Sie sind auf Seite 1von 42

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut
menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya
timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada
obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna,
infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi
yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga
terjadilah peritonitis.
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut. Ileus Paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai
saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak
mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot,
gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti
penyakit Parkinson. Di Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan oleh
hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis.
Keduanya membutuhkan tindakan operatif.
Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar.
Keduanya memiliki cara penanganan yang agak berbeda dengan tujuan yang
berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarkan dapat menyebabkan gangguan
vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis, perforasi dan kematian,
sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih ditujukan pada dekompresi dan
menghilangkan penyebab untuk mencegah kematian.
Obstruksi kolon sering disebabkan oleh neoplasma atau kelainan
anatomic seperti volvulus, hernia inkarserata, striktur atau obstipasi. Penanganan
1

obstruksi kolon lebih kompleks karena masalahnya tidak bisa hilang dengan
sekali operasi saja. Terkadang cukup sulit untuk menentukan jenis operasi kolon
karena diperlukan diagnosis yang tepat tentang penyebab dan letak anatominya.
Pada kasus keganasan kolon, penanganan pasien tidak hanya berhenti setelah
operasi kolostomi, tetapi membutuhkan radiasi dan sitostatika lebih lanjut. Hal ini
yang menyebabkan manajemen obstruksi kolon begitu rumit dan kompleks
daripada obstruksi usus halus.
Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif,
maka hal ini sangat berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat
ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai, skills, dan
kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat berpengaruh pada faktor-faktor
tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus yang akhirnya
berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktorfaktor tersebut juga berpengaruh dengan
sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya sehingga menarik untuk
diteliti mortalitas ileus pada pasien yang mengalami operasi dengan pasien yang
ditangani secara konservatif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Ileus Paralitik ?
2. Apa saja etiologi Ileus Paralitik ?
3. Bagaimanaka klasifikasi Ileus Paralitik ?
4. Bagaimana patofisiologi Ileus Paralitik ?
5. Bagaimana manifestasi klinis Ileus Paralitik ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis Ileus Paralitik ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada Ileus Paralitik ?
8. Apa saja komplikasi pada Ileus Paralitik ?
9. Bagaimana WOC Ileus Paralitik ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Ileus Paralitik ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Ileus Paralitik.
2. Untuk mengetahui etiologi Ileus Paralitik.

3. Untuk mengetahui klasifikasi Ileus Paralitik.


4. Untuk mengetahui patofisiologi Ileus Paralitik.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis Ileus Paralitik.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis Ileus Paralitik.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Ileus Paralitik.
8. Untuk mengetahui komplikasi Ileus Paralitik.
9. Untuk mengetahui WOC Ileus Paralitik.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Ileus Paralitik.

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut
menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya
3

timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada
obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna,
infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi
yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga
terjadilah peritonitis. Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut.
Ileus Paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom
mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu
mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan
endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit
Parkinson. (Harnawatiaj : 2008). Ileus paralitik adalah keadaan abdomen akut
berupa kembung distensi usus karena usus tidak dapat bergerak (mengalami
motilitas), pasien tidak dapat buang air besar.(dr.Liza: 2008). Ileus (Ileus Paralitik,
Ileus Adinamik) adalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal
dinding usus untuk sementara waktu berhenti. (www.medicastore.com).
Dari keempat definisi di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
ileus paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut yang biasanya
timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama karena usus tidak dapat
bergerak (mengalami motilitas) dan menyebabkan pasien tidak dapat buang air
besar.

2.2 Etiologi
Adapun etiologi dari ileus paralitik, antara lain:
1 Pembedahan Abdomen
2 Trauma abdomen : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus
3
4
5
6

atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus


Infeksi: peritonitis, appendicitis, diverticulitis .Pneumonia
Sepsis
Serangan Jantung
Ketidakseimbangan elektrolit, khususnya natrium
4

7
8
9

Kelainan metabolik yang mempengaruhi fungsi otot


Obat-obatan: Narkotika, Antihipertensi
Mesenteric ischemia

2.3 Klasifikasi
Adapun klasifikasiksi Ileus Paralitik yaitu:
a.

Ileus Mekanik

b.

c.

Lokasi Obstruksi
1

Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum.

Letak Tengah : Ileum Terminal.

Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum.

Stadium
1

Parsial : menyumbat lumen sebagian.

Simple/Komplit: menyumbat lumen total.

Strangulasi: Simple dengan jepitan vasa 6.

Ileus Neurogenik

Adinamik : Ileus Paralitik.

Dinamik : Ileus Spastik.


Ileus Vaskuler : Intestinal ischemia 6.

2.4 Patofisiologi
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,
tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik
atau fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik
dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mulamula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.
Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah lumen usus
yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas

yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan


pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan
diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari ke sepuluh. Tidak adanya
absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan
penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan
utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penyempitan
ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok-hipotensi, pengurangan curah
jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus
yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan
dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah
iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai
absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik
untuk menyebabkan bakteriemia.
Pada obstruksi mekanik simple, hambatan pasase muncul tanpa disertai
gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi
usus, dan udara terkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit.
Bagian usus proksimal distensi, dan bagian distal kolaps. Fungsi sekresi dan
absorpsi membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus menjadi edema dan
kongesti. Distensi intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus
dan progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan
meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan
kematian.
2.5 Manifestasi Klinis
Adapun klasifikasi dari ileus paralitik, yaitu:
1

Obstruksi Usus Halus


Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti
kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan
bersifat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi
6

bukan materi fekal dan tidak terdapat flatus. Pada obstruksi komplet,
gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras dan akhirnya
berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut. Apabila obstruksi terjadi
pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin kebawah obstruksi di
area gastrointestinal yang terjadi, semakin jelas adanya distensi abdomen. Jika
berlanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia akibat
dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
2

Obstruksi Usus Besar


Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan
obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah
muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan
obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya
selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari
usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen, dan
pasien menderita kram akibat nyeri abdomen bawah.

2.6 Penatalaksanaan Medis


1.

Pengobatan dan Terapi Medis


a. Pemberian anti obat antibiotik, analgetika,anti inflamasi
b. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut
c. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot
d. Bedrest

2.

Konservatif
Laparatomi Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis
seperti takikardia, pireksia (demam), lokal tenderness dan guarding, rebound
tenderness. Nyeri lokal, hilangnya suara usus lokal, untuk mengetahui secara
pasti hanya dengan tindakan laparatomi.

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Amilase-lipase

Kadar gula darah.

Kalium serum.

Analisis gas darah.


Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan
diagnosis, tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan
membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium
yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis
dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering
didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi
hanya terjadi pada 38% - 50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44%
pada obstruksi non strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada
dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas
darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan
metabolik asidosis bila ada tanda tanda shock, dehidrasi dan ketosis.

Foto abdomen 3 posisi


Tampak dilatasi usus menyeluruh dari gaster sampai rektum. Penebalan
dinding usus halus yang dilatasi memberikan gambaran herring bone
appearance (gambaran seperti tulang ikan), karena dua dinding usus halus
yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus
yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga
distensi tampak di tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level pendekpendek berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder appearance di usus
halus dan air fluid level panjang-panjang di kolon.
8

2.8 Komplikasi

Adapun komplikasi ileus paralitik, yaitu:


a. Nekrosis usus
b. Perforasi usus
c. Sepsis
d. Syok-dehidrasi
e. Abses
f. Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi.
g. Pneumonia aspirasi dari proses muntah.
h. Gangguan elektrolit.

2.9 WOC

BAB III

10

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


3.1 Pengkajian
A.

Pengkajian Umum
1. Identitas pasien, meliputi:
Nama

: untuk membedakan pasien satu dengan pasien

yang

lain karena banyak orang yang namanya sama.


Umur

: semua umur bisa terdiagnoa penyakit ini

Jenis kelamin : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin


Alamat

: untuk mengetahui lingkungan dan tempat tinggal

pasien
berhubungan dengan
Pekerjaan
Pendidikan

penyakitnya.

: tidak dipengaruhi jenis pekerjaan.


: bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim
memdapakan pengetahuan tentang ileus paralitik, maka
akan

menganggap

remeh

penyakit ini,

dan

dapat

sembuh dengan cara cukup beristirahat.


Suku/bangsa : untuk mengetahui darimana asal dan letak geografis
tempat tinggal pasien.

1. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Nyeri abdomen seperti di tusuk-tusuk selama 3 hari.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan adanya nyeri abdomen seperti di tusuktusuk selama 3 hari. Nyeri semakin di rasakan ketika pasien

11

beraktivitas. Adanya nyeri abdomen disertai dengan mualmuntah dan turunnya nafsu makan. Sebelum dibawa ke
RSUD Jombang, pasien berobat ke mantri tempat pasien
tinggal. Pasien hanya di beri obat analgesic namun keadaan
pasien tidak terdapat perubahan sehingga pasien di bawa ke
RSUD Jombang.
P = nyeri ditimbulkan karena adanya obstruksi usus.
Q = seperti ditusuk-tusuk.
R = abdomen.
S = 6.
T = ketika beraktifitas.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami sakit yang
sama dengan yang dirasakan pasien saat ini.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga pasien tidak pernah
mengalami sakit yang sama dengan yang dirasakan pasien
saat ini.
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Lingkungan rumah pasien bersih, udara cukup, dan jauh dari
area pabrik.
2. Pemeriksaan Fisik
TTV
TD

Nadi :
Suhu :
RR

:
12

Pemeriksaan persistem
1) Sistem pernafasan
Anamnesa : pasien mengatakan tidak ada keluhan.
a) Hidung
Inspeksi : tidak ada secret / ingus, tidak epistaksis, tidak
ada oedem pada mukosa.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b) Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering.
c) Leher
Inspeksi : tidak ada sumbatan jalan nafas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d) Faring
Inspeksi : tidak ada oedem / tanda-tanda infeksi
e) Area dada
Inspeksi : pola nafas normal.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada ronkhi
2) Kardiovaskuler dan Limfe
Anamnesa : pasien mengatakan tidak ada keluhan.
a Wajah
Inspeksi : muka tidak pucat.
b Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi :Arteri carotis communis teraba kuat
c Dada

13

Inspeksi : bentuk dada simetris


Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi : batas jantung jelas
Aukultasi : bunyi jantung normal
d Ekstermitas atas
Inspeksi : perfusi merah
Palpasi :suhu akral hangat
e Ekstermitas bawah
Inspeksi : tidak ada sianosis
Palpasi :suhu akral hangat
3) Persyarafan
Anamnesa : tidak ada keluhan pada pasien.
a Uji nervus I olfaktorius ( pembau) : paisen dapat
membedakan bau bauan
b Uji nervus II opticus ( penglihatan) : tidak ada katarak,
tidak ada infeksi konjungtiva atau infeksi lainya, paisen
dapat melihat dengan jelas tanpa menggunakan kaca
mata
c Uji nervus III oculomotorius : tidak ada edema kelopak
mata, hipermi konjungtiva, hipermi sklera kelopak mata
jatuh (ptosis), celah mata sempit (endophthalmus), dan
bola mata menonjol (exophthalmus).
d Nervus IV toklearis : ukuran pupil normal
e Nervus V trigeminus ( sensasi kulit wajah) : pasien
f

dapat membuka dan menutup mulut


Nervus VI abdusen : tidak ada strabismus (juling),

gerakan mata normal


g Uji nervus VII facialis : pasien dapat menggembungkan
pipi, dan menaikkan dan menurunkan alis mata

14

h Nervus

VIII

auditorius/akustikus:

pasien

dapat

mendengar kata kata dengan baik


i Nervus IX glosoparingeal : terdapat reflek muntah
j Nervus X vagus : dapat menggerakan lidah
k Nervus XI aksesorius : dapat menggeleng dan menoleh
l

kekiri kanan, dan mengangkat bahu


Nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : dapat menjulurkan
lidah.
Pemeriksaan

Reflek

fisiologis

normal,

tidak

ada

reflek

patologis

normal,

tidak

ada

gangguan.
Pemeriksaan
gangguan.
GCS (Glasgow Coma Scale) :
-

Eye/membuka mata (E) : 4


Motorik (M) : 6
Verbal/bicara (V) : 5

4) Perkemihan
Anamnesa : tidak ada keluhan
a. Penis
Inspeksi :penis normal, tidak ada ulkus, tidak ada tumor,
bersih, tidak ada luka atau trauma.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan.
b. Scrotum
Inspeksi :tidak ada pembesaran, tidak ada luka/trauma,
tidak ada tanda infeksi, bersih.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan, tidak ada penurunan
testis.
5) Sistem Pencernaan

15

Anamnesa

pasien

mengeluh

mual-muntah

dan

menurunnya nafsu makan.


a Mulut
Inspeksi :mukosa bibir kering.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
a Lidah
Inspeksi : tidak ada tremor, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b Faring
Inspeksi : tidak ada kemerahan
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar di faring
c Abdomen
Inspeksi: distensiabdomen.
Auskultasi: peristaltik usus 8 kali permenit.
Perkusi : tymphani.
d Palpasi:
Kuadran I:
Hepar tidak terdapat hepatomegali, tidak ada nyeri
tekan.
Kuadran II:
Gaster nyeri tekan abdomen, distensi abdomen.
Lien tidak adasplenomegali
Kuadran III:
Terdapat Massa, tidak ada nyeri tekan.
e Kuadran IV:
Tidak ada yeri tekan pada titik Mc Burney.
6) Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Anamnesa : tidak ada keluhan
16

Kekuatan otot 3

Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu
menahan tahanan ringan
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu
menahan tahanan penuh
7) Sistem Endokrin dan Eksokrin
Anamnesa : tidak ada keluhan
a Kepala
Inspeksi :distribusi rambut merata, ketebalan normal,
tidak ada kerontokan (hirsutisme), tidak ada alopesia
(botak)
b Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
c Payudara
Inspeksi : tidak ada pembesaran mamae
d Genetalia
Inspeksi :penyebaran bulu pubis merata
Palpasi : tidak ada benjolan
e Ekstermitas bawah
Inspeksi : tidak ada odeme

17

8) Sistem Reproduksi
Anamnesa : tidak ada keluhan.
a. Genetalia :
Inspeksi :bentuk normal, rambut pubis merata, bersih ,
tidak

ada

odema,

pengeluaran

tidak

(darah,

ada

cairan,

benjolan,
lendir),

tidak
tidak

ada
ada

luka/keadaan luka
Palpasi: tidak ada benjolan.
9) Persepsi Sensori
Anamnesa : tidak ada keluhan
a Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris
Palpasi : tidak ada nyeri
b Penciuman
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
ANALISIS DATA

DIAGNOSA I
Ns. Diagnosis
(NANDA-I)
Nyeri Akut (00132)
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
DEFINITION

18

Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang


muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (internatioanal
association for study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
DEFINING
CERATERISTICS

Perubahan selera makan


Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernapasan
Laporan isyarat
Diaforesis
Perilaku distraksi (mis., berjalan mondar mandir, mencari

orang lain dan / atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)


Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek,

menangis, waspada, iritabilitas, mendesah)


Masker wajah (mis., mata kurang cahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus,

meringis)
Sikap melindungi rasa nyeri
Fokus menyempit (mis., gangguan peresepsi nyeri, hambatan
proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang lain dan

lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Melaporkan nyeri secara verbal
Fokus pada diri sendiri
Gangguan tidur

19

RELATED

Agens cedera (mis., biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

ASSESSMENT

Subjektive data

Objektive data

entry

Entry

Pasien mengeluh

TD = 140/80

mmHg
Suhu = 37,50C
Nadi = 100 kali

permenit
RR = 22 kali

permenit
Ekspresi wajah

nyeri abdomen
seperti di tusuk-tusuk
selama 3 hari.

pasien
-

menyeringai
Pasien nampak
memegangi

DIAGNOSIS

Client

perutnya.
Ns. Diagnosis (specify)

Diagnostic

Nyeri Akut

Statement :

Related to : Agen cedera biologis

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan kemungkinan yang
ada pada data subyektif, data obyektif dan gejala yang terjadi
pada pasien yang terkait masalah sistem pernafasan.
3.3 Intervensi Keperawatan

20

Rencana mengenai tindakan yang akan dilakukan oleh


perawat, baik mandiri maupun kolaboratif. Rencana yang
dilakukan menyesuaikan pada diagnosa keperawatan
3.4 Implementasi Keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat berdasarkan intervensi
keperawatan yang telah disusun, baik secara mandiri maupun
kolaboratif.
mengurangi

Implementasi
rasa

dilakukan

yang

dengan

mengganggu

tujuan

pasien

untuk

mengenai

gangguan sistem pernafasan.


3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi

merupakan

langkah

terakhir

dalam

proses

keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan


dengan terus-menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak
dan untuk melakukan pengkajian ulang.

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS SEMU
Pada tanggal 20 November 2015 jam 08.00 WIB Tn.A berumur
35 tahun diantar oleh istrinya ke RSUD Jombang dengan keluhan
adanya nyeri abdomen seperti di tusuk-tusuk selama 3 hari. Nyeri
semakin di rasakan ketika pasien beraktivitas. Adanya nyeri

21

abdomen disertai dengan mual-muntah dan turunnya nafsu makan.


Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD = 140/80 mmHg, suhu =
37,50C, nadi = 100 kali permenit, RR = 22 kali permenit, ekspresi
wajah

pasien

menyeringai,

dan

pasien

nampak

memegangi

perutnya.Sebelum dibawa ke RSUD Jombang, pasien berobat ke


mantri tempat pasien tinggal. Pasien hanya di beri obat analgesic
namun keadaan pasien tidak terdapat perubahan sehingga pasien
di bawa ke RSUD Jombang.
4.1

PENGKAJIAN

1 Identitas Klien
Nama

: Tn.A

No. Reg

: 1234

Umur

: 35 tahun

Tgl MRS

:20-11-2015
(jam 08.00)

Jenis Kelamin: Laki-laki

Diagnosis Medis

: Ileus

Paralalitik
Suku/Bangsa

: Indonesia

Tgl Pengkajian

: 20-

11-2015
(jam 08.00)
Agama

: Islam

Pekerjaan

: Wiraswasta

Pendidikan

: SMA

Alamat

: Jombang

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama

: Ny.B

Usia

: 30 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Suku / Bangsa

: Indonesia
22

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Hubungan dengan klien


Alamat

: Istri
: Jombang

3. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Nyeri abdomen seperti di tusuk-tusuk selama 3 hari.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan adanya nyeri abdomen seperti di tusuktusuk selama 3 hari. Nyeri semakin di rasakan ketika pasien
beraktivitas. Adanya nyeri abdomen disertai dengan mualmuntah dan turunnya nafsu makan. Sebelum dibawa ke
RSUD Jombang, pasien berobat ke mantri tempat pasien
tinggal. Pasien hanya di beri obat analgesic namun keadaan
pasien tidak terdapat perubahan sehingga pasien di bawa ke
RSUD Jombang.
P = nyeri ditimbulkan karena adanya obstruksi usus.
Q = seperti ditusuk-tusuk.
R = abdomen.
S = 6.
T = ketika beraktifitas.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami sakit yang
sama dengan yang dirasakan pasien saat ini.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga pasien tidak pernah
mengalami sakit yang sama dengan yang dirasakan pasien
saat ini.

23

e. Riwayat kesehatan lingkungan


Lingkungan rumah pasien bersih, udara cukup, dan jauh dari
area pabrik.
4. Pemeriksaan Fisik
TTV
TD

: 140/80 mmHg

Nadi : 100 kali permenit


Suhu : 37,50 C
RR

: 22 kali permenit

5. Pemeriksaan persistem
1.

Sistem pernafasan
Anamnesa : pasien mengatakan tidak ada keluhan.
a. Hidung
Inspeksi : tidak ada secret / ingus, tidak epistaksis, tidak
ada oedem pada mukosa.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering.
c. Leher
Inspeksi : tidak ada sumbatan jalan nafas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Faring
Inspeksi : tidak ada oedem / tanda-tanda infeksi
e. Area dada
Inspeksi : pola nafas normal.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada ronkhi
24

2.

Kardiovaskuler dan Limfe


Anamnesa : pasien mengatakan tidak ada keluhan.
a. Wajah
Inspeksi : muka tidak pucat.
b. Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi :Arteri carotis communis teraba kuat
c. Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi : batas jantung jelas
Aukultasi : bunyi jantung normal
d. Ekstermitas atas
Inspeksi : perfusi merah
Palpasi :suhu akral hangat
e. Ekstermitas bawah
Inspeksi : tidak ada sianosis
Palpasi :suhu akral hangat

3.

Persyarafan
Anamnesa : tidak ada keluhan pada pasien.
a. Uji nervus I olfaktorius ( pembau) : paisen dapat
membedakan bau bauan
b. Uji nervus II opticus ( penglihatan) : tidak ada katarak,
tidak ada infeksi konjungtiva atau infeksi lainya, paisen
dapat melihat dengan jelas tanpa menggunakan kaca
mata

25

c. Uji nervus III oculomotorius : tidak ada edema kelopak


mata, hipermi konjungtiva, hipermi sklera kelopak mata
jatuh (ptosis), celah mata sempit (endophthalmus), dan
bola mata menonjol (exophthalmus).
d. Nervus IV toklearis : ukuran pupil normal
e. Nervus V trigeminus

( sensasi kulit wajah) : pasien

dapat membuka dan menutup mulut


f. Nervus VI abdusen : tidak ada strabismus (juling),
gerakan mata normal
g. Uji nervus VII facialis : pasien dapat menggembungkan
pipi, dan menaikkan dan menurunkan alis mata
h. Nervus

VIII

auditorius/akustikus:

pasien

dapat

mendengar kata kata dengan baik


i. Nervus IX glosoparingeal : terdapat reflek muntah
j. Nervus X vagus : dapat menggerakan lidah
k. Nervus XI aksesorius : dapat menggeleng dan menoleh
kekiri kanan, dan mengangkat bahu
l. Nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : dapat menjulurkan
lidah.
Pemeriksaan

Reflek

fisiologis

normal,

tidak

ada

reflek

patologis

normal,

tidak

ada

gangguan.
Pemeriksaan
gangguan.

GCS (Glasgow Coma Scale) :


4.

Eye/membuka mata (E) : 4


Motorik (M) : 6
Verbal/bicara (V) : 5

Perkemihan
26

Anamnesa : tidak ada keluhan


a. Penis
Inspeksi :penis normal, tidak ada ulkus, tidak ada tumor,
bersih, tidak ada luka atau trauma.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan.
b. Scrotum
Inspeksi :tidak ada pembesaran, tidak ada luka/trauma,
tidak ada tanda infeksi, bersih.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan, tidak ada penurunan
testis.
5.

Sistem Pencernaan
Anamnesa

pasien

mengeluh

mual-muntah

dan

menurunnya nafsu makan.


a. Mulut
Inspeksi :mukosa bibir kering.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Lidah
Inspeksi : tidak ada tremor, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Faring
Inspeksi : tidak ada kemerahan
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar di faring
d. Abdomen
Inspeksi: distensiabdomen.
Auskultasi: peristaltik usus 8 kali permenit.
Perkusi : tymphani.
e. Palpasi:
Kuadran I:

27

Hepar tidak terdapat hepatomegali, tidak ada nyeri


tekan.
Kuadran II:
Gaster nyeri tekan abdomen, distensi abdomen.
Lien tidak adasplenomegali
Kuadran III:
Terdapat Massa, tidak ada nyeri tekan.
f. Kuadran IV:
Tidak ada yeri tekan pada titik Mc Burney.
6.

Sistem Muskuloskeletal & Integumen


Anamnesa : tidak ada keluhan
Kekuatan otot 3

Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu
menahan tahanan ringan
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu
menahan tahanan penuh
7.

Sistem Endokrin dan Eksokrin


Anamnesa : tidak ada keluhan
a. Kepala

28

Inspeksi :distribusi rambut merata, ketebalan normal,


tidak ada kerontokan (hirsutisme), tidak ada alopesia
(botak)
b. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
c. Payudara
Inspeksi : tidak ada pembesaran mamae
d. Genetalia
Inspeksi :penyebaran bulu pubis merata
Palpasi : tidak ada benjolan
e. Ekstermitas bawah
Inspeksi : tidak ada odeme

8. Sistem Reproduksi
Anamnesa : tidak ada keluhan.
a. Genetalia :
Inspeksi :bentuk normal, rambut pubis merata, bersih ,
tidak

ada

pengeluaran

odema,

tidak

(darah,

ada

cairan,

benjolan,
lendir),

tidak
tidak

ada
ada

luka/keadaan luka
Palpasi: tidak ada benjolan.
9. Persepsi Sensori
Anamnesa : tidak ada keluhan
a. Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris
Palpasi : tidak ada nyeri
b. Penciuman

29

Palpasi : tidak ada nyeri tekan


ANALISIS DATA

DIAGNOSA I
Ns. Diagnosis
(NANDA-I)
Nyeri Akut (00132)
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
DEFINITION
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (internatioanal
association for study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
DEFINING
CERATERISTICS

Perubahan selera makan


Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernapasan
Laporan isyarat
Diaforesis
Perilaku distraksi (mis., berjalan mondar mandir, mencari
orang lain dan / atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)

30

Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek,

menangis, waspada, iritabilitas, mendesah)


Masker wajah (mis., mata kurang cahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus,

meringis)
Sikap melindungi rasa nyeri
Fokus menyempit (mis., gangguan peresepsi nyeri, hambatan
proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang lain dan

lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Melaporkan nyeri secara verbal
Fokus pada diri sendiri
Gangguan tidur

RELATED

Agens cedera (mis., biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

31

ASSESSMENT

Subjektive data

Objektive data

entry

Entry

Pasien mengeluh

nyeri abdomen
seperti di tusuk-tusuk
selama 3 hari.

TD = 140/80
mmHg
Suhu = 37,50C
Nadi = 100 kali

permenit
RR = 22 kali

permenit
Ekspresi wajah
pasien

menyeringai
Pasien nampak
memegangi

DIAGNOSIS

4.2

Client

perutnya.
Ns. Diagnosis (specify)

Diagnostic

Nyeri Akut

Statement :

Related to : Agen cedera biologis

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanggal

No. Diagnosa

Diagnosa
Keperawatan

20 November 2015

Nyeri akut b/d agen


cedera biologis
ditandai dengan
DS :,Pasien mengeluh
nyeri abdomen
seperti di tusuk-tusuk
selama 3 hari. Nyeri

32

semakin di rasakan
ketika pasien
beraktivitas. Adanya
nyeri abdomen
disertai dengan mualmuntah dan turunnya
nafsu makan. DO :TD
= 140/80 mmHg,
suhu = 37,50C, nadi =
100 kali permenit, RR
= 22 kali permenit,
ekspresi wajah pasien
menyeringai, dan
pasien nampak
memegangi perutnya.

4.3

INTERVENSI KEPERAWATAN

Inisial pasien
Tanggal

: Tn.A
: 20 November 2015

Diagnosa keperawatan

: Nyeri akut b/d agen cedera biologis

Definisi NANDA

: Pengalaman sensori dan emosional

yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan


jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (internatioanal association for study

33

of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan


hingga

berat

dengan

akhir

yang

dapat

diantisipasi

atau

diprediksi dan berlangsung <6 bulan.


Definisi NIC

1 Manajemen nyeri : mengurangi nyeri atau menurunkan


nyeri ke level kenyamanan yang diterima oleh pasien.
NIC
INTERVENSI
AKTIVITAS
Manajemen Manajemen nyeri

NOC
OUT COME
INDIKATOR
Kontrol Nyeri - Mengenali

nyeri

Definisi :

timbulnya
nyeri

1. Lakukan

Definisi :

pengkajian yang

Tindakan

mengurangi

komprehensif

individu untuk

nyeri atau

tentang nyeri,

mengendalikan

menurunkan

termasuk lokasi,

nyeri.

nyeri ke level

karakteristik,

kenyamanan

onset/durasi,

yang

frekuensi,

diterima oleh

kualitas,

pasien.

intensitas, atau

n analgesik
yang
direkomenda
sikan
-

gejala nyeri

dan factor

non verbal dari


ketidaknyamana
n.
3. Kontrol

(160505) 4
Laporkan
perubahan

beratnya nyeri
presipitasi.
2. Observasi reaksi

(160502) 3
Menggunaka

pada dokter
-

(160513) 3
Mengenali
kumpulan
gejala nyeri
(160509) 3

lingkungan yang
dapat

34

mempengaruhi
nyeri seperti
suhu ruangan,
percahayaan,
kebisingan.
4. Ajarkan tentang
teknik
pernafasan/rela
ksasi.
5. Berikan
analgesik untuk
mengurangi
nyeri.
6. Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri.
7. Anjurkan klien
untuk
beristirahat.
8. Kolaborasi
dengan dokter
jika keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil.

4.4

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No

Tanggal

Diagnos

/jam

Tindakan

Paraf

35

a
1

20-11-2015
08.00

Manajemen nyeri
1. Melakukan pengkajian yang
komprehensif tentang nyeri,
termasuk lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas, atau
beratnya nyeri dan factor
presipitasi :

08.00

nyeri

ditimbulkan

karenaadanya obstruksi usus.


Q = seperti ditusuk-tusuk.
08.30

R = abdomen.
S = 6.
T = ketika beraktifitas.
2. Melakukan observasi reaksi

08.45

non verbal dari


ketidaknyamanan :ekspresi
wajah pasien menyeringai,
pasien nampak memegangi

09.00
11.00

abdomen.
3. Mengontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri

11.30
13.00

seperti suhu ruangan,


percahayaan, kebisingan :
ruangan pasien jauh dari
keramaian, cukup cahaya,
dan suhu ruangan normal.
4. Mengajarkan tentang teknik
pernafasan/relaksasi : pasien

36

mampu melaksanakan
pernafasan dalam yaitu
menarik nafas lewat hidung
ditahan 5 detik dan
dikeluarkan pelan-pelan lewat
mulut.
5. Memberikan analgesik untuk
mengurangi nyeri.
6. Mengevaluasi keefektifan
kontrol nyeri : pasien tampak
tenang dan bisa beristirahat.
7. Menganjurkan klien untuk
beristirahat : pasien dapat
tidur dengan efektif.
8. Melakukan kolaborasi dengan
dokter jika keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil :
konsultasi dengan dokter
tentang pengobatan
abdomen.

37

4.5

EVALUASI

Tanggal

Diagnosa

Catatan

dan

keperawatan

perkembangan

jam
21-11-

Nyeri akut b/d

S :Pasien mengatakan

2015

agen cedera

nyeri abdomen mulai

06.00

biologis

berkurang.

Paraf

O:
-

P = nyeri ditimbulkan
karena adanya

obstruksi usus.
Q = seperti ditusuk-

tusuk.
R = abdomen.
S = 4.
T = ketika beraktifitas.
TD = 130/70 mmHg
Frekuensi nadi = 100

kali permenit
Suhu = 37,50 C
Frekuensi nafas = 20
kali permenit

A :Nyeri akut b/d agen


cedera biologis terarasi
sebagian.
P : Rencana tindakan no
1,2,5,6, dan 8
dilanjutkan.
I:
Manajemen nyeri
1. Melakukan pengkajian
yang komprehensif

38

tentang nyeri,
termasuk lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas, atau
beratnya nyeri dan
factor presipitasi.
2. Melakukan observasi
reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan.
5. Memberikan analgesik
untuk mengurangi
nyeri.
6. Mengevaluasi
keefektifan kontrol
nyeri.
8. Melakukan kolaborasi
dengan dokter jika
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil.
E:
-

Pasien mampu

mengidentifikasi nyeri.
Pasien dan keluarga
mampu mengontrol

lingkungan.
Pasien dan keluarga
mampu melaporkan
nyeri apabila nyeri
tidak berkurang atau

39

bertambah hebat.
TD = 130/70 mmHg
Frekuensi nadi = 100

kali permenit
Suhu = 37,50 C
Frekuensi nafas = 20
kali permenit

R :tujuan tercapai
sebagian, rencana
tindakan dilanjutkan.

40

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut
menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya
timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada
obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna,
infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi
yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga
terjadilah peritonitis. Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada
usus besar. Keduanya memiliki cara penanganan yang agak berbeda dengan
tujuan yang berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarkan dapat
menyebabkan gangguan vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis,
perforasi dan kematian, sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih ditujukan
pada dekompresi dan menghilangkan penyebab untuk mencegah kematian.
Diagnosa yang bisa muncul antara lain nyeri, resiko ketidakseimbangan cairan
dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
5.2 Saran
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan bergaya hidup sehat dan cara
menjaga diri dari lingkungan dan meningkatkan asupan makanan yang bergizi
yang meningkatkan daya tahan tubuh serta diet tinggi serat yang mempunyai efek
proteksi untuk kejadian penyakit saluran pencernaan.

41

DAFTAR PUSTAKA
Grace and Boeley.2005. Obstruksi Usus dan at a glance Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta :
EMS
Simade Brata dkk. 1999. Gastro Enterologi dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi
Dibidang
Ilmu Penyakit. Jakarta : FKUI.
Syamsul Sjamsuhidayat dan Win Decong. 1997. Usus Halus Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit
Dalam. Jakarta : EGC.
Trice and Filson.1995. Usus Kecil Dalam Patofisisologi Konsep Klinis Proses-Proses
PenyakitEdisis alih bahasa dr. Peter Anugrah. Jakarta : EGC.

42

Das könnte Ihnen auch gefallen