Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Masalah Utama
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
Teori Biokimia
Terjadi sebagai respon metabolisme terhadap stres yang
mengakibatkan terlepasnya zat halusinogenik neurotik (buffofenon
dan dimethytransaferase).
Teori Psikoanalisis
Merupakan respon pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari
luar yang mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar.
Data Objektif
Bicara atau tertawa
sendiri.
Data Subjektif
Mendengar suarasuara atau kegaduhan.
Marah-marah tanpa
sebab.
Mendengar suara
yang mengajak
bercakap-cakap.
Mendekatkan telinga
Mendengar suara
ke arah tertentu.
menyuruh melakukan
Menutup telinga.
sesuatu yang
berbahaya.
Halusinasi Penciuman
(Klien mencium bau yang
muncul dari sumber tertentu
tanpa stimulus yang nyata).
Mengendus-endus
seperti sedang
membaui bau-bauan
tertentu.
Menutup hidung.
Halusinasi Pengecapan
Sering meludah.
Membauai bau-bauan
seperti bau darah, urin,
feses, dan terkadang
bau-bau tersebut
menyenangkan bagi
klien.
Merasakan rasa seperti
darah, urin, atau feses.
Mengatakan ada
serangga di
Halusinasi Kinestetik
(Klien merasa badannya
bergerak dalam suatu
ruangan/anggota badannya
bergerak)
permukaan kulit.
Merasa seperti
tersengat listrik.
Memegang kakinya
yang dianggapnya
bergerak sendiri.
Mengatakan badannya
melayang di udara.
Dimensi fisik
Manusia dibangun oleh sistem indra untuk menanggapi ransangan
eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat
ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti: kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan tidur dalam waktu lama.
Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena masalah yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinasi dapat
berupa perintah memaksa dan menakutkan, sehingga klien tidak
sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga berbuat sesuatu
terhadap ketakutannya.
Dimensi intelektual
Individu yang mengalami halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari
ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, tetapi pada saat
tertentu menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
Dimensi sosial
Dimensi spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi
dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Klien
yang mengalami halusiansi cenderung menyendiri dan cenderung tidak
sadar dengan keberadaannya serta halusinasi menjadi sistem kontrol
dalam individu tersebut.
D. Sumber Koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu
dapat mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping
dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan
masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu
seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.
E. Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri
F. Tahap Halusinasi
Tahap I (non-psikotik)
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien,
tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi klien. Karakteristik :
a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan
c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran.
Tahap II (non-psikotik)
pengalaman tersebut
b. Mulai merasa kehilangan control
c. Menarik diri dari orang lain
Perilaku yang muncul :
a. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah.
b. Perhatian terhadap lingkungan menurun
c. Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun
d. Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan
realita.
Tahap IV ( psikotik )
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat
panik
Perilaku yang muncul :
a. Resiko tinggi menciderai
b. Agitasi atau kataton
c. Tidak mampu merespon rangsangan yang ada
Pohon masalah
Akibat
Defisit
perawatan
diri
mandi/kebersihan,
berpakaian/berhias
toileting
Masalah Utama
Intoleransi aktivitas
Halusinasi
Penyebab
Isolasi sosial:
Menarik diri
1.
2.
Panik
3.
Reaksi kemaraan
4.
5.
6.
Mengepalkan tangan
7.
8.
Mudah tersinggung
Menyendiri di ruangan
2.
Tidak berkomunikasi
3.
4.
5.
6.
7.
Menarik diri
2.
3.
4.
Takut gagal
5.
6.
7.
5.
Sindroma
defisit
perawatan
diri:
mandi/kebersihan,
berpakaian/berhias.
1.
2.
3.
Ruangan
No. CM
Dx Medis
: GSP halusinasi
Tgl No
Dx
Dx
Perencanaan
Keperawatan Tujuan
Intervensi
Rasional
Perubahan
1. Setelah.. interaksi1. Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari
persepsi Sensori: klien
menunjukan dengan menggunakan prinsip klien merupakan hal
Halusinasi lihat tanda-tanda
percaya komunikasi terapeutik :
yang mutlak serta
dan dengar
kepada perawat :
Sapa klien dengan ramah baik akan memudahkan
Ekspresi
wajah verbal maupun nonverbal
dalam
pendekatan
dan
tindakan
bersahabuat
Perkenalkan
nama,
nama keperawatan
yang
Menunjukan
rasa panggilan dan tujuan perawat akan
dilakukan
senang
berkenalan
kepada klien
Ada kontak mata
nama
dan
kali
duduk
dengan Tunjukan sikap empati
menerima apa adanya
dan
berdampingan
perawat
Tunjukan
menepati
berinteraksi
Bersedia
mengungkapkan
masalah yang dihadapi
2.
dan
Kepercayaan klien
pada perawat dapat
diperoleh
dari
kontak yang sering.
o Waktu
2.2.Tingkah laku klien
2.2 Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya
o Frekuensi
terkait dengan halusinasinya, menunjukan
isi,
frekuensi
o Situasi dan kondisi jika menemukan klien sedang waktu,
halusinasi
:
serta
situasi
dan
yang
menimbulkan
Tanyakan
apakah
klien kondisi
yang
halusinasi
menimbulkan
mengalami sesuatu
halusinasi
Setelah. interaksi klien
menyatakan perasaan Tanyakan apa yang sedang
dan
respon
saat dialami
mengalami halusinasi :
Katakan bahwa perawat percaya
Marah
klien mengalami hal tersebut,
namun perawat sendiri tidak
Takut
mengalaminya(dengan
nada
bersahabat tanpa menuduh atau
Sedih
menghakimi)
Senang
Katakan bahwa ada klien lain
Cemas
yang mengalami hal yang sama
Katakan bahwa perawat akan
Jengkel
waktu
dan frekuensi2.3 Ungkapan dari klien
terjadinya halusinasi Situasi dan menunjukan
apa
kondisi yang menimbulkan atau yang dibutuhkan dan
tidak.
dirasakan oleh klien.
2.4 Membantu
memilihkan
cara
yang
tepat
untuk
2.3 Diskusikan dengan klien apa
klien
yang dirasakan jika terjadi membantu
menghadapi
halusinasi dan beri kesempatan
untuk
mengungkapkan perasaannya.
2.5 Membantu
klien
perasaannya.
dalam
mengenal
dari
2.4 Diskusikan dengan klien apa konsekuensi
halusinasi
yang
yang dilakukan untuk mengatasi
muncul
perasaan tersebut.
keluarga,
keluarga untuk pertemuan.
membina hubungan
menyatakan
setuju4.2 Diskusikan dengan keluarga :
terapeutik
dengan
untuk
mengikuti
Pengertian halusinasi
keluarga.
pertemuan
dengan
4.2 Keluarga
dapat
Tanda dan gejala halusinasi
perawat.
mengenal
dan
4.2 Setelah interaksi
membantu
klien
Proses terjadinya halusinasi
keluarga menyebutkan
dalam
pengertian, tanda dan
Cara yang dapat dilakukan mengendalikan
gejala,
proses
klien dan keluarga untuk halusinasinya
terjadinya halusinasi,
memutuskan halusinasi
dan tindakan untuk
mengendalikan
Obat-obat halusinasi
halusinasi
Cara merawat keluarga yang
halusinasi dirumah
klien menyebutkan :
yang tidak optimal
Nama, warna, dosis,
5.3 Meningkatkan
efek terapi dan efek
rasa PD serta
samping.
motivasi untuk
3.8 Setelah interaksi
menyukseskan
5.3 Beri
pujian
jika
klien
klien
program
menggunakan
obat
dengan
mendemonstrasikan
pengobatan.
penggunaan
obat benar.
5.4 Klien akan lebih
dengan benar.
aktif menjalani
3.9 Setelah interaksi
program pengobatan.
klien
menyebutkan
5.5 Tidak terjadi yang
akibat berhenti minum5.4 Diskusikan
akibat
berhenti tidak diharapkan
obat tanpa konsultasi minum obat tanpa konsultasi akibat pengobatan
dokter
yang tidak optimal
dokter.
5.5 Anjurkan klien untuk konsultasi
kepada
dokter/perawat
jika
terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa.
Fitria. N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelasanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7
diagnosis Keparawatan Jiwa Berat Bagi Program S-1 Keperawatan
Keliat, B,A. 1998. Askep Pada Kliean Gangguan Orientasi Realitas. Jakarta.
Maramis, F, W. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press.
Stuart & Sundeen. 1998. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Yosep,I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: refika Aditama.