Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
BIAYA STANDAR
Berikut ini beberapa pengertian biaya standar menurut beberapa sumber:
1. Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan
tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisien dan faktor-faktor lain tertentu
(Mulyadi, 1995 : 415).
2. Biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan terlebih dahulu (diperkirakan akan
terjadi) dan apabila penyimpangan terhadapnya, maka biaya standar ini dianggap benar
(Abdul Halim, 1998 : 9).
3. Sistem biaya standar sama dengan sistem biaya aktual kecuali ditambahkan perkiraan
varian. Biaya standar biasanya berbeda dengan biaya yang benar-benar dikeluarkan dan
diperkirakan varian merupakan tempat penampungan untuk perbedaan ini (Robert N
Anthony dan Roger H. Hermanson, 1993: 40).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya standar adalah biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk dengan mempertimbangkan
kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain tertentu.
Tujuan dan Manfaat Biaya Standar
Suatu sistem akuntansi biaya standar didesain untuk memenuhi tujuan:
1. Pengendalian biaya (cost control)
2. Penentuan harga pokok produksi (product costing)
1.
2.
3.
4.
Biaya standar bersama-sama analisis varian sangat bermanfaat karena beberapa alasan:
Menyediakan informasi kepada manajemen mengenai kendali suatu sistem
Sebagai dasar/basis suatu sistem evaluasi kinerja
Meyediakan informasi mengenai opportunity cost berkenaan dengan produksi suatu produk
Penentuan harga produk
Dari uraian di atas dapat diuraikan lebih lanjut mengenai tiga manfaat utama suatu
perusahaan menggunakan sistem akuntansi biaya standar:
1. Estimasi biaya produk. Dalam hal ini standar dikembangkan untuk konsumsi per unit
suatu produk akan bahan baku, tenaga kerja dan overhead. Standar ini akan bermanfaat
bagi penentaan diterima tidaknya suatu pesanan dari pelanggan.
2. Anggaran biaya dan pengelaran. Total biaya yang mencerminkan konsumsi untuk
setiap aktivitas dapat diprediksi berdasarkan jumlah standar konsumsi untu setiap
aktivitas untuk menghasilkan produk dan jasa. Namun manajemen harus berhati-hati
karena kemngkinan adanya time lag antara saat anggaran disusun dan saat
pelaksanaannya.
3. Pengendalian biaya relatif terhadap standar. Dalam hal ini biaya aktual dibandingkan
dengan biaya standar, dengan harapan bahwa biaya aktual akan tetap sejalan dengan
standar. Perbedaan atau selisih antara keduanya disebut varian biaya, yang selanjutnya
dianalisis untuk mencari penyebabnya.
1
Penentuan kuantitas standar bahan baku dimulai dari penentapan spesifikasi produk,
baik mengenai ukuran, bentuk, warna, karakteristik pengolahan produk, maupun
mutunya. Dari spesifikasi ini kemudian dibuat kartu bahan baku yang berisi spesifikasi
dan jumlah tiap-tiap jenis bahan baku yang akan diolah menjadi produk selesai. Kuantitas
standar bahan baku dapat ditentukan dengan menggunakan:
a) Penyelidikan teknis
b) Analisis catatan masa lalu dalam bentuk :
Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang
sama dalam periode tertentu di masa lalu.
Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang
paling baik dan yang paling buruk di masa lalu.
Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaa pekerjaan yang
paling baik.
Dalam kartu bahan baku ini dapat pula meliputi kelonggaran standar untuk
pemborosan atau kerugian yang normal terjadi, tetapi bisa juga pemborosan bahan baku
diperlihatkan sebagai selisih (variance) dari standar atau sebagai unsure biaya overhead
pabrik (sehingga kuantitas standar bahan baku tidak termasuk di dalamnya unsure
pemborosan bahan baku).
Untuk mengubah kuantitas standar bahan baku menjadi biaya bahan baku standar,
maka perlu ditentukan harga standar bahan baku. Harga standar ini pada umumnya
ditentukan dari daftar harga pemasok, catalog atau informasi yang sejenis, dan informasi
lain yang tersedia yang berhubungan dengan kemungkinan perubahan harga-harga
tersebut di masa depan. Jika biaya angkut dan biaya pengurusan bahan baku lain
dibebankan kepada bahan baku, maka harga standar tersebut harus juga
memperhitungkan biaya-biaya tersebut. Begitu juga pemotongan pembelian yang
diperkirakan akan diperoleh dari pemasok harus dikurangkan dari harga beli bruto dalam
penetapan harga standar.
Contoh 1
Harga beli
Biaya angkut
Dikurangi:
Potongan pembelian
Harga standar bahan baku
Harga yang akan dipilih sebgaian tergantung dari jenis fluktuasi harga yang
diperkirakan dan tujuan penggunaan biaya standar tersebut. Jika fluktuasi harga
cenderung untuk berulang kali terjadi dan tidak dapat dipastikan mempunyai
kecenderungan turun atau naik, maka harga normal yang tepat untuk situasi ini. Di lain
pihak, jika arah perubahan harga di masa yang akan datang dapat diperkirakan dengan
baik, maka harga yang tepat untuk situasi ini adalah harga rata-rata dalam periode di
mana biaya standar tersebut akan dipakai.
Harga standar bahan baku digunakan untuk:
a) Mengecek pelaksanaan pekerjaan departemen pembelian.
b) Mengukur akibat kenaikan atau penurunan harga terhadap laba perusahaan.
Pada umumnya harga standar bahan baku ditentukan pada akhir tahun dan pada
umumnya digunakan selama tahun berikutnya. Tetapi harga standar ini dapat diubah bila
terjadi penurunan atau kenaikan harga yang bersifat luar biasa.
2) Biaya Tenaga Kerja Standar
Seperti halnya dengan biaya bahan baku standar, biaya tenaga kerja standar terdiri
dari dua unsur: jam tenaga kerja standard an tarif upah standar.
Syarat mutlak berlakunya jam tenaga kerja standar adalah:
a) Tata letak pabrik (plan layout) yang efisien dengan peralatan yang modern sehingga
dapat dilakukan produksi yang maksimum dengan biaya yang minimum.
b) Pengembangan staf perencanaan produksi, routing, scheduling dan dispatching, agar
supaya aliran proses produksi lancar, tanpa terjadi penundaan dan kesimpangsiuran.
c) Pembelian bahan baku direncanakan dengan baik, sehingga tersedia pada saat
dibutuhkan untuk produksi.
d) Standarisasi kerja karyawan dan metode-metode kerja dengan intruksi-intruksi dan
latihan yang cukup bagi karyawan, sehingga proses produksi dapat dilaksanakan di
bawah kondisi yang paling baik.
Jam tenaga kerja standar dapat ditentukan dengan cara:
1. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu
harga pokok (cost sheet) periode yang lalu.
2. Membuat test-run operasi produksi di bawah keadaan normal yang diharapkan.
3. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan di bawah
keadaan nyata yang diharapkan.
4. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan
pengetahuan operasi produksi dan produk.
Penentuan tarif upah standar memerlukan pengetahuan mengenai kegiatan yang
dijalankan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang diperlukan dan rata-rata tarif upah per
jam yang diperlukan akan dibayar.
Tarif upah standar dapat ditentukan atas dasar:
4.000kg
6.000
100%
Rp1.250.00
0
1.750.000
Rp3.000.00
0
Misalkan kapasitas normal departemen A tersebut pada tingkat 80%, dan tarif biaya
overhead didasarkan pada jam tenaga kerja, maka tarif biaya overhead pabrik standar
dihitung sebesar Rp 555,56 per jam tenaga kerja (Rp2.500.000 : 4.500).
Tarif tersebut terdiri dari:
Tarif overhead pabrik variabel Rp1.000.000 : 4.500 =
Tarif overhead pabrik tetap Rp1.500.000 :4.500 =
Tarif overhead pabrik standar pada kapasitas normal
JENIS STANDAR
Standar dapat di golongkan atas dasar tingkat keketatan atau kelonggaran sebagai
berikut:
1. Standar teoritis
2. Rata-rata biaya waktu yang lalu
3. Standar normal
4. Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai (attainable high performance).
6
Standar Teoritis. Standar teoritis disebut pula dengan standar ideal, yaitu standar yang ideal
yang dalam pelaksanaannya sulit untuk dapat dicapai. Pada awalnya akuntansi biaya standar
menjadi terkenal dan ada tendensi bagi sebagian manajemen untuk mengunakan standar
teoritis. Asumsi yang mendasari standar teoritis ini adalah standar merupakan tingkat yang
paling efisien yang dapat dicapai oleh para pelaksanan. Kebaikan standar teoritis adalah
bahwa standar tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu yang relative lama. Tetapi
pelaksanakan yang sempurna yang dapat dicapai oleh orang atau mesin jarang dapat dicapai
sehingga standar ini seringkali menimbulkan frustasi.
Rata-rata Biaya Waktu Yang Lain. Jika biaya standar ditentukan dengan menghitung ratarata biaya periode yang telah lampau, sstandar ini cenderung merupakan standar yang longgar
sifatnya. Rata-rata biaya waktu yang lalu dapat mengandung biaya-biaya yang tidak efisien,
yang seharusnya tidak boleh dimasukkan sebagai biaya standar. Tetapi jenis standar ini
kadang-kadang beguna pada saat permulaan perusahaan menetapkan system biaya standar,
dan terhadap jenis biaya standar ini secara berangsur-angsur kemudian diganti dengan biaya
yang benar-benar menunjukkan efisiensi.
Standar Normal. Standar normal didasarkan atas taksiran biaya di masa yang akan datang di
bawah asumsi keadaan ekonomi dan kegiatan yang normal. Kenyataannya standar normal
didasarkan pada rata-rata biaya di masa yang lalu, yang disesuaikan dengan taksiran keadaan
biaya di masa yang akan datang. Standar normal berguna bagi manajemen dalam perencanaan
kegiatan jangka panjang dan dalam pengembalian keputusan yang bersifat jangka panjang.
Pelaksanaan Terbaik yang Dapat Dicapai (Attainable High Performance). Standar jenis
ini banyak digunakan dan merupakan criteria yang paling baik untuk menilai pelaksanaan.
Standar ini didasarkan pada tingkat pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai dengan
memperhitungkan ketidakefisienan kegiatan yang tidak dapat dihindari terjadinya.
ANALISIS PENYIMPANGAN BIAYA SESUNGGUHNYA DARI BIAYA STANDAR
Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar dengan selisih (variance). Selisih
biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis, dan dari analisis ini diselidiki penyebab
terjadinya, untuk kemudian dicari jalan untuk mengatasi terjadinya selisih yang merugikan.
Analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja berbeda dengan analisis selisih
biaya overhead pabrik. Dalam analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung hanya dikenal dua macam kapasitas: kapasitas sesungguhnya dan kapasitas standar;
sedangkan analisis selisih biaya overhead pabrik dikenal tiga macam kapasitas: kapasitas
sesungguhnya, kapasitas standar, dan kapasitas normal (kapasitas yang terakhir ini digunakan
untuk menghitung tarif biaya overhed pabrik). Oleh karena itu, pembahasan analisis selisih ini
dibedakan menjadi dua: analasis biaya produksi langsung (biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung) dan biaya overhead pabrik.
ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI LANGSUNG
Ada tiga model analisis selisih biaya produksi langsung:
1. Model Satu Selisih (The One-Way Model)
7
SK = Selisih Kuantitas/Efesiensi
KSt = Kuantitas Standard
KS = Kuantitas Sesungguhnya
Dalam hubungannya dengan biaya bahan baku, analisis selisih biaya bahan baku
menjadi selisih harga dan selisih kuantitas ditunjukkan untuk membebankan tanggung
jawab terjadinya masing-masing jenis selisih tersebut kepada manajer yang bertanggung
jawab. Selisih harga yang timbul menjadi tanggung jawab manajer fungsi pembelian,
sedangkan selisih kuantitas menjadi tanggung jawab manajer fungsi produksi.
Contoh 2
PT. X menggunakan system biaya standard. Biaya bahan baku standard per unit
produk ditentukan sebesar 100 kg @ Rp 500. Biaya bahan baku sesungguhnya untuk
memproduksi 1000 unit produk dalam bulan Januari 19X1 adalah sebanyak 90.000 kg @
Rp 550. Dengan demikian biaya bahan baku standard dan biaya bahan baku
sesungguhnya dalam bulan Januari 19X1 disajikan dalam Gambar 13.2.
8
Gambar 13.2
Data Biaya Bahan Baku Standard an Biaya Bahan Baku Sesungguhnya
Kuantitas
BBB
Harga
standar
sesungguhnya
standar
sesungguhnya
100.000 kg
90.000 kg
Rp 500
Rp 550
Gambar 13.3
Selisih Harga dan Selisih Kuantitas dalam Model Dua Selisih
Jika biaya bahan baku standard dan biaya bahan baku sesungguhnya tersebut dalam
Gambar 13.2 digambarkan dalam suatu grafik, maka akan terlihat perhitungan selisih
harga dan selisih kuantitas seperti tercantum dalam Gambar 13.3.
3. Model Tiga Selisih (The Three-Way Model)
Dalam model ini, selisih antara biaya standar dengan baiya sesungguhnya
dipecahkan menjadi tiga macam selisih berikut ini: selisih harga, selisih kuantitas, dan
selisih harga/kuantitas. Model dua selisih menjadi tidak teliti untuk memisahkan selisih
harga dan selisih kuantitas jika harga dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi
atau lebih rendah dari harga dan kuantitas sesungguhnya atau jika kuantitas
sesungguhnya lebih tinggi dari kuantitas standar, namun sebaliknya harga sesungguhnya
lebih rendah dari harga standar.
Hubungan harga dan kuantitas standar dengan harga dan kuantitas sesungguhnya
dapat terjadi dengan tiga kemungkinan berikut ini:
1. Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih besar atau lebih kecil dari harga
dan kuantitas sesungguhnya
2. Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas
standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya
9
3. Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas
standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya.
Dalam model tiga selisih, rumus perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas
tergantung dari jenis hubungan harga dan kuantitas standar dengan harga dan kuantitas
sesungguhnya tersebut di atas.
Harga standard dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi atau lebih
rendah sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya. Rumus perhitungan selisih harga
dan selisih kuantitas dalam kondisi harga standar dan kuantitas standar masing-masing
lebih rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut ini:
SH = (HSt HS) x KSt
untuk menghitung selisih harga
SK = (KSt KS) x HSt
untuk menghitung selisih kuantitas
SHK = (HSt HS) x (KSt KS)
untuk menghitung selisih gabungan yang
merupakan selisih harga/kuantitas
Untuk memberikan gambaran perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas dengan
model tiga selisih dalam kondisi harga standar dan kuantitas standar masing-masing
lebih rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya, silahkan mengikuti
perhitungan dalam contoh 3.
Contoh 3
Biaya bahan baku standar dan biaya bahan baku sesungguhnya disajikan dalam
Gambar 13.4.
Gambar 13.4
Data Biaya Bahan Baku Standard an Biaya Bahan Baku Sesungguhnya
Dari gambar 13.4 tersebut terlihat harga standar lebih rendah dari harga
sesungguhnya dan kuantitas standar juga lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya.
Perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas dalam kondisi seperti tersebut dalam
gambar 13.4 disajikan dalam gambar 13.5.
Gambar 13.5
Perhitungan Selisih Harga dan Kuantitas dalam Kondisi Kuantitas dan Harga Standar
Masing-masing Lebih Rendah dari Kuantitas dan Harga Sesungguhnya
10
Dalam gambar 13.5 tersebut, harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya
dan kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya, sehingga menimbulkan
selisih gabungan (joint variance) yang mengandung unsur selisih harga dan kuantitas
sekaligus. Dalam hubungannya dengan bahan baku, selisih harga bahan baku menjadi
tanggung jawab fungsi pembelian, sedangkan selisih kuantitas bahan baku menjadi
tanggung jawab fungsi produksi. Selisih harga/kuantitas menjadi tanggung jawab
bersama fungsi pembelian dan fungsi produksi.
Rumus perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas dalam kondisi harga standard
dan kuantitas harga standar masing-masing lebih tinggi dari harga sesungguhnya dan
kuantitas sesungguhnya dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini:
SH = (HSt HS) x KS
untuk menghitung selisih harga
SK = (KSt KS) x HS
untuk menghitung selisih kuantitas
SHK = (HSt HS) x (KSt KS)
untuk menghitung selisih gabungan yang
merupakan selisih harga/kuantitas
Contoh 4 berikut ini menggambarkan perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas
dalam model tiga selisih dalam kondisi harga standar dan kuantitas standar masingmasing lebih tinggi dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya.
Contoh 4
Biaya Bahan Baku Standar dan Sesungguhnya disajikan dalam Gambar 13.6
Gambar 13.6
Data Biaya Bahan Baku Standar dan Biaya Bahan Baku Sesungguhnya
Dari gambar 13.6 tersebut terlihat harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya
dan kuantitas standar juga lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya. Perhitungan selisih
harga dan selisih kuantitas dalam kondisi seperti tersebut dalam Gambar 13.6 disajikan
dalam gambar 13.7.
Gambar 13.7
11
Perhitungan Selisih Harga dan Kuantitas dalam Kondisi Harga Standar dan Kuantitas
Masing-masing Lebih Tinggi dari Harga Sesungguhnya dan Kuantitas Sesungguhnya
Dari Gambar 13.8 tersebut terlihat harga standar lebih rendah dari harga
sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas
12
sesungguhnya. Perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas dalam kondisi seperti
tersebut dalam Gambar 13.8 disajikan dalam Gambar 13.9.
Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya
kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya. Jika harga standar lebih
tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknnya kuantitas standar lebih rendah dari
kuantitas sesungguhnya, selisih gabungan tidak akan terjadi. Dengan demikian
perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi seperti ini dengan model tiga
selisih dilakukan dengan rumus berikut ini:
SH = (HSt HS) x KSt
untuk menghitung selisih harga
SK = (KSt KS) x HS
untuk menghitung selisih kuantitas
Selisih harga/kuantitas sama dengan nol.
Gambar 13.9
Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun kuantitas standar lebih
tinggi dari kuantitas sesungguhnya sehingga selisih gabungan tidak terjadi.
Untuk menjelaskan perhitungan selisih gabungan dalam keadaan harga standar lebih
tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih rendah dari
kuantitas sesungguhnya, berikut contoh 6.
Contoh 6
Biaya bahan baku standard an sesungguhnya disajikan dalam Gambar 13.10
Gambar 13.10
Harga Biaya Bahan Baku Standar dan Biaya Bahan Baku Sesungguhnya
Dari Gambar 13.10 tersebut terlihat harga standar lebih tinggi dari harga
sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas
13
sesungguhnya. Perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas dalam kondisi seperti
tersebut dalam Gambar 13.10 disajikan dalam Gambar 13.11.
Model tiga selisih menghasilkan informasi selisih yang lebih teliti untuk
pertanggungjawaban selisih dibandingkan dengan model dua selisih. Dalam model dua
selisih dalam kondisi apapun, selisih harga selalu menggunakan kuantitas sesungguhnya
sebagai pengali selisih antara harga per unit standar dengan sesungguhnya. Begitu pula
dalam perhitungan selisih kuantitas, dalam kondisi apapun, model dua selisih
menggunakan harga per unit standar sebagai pengali selisih antara kuantitas standar
dengan kuantitas sesungguhnya.
SH = (HSt HS) x KS
SK = (KSt KS) x HSt
Gambar 13.11
Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun kuantitas standar lebih
rendah kuantitas sesungguhnya, sehingga selisih gabungan tidak terjadi.
Dalam model tiga selisih, rumus perhitungan selisih harga dan kuantitas dapat
dilakukan dengan tiga cara tergantung dari kondisi berikut ini:
1 Jika harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi atau lebih
rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya, model tiga selisih
lebih teliti dalam membebankan selisih harga kepada manajer fungsi pembelian dan
selisih kuantitas kepada manajer fungsi produksi dibandingkan dengan model dua
selisih.
a Dalam kondisi harga dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi
dibandingkan dengan harga dan kuantitas sesungguhnya, model dua selisih
membebankan selisih kuantitas lebih banyak kepada manajer fungsi produksi,
karena rumus perhitungan selisih kuantitas adalah (KSt-KS) x HSt, sehingga
sebagian selisih harga dibebankan sebagai bagian selisih kuantitas. Lihat grafik
#1 dalam Gambar 13.12
b Dalam kondisi harga dan kuantitas standar masing-masing lebih rendah
dibandingkan dengan harga dan kuantitas sesungguhnya, model dua selisih
membebankan selisih harga lebih banyak kepada manajer fungsi pembelian,
14
Jika harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya
kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya, maka perhitungan selisih
harga dengan model tiga selisih adalah sebagai berikut:
SH = (HSt - HS) x KS
SK = (KSt - KS) x HSt
SHK = nol
Lihat grafik #1 dalam Gambar 13.13
Dalam kondisi harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun
sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya, perhitungan
selisih harga dan kuantitas dengan model dua selisih dilakukan dengan rumus yang
sama dengan yang digunakan dalam model tiga selisih tersebut.
Jika harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas
standar lebih rendah dari kuantitas sesungguuhnya, maka perhitungan selisih harga
dan kuantitas dengan model tiga selisih adalah sebagai berikut:
SH = (HSt - HS) x KSt
SK = (KSt - KS) x HS
SHK = nol
Lihat grafik #2 dalam Gambar 13.13
Dalam model dua selisih, selisih harga dan selisih kuantitas dihitung sebagai
berikut:
SH = (HSt - HS) x KS
SK = (KSt - KS) x HSt
15
Lihat Grafik #3 dalam Gambar 13.15. dari grafik tersebut terlihat manajer fungsi
pembelian dibebani selisih harga yang lebih banyak dan manajer fungsi produksi
dibebani selisih kuantitas yang lebih banyak karena di dalam masing-masing jenis
selisih tersebut terdapat unsur selisih gabungan yang sebenarnya tidak terjadi.
Gambar 13.13
Perbandingan Model Tiga Selisih dengan Dua Model Selisih
17
18
19
biaya overhead pabrik dikalikan dengan selisih antara kapasitas standar dengan kapasitas
sesungguhnya.
4. Model Empat Selisih
Model empat selisih ini merupakan perluasan model tiga selisih. Dalam model ini,
selisih efisiensi dalam model tiga selisih dipecah lebih lanjut menjadi dua selisih berikut
ini: selisih efisiensi variable dan selisih efisiensi tetap.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas perhitungan biaya overhead pabrik,
berikut ini disajikan Contoh 8.
Contoh 8
Untuk memproduksi 1 satuan produk diperlukan biaya produksi menurut standar dibawah ini:
Data Biaya Produksi Standar pe Satuan
Biaya bahan baku 5 kg @ Rp1.000
Biaya tenaga kerja 20 jam @ Rp500
Biaya overhead pabrik:
Variable 20 jam @ Rp400
Tetap *) 20 jam @ Rp300
Total
Rp
5.000
10.000
8.000
6.000
Rp 29.000
*) kapasitas produksi per bulan direncanakan 5.200 jam tenaga kerja langsung
Transaksi yang terjadi dalam bulan Januari 20X1 adalah sebagai berikut:
1. Jumlah bahan baku yang dibeli adalah 1500kg @ Rp1.100.
2. Jumlah produk yang diproduksi dan selesai diproses dalam bulan Januari 20X1 adalah
250 satuan dengan biaya produksi sesungguhnya sebagai berikut:
a) Biaya bahan baku 1.050 kg @ Rp1.100
= Rp 1.155.000
b) Biaya tenaga kerja 5.100 jam @ Rp475 =
2.422.500
c) Biaya overhead pabrik
=
3.650.000
Atas alasan data dalam contoh 8 tersebut di atas, berikut ini disajikan analisis selish
biaya produksi langsung dan biaya overhead pabrik.
A. Biaya Bahan Baku
1. Model Satu Selisih
Selisih biaya bahan baku
(HSt x KSt) (HS x KS)
(Rp1.000 x 1.250) (Rp1.100 x 1.050) =
2. Model Dua Selisih
Selisih harga biaya bahan baku
(HSt HS) x KS
(Rp1.000 1.100) x 1.050 kg =
Selisih kuantitas biaya bahan baku
(KSt KS) x HSt
(R1.250 1.050) x Rp1.000 =
Total selisih biaya bahan baku
3. Model Tiga Selisih
Selisih harga biaya bahan baku
(HSt HS) x KS
Rp 95.000 L
Rp105.000 R
Rp200.000 L
Rp 95.000 L
20
Rp105.000 R
200.000 L
0
Rp 95.000 L
Rp 77.500 L
Rp127.500 L
50.000 R
Rp 77.500 L
Rp125.000 L
47.500 R
0
Rp 77.500 L
Selisih
Tarif biaya overhead pabrik tetap
Rp
Selisih volume
Rp
200 jam
300 per jam
x
60.000 R
50.000 R
30.000 R
40.000 R
30.000 R
150.000 R
tersebut terletak pada waktu penyajian informasi mengenai terjadinya penyimpangan antara
biaya standar dengan biaya sesungguhnya kepada manajemen.
Dalam metode tunggal, rekening barang dalam proses didebit dengan biaya standar dan
dikredit dengan biaya standar atau dengan kata lain, rekening barang dalam proses didebit
dan dikredit dengan angka tunggal yaitu angka standar. Dalam sistem ini, penyimpangan
biaya sesungguhnya dan biaya standar dihitung pada saat masukan dipakai dalam proses
produksi, sehingga setiap saat manajemen dapat mengetahui berapa penyimpangan yang
terjadi antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar. Penyimpangan antara biaya standar
dan bisa sesungguhnya dicatat pada rekening selisih pada saat terjadinya. Berikut adalah
rekening barang dalam proses dalam metode tunggal pada Gambar 13.18.
Gambar 13.18
Rekening Barang dalam Proses dalam Metode Tunggal
Barang Dalam Proses
Kuantitas standar x harga standar
Kuantitas standar produk jadi x harga pokok
produksi standar per satuan
atau
atau
Jam standar x tarif upah standar
Kuantitas standar produk dalam proses x
harga pokok produksi standar
atau
Kapasitas standar x tarif standar
Dalam metode ganda, dalam rekening barang dalam proses dicatat angka ganda, sebelah
debit diisi dengan biaya sesungguhnya, dan sebelah kredit diisi dengan biaya standar. Dalam
metode ini, penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar dihitung pada akhir periode
akuntansi. Berikut adalah rekening barang dalam proses dalam metode ganda pada Gambar
13.19.
Gambar 13.19
Rekening Barang dalam Proses dalam Metode Ganda
Barang Dalam Proses
Kuantitas sesungguhnya x harga
Kuantitas standar produk jadi x harga pokok
sesungguhnya per satuan
produksi standar per satuan
atau
atau
Jam sesungguhnya x tarif upah
Kuantitas standar produk dalam proses x
sesungguhnya
harga pokok produksi standar
Atau
Biaya overhead pabrik sesungguhnya
METODE GANDA (PARTIAL PLAN)
Karakteristik metode ganda adalah:
1. Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya sesungguhnya dan dikredit
dengan biaya standar. Dalam metode ini persediaan bahan baku dicatat pada biaya
23
sesungguhnya dan persediaan produk jadi dicatat pada harga pokok standar. Harga
pokok penjualan dicatat pada harga pokok standar.
2. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar dihitung pada akhir periode akuntansi,
setelah harga pokok persediaan produk dalam proses ditentukan dan harga pokok
produk jadi yang ditransfer ke gedung dicatat dalam rekening barang dalam proses.
3. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar merupakan jumlah total perbedaan
antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya. Analisis terhadap selisih-selisih
tersebut memerlukan bantuan informasi yang tidak tersedia dalam rekening-rekening
buku besar.
Analisis Biaya Standar dalam Metode Ganda
Berdasarkan data dalam Contoh 8, berikut ini disajikan jurnal-jurnal yang dibuat untuk
mencatat biaya produksi sesungguhnya, biaya produksi standar, dan selisih.
1. Pencatatan biaya bahan baku
Barang dalam Proses Biaya Bahan Baku
Rp 1.155.000
Persediaan Bahan Baku
Rp 1.155.000
(Pemakaian Bahan Baku Sesungguhnya 1.050 kg @ Rp 1.100 = Rp 1.155.000)
2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung
Barang dalam Proses Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 2.422.500
Gaji dan Upah
Rp 2.422.500
(Pembebanan Biaya Tenaga Kerja Sesunguhnya 5.100 jam @ Rp 475 = Rp 2.422.500)
3. Pencatatan biaya overhead pabrik
Dalam metode ganda, biaya overhead dicatat dengan menggunakan salah satu
metode berikut ini:
Metode 1
Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi dalam periode akuntansi tertentu dan dikredit dengan biaya
standarnya. Dengan demikian, selisih biaya overhead pabrik dihitung dan saldo rekening
barang dalam proses biaya overhead pabrik. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya terjadi berdasarkan data dalam contoh 8 adalah sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Rp 3.650.000
Berbagai Rekening yang Dikredit
Rp 3.650.000
(Biaya overhead pabrik sesungguhnya yang terjadi)
Pada akhir periode, biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi tersebut
dibebankan ke produksi dengan jurnal sebagai berikut:
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik
Rp 3.650.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Rp 3.650.000
(Pembebanan Overhead Pabrik Sesungguhnya ke Rekening Barang dalam Proses)
Metode 2
Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya overhead pabrik atas dasar tarif
standar. Dalam metode ini selisih biaya overhead pabrik dihitung dari saldo rekening
barang dalam proses-biaya overhead pabrik dan biaya overhead pabrik sesungguhnya.
24
Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi berdasarkan data
dalam contoh 8 adalah sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Rp 3.650.000
Berbagai Rekening yang Dikredit
Rp 3.650.000
(Pencatatan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya)
Jurnal pencatatan pembelanjaan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar
tarif standar (5.100 jam x Rp 700 = Rp 3.570.000) adalah sebagai berikut:
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik
Rp 3.570.000
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan
Rp 3.570.000
Pada akhir periode akuntansi, rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan
ditutup ke rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya, untuk perhitungan sebagian
dari selisih biaya overhead pabrik. Jurnal penutupannya adalah sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan
Rp 3.570.000
Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya
Rp 3.570.000
(Penutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan)
4. Pencatatan harga pokok produk jadi
Harga pokok produk jadi dihitung dengan cara mengalikan kuantitas produk jadi
yang ditransfer ke gudang dengan biaya standar per satuan. Dari data dalam contoh 8
dibuat jurnal pencatatan harga produk jadi berikut ini:
Persediaan Produk Jadi
Rp 7.250.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku
Rp 1.250.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja
Rp 2.500.000
Barang Dalam Proses-Biayan Overhead Pabrik
Rp 3.500.000
(Biaya Bahan Baku = Rp 5.000 x 250 unit = Rp 1.250.000)
(Biaya Tenaga Kerja = Rp 10.000 x 250 unit = Rp 2.500.000)
(Biaya Overhead Pabrik = Rp 14.000 x 250 unit = Rp 3.500.000)
5. Pencatatan harga pokok produk dalam proses
Harga pokok produk dalam proses dihitung dengan cara mengalikan unit ekuivalensi
kuantitas produk dalam proses pada akhir periode dengan biaya standar per satuan.
Karena dalam contoh 8 tidak tersedia data mengenai persediaan produk dalam proses,
maka contoh jurnal berikut ini tidak menggunakan angka.
Persediaan Produk Dalam Proses
xxx
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku
xxx
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja
xxx
Barang Dalam Proses-Biayan Overhead Pabrik
xxx
6. Pencatatan harga pokok produk yang dijual
Harga pokok produk yang dijual dihitung dengan cara mengalikan kuantitas produk
yang dijual selama periode akuntansi dengan biaya standar per satuan. Karena dalam
contoh 8 tidak tersedia data mengenai persediaan produk dalam proses, maka contoh
jurnal berikut ini tidak menggunakan angka.
Harga Pokok Penjualan
xxx
Persediaan Produk Jadi
xxx
25
Rp 150.000
dengan harga standar. Selisih pendebitan rekening barang dalam proses dengan
pengkreditan rekening persediaan bahan baku dicatat dalam rekening selisih pemakaian
bahan baku.
Metode pencatatan bahan baku ini menimbulkan kesulitan apabila pada akhir periode
akuntansi terdapat persediaan bahan baku di gudang. Kesulitan yang timbul adalah dalam
menentukan selisih harga pembelian bahan baku yang melekat pada persediaan bahan
baku yang melekat pada persediaan bahan baku pada akhir periode tersebut. Rekening
selisih harga pembelian bahan baku hanya dapat menunjukkan jumlah seluruh selisih
harga pembelian bahan baku yang terjadi dalam suatu periode akuntansi.
Contoh 9
PT Rimendi menggunakan sistem biaya standar. Biaya bahan baku standar per satuan
produk adalah sebagai berikut:
Kuantitas standar
Harga standar per kg
50 kg
Rp100
Dalam bulan Januari 20X1, jumlah produk yang dihasilkan adalah 2.000 satuan,
yang mengkonsumsi bahan baku sebanyak 120.000 kg. Dalam bulan tersebut, kuantitas
bahan baku yang dibeli adalah 150.000 kg, dengan harga beli Rp90 per kg. Perusahaan
menggunakan model dua selisih (the two-way model) dalam menganalisis selisih biaya
sesungguhnya dari biaya standar.
Perhitungan selisih biaya bahan baku adalah sebagai berikut:
Rp15.000.000
13.500.000
Rp1.500.000 L
28
Rp10.000.000
12.000.000
Rp2.000.000 R
Rp12.000.000
10.800.000
Rp1.200.000 L
Jika selisih bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli, jurnal yang dibuat oleh
PT Rimendi pada saat pembelian dan pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut:
Persediaan Bahan Baku
Rp15.000.000
Utang Dagang
Rp13.500.000
1.500.000
Rp10.000.000
2.000.000
Rp12.000.000
b. Selisih Harga Bahan Baku Dicatat pada Saat Bahan Baku Dipakai
Dalam metode ini, pada saat bahan baku dibeli, rekening persediaan bahan baku
didebit sebesar hasil kali kuantitas bahan baku yang dibeli dengan harga sesungguhnya
bahan baku per satuan dan rekening utang dagang dikredit dengan jumlah yang sama.
Dengan demikian pada pembelian, tidak diadakan pencatatan selisih harga yang terjadi.
Pada saat bahan baku dipakai, rekening barang dalam proses didebit sebesar hasil
kali kuantitas standar bahan baku dikalikan dengan harga standar bahan baku per satuan,
sedangkan rekening persediaan bahan baku dikalikan dengan harga standar bahan baku
per satuan, sedangkan rekening persediaan bahan baku dikredit sebesar kuantitas
sesungguhnya bahan yang timbul dari pendebitan rekening barang dalam proses dan
29
pengkreditan rekening persediaan bahan baku adalah: selisih harga dan selisih kuantitas.
Selisih harga dicatat dalam rekening selisih harga bahan baku yang dipakai dan selisih
kuantitas dicatat dalam rekening selisih pemakaian bahan baku.
Rp10.000.000
2.000.000
Rp12.000.000
xxx
xxx
Distribusi upah langsung dilakukan dengan mendebit rekening barang dalam proses
sebesar hasil kali jam kerja standar dengan tarif upah standar dan mengkredit rekening gaji
dan upah sebesar hasil kali jam kerja sesungguhnya dengan tarif upah sesungguhnya. Selisih
pendebitan rekening barang dalam proses dengan pengkreditan rekening gaji dan upah dicatat
dalam rekening selisih tarif upah dan selisih efisiensi upah.
Jurnal distribusi upah langsung adalah sebagai berikut (misalnya selisih yang terjadi
merupakan selisih yang merugikan):
Barang dalam proses
xxx
xxx
xxx
xxx
31
xxx
Kas
xxx
Untuk memberikan gambaran pencatatan biaya tenaga kerja langsung, berikut ini
digunakan data yang terdapat dalam contoh 8.
Jika perusahaan menggunakan model dua selisih dalam analisis selisih biaya
sesungguhnya dari biaya standar, maka perhitungan selisih biaya tenaga kerja adalah sebagai
berikut:
Biaya tenaga kerja langsung standar: 250 x 20 jam x Rp500
Rp2.500.000
2.422.500
Rp 77.500
Dari perhitungan selisih dengan model dua selisih dalam Contoh 8 diperoleh selisih tarif
upah sebesar Rp127.500 L dan selisih efisiensi upah Rp50.000 R.
Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut:
Barang dalam Proses
Selisih Efisiensi Upah
Gaji dan Upah
Selisih Tarif Upah
Rp2.500.000
50.000
Rp2.422.500
127.500
32
Pada contoh 8, jurnal pencatatan biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:
Rp3.500.000*
Rp3.500.000
Rp150.000
33
Rp80.000
Rp7.250.000*
Rp7.250.000
Kuantitas
Jumlah
6 kg
60
Rp. 15
Rp. 90
4 kg
40
Rp. 20
Rp. 80
Harga per kg
Biaya BB utk
5 unit produk
35
10kg
100
Rp. 170
Misalkan produk A yg dihasilkan dalam periode tertentu berjumlah 4.550 unit dengan
pemakaian bahan baku X = 5.200 kg dan Y = 3.800 kg
Jns
BB
Komp
standar
(1)
Kuantitas Sesungguhnya BB yg
dipakai
Selisih
Komp BB
dlm kg
Harga
standar
BB per kg
Selsisih
Komp BB
Menurut komp
sesungguhnya
Menurut komp
standar
(2)
(3)
(5)= (3)-(4)
(6)
60%
5.200 kg
5.400 kg
200 kg
Rp. 15
Rp. 3.000 L
40%
3.800 kg
3.600 kg
200 kg
Rp. 20
Rp. 4.000 R
9.000 kg
40% x (5.200
+3.800)
Rp. 1.000 R
60% x (5.200
+3.800)
Per 5 unit
produk A
dibutuhkan Rp.
170,- Mk per
unit nya =
= 4.550 unit
= 4.500 unit
50 unit
Rp 34,-
Rp. 1.700,-
Misalkan dari contoh diatas biaya tenaga kerja Rp 150 dan biaya overhead pabrik standar
Rp 200 untuk menghasilkan 5 satuan produk, maka hasil dapat dihitung sebagai berikut:
Selisih Hasil Biaya Tenaga Kerja
Hasil Sesungguhnya x biaya TK standar per unit
4.550 unit
30
= Rp 136.500
30
= Rp 135.000
= Rp
1.500 L
40
= Rp 182.000
37
30
= Rp 180.000
= Rp
2.000 L
Rp 1.700 L
Rp 1.000 R
Rp
700 L
Selisih komposisi bahan baku dicatat pada saat bahan baku dipakai dalam produksi. Dari
contoh diatas pencatatan selisih komposisi bahan baku adalah sebagai berikut:
Barang dalam proses biaya bahan baku
Rp 153.000
1.000
Rp 154.000
Rp 154.700*)
Rp
1.700
Rp
1.500
Rp 154.700
81.000
72.000
Rp 153.000
Rp 136.500
135.000
38
Rp 182.000
Rp
2.000
180.000
Jumlah
Rp 105.000 R
Rp 200.000 L
Rp 127.500 L
Rp 50.000 R
Selisih pengeluaran
Rp 50.000 R
Selisih kapasitas
Rp 30.000 R
Rp 70.000 R
39
Jurnal penutup untuk selisih-selisih tersebut ke dalam rekening laba rugi adalah sebagai
berikut:
Selisih kuantitas bahan baku
Rp 200.000
127.500
Rp 105.000
50.000
Selisih pengeluaran
50.000
Selisih kapasitas
30.000
70.000
Rugi laba
22.500
Rp 10.000.000
7.250.000
Rp 2.750.000
Rp 105.000
50.000
Selisih pengeluaran
50.000
Selisih kapasitas
30.000
70.000
Rp 305.000
Rp 200.000
127.500
Rp 327.500
Rp 22.500
Rp 2.772.500
40
41