Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun oleh :
BAB 1
PENDAHULUAN
Otomy
Epiglotitis
Diekstensi
kavitas orofaring
subglotis
laryngitis difterika
perikondritis
Trakeostomi emergensi
Trakeostomi elektif
Percutaneous Tracheostomy
fosa suprasternal
disposable
residual volume
vaporizer
Ruptur pleura servikalis
Atelektasis
Emfisema subkutis
Fistula trakeoesofagus
Stenosis trakea
Iskemia atau nekrosis trakea
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan trakheostomi
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi trakeostomi
2. Mengetahui fungsi dari trakeostomi
3. Mengetahui indikasi dilakukannya prosedur trakheostomi
1.5 Manfaat
Manfaat disusunnya makalah ini adalah mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan
pada klien yang terpasang trakeostomi dengan tepat dan benar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Trakea
Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Panjang trakea pada
orang dewasa 10-12 cm. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin meluas
ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus
utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah
lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di setelah
depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea
kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah
jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang
melekat pada kartilago tiroid dan hioid.
2.2 Definisi
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke paruparu dengan memintas jalan nafas bagian atas (adams, 1997). Trakeostomi merupakan
tindakan operatif yyang memiliki tujuan membuat jalan nafas baru pada trakea dengan
mebuat sayatan atau insisi pada cincin trakea ke 2,3,4.
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu jalan
nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata kata yang dipergunakan dalam membedakan
ostomy dan otomy tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan
cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah ditempatkan,
bukaan hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat sembuh dalam waktu satu minggu. Jika
dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan), lubang akan menutup dalam
waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari trakea yang dibuka dapat dijahit pada kulit
dengan beberapa jahitan yang dapat diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan, jika
diperlukan, pada rekanulasi; alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan
melingkar (circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk
semua jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai sinonim dari
trakeotomi.
2.3 Etiologi
1.
No
Penyebab
Contoh
rahang
atau
leher
anak
kadang-kadang
dapat
bernapas. Tanda pertama dari hal ini adalah stridor, ketika anak
n
membuat suara serak dengan napas masing-masing. Jika
hemangioma tumbuh, dapat menyumbat jalan napas. Pada
beberapa anak, laser pengobatan hemangioma jalan napas
selama microlaryngobronchoscopy a (MLB) meningkatkan
masalah pernapasan, tetapi kadang-kadang seorang anak
mungkin perlu memiliki trakeostomi (pembukaan ke batang
tenggorokan buatan) untuk meningkatkan pernapasan mereka.
- Epiglotitis akut
-Laryngotracheobronchitis
2.
Infeksi
- Angina Ludwig (radang berat disertai supurasi di daerah
bawah mulut)
Keganasan
dengan stridor.
4.
Trauma
Di maksilofasial.
Menghirup asap.
Kelumpuhan
5.
pita
suara
Benda asing .
benda
asing
dari
subglotik,
apabila
tidak
No
Penyebab
Contoh
Penyakit neurologis
laryngitis,
atau
tetanus
(kejang
otot)
sering
- Cedera kepala
- Overdosis
- Keracunan
2.
Koma
- Stroke
- Tumor otak
Dalam situasi di mana nilai GCS kurang dari 8,pasien beresiko
aspirasi karena refleks pelindung hilang.
3.
Trauma
Dapat mengakibatkan aspirasi darah dari saluran nafas atas.
c. Gagal nafas
No
Penyebab
Contoh
1.
Kerusakan
Menyebabkan
kapasitas
vitalnya
berkurang
dan
trakeostomi
paru.
mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti
Penyakit paru
- Asma berat.
- Pneumonia berat.
- Multiple sclerosis.
Penyakit
3.
neurologis.
4.
Luka dada
No.
Penyebab
1.
Penyakit paru
2.
3.
Contoh
7. Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital, traumaeksterna dan interna,
infeksi, tumor.
8. Cedera parah pada wajah dan leher
9. Setelah pembedahan wajah dan leher
10. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga
mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi
11. Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada tetanus, trauma kapitis
berat, Cerebro Vascular Disease (CVD), keracunan obat, serta selama dan sesudah
operasi laring
Kontraindikasi dari trakheostomi antara lain :
Infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol,
seperti hemofili.
2.6 Klasifikasi
Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan menjadi
1. Trakeostomi elektif
: Insisi horisontal
2. Trakeostomi emergensi
: Insisi vertikal
2. trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik
Menurut lamanya pemasangan, trakheostomi dibagi menjadi
1. Tracheal stoma post laryngectomy: merupakan tracheostomy permanen. Tracheal
cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage
mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube
(canule).
2. Tracheal stoma without laryngectomy: merupakan tracheostomy temporer. Trachea
dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan
tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada
penderita yang sedang mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning)
2.7 Penatalaksanaan
a. Jenis Tindakan Trakeostomi
1. Surgical trakeostomy
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi
dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.
2.
Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan
pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang
dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar.
Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
1. Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini
dimasukan menggunakan kawat dan dilator.
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya
aspirasi.
Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko
aspirasi.
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam
dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi
Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu
terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.
Fenestrated Tubes
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga
penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka
ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara.
b. Alat-Alat Trakeostomi
Alat yang diperlukan untuk melakukan trakeostomi adalah semprit yang berisi obat analgesia,
pisau, pinset anatomi, gunting panjang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting
kecil yang tajam serta kanul trakea dengan ukuran sesuai.
c. Teknik Trakeostomi
Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala
untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan
lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher. Kulit leher dibersihkan
sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum
disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit
dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau
jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid
dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan
jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima sentimeter.
Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi
lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa
dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di
bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah yang
tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas
terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya.
Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dan disisihkan ke lateral.
Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum
pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan
memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea
dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi
ditutup dengan kasa.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit jangan terlalu pendek
agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit.
1. Jelaskan prosedur pada klien & keluarga sebelum memulai dan berikan ketenangan
selama pengisapan.
2. Siapkan alat alat yang diperlukan
3. Cuci tangan
4. Hidupkan mesin suction (portable atau wall dengan tekanan sesuai kebutuhan)
5. Buka kit kateter pengisap
6. Isi kom dengan normal salin
7. Ventilasi klien dengan bagian resusitasi manual dan aliran oksigen yang tinggi.
8. Kenakan sarung tangan pada kedua tangan ( steril )
9. Ambil kateter pengisap dengan tangan non dominan dan hubungkan ke pengisap
10. Masukkan selang kateter sampai pada karina tanpa memberikan isapan, untuk
menstimulasi reflek batuk
11. Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360 derajat
tanpa menyentuh lapisan mucus saluran napas (lakukan pengisapan maksimal 10-15
detik karena pasien dapat hipoksia)
12. Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kali nafas
13. Ulangi 4 langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih.
14. Bilas kateter dg normal salin antara tindakan pengisapan
15. Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakea
16. Bilas selang pengisap
17. Buang kateter, sarung tangan ke dalam tempat pembuangan kotor.
2. Sarung tangan
3. Asa minimal 3
4. Kom/mangkuk kecil
5. NaCL 0.9%
6. Gunting perban
7. Antibiotik
8. Bengkok
9. Perlak
10. Tali trakeostomy
c. Persiapan Pasien
1. Pasien dberi tahu tentang tindakanyang akan dilaksanakan
2. Mengatur posisi yang nyaman
d. Prosedur Kerja
a. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau larutan anti septik
b. Pemasangan perlak
c. Pasang sarung tangan
d. Angkat kasa dari luka
e. Kaji kondisi luka
f. Bersihkan luka dengan NaCL 0,9 % dari pusat luka kearah luar
g. Keringkan luka dengan kasa steril yang lembut
h. Berikan obats esuai indikasi
i. Tutup luka dengan kasa steril dan paten (hindari luka dari serabut-serabut
kasa)
negatif, begitu pula antara pengisapan harus diberi periode istirahat agar udara paru tidak
terlalu banyak terisap, dengan demikian residual volume tidak banyak berkurang. Setelah
ujung pengisap sampai di bronkus, dilakukan pengisapan perlahan-lahan sambil memutar
kanul pengisap. Jika kanul trakea mempunyai kanul dalam, kanul dalamnya dikeluarkan
terlebih dahulu. Kanul dalam ini harus sering diangkat dan dibersihkan.
Lore (1973) menganjurkan memakai pengisap terkecil yang dapat melakukan
pengisapan dengan adekuat, sedang Feldman dan Crawley (1971) memakai kateter pengisap
steril dan non traumatik yang penampangnya kurang dari separuh penampang trakea.
Sebelum melakukan pengisapan, sebaiknya penderita diberi oksigen selama 2-3 menit. Bila
didapatkan sekret yang kental, teteskan larutan garam fisiologis terlebih dahulu. Dengan
adanya trakeostomi, fungsi humidifikasi yang sebelumnya dilakukan oleh saluran napas
bagian atas menghilang. Untuk itu menggantikannya perlu dilakukan humidifikasi buatan.
2. Perawatan Mandiri Pasca operasi
Pasca trakeostomi penderita akan diberi petunjuk oleh dokter atau paramedis perihal
erawatan kanul trakeostomi. Petunjuk untuk penderita ini tergantung pada keadaan penderita
saat dari rumah sakit.
1. Petunjuk umum
Belajarlah merawat sendiri kanul trakeostomi atas tanggung jawab sendiri. Jika tergantung
pada seseorang saat melakukan hal itu, mungkin akan bermasalah. Peralatan hendaknya
tersedia setiap saat melakukan perawatan kanul; lakukan setiap hari seperti menyikat gigi
atau menyisir rambut. Kulit sekitar kanul dipelihara kebersihannya dengan air sabun,
menggunakan lap atau kasa perban. Krusta diangkat dengan kapas aplikator yang dimasukkan
ke dalam perhidrol. Pastikan tidak ada air memasuki stoma, dan hati-hati membersihkan kulit
di sekitar kanul. Jika mengalami kesulitan bernapas atau pernapasan menjadi berbunyi,
mungkin telah terdapat krusta atau mukus di dalam kanul. Angkatlah kanul dalam dan
bersihkan. Jika ditemukan krusta dari mukus tebal yang sering terbentuk di dalam kanul,
paling baik membersihkannya dengan memakai kasa basah di atas kanul. Jika udara rumah
kering, mungkin diperlukan pelembab (bukan vaporizer).
1. Membersihkan kanul dalam
Alat yang perlu disediakan ialah botol kecil, kasa perban, penjepit, panci bergagang, saringan,
dan cairan penggosok perak. Cara membersihkan kanul dalam, sebagai berikut:
1). Buatlah larutan sabun di dalam botol.
2). Angkat kanul dalam dengan cara pertama-tama putar kait kecil pengunci kanul dalam dan
kemudian tarik kanul dalam ke luar.
3). Cuci kanul dalam dengan air dingin dan kemudian rendam untuk beberapa menit di dalam
cairan sabun.
4). Bersihkan bagian dalam kanul dalam dengan kasa yang salah satu ujungnya diikatkan
pada suatu tempat (Gb. 1). Gunakan penjepit untuk membantu menarik kasa melalui kanul.
Tarik kanul dalam ke belakang, ke depan dan seterusnya sekeliling kasa yang diikatkan
sampai bagian dalam kanul dalam bersih.
5). Setelah kanul dalam bersih, cuci dengan baik memakai air dingin yang mengalir.
6). Jika kanul dari perak telah memudar, rendam di dalam cairan pembersih perak untuk
beberapa menit, kemudian bersihkan dan cuci.
7). Goyangkan kanul dalam untuk mengangkat tetesan air. Masukkan kanul dalam ke
tempatnya dan putar kait kecil pengunci untuk mengunci pada tempatnya.
8). Minimal sekali sehari didihkan kanul dalam setelah dibersihkan.
Logam bahan pada kanul perak sangat lunak, oleh karena itu dapat tergores atau bengkok
dengan mudah, oleh karena itu tidak boleh dicoba untuk digores; krusta dapat diangkat
dengan merendamnya. Tidak boleh digunakan penggosok kasar untuk membersihkan kanul
dalam. Biasanya, kanul dalam dan luar dibuat secara spesifik agar cocok satu dengan yang
lain, bahkan kanul dalam tidak akan saling tertukar dengan yang lain. Kanul plastik dapat
dibersihkan dan dididihkan dengan cara yang sama seperti halnya kanul perak.
1. Cara mengganti kanul trakeostomi
Petunjuk khusus dari dokter dan perawat diperlukan sebelum penderita mengganti kanul
trakeostominya. Adanya lubang pada anterior leher yang secara langsung berhubungan
dengan trakea, menyebabkan kanul trakeostomi dapat dimasukkan dengan mudah. Untuk
mengangkat kanul trakeostomi, pita trakeostomi dibuka lebih dahulu, pelindung atau
permukaan lempeng kanul trakeostomi dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk, kemudian
ditarik ke arah anterior dan posterior. Kanul harus bersih dengan pita trakeostomi telah
terpasang, dan siap untuk dimasukkan sebelum pengangkatan kanul trakeostomi. Salep
dioleskan sangat tipis pada permukaan luar kanul rakeostomi
untuk mempermudah memasukkannya. Pita trakeostomi yang digunakan pada kanul dapat
satu atau dua untai.
Pada saat memasukkan kanul trakeostomi, penderita melihatnya melalui cermin dan pegang
tiap sisi lempeng permukaan kanul dengan ibu jari dan jari telunjuk. Kanul trakeostomi akan
eluncur ke dalam dengan tekanan ke arah dalam secara halus. Di samping itu, hal yang
penting ialah bahwa kanul dimasukkan segera setelah kotoran yang melekat pada kanul
dibersihkan. Setelah kanul trakeostomi terpasang di tempatnya dan pita trakeostomi diikat,
tempatkan kasa di atas kanul.
1. Cara menghisap
Banyaknya discharge mukus bervariasi. Mukus ini akan meningkat jumlahnya jika penderita
dingin, jika udara dalam rumah kering, atau jika kanul teriritasi. Penghisapan mungkin
diperlukan untuk mengontrol mukus. Mesin penghisap yang mudah dibawa dapat dipinjam
dari rumah sakit dengan petunjuk penggunaannya. Kateter karet tidak boleh dimasukkan
sampai melewati ujung dalam kanul trakeostomi, kecuali jika ada instruksi khusus untuk
melakukannya dari dokter. Jika mesin penghisap tidak didapat, semprit steril atau kateter
yang dapat dibeli di toko obat atau apotik bisa digunakan sebagai penghisap.
Cara melakukan :
1). Siapkan alat-alat.
2). Pegang kateter dengan salah satu tangan dan balon karet pada semprit dengan tangan
yang lain.
3). Tekan balon karet sebelum kateter dimasukkan ke dalam kanul trakeostomi, untuk
mengeluarkan udara di dalamnya.
4). Lepaskan balon karet, mukus akan terhisap ke dalam kateter dan semprit.
5). Bersihkan alat-alat dengan air sabun. Peralatan tersebut sering dididihkan untuk
memelihara kebersihannya
Humidifikasi
Humidifikasi adalah proses penambahan air ke dalam gas. Suhu adalah factor yang
paling penting dalam mempengaruhi jumlah uap air yang dapat dikandung gas. Presentase air
dalam gas, terkait dengan kapasitasnya untuk mengangkut air, merupakan klembaban
relative. Udara atau oksigen dengan kelembaban relative yang tinggimembuat jalan nafas
tetap lembab dan membantu melepaskan sekresi dan dikeluarkan dari paru.
Humidifikasi diperlukan bagi klien yang menerima terapi oksigen. Oksigen yang dimasukkan
kedalam jalan nafas bagian atas dapat dilembabkan dengan menginsersi kateter ke dlaam air
sehingga menghasilkan udara(bubbling). Umumnya humdifikasi ditambahkan saat kecepatan
aliran oksigen melebihi 4L/menit.
Untuk pemasangan alat pelembab, hal yang perlu diperhatikan perawat adalah memastikan
bahwa alat tersebut menggunakan salin steril untuk inhalasi dan bahwa larutan diganti sesuai
prosedur. Humidifikasi dapat menjadi sumber infeksi nosokomial pada klien karena
lingkungan yang lembab mendukung prtumbuhan mikroorganisme patogen.
Dengan adanya trakeostomi, fungsi humidifikasi yang sebelumnya dilakukan oleh saluran
napas bagian atas menghilang. Untuk itu menggantikannya perlu dilakukan humidifikasi
buatan. Cara-cara untuk humidifikasi udara inspirasi di antaranya ialah:
a). Condensor humidifier. Alat ini dipasang pada kanul
trakea. Pada waktu ekspirasi, uap air mengembun pada lempeng-lempeng metal dari
kondensor. Kekurangan alat ini ialah jika terjadi penimbunan discharge pada alat tersebut
fungsinya akan berkurang. Alat ini harus diganti setiap 3 jam.
b). Dengan melewatkan udara inspirasi melalui reservoir berisi air yang secara
teratur
dipanaskan dengan termostat. Alat ini relatif lebih efisien. Bila penderita bernafas spontan,
campuran gas ditiupkan melalui suatu T-piece atau melalui kotak plastik yang dilubangi.
c). Dengan menambahkan tetesan-tetesan air yang halus pada udara inspirasi. Efektifitas
tetesan ini tergantung pada jumlah tetesan dan kelembaban relatif udara inspirasi.
d). Secara sederhana humidifikasi dapat dikerjakan dengan menaruh lembaran kasa yang
telah dibasahi di depan mulut kanul. Kasa tersebut diikatkan pada leher dan harus diganti
sesering mungkin
2.9 Komplikasi
Waktu tindakan operasi
1. Perdarahan
2. Cardiac arrest
3. Perforasi
4. Emboli udara
5. Ruptur pleura servikalis
6. Apneu
7. Sumbatan darah / sekret
Setelah operasi
1. Infeksi
2. Perdarahan
3. Sumbatan kanul
4. Pergeseran stenosis
5. Pembentukan jar. granulasi
6. Aspirasi, atelektasis
7. Pneumotoraks
8. Pipa trakeostomi tercabut
9. Emfisema subkutis
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Tuan A umur 45 thaun sehari-hari bekerja sebagai nelayan, didiagnosa Ca Nasofaring stadium
2. Dua hari tealah terpasang trakeostomy, keluhan saat ini sesak dan gelisah serta terlihat
menarik diri dari interaksi sosial.
Askep kasus:
Pengkajian
Anamnesa:
1. Identitas pasien
Nama
: Tuan A
TTL
: Surabaya , 19-06-1965
Alamat
Usia
: 45 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
: Jl. Cucut 76
Pekerjaan
Nama Ayah/Ibu
: Mr. M / Mrs. W
Pekerjaan Istri
: buruh cuci
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Pendidikan terakhir
: SD
Diagnosa
: Ca. Nasofaring
: nelayan
2. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang di rasakan sesak dan gelisah
Data
DS:
Etiologi
Trakeostomy
Masalah
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
ketidaknormalan frekuensi,
DS :
Trakeostomy
Resiko infeksi
DO : klien terpasang
trakeostomi
insisi trakeostomy
resiko infeksi
Trakeostomy
DS : -
membatasi diri
orang lain
Merasa berbeda dengan orang
lain
Rendah diri
Masalah Kolaborasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan masalah akan teratasi dan meminimalkan komplikasi
tracheostomi.
Intervensi
1. Pantau
Rasional
gejala
dan
tanda
pernafasan, seperti;
Tahanan
yang
tidak
dirasakan
Tanda tidak adanya pertukaran udara Udara sub cutan dapat menunjukan
pada selang tracheostomi atau bidang
paru.
Retraksi intercostals.
Krpitasi sekitar stoma, leher, dada.
Ekspansi dada tidak simetris, disertai
nyeri
dada,
nyeri
dada,
distress
tidak
normal
tracheostomi.
Pulsasi tracheostomi.
sekitar
diakibatkan
pemajanan
menandakan
perdarahan
4. Berikan
tambahan
mencegah
sumbatan
dan
pengeringan.
Perubahan posisi selang tracheostomi
memerlukan intubasi darurat terutama
72 jam pertama.
tidak
sengaj,
menyebabkan
perubahan
posisi
perdarahan
atau
fistularisasi.
Foto rontgent.
Pemberian terapi :
Percepatam
a. Pelembaban tambahan.
b. Oksigen.
c. Tindakan aerosolisasi.
d. intervensi diet.
e. Terapi bicara.
8. Catat perkembangan pasien.
kesembuhan
luka
dan
Resiko tinggi terhadap inefektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penumpkan
skreet sekunder terhadap tracheostomi, obstruksi kanula dalam atau perubahan posisi slang
tracheostomi.
Tujuan :
Mempertahan posisi tracheostomi secara patent.
Batuk efektif untuk bersihan jalan nafas.
Intervensi
Rasional
dalam
retensi
,mengurangi
normal,
mencegah
pelembabab
bypass
mengurangi pengeringan,
gangguan
proses
transportasi mukosiliar.
Mencuci
mukosa
tracheal
dan
bronchial
dan
merangsang
membersihkan skresi.
Sekresi kering dapat menyumbat jalan
memperhatikan
tehnik
Mencegah
dehydrasi
dan
resiko
Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan penumpukan skresi berlebihan dan
by pass pertahanan pernafasan atas.
Tujuan :
Klien akan bebas infeksi pada lokasi tracheostomi.
Intervensi
Rasional
teratur
mengurangi
tiap
mikroorganisme.
jam
(sesuai
kebutuhan)
ukuran,
frekwensi
steril
memberikan
Drainase
abnormal
menunjukan
krepitasi udara.
3. Ganti balutan tracheostomi sesuai Mempertahankan batas stoma tetap
dengan kebutuhan / setiap shif.
kontaminasi potensial.
selang
tracheostomi
dijahit
pada pasien
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan ketidak mampuan menghasilkan
suara scundair terhadap trakeostomi.
Tujuan:
Intervensi
Rasional
yang
tepat
(patologis,
wicara, optalmologis)
mungkin
butuh
intervensi
terhadap
bagaimana
bicara.
kerusakan
wicara
dan
bicara
dan
mendorong
Penggunaan
tehnik
komunikasi
pengganti
dapat
membantu
Mampu
bicara
akan
menurunkan
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
status puasa pasca tracheostomi dispagia, dispagia, anorexia, aspirasi.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan :
Mempertahankan BB, atau penurunan BB tidak lebih 2 kg dalam periode pasca operasi.
Mengkonsumsi julah nutrisi dan cairan adekwat, cukup u. kebutuhan metabolisme basal
pada periode pasca operasi .
Masukan cairan dan nutrisi adekwat tanpa aspirasi sampai pasien pulang.
Intervensi
Rasional
pemulihan
operasi.
jaringan
pasca
meminimalkan
optimal
membantu
mispersepsi
dan
meningkatkan kepatuhan.
Kecenderungan penurunan BB dapat
adekwat.
Edema stoma dapat menimbulkan
dispagia,
odenopagia,
aspirasi
tersembunyi 30 50 %
3. Kaji kemampuan pasien menelan
dispagia.
Tracheostomi
pasien
laring
dapat
selama
menghambat
menelan
dan
menimbulkan aspirasi.
Semi padat atau makanan halus lebih
mungkin ditoleransi, karena awal
menelan dan gerakan makanan dari
konsistensi ini dikontrol lebih baik
dari pada makanan cair.
4. Evaluasi konsistensi makanan yang Memudahkan
dapat ditoleransi px. Tanpa aspirasi.
,menelan
dan
mencegah aspirasi.
Deteksi dini tanda aspirasi karena
pemberian makanan harus dihentikan
dan dokter diberitahu.
Sature baru memerlukan waktu untuk
penyembuhan
terhadap
makanan
bila
mencegah
dan
BB
mempercepat
diberikan peroral.
7. Pertahankan
infeksi.
status
tracheostomi
puasa
dilakukan
bila
dengan
mukosa.
8. Berikan makanan melalui NGT dan
ajari
prinsip-prinsip
pemberian
makan
terutama
proses penyembuhan.
bila
nutrisi
jika
lebih
pasien
lanjut,
mengalami
Intervensi
1. Ajarkan
Rasional
tindakan
tracheostomi.
Perawatan kulit.
perawatan
Suction.
steril 5 ml.
debu,
dan
menghangatkan
udara
bahan
dengan
mudah
2. Pertegas
tentang
pentingnya Dispagia
pasien
untuk
penumpukan skreet.
meningkatkan
4. Ajarkan
dapat
pengiritasi
membran
mukosa
meningkatkan komplikasi.
dan
Deteksi
dini
komplikasi
dan
penatalaksanaan
yang
pasien
tetap
meskipun
memasukan
olfaktori
penurunan
fungsi
mengakibatkan
penghidu
dan
pengecap.
Pasien akan mendapat manfaat dengan
perubahan
membagi
pengalaman
dan
dirasakan.
kekhawatiran pada situasi serupa atau
9. Identifikasi kelompok dan sumber
memperoleh
bantuan
pada
aspek
kemampuan
perawatan diri.
10. Lakukan
rujukan
kesehatan di rumah.
pada
pelayanan
melakukan
BAB II
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu jalan
nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata kata yang dipergunakan dalam membedakan
ostomy dan otomy tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan
cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya.
Terdapat 2 macam tracheostomy
DAFTAR PUSTAKA
Somantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba Medika.
Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Jakarta : EGC
Davis, FA. Understanding Respiratory System. 2007.