Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pengawasan yaitu proses untuk menetapkan pekerjaan yang sudah
dilakukan, menilai dan mengoreksi agar pelaksanaan pekerjaan itu sesuai dengan
rencana
semula.
Pengawasan
sangat
penting
dilakukan
dalam
setiap
desentralisasi
dimaksudkan
agar
daerah lebih mampu mengembangkan inisiatif dan kreativitas daerah dan sumber
dayanya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pelayanan
kepada
masyarakat
dan
meningkatkan
pemberdayaan
masyarakat.
Namun
kesemuanya
itu
perlu
diimbangi
dengan
Sistem
1.2.
a)
b)
c)
d)
e)
1.3.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan pengawasan?
Apa yang dimaksud dengan pengawasan dalam organisasi pemerintahan?
Apa yang dimaskud dengan pengawasan melekat?
Apa yang dimaksud dengan pengawasan fungsional?
Bagaimanakah tahapan dalam audit pemerintahan?
Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai
a.
Bagi Penulis
Memenuhi tugas dari mata kuliah Auditing manajemen dan untuk
menambah wawasan baru mengenai pengawasan pemerintahan, terutama
dalam pengawsan melekat, pengawasan fungsional dan tahapan audit
pemerintahan.
b.
Bagi Pembaca
Menambah wawasan, referensi, dan informasi bagi pembaca agar
mengetahui lebih lanjut mengenai pengawasan pemerintahan.
BAB II
PENDAHULUAN
2.1.
Pengertian Pengawasan
4
akan
disamakannya
dengan
pengawasan,
Fayol
dalam
bukunya
General
Industrial
Management
Tujuan Pengawasan
Berkaitan
dengan
tujuan
pengawasan,
Situmorang
dan
Juhir
Proses Pengawasan
Proses Pengawasan adalah Proses yang menentukan tentang apa yang
harus dikerjakan, agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana. Artinya
pengawasan itu terdiri atas berbagai aktivitas, agar segala sesuatu yang menjadi
tugas dan tanggungjawab manajemen terselenggarakan. Proses pengawasan
merupakan hal penting dalam menjalankan kegiatan organisasi, oleh karena itu
setiap pimpinan harus dapat menjalankan fungsi pengawasan sebagai salah satu
fungsi manajemen. Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi
terhadap setiap pegawai yang berada dalam organisasi adalah wujud dari
pelaksanaan fungsi administrasi dari pimpinan organisasi terhadap para bawahan,
serta mewujudkan peningkatan efektifitas, efisiensi, rasionalitas, dan ketertiban
dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas organisasi.
Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi akan memberikan
implikasi terhadap pelaksanaan rencana akan baik jika pengawasan dilakukan
secara baik, dan tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak
setelah proses pengawasan dilakukan. Dengan demikian peranan pengawasan
sangat menentukan baik buruknya pelaksanaan suatu rencana. Proses pengawasan
terdiri dari beberapa tindakan (langkah pokok) tertentu yang bersifat fundamental
bagi semua pengawasan manajerial, langkah-langkah pokok ini menurut George R
Terry meliputi:
1. Menetapkan Standar Pengawasan
Standar Pengawasan adalah suatu standar (tolok ukur) yang merupakan
patokan bagi pengawas dalam menilai apakah obyek atau pekerjaan yang
diawasi berjalan dengan semestinya atau tidak. Standar pengawasan
mengandung 3 (tiga) aspek, yaitu:
a) Rencana yang telah ditetapkan, mencakup kualitas dan kuantitas hasil
pekerjaan yang hendak dicapai, sasaran-sasaran fungsional yang
dikehendaki, faktor waktu penyelesaian pekerjaan.
b) Ketentuan serta kebijaksanaan yang berlaku, mencakup ketentuan
tentang tata kerja, ketentuan tentang prosedur kerja (tata cara kerja),
peraturan per UU-an yang berkaitan dengan pekerjaan, kebijaksanaan
resmi yang berlaku, dll.
c) Prinsip-prinsip daya guna dan hasil guna dalam melaksanakan
pekerjaanmencakup aspek rencana dan ketentuan serta kebijaksanaan
telah terpenuhi, pekerjaan belum dapat dikatakan berjalan sesuai
Standar
di
Pengawasan
atas
merupakan
dengan
Hasil
kegiatan
yang
Pelaksanaan
dilakukan
Jenis-Jenis Pengawasan
Dalam hal pengawasan dapat diklasifikasikan macam-macam pengawasan
1. Berdasrkan Lembaga
a. Pengawasan Atasan Langsung (Pengawasan Melekat)
Dasar: Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengawasan. Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa
pengawasan terdiri dari:
a) Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atasan langsung baik di
tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah;
b) Pengawasan yang dilakukan secara fungsional oleh aparat
pengawasan. Pengawasan yang dimaksud dalam butir (a) adalah
merupakan pengawasan atasan langsung, sesuai dengan bunyi
pasal 3 sebagai berikut:
Pimpinan semua satuan organisasi pemerintahan, termasuk proyek
pembangunan di lingkungan departemen/lembaga instansi lainnya,
menciptakan pengawasan melekat dan meningkatkan mutunya
didalam lingkungan tugasnya masing masing; (2) Pengawasan
melekat dimaksud dalam ayat (1) dilakukan:
1) Melalui penggarisan struktur organisasi yang jelas dengan
pembagian tugas dan fungsi beserta uraiannya yang jelas pula;
2) Melalui perincian kebijaksanaan pelaksanaan yang dituangkan
secara
tertulis
yang
dapat
menjadi
pegangan
dalam
baik
mengenai
pelaksanaan
tugas
10
(Pemerintah
dalam
arti
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
pemerintahan
tetapi
(Presiden),
yang
BPK
sempit).
tugasnya
BPK
kepada
tidak
kepala
mempertanggungjawabkan
segala
kegiatan
pemerintah
daerah
untuk
menjamin
di
daerah
yang
bersangkutan.
Bagi
Mendagri
dan
sperti
pengawasan
atas
jalannya
Perda diluar dari Raperda yang mengatur pajak Daerah, retribusi Daerah,
APBD, dan RUTR, yaitu setiap Perda wajib disampaikan kepada
Mendagri untuk Provinsi dan Gubernur untuk Kabupaten/Kota untuk
memperoleh Klarifikasi. Terhadap Perda yang bertentangan dengan
kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi dapat dibatalkan sesuai
mekanisme yang berlaku.
Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan,
pemerintah dapat menerapkan sanksi kepada penyelenggara Pemda apabila
diketemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran oleh penyelenggara
Pemda tersebut. Sanksi dimaksud antara lain dapat berupa penataan
kembali suatu Daerah otonom, pembatalan pengangkatan pejabat,
penangguhan dan pembatalan berlakunya suatu kebijakan Daerah baik
Perda, keputusan Kepala Daerah, dan ketentuan lain yang ditetapkan
daerah serta dapat memberikan sanksi pidana yang diproses sesuai dengan
Per UU-an.
3. Berdasarkan Jarak
a. Pengawasan Langsung
Pengawasan Langsung adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara
mendatangi dan melakukan Pemeriksaan di tempat (on the spot) terhadap
obyek yang diawasi. Jika pengawasan langsung ini dilakukan terhadap
proyek pembangunan fisik, maka yang dimaksud dengan pemeriksaan di
tempat atau pemeriksaan setempat itu dapat berupa pemeriksaan
administrative atau pemeriksaan fisik dilapangan. Kegiatan untuk secara
langsung melihat pelaksanaan dari dekat ini, bukan saja perlu dilakukan
oleh perangkat pengawasan akan tetapi lebih perlu lagi dilakukan oleh
manajer atau pimpinan yang bertanggungjawab atas pekerjaan itu.
Dengan demikian ia dapat melihat dan menghayati sendiri bagaimana
pekerjaan itu dilaksanakan, dan bila dianggap perlu dapat diberikan
petunjuk-petunjuk dan instruksi-instruksi ataupun keputusan-keputusan
13
baik yang
dilakukan
oleh pimpinan
(manajer) yang
14
pengawasan
langsung,
terutama
bila
akan
menyangkut
4. Berdasarkan Ruang
a. Pengawasan Intern (Internal Control)
Pengawasan intern adalah merupakan kebalikan dari pengawasan
ekstern, karena pengertian intern yang berarti dari dalam itu memang
merupakan kebalikan dari ekstern yang berarti dari luar apabila ditinjau
dari pemerintah BPKP merupakan pengawasan intern pemerintah, dan
inspektorat jenderal ditinjau dari departemen merupakan pengawasan
intern departemen yang bersangkutan. Contoh lain inspektorat wilayah
provinsi ditinjau dari provinsi yang bersangkutan, dan inspektorat wilayah
Kabupaten/Kota ditinjau dari Kabupaten/Kota yang ber-sangkutan.
b. Pengawasan Ekstern (External Control)
Secara harafiah, pengawasan ekstern berarti pengawasan dari luar
dalam pengawasan ekstern subyek pengawasan yaitu si pengawas berada
di luar susunan organisasi obyek yang diawasi. Contoh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) adalah merupakan perangkat pengawasan ekstern
terhadap pemerintah, karena ia berada diluar susunan organisasi
pemerintah
(pemerintah
dalam
arti
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
pemerintahan
tetapi
(Presiden)
BPK
yang
sempit).
tugasnya
Ia
kepada
tidak
kepala
mempertanggungjawabkan
15
16
1) Dana dekonsentrasi;
2) Tugas pembantuan;
3) Kebijakan pinjaman hibah luar negeri;
Bebrapa kebijakan dalam operasional pengawasan diantaranya yaitu:
1) Sasaran
pemeriksaan
rencana
pengawasan
tahunan
(RPT),
yaitu
dana
PILKADA);
7) Pemeriksaan kinerja penerimaan Negara (pajak ataupun bukan pajak);
8) Pemeriksaan tugas pokok dan fungsi oleh IRJEN terhadap ITWIL;
9) Pemeriksaan tindak lanjut atas pemeriksaan uang Negara oleh BPK.
2.5.
berupa tindakan atau kegiatan usaha untuk mengawasi dan mengendalikan anak
buah secara langsung, yang harus dilakukan sendiri oleh setiap pimpinan
organisasi yang bagaimanapun juga.
Suatu proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan secara
berdaya dan berhasil guna oleh pimpinan unit/organisasi kerja terhadap fungsi
semua komponen untuk mewujudkan kerja di lingkungan masing-masing agar
secara terus menerus berfungsi secara maksimal dalam melaksanakan tugas pokok
yang terarah pada pencapaian tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
(Nawawi,1994:8)
Istilah pengawasan melekat (waskat) pertama kali muncul dalam Inpres
No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan dan Inpres No. 1
Tahun 1983 tentang Pedoman Pengawasan Melekat yang menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan pengawasan melekat ialah serangkaian kegiatan yang
bersifat sebagai pengendalian yang terus-menerus, dilakukan langsung terhadap
17
bawahannya, agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif dan
efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pengawasan
melekat
menurut
KEPUTUSAN
MENTERI
PEMERINTAHAN
bahwa
pengawasan
melekat
2.6.
18
PENDAYAGUNAAN
APARATUR
NEGARA
Nomor:
evaluasi
untuk
menguji
keandalan
penerapan
WASKAT
dilingkungannya.
Sedangkan tujuan pedoman ini adalah mewujudkan arah dan tindakan
yang sama dalam pelaksanaan WASKAT, sehingga pimpinan instansi pemerintah
dapat menciptakan kondisi yang mendorong tercapainya tujuan organisasi secara
efektif dan efisein.
2.7.
Indonesia.
Transparansi
dalam
pemerintahan
merupakan
wujud
19
tercermin
pada
tingkat
kinerja
aparatur
dalam
penyelenggaraan
2.8.
Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan proses pembentukan organisasi yang
didesain sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan organisasi,
dan pelaksanaan fungsi manajerial secara menyeluruh.
2.
Pembinaan Personil
Pembinaan personil merupakan upaya menjaga agar faktor sumber daya
manusia yang menjalankan sistem dan prosedur instansi pemerintah
memiliki kemampuan secara profesional dan moral sesuai dengan
kebutuhan tugas dan tanggung jawabnya, yang dilakukan secara terus
menerus sejak perekrutan pegawai hingga pensiun.
3.
Kebijakan
Kebijakan merupakan pedoman yang ditetapkan oleh manajemen secara
tertulis untuk mendorong tercapainya tujuan organisasi.
4.
Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses penetapan tujuan serta langkahlangkah kegiatan yang akan dilakukan pada masa datang.
20
5.
Prosedur
Prosedur merupakan rangkaian tindakan untuk untuk melaksanakan
aktivitas tertentu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
6.
Pencatatan
Pencatatan merupakan proses pendokumentasian transaksi/kejadian
secara sistematis yang relevan dengan kepentingn organisasi instansi.
Pencatatan juga mencakup proses pengelolaan data yang diperoleh
menjadi informasi dalam bentuk keluaran olahan data atau laporan.
7.
Pelaporan
Pelaporan merupakan bentuk penyampaian informasi tertulis kepada unit
kerja yang lebih tinggi (pemberi tugas) atau kepada instansi lain yang
mempunyai garis kepentingan interaktif dengan instansi pembuat
laporan.
2.9.
instansi,
gaya
operasi,
dan
cara
pimpinan
instansi
21
4.
5.
hubungan
antar
unsur
Waskat
tersebut
dalam
membentuk
jaringan
kinerja,sehingga tidak ada suatu kegiatan yang luput dari salah satu unsur Waskat
tersebut.Sebagai contoh, jika ada suatu kegiatan yang telah disepakati
untukdilaksanakan
tersebuttidak
sesuai
tertulis,
dengan
kegiatan
kebijakan
tidak
pimpinan
diorganisir
tetapi
dengan
kebijakan
baik,
tidak
kegiatan
tersebut
jauh
dari
sempurna
dan
sulit
di
pertanggungjawabkan.
2.12.
23
Langkah-langkah
sosialisasi Waskat
satuan
organisasi/kerja,
pemantauan
pelaksanaan
Waskat,
Sosialisasi Waskat
Sosialisasi Waskat bertujuan untuk memberikan pemahaman yang tepat
Waskat
dilaksanakan,
pimpinan
satuan
organisasi/kerja
mendalam.
Pemantauan Pelaksanaan Waskat
Pemantauan merupakan rangkaian tindakan mengikuti pelaksanaansuatu
Tindak Lanjut
Tindak
lanjut
tindakanperbaikan
danpendalaman
dan
titik
dari
hasil
evaluasi
penyempurnaan
rawan
pelaksanaan
sistem
penyimpangan
dan
melalui
Waskat
prosedur
audit
berupa
operasi,
operasional
atauinvestigasi.
25
c
d
e
tugas
2. Meningkatnya kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
3. Menurunnya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
4. Berkurangnya penyalahgunaan wewenang antara lain diukur dari
menurunnya kasus penyalahgunaan wewenang yang terjadi padasatuan
organisasi/kerja yang bersangkutan, serta meningkatnyapenyelesaian
tindak lanjut. Hal tersebut antara lain dapat diperoleh dari laporan hasil
pengawasan.
5. Berkurangnya kebocoran, pemborosan dan pungutan liar, antara laindiukur
dari menurunnya kasus penyimpangan yang terjadi sertameningkatnya
penyelesaian tindak lanjut serta terjadinya peningkatankehematan, efisiensi
dan efektifitas.
6. Cepatnya penyelesaian perizinan, diukur dari tertib tidaknya pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat antara lain melalui: a. penatausahaan; b.
ketepatan waktu; dan c. tanggapan masyarakat, Indikator tersebut dapat
diperoleh dari laporan pelaksanaan tugas danlaporan hasil pengawasan
fungsional dan pengawasan masyarakat; dan cepatnya pengurusan
kepegawaian, diukur dari tertib tidaknya pelayanan yang diberikan kepada
pegawai melalui: a. penata usahaan; b. ketepatan waktu; dan c. ada
tidaknya pengaduan dari pegawai dan masyarakat. Untuk tercapainya
tujuan meningkatkan aparatur pemerintah yangberkualitas, bersih dan
bertanggungjawab, Waskat perlu dilaksanakanmelalui suatu proses yang
terintegrasi, meliputi kesiapan pelaksanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
2.14.
secara
terus
menerus
memimpin
dan
mengikuti
pelaksanaan
26
selanjutnya
disingkat
mengkoordinasikan
pelaksanaan
pengawasan
dilakukan
yang
MENKO
kebijaksanaan
oleh
Badan
EKUIN
&
pengawasan
Pengawasan
WASBANG
terdiri
dari
Keuangan
dan
27
ii.
yang
iii.
fungsinya;
b. Inspektorat Jenderal Departemen, Aparat Pengawasan Lembaga Pemerintah
Non Departemen / Instansi Pemerintah lainnya yang melakukan pengawasan
terhadap kegiatan umum pemerintahan dan pembangunan dalam lingkungan
Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen / Instansi Pemerintah yang
bersangkutan
c. Inspektorat Wilayah Propinsi yang melakukan pengawasan umum atas jalannya
pemerintahan Daerah, baik yang bersifat rutin maupun pembangunan
d. Inspektorat Wilayah Kabupaten / Kotamadya yang melakukan pengawasan atas
jalannya
pemerintahan
Daerah,
dan
pemerintahan
Desa
di
dan/atau
masalah-masalah
dalam
bidang
administrasi
di
29
2.17.
Para Menteri
Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/ PANGKOPKAMTIB
Jaksa Agung
Para Pejabat lainnya yang dianggap perlu.
Rapat-rapat koordinasi dengan aparat pengawasan fungsional sewaktu-
pengawasan,
di
tingkat
Menteri/Pimpinan
Lembaga
pelaksanaan
teknis
operasional
pengawasan,
di
tingkat
30
Non
Departemen/Pimpinan
Instansi
Pemerintah
yang
31
32
33
Tahap Perencanaan
Tahap ini terdiri dari evaluasi dan pengujian pengendalian internal untuk
mendukung kesimpulan audit mengenai pencapaian tujuan pengendalian internal
yang diuraikan sebagai berikut:
1. Keandalan laporan keuangan yaitu transaksi dicatat, diproses dan
diikhtisarkan dengan benar, dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum
34
2.20.4.
35
2.20.5.
Tahap Pelaporan
36
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pengawasan adalah suatu proses untuk menegaskan bahwa seluruh
aktifitas yang terselenggara telah sesuai dengan apa yang sudah direncanakan
sebelumnya. Dalam pemerintahan pengawasan mempunyai arti sebagai penilaian
dan analisis dari pelaksanaan berbagai urusan pemerintahan agar dapat berjalan
sesuai dengan standar dan kebijakan pemerintah yang berdasarkan peraturan
Perundang-undangan dengan memberikan rekomendasi perbaikan-perbaikan yang
perlu dilakukan terhadap pejabat yang berwenang. Dengan demikian pengawasan
dilakukan dalam setiap penyelenggaraan pemerintah baik pemerintah daerah
maupun pemerintah pusat karena dengan pengawasan setiap kegiatan atau
program akan terhindar dari penyimpangan penyimpangan seperti korupsi dan
dengan pengawasan kegiatan atau program dari pemerintah akan tepat sasaran
sesuai tujuan yang di rencanakan sebelumnya.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari
adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan
dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan
kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas
yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana
pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi
sejauhmana
kebijakan
pimpinan
dijalankan
dan
sampai
sejauhmana
37
38
DAFTAR PUSTAKA
Marc.
1984.
Psikologi
Industri/Organissai
Modern.
Jakarta:Arca.
Ahmad,
Kemal.2013.
Sistem
Pengawasan
Di
Indonesia
Dan
39
LAMPIRAN
Kasus
Seringnya pemadaman listrik yang dilakukan Perusahaan Listrik Negara
(PLN) membuat geram sejumlah masyarakat. Bila dikaji secara ekonomi, apa
yang telah dilakukan PLN tersebut sedikit demi sedikit telah menyebabkan
kerugian banyak pihak, terutama sektor usaha
Menurut pakar ekonomi Deliarnov, jika PLN terus melakukan pemadaman
bergilir, maka pertumbuhan ekonomi kita pun akan terhambat. Untuk mengubah
kebiasaan buruk itu, diperlukan reformasi di tubuh PLN. Kunci utama untuk
reformasi itu berada pada pemerintah pusat.
Ia juga mengatakan Pemerintah harus berani mereformasi PLN.
Pemerintah juga mesti bertindak tegas untuk menegur PLN. Kalau bisa datangkan
BPK atau KPK untuk mengaudit apakah benar penyaluran dana di PLN tersebut,
karena setiap kali ada pemadaman alasannya ada mesin yang rusak atau daya
tidak cukup karena besarnya beban pemakaian.
Pertanyaan :
1. Apakah
langkah
yang
seharusnya
dilakukan
pemerintah
dalam
40
Jawaban
1. Dalam menghadapi kasus ini, sudah semestinya pemerintah meminta BPK
atau KPK untuk mengaudit PLN. Seperti audit terhadap penyaluran dana
pemerintah kepada PLN apakah dana tersebut digunakan sebagaimana
mestinya serta perlu juga dilakukan audit manajemen dan audit investigasi
dalam tubuh PLN sehingga akan diketahui penyebab-penyebab terjadinya
masalah yang saat ini dihadapi PLN. Tidak hanya melakukan audit, PLN
juga
harus
diperbaiki
sistem
pengendalian
internnya
sehingga
sedini
penyelewengan/
mungkin
penyimpangan
kemungkinan
dengan
cara
terjadinya
melakukan
dilakukan
agar
apabila
suatu
perbuatan
41
seharusnya
mempertangungjawabkan
perbuatannya
kepada
masayarakat yang sangat dirugikan dalam hal ini, sudah semestinya pihak
PLN meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat, memberikan
kompensasi yang sesuai kepada masyarakat, melakukan perbaikanperbaikan terhadap sistem yang dimiliknya, dan menggunakan dana yang
diterima untuk keperluan yang semestinya, meningkatkan pengawasan dan
perawatan terhadap gardu-gardu listrik serta, dan meningkatkan pelayanan
yang baik kepada masyarakat.
Solusi
Seperti yang sudah kita ketahui, jika masyarakat terlambat membayar
maka pihak PLN akan memberikan sanksi kepada masyrakat tersebut dengan
memutus aliran listrik untuk sementara waktu. Namun jika PLN yang melakukan
pemadaman baik secara bergilir maupun mendadak, pihak PLN tidak
bertanggungjawab baik secara moril maupun material kepada masyarakat yang
42
dirugikan. Sudah seharusnya pihak PLN membenahi diri agar dapat memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.
Solusi yang diperlukan menghadapi situasi ini adalah perlunya perbaikan
pada Sistem Pengendalian Intern PLN, perlunya dilakukan pengawasan dan
perawatan (pemeliharaan) yang berkala akan gardu-gardu listrik serta sistem, dan
pengoperasian yang dimilki PLN. Selain itu juga diperlukan realisasi pembangkit
listrik lainnya, seperti yang saat ini sedang direncanakan oleh pemerintah.
Otonomi bagi daerah untuk mengatur dan mengelola PLN yang berada di
daerahnya, sehingga pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengatur
kinerja PLN dengan cara memberikan kepercayaan dan modal ke pemerintah
daerah. Pengawasan terhadap penggunaan dana yang diberikan oleh pemerintah
juga perlu dilakukan sehingga penyelewengan akan dana tersebut dapat dicegah.
Selain itu juga perlu dilakukan audit secara berkala oleh BPK atau KPK sehingga
kecurangan-kecurangan, serta masalah-masalah dapat diminimalisasi.
43