Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
Antitrust adalah Hukum atau Undang-Undang "Antipakat" (antitrust) atau
hukum/ undang-undang persaingan, merupakan peraturan melawan kebiasaan
dagang yang merendahkan persaingan atau dianggap tidak adil. Istilah antitrust
diambil dari hukum Amerika Serikat yang awalnya dibuat untuk memerangi bisnis
kartel. Kartel adalah kelompok produsen independen yang bertujuan menetapkan
harga, untuk membatasi suplai dan kompetisi. Berdasarkan hukum anti monopoli,
kartel dilarang di hampir semua negara.
Undang-undang antitrust melakukan hal ini dengan melarang monopoli,
melarang kompetisi yang tidak adil, dan menghilangkan diskriminasi harga dan
kolusi. Mereka juga melindungi persaingan dengan memblokir merger yang akan
memungkinkan sebuah perusahaan tunggal untuk mendominasi pasar. Tujuan
kedua dari kebijakan antitrust adalah untuk melindungi kesejahteraan konsumen
yang melakukan penipuan dan tidak adil. Undang-undang antitrust asli ditujukan
terutama untuk memelihara persaingan seakan-akan bahwa konsumen akan dijaga
selama kompetisi yang kuat. Tujuan selanjutnya dari UU antitrust yaitu
melindungi yang kecil, perusahaan bisnis mandiri dari tekanan ekonomi yang
diberikan persaingan usaha besar.Undang-undang antitrust melarang harga yang
bersaing, praktek menjual di bawah biaya produsen untuk mengusir saingan
keluar dari bisnis.
Di Amerika Serikat, kebijakan monopoli telah dibangun Sherman Act
Antitrust 1890. kontrak atau konspirasi
beberapa negara bagian atau negara lain dianggap sebuah kesalahan atas
kejahatan pidana.
The Clayton Act Ditetapkan pada tahun 1914, mengatur lebih komplet
tentang struktur undang-undang antitrust Amerika.. The Clayton Act melarang
sejumlah praktek bisnis tertentu, pada bagian 2 ketentuan ini melarang adanya
diskriminasi harga: Bagian 2 (a) - Adalah tidak sah bagi beberapa orang yang
berhubungan dalam perdagangan, secara langsung atau tidak langsung,
melakukan diskriminasi harga antara pembeli yang berbeda atas suatu komoditas
tentang nilai atau mutunya, dimana efek diskriminasi secara substansial
mengurangi kompetisi atau ke arah menciptakan monopoli dalam beberapa lini
perdagangan, atau merugikan, merusak, atau mencegah kompetisi.
Perlu dicatat bahwa Clayton Act melarang diskriminasi harga hanya ketika
hal tersebut mengarah kepada antikompetitif : dimana efeknya akan
mengurangi kompetisi. Bagian ke-3 Clayton Act melarang tiga tipe praktek
marketing:
customer menyetujui untuk tidak membeli dari suplier rival-nya. Kedua, melarang
persyaratan kontrak, kondisi dimana customer menyetujui untuk mengambil
semua produk yang diperlukan dari sumber yang sama. Ketiga, melarang ikatan
kontrak, kondisi dimana barang dijual hanya jika customer menyetujui untuk
membeli beberapa barang lainnya.
Beberapa contoh pelaksanaan UU antitrust telah dijelaskan pada
pendahuluan. Beberapa kasus lain yaitu kasus Microsoft, Peperangan antara
Microsoft dengan departemen Antitrust, dimana perusahaan milik Bill Gates
dianggap melanggar ketentuan tentang hukum antimonopoli, sehubungan dengan
program terbaru Microsoft tahun 1998, dituduh dapat merugikan pihak lain karena
program browser yang dapat digunakan untuk menjelajah dunia maya itu
melekat didalamnya. Namun 16 tahun setelah Departemen Kehakiman
mengajukan gugatan antitrust terhadap Microsoft, menuduh raksasa perangkat
lunak itu menggunakan kekuatan pasar untuk memukul rival potensial, kasus ini
akan segera menjadi sejarah.
Federal Trade Commision (FTC) merupakan komisi di AS yang
mengawasi perusahaan yang dicurigai melakukan praktik monopoli. Bagian
penting dari FTC act dlm kebijakan antitrust, adalah pada bagian 5: metode
kompetisi yang tidak fair dalam mempengaruhi perdagangan dan praktik atau
perilaku curang dalam perdagangan adalah tidak sah menurut hukum.
Dari keempat tujuan tersebut dapat dirumuskan dua tujuan pokok, yaitu
tujuan ekonomi dan tujuan sosial. Tujuan ekonomi adalah terselenggaranya
persaingan usaha yang sehat, kondusif dan efektif yang mengakibatkan efisiensi
ekonomi. Tujuan sosial adalah melalui persaingan usaha yang sehat tersebut
kesejahteraan masyarakat akan ditingkatkan (the maximization of consumer
welfare), yaitu masyarakat akan mempunyai pilihan untuk membeli suatu barang
atau jasa dengan harga yang lebih murah.
Dampak UU Antimonopoli bagi Pelaku Usaha : pertama, pelaku usaha
tidak boleh menjalankan usaha dengan cara tidak fair atau menjalankan usaha
merugikan pesaingnya baik secara langsung maupun tidak langsung; yang kedua
pelaku usaha harus sungguh-sungguh bersaing dengan kompetitornya supaya tetap
dapat eksis dipasar yang bersangkutan, baik dari aspek kualitas, harga maupun
pelayanannya. Kedua, karena suatu pelaku usaha tidak tahu persis apa yang
dilakukan oleh kompetitornya untuk tetap eksis, maka setiap pelaku usaha akan
melakukan
perbaikan
peningkatan
terhadap
produknya
(inovasi)
untuk
menghasilkan kualitas yang lebih baik, harga yang lebih murah dan memberikan
pelayanan yang terbaik untuk menarik hati konsumen. Dampak UU Antimonopoli
bagi masyarakat (konsumen) : akibat persaingan antara pelaku usaha masyarakat
mempunyai pilihan dalam membeli suatu produk tertentu, baik dari aspek harga,
kualitas maupun pelayanannya.
Pada
dasarnya,
pandangan
Chicago
ini
adalah
ukuran
dan
persaingan
dalam
suatu
industri.
IO
juga
PERJANJIAN VERTIKAL
Perjanjian vertikal adalah perjanjian yang dilakukan antara pelaku usaha
yang bergerak dari hulu sampai ke hilir. Perjanjian vertikal baru dilarang jika
akibat dari perjanjian tersebut menimbulkan praktik monopoli atau persaingan
usaha yang tidak sehat di pasar yang bersangkutan. Untuk itu harus ada bukti
terlebih dahulu, bahwa perjanjian vertical yang disepakati telah terjadi praktik
monopoli atau persangan usaha yang tidak sehat. Tujuan integrasi perjanjian
vertical biasanya dilakukan untuk melakukan efisiensi dan untuk menjamin
pasokan barang untuk memproduksi barang tertentu.
PREDATORY PRICING
Predatory pricing adalah salah satu bentuk strategi yang dilakukan oleh
pelaku usaha dalam menjual produk dengan harga yang sangat rendah, yang
tujuan utamanya untuk menyingkirkan pelaku usaha pesaing dari pasar dan juga
mencegah pelaku usaha yang berpotensi menjadi pesaing untuk masuk ke dalam
pasar yang sama.
Segera setelah berhasil mengusir pelaku usaha pesaing dan menunda
masuknya pelaku usaha pendatang baru, selanjutnya dia dapat menaikkan harga
kembali dan memaksimalkan keuntungan yang mungkin didapatkan.
BATASAN MERGER
Dalam UU Anti Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat dikatakan bahwa
Merger dan Akuisisi dilarang jika dapat menyebabkan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat. Apabila menurut Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU), seorang pelaku usaha dapat dibuktikan melanggar peraturan
mengenai monopoli dan persaingan usaha tidak sehat maka pelaku usaha tersebut
dapat dikenakan Sanksi berupa Sanksi administratif hingga sanksi pidana. Merger
yang dilarang yaitu melakukan penggabungan badan usaha, peleburan badan
usaha, atau pengambilalihan saham perusahaan lain yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktik monopoli dan/ atau persaingan usaha tidak sehat.
Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010 tentang
Penggabungan Atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham
Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (PP 57/2010) menyatakan bahwa penilaian
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengenai apakah suatu merger
mengakibatkan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat adalah:
1.
10
2.
Potensi perilaku anti persaingan artinya jika merger melahirkan satu pelaku
usaha yang relatif dominan terhadap pelaku usaha lainnya di pasar,
memudahkan
pelaku
usaha
tersebut
untuk
menyalahgunakan
posisi
dominannya.
3.
11