparatomi Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis
seperti takikardia, pireksia (demam), lokal tenderness dan guarding, rebound
tenderness. Nyeri lokal, hilangnya suara usus lokal, untuk mengetahui secara
pasti hanya dengan tindakan laparatomi.
Amilase-lipase
Kalium serum.
2.8 Komplikasi
2.9 WOC
BAB III
10
Pengkajian Umum
1. Identitas pasien, meliputi:
Nama
yang
pasien
berhubungan dengan
Pekerjaan
Pendidikan
penyakitnya.
menganggap
remeh
penyakit ini,
dan
dapat
1. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Nyeri abdomen seperti di tusuk-tusuk selama 3 hari.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan adanya nyeri abdomen seperti di tusuktusuk selama 3 hari. Nyeri semakin di rasakan ketika pasien
11
beraktivitas. Adanya nyeri abdomen disertai dengan mualmuntah dan turunnya nafsu makan. Sebelum dibawa ke
RSUD Jombang, pasien berobat ke mantri tempat pasien
tinggal. Pasien hanya di beri obat analgesic namun keadaan
pasien tidak terdapat perubahan sehingga pasien di bawa ke
RSUD Jombang.
P = nyeri ditimbulkan karena adanya obstruksi usus.
Q = seperti ditusuk-tusuk.
R = abdomen.
S = 6.
T = ketika beraktifitas.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami sakit yang
sama dengan yang dirasakan pasien saat ini.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga pasien tidak pernah
mengalami sakit yang sama dengan yang dirasakan pasien
saat ini.
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Lingkungan rumah pasien bersih, udara cukup, dan jauh dari
area pabrik.
2. Pemeriksaan Fisik
TTV
TD
Nadi :
Suhu :
RR
:
12
Pemeriksaan persistem
1) Sistem pernafasan
Anamnesa : pasien mengatakan tidak ada keluhan.
a) Hidung
Inspeksi : tidak ada secret / ingus, tidak epistaksis, tidak
ada oedem pada mukosa.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b) Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering.
c) Leher
Inspeksi : tidak ada sumbatan jalan nafas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d) Faring
Inspeksi : tidak ada oedem / tanda-tanda infeksi
e) Area dada
Inspeksi : pola nafas normal.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada ronkhi
2) Kardiovaskuler dan Limfe
Anamnesa : pasien mengatakan tidak ada keluhan.
a Wajah
Inspeksi : muka tidak pucat.
b Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi :Arteri carotis communis teraba kuat
c Dada
13
14
h Nervus
VIII
auditorius/akustikus:
pasien
dapat
Reflek
fisiologis
normal,
tidak
ada
reflek
patologis
normal,
tidak
ada
gangguan.
Pemeriksaan
gangguan.
GCS (Glasgow Coma Scale) :
-
4) Perkemihan
Anamnesa : tidak ada keluhan
a. Penis
Inspeksi :penis normal, tidak ada ulkus, tidak ada tumor,
bersih, tidak ada luka atau trauma.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan.
b. Scrotum
Inspeksi :tidak ada pembesaran, tidak ada luka/trauma,
tidak ada tanda infeksi, bersih.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan, tidak ada penurunan
testis.
5) Sistem Pencernaan
15
Anamnesa
pasien
mengeluh
mual-muntah
dan
Kekuatan otot 3
Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu
menahan tahanan ringan
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu
menahan tahanan penuh
7) Sistem Endokrin dan Eksokrin
Anamnesa : tidak ada keluhan
a Kepala
Inspeksi :distribusi rambut merata, ketebalan normal,
tidak ada kerontokan (hirsutisme), tidak ada alopesia
(botak)
b Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
c Payudara
Inspeksi : tidak ada pembesaran mamae
d Genetalia
Inspeksi :penyebaran bulu pubis merata
Palpasi : tidak ada benjolan
e Ekstermitas bawah
Inspeksi : tidak ada odeme
17
8) Sistem Reproduksi
Anamnesa : tidak ada keluhan.
a. Genetalia :
Inspeksi :bentuk normal, rambut pubis merata, bersih ,
tidak
ada
odema,
pengeluaran
tidak
(darah,
ada
cairan,
benjolan,
lendir),
tidak
tidak
ada
ada
luka/keadaan luka
Palpasi: tidak ada benjolan.
9) Persepsi Sensori
Anamnesa : tidak ada keluhan
a Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris
Palpasi : tidak ada nyeri
b Penciuman
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
ANALISIS DATA
DIAGNOSA I
Ns. Diagnosis
(NANDA-I)
Nyeri Akut (00132)
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
DEFINITION
18
meringis)
Sikap melindungi rasa nyeri
Fokus menyempit (mis., gangguan peresepsi nyeri, hambatan
proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang lain dan
lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Melaporkan nyeri secara verbal
Fokus pada diri sendiri
Gangguan tidur
19
RELATED
ASSESSMENT
Subjektive data
Objektive data
entry
Entry
Pasien mengeluh
TD = 140/80
mmHg
Suhu = 37,50C
Nadi = 100 kali
permenit
RR = 22 kali
permenit
Ekspresi wajah
nyeri abdomen
seperti di tusuk-tusuk
selama 3 hari.
pasien
-
menyeringai
Pasien nampak
memegangi
DIAGNOSIS
Client
perutnya.
Ns. Diagnosis (specify)
Diagnostic
Nyeri Akut
Statement :
20
Implementasi
rasa
dilakukan
yang
dengan
mengganggu
tujuan
pasien
untuk
mengenai
merupakan
langkah
terakhir
dalam
proses
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS SEMU
Pada tanggal 20 November 2015 jam 08.00 WIB Tn.A berumur
35 tahun diantar oleh istrinya ke RSUD Jombang dengan keluhan
adanya nyeri abdomen seperti di tusuk-tusuk selama 3 hari. Nyeri
semakin di rasakan ketika pasien beraktivitas. Adanya nyeri
21
pasien
menyeringai,
dan
pasien
nampak
memegangi
PENGKAJIAN
1 Identitas Klien
Nama
: Tn.A
No. Reg
: 1234
Umur
: 35 tahun
Tgl MRS
:20-11-2015
(jam 08.00)
Diagnosis Medis
: Ileus
Paralalitik
Suku/Bangsa
: Indonesia
Tgl Pengkajian
: 20-
11-2015
(jam 08.00)
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Jombang
: Ny.B
Usia
: 30 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku / Bangsa
: Indonesia
22
Pekerjaan
: Istri
: Jombang
3. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Nyeri abdomen seperti di tusuk-tusuk selama 3 hari.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan adanya nyeri abdomen seperti di tusuktusuk selama 3 hari. Nyeri semakin di rasakan ketika pasien
beraktivitas. Adanya nyeri abdomen disertai dengan mualmuntah dan turunnya nafsu makan. Sebelum dibawa ke
RSUD Jombang, pasien berobat ke mantri tempat pasien
tinggal. Pasien hanya di beri obat analgesic namun keadaan
pasien tidak terdapat perubahan sehingga pasien di bawa ke
RSUD Jombang.
P = nyeri ditimbulkan karena adanya obstruksi usus.
Q = seperti ditusuk-tusuk.
R = abdomen.
S = 6.
T = ketika beraktifitas.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami sakit yang
sama dengan yang dirasakan pasien saat ini.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga pasien tidak pernah
mengalami sakit yang sama dengan yang dirasakan pasien
saat ini.
23
: 140/80 mmHg
: 22 kali permenit
5. Pemeriksaan persistem
1.
Sistem pernafasan
Anamnesa : pasien mengatakan tidak ada keluhan.
a. Hidung
Inspeksi : tidak ada secret / ingus, tidak epistaksis, tidak
ada oedem pada mukosa.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering.
c. Leher
Inspeksi : tidak ada sumbatan jalan nafas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Faring
Inspeksi : tidak ada oedem / tanda-tanda infeksi
e. Area dada
Inspeksi : pola nafas normal.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada ronkhi
24
2.
3.
Persyarafan
Anamnesa : tidak ada keluhan pada pasien.
a. Uji nervus I olfaktorius ( pembau) : paisen dapat
membedakan bau bauan
b. Uji nervus II opticus ( penglihatan) : tidak ada katarak,
tidak ada infeksi konjungtiva atau infeksi lainya, paisen
dapat melihat dengan jelas tanpa menggunakan kaca
mata
25
VIII
auditorius/akustikus:
pasien
dapat
Reflek
fisiologis
normal,
tidak
ada
reflek
patologis
normal,
tidak
ada
gangguan.
Pemeriksaan
gangguan.
Perkemihan
26
Sistem Pencernaan
Anamnesa
pasien
mengeluh
mual-muntah
dan
27
Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu
menahan tahanan ringan
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu
menahan tahanan penuh
7.
28
8. Sistem Reproduksi
Anamnesa : tidak ada keluhan.
a. Genetalia :
Inspeksi :bentuk normal, rambut pubis merata, bersih ,
tidak
ada
pengeluaran
odema,
tidak
(darah,
ada
cairan,
benjolan,
lendir),
tidak
tidak
ada
ada
luka/keadaan luka
Palpasi: tidak ada benjolan.
9. Persepsi Sensori
Anamnesa : tidak ada keluhan
a. Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris
Palpasi : tidak ada nyeri
b. Penciuman
29
DIAGNOSA I
Ns. Diagnosis
(NANDA-I)
Nyeri Akut (00132)
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
DEFINITION
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (internatioanal
association for study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
DEFINING
CERATERISTICS
30
meringis)
Sikap melindungi rasa nyeri
Fokus menyempit (mis., gangguan peresepsi nyeri, hambatan
proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang lain dan
lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Melaporkan nyeri secara verbal
Fokus pada diri sendiri
Gangguan tidur
RELATED
31
ASSESSMENT
Subjektive data
Objektive data
entry
Entry
Pasien mengeluh
nyeri abdomen
seperti di tusuk-tusuk
selama 3 hari.
TD = 140/80
mmHg
Suhu = 37,50C
Nadi = 100 kali
permenit
RR = 22 kali
permenit
Ekspresi wajah
pasien
menyeringai
Pasien nampak
memegangi
DIAGNOSIS
4.2
Client
perutnya.
Ns. Diagnosis (specify)
Diagnostic
Nyeri Akut
Statement :
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanggal
No. Diagnosa
Diagnosa
Keperawatan
20 November 2015
32
semakin di rasakan
ketika pasien
beraktivitas. Adanya
nyeri abdomen
disertai dengan mualmuntah dan turunnya
nafsu makan. DO :TD
= 140/80 mmHg,
suhu = 37,50C, nadi =
100 kali permenit, RR
= 22 kali permenit,
ekspresi wajah pasien
menyeringai, dan
pasien nampak
memegangi perutnya.
4.3
INTERVENSI KEPERAWATAN
Inisial pasien
Tanggal
: Tn.A
: 20 November 2015
Diagnosa keperawatan
Definisi NANDA
33
berat
dengan
akhir
yang
dapat
diantisipasi
atau
NOC
OUT COME
INDIKATOR
Kontrol Nyeri - Mengenali
nyeri
Definisi :
timbulnya
nyeri
1. Lakukan
Definisi :
pengkajian yang
Tindakan
mengurangi
komprehensif
individu untuk
nyeri atau
tentang nyeri,
mengendalikan
menurunkan
termasuk lokasi,
nyeri.
nyeri ke level
karakteristik,
kenyamanan
onset/durasi,
yang
frekuensi,
diterima oleh
kualitas,
pasien.
intensitas, atau
n analgesik
yang
direkomenda
sikan
-
gejala nyeri
dan factor
(160505) 4
Laporkan
perubahan
beratnya nyeri
presipitasi.
2. Observasi reaksi
(160502) 3
Menggunaka
pada dokter
-
(160513) 3
Mengenali
kumpulan
gejala nyeri
(160509) 3
lingkungan yang
dapat
34
mempengaruhi
nyeri seperti
suhu ruangan,
percahayaan,
kebisingan.
4. Ajarkan tentang
teknik
pernafasan/rela
ksasi.
5. Berikan
analgesik untuk
mengurangi
nyeri.
6. Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri.
7. Anjurkan klien
untuk
beristirahat.
8. Kolaborasi
dengan dokter
jika keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil.
4.4
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No
Tanggal
Diagnos
/jam
Tindakan
Paraf
35
a
1
20-11-2015
08.00
Manajemen nyeri
1. Melakukan pengkajian yang
komprehensif tentang nyeri,
termasuk lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas, atau
beratnya nyeri dan factor
presipitasi :
08.00
nyeri
ditimbulkan
R = abdomen.
S = 6.
T = ketika beraktifitas.
2. Melakukan observasi reaksi
08.45
09.00
11.00
abdomen.
3. Mengontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
11.30
13.00
36
mampu melaksanakan
pernafasan dalam yaitu
menarik nafas lewat hidung
ditahan 5 detik dan
dikeluarkan pelan-pelan lewat
mulut.
5. Memberikan analgesik untuk
mengurangi nyeri.
6. Mengevaluasi keefektifan
kontrol nyeri : pasien tampak
tenang dan bisa beristirahat.
7. Menganjurkan klien untuk
beristirahat : pasien dapat
tidur dengan efektif.
8. Melakukan kolaborasi dengan
dokter jika keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil :
konsultasi dengan dokter
tentang pengobatan
abdomen.
37
4.5
EVALUASI
Tanggal
Diagnosa
Catatan
dan
keperawatan
perkembangan
jam
21-11-
S :Pasien mengatakan
2015
agen cedera
06.00
biologis
berkurang.
Paraf
O:
-
P = nyeri ditimbulkan
karena adanya
obstruksi usus.
Q = seperti ditusuk-
tusuk.
R = abdomen.
S = 4.
T = ketika beraktifitas.
TD = 130/70 mmHg
Frekuensi nadi = 100
kali permenit
Suhu = 37,50 C
Frekuensi nafas = 20
kali permenit
38
tentang nyeri,
termasuk lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas, atau
beratnya nyeri dan
factor presipitasi.
2. Melakukan observasi
reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan.
5. Memberikan analgesik
untuk mengurangi
nyeri.
6. Mengevaluasi
keefektifan kontrol
nyeri.
8. Melakukan kolaborasi
dengan dokter jika
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil.
E:
-
Pasien mampu
mengidentifikasi nyeri.
Pasien dan keluarga
mampu mengontrol
lingkungan.
Pasien dan keluarga
mampu melaporkan
nyeri apabila nyeri
tidak berkurang atau
39
bertambah hebat.
TD = 130/70 mmHg
Frekuensi nadi = 100
kali permenit
Suhu = 37,50 C
Frekuensi nafas = 20
kali permenit
R :tujuan tercapai
sebagian, rencana
tindakan dilanjutkan.
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut
menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya
timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada
obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna,
infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi
yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga
terjadilah peritonitis. Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada
usus besar. Keduanya memiliki cara penanganan yang agak berbeda dengan
tujuan yang berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarkan dapat
menyebabkan gangguan vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis,
perforasi dan kematian, sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih ditujukan
pada dekompresi dan menghilangkan penyebab untuk mencegah kematian.
Diagnosa yang bisa muncul antara lain nyeri, resiko ketidakseimbangan cairan
dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
5.2 Saran
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan bergaya hidup sehat dan cara
menjaga diri dari lingkungan dan meningkatkan asupan makanan yang bergizi
yang meningkatkan daya tahan tubuh serta diet tinggi serat yang mempunyai efek
proteksi untuk kejadian penyakit saluran pencernaan.
41
DAFTAR PUSTAKA
Grace and Boeley.2005. Obstruksi Usus dan at a glance Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta :
EMS
Simade Brata dkk. 1999. Gastro Enterologi dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi
Dibidang
Ilmu Penyakit. Jakarta : FKUI.
Syamsul Sjamsuhidayat dan Win Decong. 1997. Usus Halus Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit
Dalam. Jakarta : EGC.
Trice and Filson.1995. Usus Kecil Dalam Patofisisologi Konsep Klinis Proses-Proses
PenyakitEdisis alih bahasa dr. Peter Anugrah. Jakarta : EGC.
42