Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun Oleh:
Achmad Risaryo Maruto Putro
1102011003
Pembimbing:
dr. Didiet Pratignyo, SpPD-FINASIM
ABSTRAK
Objektif
Hipoglikemia merupakan salah satu faktor penting yang dapat menjadi penyulit pasien dengan diabetes
tipe 1 dalam mengontrol kadar glukosa darahnya, dimana hipoglikemia meningkatkan angka morbiditas
dan angka kematian pasien yang sedang dalam pengobatan intensif insulin. Agonis reseptor adrenergik 2 dilaporkan dapat mengatasi hipoglikemia nokturnal. Namun apakah inhalasi long-acting
agonis
reseptor adrenergic -2 ini adalah sebagai tatalaksana hipoglikemia atau sebagai pencegah terjadinya
hipoglikemia masih belum terjawab.
Desain dan Metode
Pada penelitian pertama (hyperinsulinemic-hypoglycemic clamp study), tujuh pasien dengan diabetes tipe
1 dan tujuh orang sehat sebagai grup kontrol sebagian diberikan inhalasi formoterol (48g) dan sebagian
lagi diberikan plasebo untuk melihat kemampuan inhalasi formoterol sebagai antagonis efek dari insulin.
Pada penelitian kedua, lima pasien dengan diabetes tipe 1 diberikan inhalasi formoterol untuk melihat
efek dari formoterol sebagai terapi pencegahan pada insulin-induced hypoglycemia.
Hasil
Pada fase hiperinsulinemik hipoglikemia, dibandingkan dengan plasebo, inhalasi formoterol menurunkan
GIR (Glucose Infusion Rate), yang dibutuhkan untuk mengontrol kadar glukosa darah, sebanyak 45-50%
(p<0,05). Tidak ada efek yang signifikan terhadap pelepasan hormon-hormon seperti glukagon, epinefrin,
kortisol, dan hormon pertumbuhan (growth hormone) (P=NS). Lalu pada penelitian kedua, voluntir
dengan diabetes tipe 1 yang diberikan plasebo mengalami penurunan kadar glukosa darah menjadi 58 5
mg/dl setelah 1 jam diberikan insulin basal dengan dosis dua kali lipat. Di sisi lain, inhalasi formoterol
mencegah terjadinya hipoglikemia ini (P<0,001).
Kesimpulan
Inhalasi agonis spesifik reseptor adrenergik -2 formoterol ini mungkin dapat berguna dalam pencegahan
atau penatalaksanaan untuk hipoglikemia akut dan mungkin juga dapat berguna untuk membantu pasien
dengan diabetes tipe 1 mencapai kadar glukosa darah optimal dengan aman.
PENDAHULUAN
Hipoglikemia merupakan faktor resiko utama atau penyulit penggunaan
regimen insulin intensif, dimana insulin intensif ini terbukti dapat digunakan
sebagai pencegah atau penunda terjadinya komplikasi pada pasien-pasien dengan
diabetes tipe 1. Hipoglikemia berat dapat terjadi tanpa munculnya gejala pada
sebagian pasien diabetes tipe 1, sehingga pada keadaan tersebut dapat membuat
pasien tidak mengambil tindakan yang tepat atau bantuan dari orang lain. Sehingga
pada beberapa pasien, muncul rasa takut akan hipoglikemia yang berujung pada
komplikasi jangka panjang.
DESAIN DAN METODE PENELITIAN
- Subjek Penelitian
KESIMPULAN
Pemberian terapi insulin intensif pada pasien dengan diabetes tipe 1
terbataskan oleh tingginya angka kejadian hipoglikemia berat, yang berujung pada
ketakutan pasien untuk mencapai target kadar glukosa.
Pada penelitian ini, inhalasi formoterol pada grup kontrol dan grup diabetes
tipe 1 menyebabkan penurunan kebutuhan glukosa tubuh sehingga glukosa tetap
beredar di dalam sirkulasi darah dan pasien terhindar dari hipoglikemia. Lalu pada
penelitian ini juga terbukti bahwa pemberian inhalasi formoterol pada pasien
dengan diabetes tipe 1 akan meningkatkan kadar glukosa darah setelah 45 menit
pemberian dan tetap menjaga kadar tersebut untuk tidak turun hingga akhir waktu
penelitian meskipun diberikan dosis insulin dua kali lipat setelah 1 jam pemberian
inhalasi formoterol tersebut. Selain itu, didapatkan juga kadar glukosa darah akhir
penelitian pada pasien dengan diabetes tipe 1 yang diberikan inhalasi formoterol
dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan pasien yang diberikan plasebo. Temuan ini
menyimpulkan bahwa terbukti inhalasi formoterol cukup efektif dalam mencegah
terjadinya hipoglikemia.
Tidak ada respon kardiovaskular yang terjadi atau yang perlu diperhatikan
sebagai efek samping pemberian inhalasi formoterol. Selain itu, inhalasi formoterol
juga tidak memengaruhi hormon-hormon glukoregulator.
2015 oleh American Diabetes Association.
Dipublikasikan secara online 7 Juli 2015