Sie sind auf Seite 1von 11

APLIKASI TEORI KEPERAWATAN DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

ANESTESI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Profesional Prodi DIV
Keperawatan Semester VII

Disusun oleh :
Eka Sulistyowati

NIM. P07120213015

Heryuni Prastiwi

NIM. P07120213019

Silmah Wahyuningsih

NIM. P07120213041

Wanti Nurin Salasa

NIM. P07120213037

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Praktek

keperawatan

anestesi

secara

historis

telah

didefinisikan

berdasarkan suatu wawasan fungsional. Hal ini diilustrasikan dengan meninjau


kembali lingkup praktik keperawatan anestesi seperti yang telah didefinisikan
oleh American Association of Nurse Anesthetist (AANA). Artikel ini
mempublikasikan tentang 11 fungsi yang secara garis besar menjelaskan lingkup
praktik dari perawat anestesi. Mayoritas fungsi yang dijelaskan terutama tentang
"teknis" dalam orientasi, seperti item yang menyatakan ruang lingkup praktek
keperawatan anestesi yaitu manajemen airway dan status respirasi menggunakan
intubasi endotrakeal, ventilasi mekanik, farmakologikal support, dan respiratory
therapy atau ekstubasi.
Fungsi lain bagi perawat anestesi berdasarkan AANA yakni berhubungan
dengan tantangan untuk perawat anetesi seperti dalam memilih teknik anestesi
yang tepat. Apabila dibandingkan dengan praktik keperawatan saat ini, lingkup
perawat anestesi sesuai AANA 1992 yaitu menghindari tidak adanya kerangka
konseptual maupun kerangka teoritis. AANA menyatakannya dalam Standar
praktik Perawat Anestesi. AANA percaya bahwa Standar praktik harus
didasarkan pada filsafat, teori, ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip, berfungsi
untuk memperbarui klinikal praktik
Tujuan dari artikel ini adalah untuk menjelaskan prinsip-prinsip teori
keperawatan dan kemungkinan pengapilasiannya dalam praktik dan pendidikan
keperawatan anestesi. Secara signifikan dari tujuan ini ditekankan oleh Dewan
Akreditasi Program Pendidikan Perawat Anestesi, yang menyatakan bahwa
program yang terakreditasi harus merancang kurikulum yang akan mendapat
gelar pendidikan tinggi untuk siswa yang akan masuk program pada atau setelah
1 Januari 1998, dan yang berhasil menyelesaikan persyaratan kelulusan .Komisi
nasional pendidikan keperawatan anestesi menjelaskan bahwa AANA secara
bertahap telah meningkatkan persyaratan pendidikan dalam menanggapi

permintaan untuk layanan yang lebih kompleks, perluasan pengetahuan, dan


kemampuan teknologi. Dewan ini kedepannya mensyaratkan agar program
pendidikan harus melakukan perencanaan kurikulum dan / atau desain program
dalam membangun pendidikan. Persyaratan untuk pendidikan keperawatan
seperti yang ditetapkan oleh National League for Nursing mencakup mandat
"untuk memperluas pengetahuan teori keperawatan sebagai dasar untuk
kemajuan praktek keperawatan." Selanjutnya, teori keperawatan menjadi
kurikulum wajib di program pendidikan perawat anestesi yang bertempat di
perguruan tinggi keperawatan.
Kesesuaian model kedokteran secara sederhana

digunakan sebagai

kerangka kerja dalam program perawat anestesi. Lalu yang dipertanyakan,


seperti dalam profesional keperawatan dan pendidikan adalah penggunaan
model kedokteran dalam keperawatan. Model kedokteran yang dijelaskan oleh
Englehardt yaitu penolakan spekulasi filosofis dan memberikan cara untuk
pengambilan keputusan rasional atau logis. Dokter menggunakan pengalaman
klinis mereka dan observasi pasien sebagai dasar untuk mengembangkan
diagnosa dan pengobatan. Englehardt melanjutkan dengan mendukung gagasan
bahwa praktek medis, juga, bisa mendapatkan keuntungan dari landasan teori
yang dapat menambahkan " analytic regard " untuk pengetahuan.
Pertanyaannya cukup sederhana : jika AANA merasa bahwa lulusan,
pendidikan merupakan hal yang cukup penting untuk mandat sebagai
persyaratan kurikulum, tidak seharusnya kita kemudian mempertimbangkan
perubahan dalam kerangka dimana praktik CRNAs? Sayangnya, jawaban atau
solusi tidak begitu sederhana karena perawat ahli anestesi pertama harus
mengakui kekosongan teoritis dalam praktek mereka (mengingat salah satu
masalah profesi kita adalah gagasan bahwa kita adalah teknisi dan selanjutnya
mengingat profesi apa pun harus menurut definisi, didukung oleh kerangka kerja
konseptual) dan memutuskan bahwa mungkin diisi dengan dimasukkannya
kerangka teoritis. Mengembangkan teori bukanlah usaha yang sederhana.
Mungkin profesi perawat anestesi akan lebih baik mengadopsi dan mengadaptasi
model keperawatan teoritis yang praktik keperawatan telah dijadikan dasar.

Untuk memfasilitasi pemahaman yang lebih baik dari teori keperawatan dan
praktek keperawatan, maka perlu meninjau teori keperawatan dalam praktek
keperawatan.

BAB II
ISI
A; Kajian literatur: Teori Keperawatan dalam praktek
Praktek kadang-kadang dipandang sebagai "turun ke lapangan secara
langsung oleh pelaku", sementara teori dipandang agak esoterik, dalam
beberapa kasus yang tidak perlu atau marginal. Teori keperawatan
mempengaruhi

praktek

keperawatan

dalam

berbagai

cara.

Fawcett

berpendapat bahwa teori keperawatan membedakan keperawatan dari medis


dengan mengarahkan tindakan kita dan mengendalikan lingkungan klinis. Hal
ini dicapai melalui kemampuan teori keperawatan dengan mendefinisikan
masalah klinis yang harus dipertimbangkan, aturan mengenai praktek
keperawatan, penerima perawatan, proses keperawatan, format, dan konten.
Model keperawatan berfungsi sebagai dasar untuk sistem informasi klinis
(formulir pendaftaran, rencana perawatan, dan ringkasan pulang dll).
Konseptual model juga mengarahkan pengembangan sistem klasifikasi
pasien. Fawcett menyatakan dengan tegas bahwa "Model keperawatan yang
dirancang untuk menggerakkan keperawatan jauh dari perawatan pada
umumnya dan tugas yang berorientasi praktek profesional. Model
keperawatan diciptakan untuk membentuk keperawatan ke dalam apa yang
seharusnya
Speedy mengklaim bahwa teori keperawatan menjelaskan dengan
latihan mampu mengubah cara memahami keperawatan. Hal ini dicapai
melalui pengujian teori keperawatan di area klinis. Mengadaptasi
pengetahuan ilmiah dasar (divalidasi oleh penelitian) adalah penentu utama
keperawatan praktek. "Praktek Keperawatan berdasarkan teori dan penelitian
telah menjadi landasan yang kuat, jauh dari trial and error, dugaan atau
intuisi.
Allen menegaskan bahwa teori keperawatan memberdayakan perawat
untuk mempertanyakan status quo. Dia berpendapat bahwa tujuan dari teori

kritis

adalah

untuk

mengekspos

kontradiksi,

penindasan,

dan

ketidakseimbangan kekuasaan yang menghambat kebebasan dan otonomi


yang dibutuhkan untuk mengembangkan profesi. Hal ini membutuhkan
keterbukaan dan tidak adanya pembatasan komunikasi, yang akan lebih
membantu pasien dalam membuat pilihan tentang perawatan mereka.
Kritik

dari

teori

keperawatan

berpendapat

bahwa

proses

penggabungan teori keperawatan dalam praktek mungkin terlalu sulit untuk


dicapai realisasinya. Penerapan teori ini mungkin memerlukan kecanggihan
konseptual yang lebih besar dari teoritiside, teori sering terlalu samar dan
abstrak untuk diberlakukan karena ada pembatasan oleh nilai-nilai dan
keyakinan dari pencetusnya dan kredibilitas model keperawatan ditantang
ketika pasien tidak melihat perbedaan dalam perawatan ketika kerangka
teoritis digunakan. Meskipun kritik mungkin berlaku untuk praktek
keperawatan umum yang menggabungkan berbagai spesialisasi dan
keterampilan, praktisi khusus yang ahli mungkin memanfaatkan aplikasi
dengan referensi kerangka konseptual yang lebih mudah berdasarkan fokus
yang lebih sempit sesuai dengan praktek mereka. Benner membela teori
keperawatan

dalam

praktek

dengan

menegaskan

bahwa

perawat

menggunakan teori dalam praktek sehari-hari mereka, tetapi tidak menyadari


dasar untuk kompetensi mereka.
Dengan pernyataan ini, kerangka teori keperawatan Betty Neuman
akan diterapkan pada praktek perawat anestesi. Teori Neuman merupakan
salah satu dari beberapa teori keperawatan yang bisa tepat diterapkan untuk
anestesi. Neuman telah dipilih karena orientasinya dengan teori sistem,
pendekatan yang melibatkan proses dan hasil, dengan demikian tampaknya
yang paling tepat untuk praktek anestesi.
B; Model Sistem Neuman
Model Neuman didasarkan pada koping stres individu, reaksi stress,
dan faktor pemulihan yang dinamis. Tujuan dari model ini disebut pendekatan
individu secara penuh, yaitu fokus memberikan pendekatan terhadap masalah

keperawatan yang bervariasi dan untuk memahami fenomena dasar: manusia


dan lingkungannya. Teori Neuman diklasifikasikan sebagai teori sistem yang
mengevaluasi proses dan hasil terhadap organisasi yang lebih besar. Individu
didefinisikan oleh Neuman sebagai sistem terbuka, sistem holistik
berinteraksi dengan dan untuk lingkungan. Lingkangan didefinisikan sebagai
"semua yang mempengaruhi individu tersebut".
Lingkungan adalah sumber stres bagi orang yang memiliki potensi
terganggunya garis pertahanan normal seseorang (kisaran normal tanggapan
terhadap stres). Stres mungkin bermanfaat atau berbahaya tergantung pada
kekuatan yang fleksibel dari garis pertahanan atau mekanisme koping
(kombinasi individu dari respon terhadap stres). Manusia yang mampu
beradaptasi dengan perubahan dalam berinteraksi dengan lingkungan akan
bervariasi derajat kesehatannya. Jika kebutuhan seorang individu terpenuhi
maka orang itu dalam keadaan kesehatan yang optimal begitupula sebaliknya.
Tiga konsep kunci dalam teori Neuman adalah stres, homeostasis, dan
persepsi pasien. Peran perawat adalah fokus pada variabel yang
mempengaruhi tanggapan seseorang terhadap stres, menyembuhkan atau
menghilangkan faktor risiko yang terkait dengan itu. Perawat menilai,
mengelola, dan mengevaluasi pasien, bertindak untuk menghambat gangguan.
Intervensi oleh perawat, dapat dimulai pada setiap poin di mana stressor yang
baik dicurigai atau diidentifikasi. Salah satunya akan mengintervensi
pencegahan primer karena reaksi belum terjadi, meskipun tingkat risiko atau
bahaya diketahui. Perencana akan berusaha untuk mengurangi kemungkinan
individu mengalami
memperkuat

lini

stressor atau dalam beberapa cara berupaya untuk


fleksibel

individu

pertahanan

untuk

mengurangi

kemungkinan reaksi. Dampak dari beberapa stres dapat mengurangi


efektivitas sistem pertahanan seseorang memungkinkan reaksi terhadap
stressor terjadi.

C; Diskusi: Menerapkan model sistem Neuman untuk anestesi


Perawat ahli anestesi adalah perawat utama yang memiliki peran dalam
hal menilai, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan
klien. Ruang lingkup yang unik dari praktek perawat anestesi berbeda secara
signifikan dari spesialisasi keperawatan lainnya, fokus utamanya meliputi:
1; Penyusunan dan evaluasi preanestesi
2; Anestesi induksi, pemeliharaan, dan kegawatdaruratan
3; Perawatan post anestesi
4; Perianestesi dan fungsi dukungan klinis.
Fungsi-fungsi dari perawat anestesi jika dipertimbangkan dalam
kerangka Neuman, berusaha untuk mendukung garis pertahanan normal dari
klien dengan menghambat stressor pengalaman klien. Mayoritas tindakan
yang dilakukan oleh perawat anestesi diarahkan pada penurunan fisik dan
kecemasan dari awal konseling pra operasi, melalui administrasi dari
anxiolytics, vagolytics, dan anestesi, pada pasca operasi perawat melakukan
follow up. Teori Neuman juga menekankan pada keseimbangan homeostatis
dalam pemeliharaan seluruh sistem individu. Homeostasis adalah sebuah
konsep yang terintegrasi dengan baik dalam praktek anestesi seperti yang
dibuktikan dengan kewaspadaan konstan yang diperlukan anestesi selama
dilakukan asuhan keperawatan anestesi.
Neuman berpendapat bahwa meskipun perawat menerima pelatihan
dalam kebiasaan dan perilaku, diharapkan perawat melakukan konsep dengan
cara mereka sendiri. Neuman telah mengembangkan banyak aplikasi dalam
teorinya dalam rangka memberikan cara yang berarti dengan menggabungkan
konseptual referensi ke dalam praktek. Salah satu caranya dengan alat
penilaian. Alat ini berkaitan dengan manusia dan menganggap tiga prinsip
dasar:
1; Penilaian yang baik membutuhkan pengetahuan tentang semua faktor yang
mempengaruhi bidang persepsi pasien. (Identifikasi faktor-faktor ini
berlangsung selama penilaian preanestesi.)

2; Makna terhadap stressor pasien harus divalidasi oleh pasien serta perawat.
(Hal ini ditunjukkan dalam pra operasi dengan klasifikasi kecemasan yang
berfungsi untuk mengidentifikasi tiga pola koping yang berbeda pada
pasien

dalam menghadapi operasi. Perawat anestesi dapat memilih,

memberikan konseling khusus kepada pasien dengan tingkat tinggi atau


rendah kecemasan antisipatif, karena ini terkait dengan kurangnya
partisipasi pasien selama periode pasca operasi.)
3; Faktor-faktor persepsi perawat di lapangan bahwa penilaian mempengaruh
situasi pasien harus menjadi jelas. (Prinsip ini ditiadakan dengan
menggunakan evaluasi preanestesi dalam rencana perawatan perioperatif.)
Ini beberapa contoh menggambarkan kemudahan dan kesesuaian
menerapkan teori keperawatan ke praktek anestesi.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sejak program perawat anestesi telah berkembang ke ranah pendidikan
tinggi, sudah sepatutnya bahwa kerangka teoritis keperawatan dimasukkan ke
dalam acuan praktek perawat anestesi. Seperti yang ditunjukkan dalam artikel
ini, tugas itu dapat dengan mudah dicapai dan tepat diterapkan pada praktek
perawat anestesi. Kendala utama atas penggunaan teori keperawatan tidak
kompleksitas, tetapi keengganan para praktisi untuk menerima teori
keperawatan sebagai bagian penting dari pengembangan profesional mereka
yang menjadi kendalanya. Keengganan ini tampaknya tidak konsisten dengan
dialog profesionalisme. Sebuah yayasan kuat dalam keperawatan dan
kerangka kerja konseptual praktek hanya sedikit kontribusinya yang dibuat
oleh teori keperawatan untuk perawat anestesi. Kontribusi lebih lanjut masih
harus dieksplorasi dalam anestesi dan lulusan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Martin, Susan. 1996. Applying Nursing Theory To The Practice Of Nurse
Anesthesia. Jurnal Of The American Association Of Nurse A
Nesthetists. 64 (4): 369-372.(Diakses Tanggal 17 Oktober 2016 Pukul
20.00 WIB)

Das könnte Ihnen auch gefallen