Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
KEUANGAN NEGARA
dan PAJAK
asas penyusunan APBN defisit dan surplus. Jika menganut APBN defisit, artinya
pengeluaran negara lebih besar daripada penerimaan negara. Biasanya negara
yang menganut APBN defisit, dalam mengatasi kekurangan penerimaannya
akan melakukan pencetakan uang baru demi terhindar dari pinjaman luar
negeri yang terlalu besar. Pencetakan uang baru ini akan menyebabkan jumlah
uang yang beredar makin banyak, suku bunga turun dan harga-harga barang
naik. Gejala inilah yang disebut penyakit ekonomi inflasi. Jika suatu negara
menganut APBN surplus, pengeluaran negara lebih kecil daripada
penerimaannya. Hal ini berarti pengeluaran- pengeluaran negara menjadi
sedikit yang akan menyebabkan jumlah uang beredar menjadi berkurang.
Akibatnya, tingkat suku bunga akan naik dan harga-harga barang akan turun.
Inilah yang disebut deflasi.
d. Apabila suatu negara menganut APBN berimbang, artinya pengeluaran negara
sama dengan penerimaan negara sehingga diharapkan negara tersebut
mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil, terutama di bidang moneter.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2008 dan 2009 (dalam triliun rupiah)
Sumber
200
200
Penerimaan
8895,0
9985,7
A. Pendapatan Negara
dan Hibah
I. Penerimaan Dalam Negeri
892,0
984,8
1. Penerimaan Perpajakan
609,2
725,8
a. Pajak Dalam Negeri
580,2
697,3
i. PPh
305,0
357,4
ii.PPN
195,5
249,5
iii.PBB
25,3
28,9
iv.BPHTB
5,4
7,8
v. Cukai
45,7
49,5
vi.
Pajak Lainnya
3,4
4,3
b. Pajak Perdagangan Internasional
29,0
28,5
i. Bea Masuk
17,8
19,2
ii.Bea Keluar
11,2
9,3
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
282,8
258,9
a. Penerimaan Sumber Daya Alam
192,8
173,5
i. Migas
182,9
162,1
ii.
Non-Migas
9,8
11,4
a.
Bagian Laba BUMN
31,2
30,8
b.PNBP lainnya
53,7
49,2
c.
Pendapatan BLU
5,1
5,4
II. Hibah
2,9
0,9
989,5
697,1
290,0
407,0
94,8
234,4
1037,1
716,4
322,3
394,1
101,7
166,7
292,4
278.4
14,0
320,7
297,0
23,7
0,3
50,3
-94,5
-51,3
E. Pembiayaan ( I + II )
I. Pembiayaan dalam Negeri
1. Perbankan dalam Negeri
2. Non-Perbankan dalam Negeri
II. Pembiayaan Luar Negeri
1. Penarikan Pinjaman LN (bruto)
2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN
94,5
107,6
-11,7
119,3
-13,1
48,1
-61,3
51,3
60,8
16,6
44,2
-9,4
52,2
-61,6
B. Belanja Negara
I. Belanja Pemerintah Pusat
1. Belanja K/L
2. Belanja Non-K/L, a.l:
a. Pembayaran bunga utang
b. Subsidi
II. Belanja Ke Daerah
1. Dana perimbangan
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
C. Keseimbangan Primer
Sumber: fiskal.depkeu.go.id
Jumla
h
xx
x
xx
x
xx
x
xx
x
xx
x
xx
x
xx
Xx
x
xx
x
xx
x
xx
x
xx
x
xx
x
xx
x
xx
x
xx
x
xx
Xxx
Xx
x
xx
x
D. Kebijakan Pemerintah di
Bidang Fiskal Kebijakan
Fiskal
1. Pengertian
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi yang
bertujuan untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran negara guna mencapai
kestabilan ekonomi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan umum.
2. Tujuan Kebijakan Fiskal
Kebijakan yang diambil pemerintah di bidang fiskal punya beberapa tujuan, yakni :
a. menciptakan stabilitas perekonomian
b. memacu atau mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi
c. memperluas dan menciptakan lapangan kerja
d. menciptakan terwujudnya keadilan sosial bagi masyarakat
e. mewujudkan pendistribusian dan pemerataan pendapatan
4) Kebijakan Anggaran
Dinamis Adalah suatu
bentuk anggaran
4. Pajak
a. Pengertian
Pajak adalah iuran kepada negara yang terutang oleh yang wajib membayarnya
(wajib pajak) berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat prestasi kembali
(balas jasa) secara langsung.
Berdasarkan pengertian tersebut pajak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Pungutan pajak berdasarkan undang-undang.
2) Wajib pajak tidak mendapatkan balas jasa secara langsung.
3) Pihak yang berwenang memungut pajak adalah pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
4) Wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya dapat dikenai sanksi sesuai
dengan peraturan (undang-undang yang berlaku).
5) Pendapatan pajak digunakan untuk pembelanjaan negara dan pembiayaan
investasi masyarakat.
6) Pajak dapat digunakan sebagai alat unruk mengatur pemerataan
pendapatan.
7) Pajak merupakan iuran wajib kepada negara atau pemerintah.
8) Pembayar pajak disebut wajib pajak.
b. Pungutan Resmi selain Pajak
Pungutan resmi selain pajak adalah sebagai berikut :
1) Bea ekspor dan bea impor
Bea ekspor adalah pungutan resmi kepada eksportir yang akan mengekspor
barang dagangannya ke luar negeri.
2) Bea impor adalah pungutan
terhadap
importir
saat
mengimpor barang dari luar
negeri.
Besar
kecilnya
pungutan diatur dengan
peraturan pemerintah.
3) Cukai
Adalah pungutan resmi yang
harus dibayar oleh pengusaha
atau
produsen
kepada
pemerintah
yang
diatur
berdasarkan
peraturan
pemerintah. Contohnya : cukai
tembakau, minyak wangi dan
minuman beralkohol.
4) Retribusi
Adalah pungutan yang harus
dibayar oleh
wajib
pajak
kepada pemerintah
karena wajib pajak telah menerima atau mendapatkan imbalan jasa secara
langsung. Retribusi dapat berarti bahwa wajib bayar telah memperoleh fasilitas
secara langsung. Contohnya : bea parkir, sewa pasar dan bea pungutan
sampah.
5) Ipeda dan Ireda
Pungutan ini diatur dengan peraturan daerah atau perda. Baik Ipeda maupun
Ireda merupakan sumber pendapatan daerah. Saat ini nama tersebut lebih
dikenal dengan PBB (pajak bumi dan bangunan).
(kontraprest
secara langsung
asi)
Menurut undang2. Dasar pemungutan
undang
3. Cara perhitungan
4. Jatuh tempo
5. Sanksi hukum
6. Surat
ketetapan
(kohir)
7. Sifat pemungutan
Pungutan
resmi
lainnya
Diterima
secara
langsung
PP, Kepmen,
Daerah
Kep.
Aparatur pemerintah
Sesuai pemakaian
Sesuai kebijakan
pemerintah
c. Asas-asas Pajak
Berikut ini asas-asas pajak menurut beberapa tokoh:
Adam Smith
Adam Smith mengemukakan asas-asas sebagai berikut :
1) Ability to Pay
Adalah asas perpajakan yangdidasarkan atas kemampuan membayar para
wajib pajak. Asas ini memperhitungkan kondisi wajib pajak.
2) Asas Kepastian (Certainty)
Untuk memungut pajak pemerintah harus memberikan jaminan / kepastian
terhadap pungutan tersebut. Artinya, aturan pungutan harus pasti dan jelas.
3) Asas Kesenangan (Convenience)
Sebaiknya pajak dipungut pada saat wajib pajak baru menerima uang
(penghasilan / gaji) dan waktunya tidak mendadak / tiba-tiba.
4) Asas Ekonomi (Economy)
Pungutan pajak diupayakan seefektif dan seefisien mungkin dengan mengacu
agar beban / biaya pemungutan pajak ditekan sekecil mungkin.
WJ. Langen
WJ. Langen mengemukakan asas-asas sebagai berikut :
1) Asas Kesamaan
Asas ini mengandung makna bahwa pungutan pajak dikenakan bagi semua
warga tanpa ada pengecualian sehingga pemungutan pajak dirasakan adil.
2) Asas Daya Pikul
Beban pajak didasarkan pada kemampuan wajib pajak, sehingga masyarakat
yang penghasilannya besar akan dikenakan pajak yang besar dan masyarakat
yang penghasilannya kecil beban pajaknya rendah.
3) Asas Manfaat
Asas ini mengandung makna bahwa selain pungutan pajak didasarkan atas
barang dan jasa yang dinikmati wajib pajak, juga mengandung arti bahwa hasil
pungutan pajak yang telah diterima pemerintah hendaknya dapat dibelanjakan
untuk pembelanjaan atau pengeluaran yang benar- benar bermanfaat bagi
kemajuan perekonomian masyarakat.
4) Asas Kesejahteraan
6) Asas Istimewa
Asas ini khusus diperuntukkan bagi masyarakat yang mendapatkan
penghasilan secara istuimewa
7) Asas Pelaksaan
Pelaksanaan pungutan pajak diusahakan sebaik mungkin meskipun sering
terjadi hambatan dan keluhan dari para wajib pajak.
Adolf Wagner
Adolf Wagner mengemukakan asas-asas sebagai berikut :
1) Asas Politik Potensial
Asas ini berisikan bahwa pungutan pajak mempunyai dua sasaran, yaitu :
a) pungutan pajak harus bersifat dinamis
b) perolehan hasil pungutan pajak jumlahnya memadai
2) Asas Ekonomis
Sasaran penarikan pajak harus tepat, antara lain terhadap pendapatan,
penanaman modal, barang mewah dan sebagainya.
3) Asas Keadilan
Asas ini mengandung pengertian :
a) pungutan pajak hendaknya bersifat umum dan universal
b) terhadap obyek pajak yang sama harus ada kesamaan beban
4) Asas Administrasi
Asas ini berisikan pengertian :
a) pungutan pajak harus disertai dasar pungutan yang pasti (undang-undang,
peraturan pemerintah atau peraturan daerah.
b) cara pemungutan atau penagihan harus fleksibel atau luwes dan tidak
memaksa atau tidak ada unsur tekanan.
c) biaya pemungutan pajak diusahakan sekecil mungkin.
5) Asas Yuridis
Asas ini mengandung makna :
a) pungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang yang berlaku
b) penafsiran kata pada undang-undang harus seragam dan punya pengertian
yang sama
d. Pembagian Pajak
1) Berdasarkan golongan
Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh
wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, contohnya : pajak
penghasilan.
Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada
pihak lain, contoh : PPN dan PPnBM.
2) Berdasarkan wewenang pemungut pajak
Pajak pusat atau pajak negara adalah pajak yang
dipungut oleh pemerintah pusat atau negara meleui
Dirjen Pajak, contoh : PPh dan PBB.
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah daerah, yang dalam hal ini ditangani oleh
Dinas Pendapatan Daerah, yaitu antara lain:
Propinsi; Pajak Kendaraan Bermotor, Bea balik
Nama kendaraan bermotor, Pajak bahan Bakar
Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air,
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
tanah dan air Permukaan
Kabupaten; Pajak hotel, pajak reklame, pajak
restoran, pajak hiburan, pajak penerangan jalan
3) Berdasarkan sifat
Diktat Ekonomi Kelas XI IPS
3
0
Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi wajib pajak yang
akan dikenakan pajak.
3
1
Pajak objektif adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan obyek yang
menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian dicari subyeknya,
baik pribadi atau badan.
e. Fungsi Pajak
1) Fungsi anggaran
Maksudnya bahwa pajak adalah andalan pendapatan negara. Fungsi ini
menjelaskan bahwa pajak merupakan bagian dari pendapatan negara yang
sangat penting.
2) Fungsi mengatur
Pajak dapat berfungsi sebagai alat pendistribusian pendapatan masyarakat dan
sekaligus sebagai alat pemerataan pendapatan masyarakat.
3) Fungsi stabilisasi
Dengan pendapatan dari pajak, pemerintah dapat membelanjai pengeluaranpengeluarannya, baik rutin maupun pengeluaran pembangunan. Bila
pemerintah dapat membelanjai pengeluaran- pengeluarannya sesuai dengan
anggaran belanja yang telah ditetapkan berarti tidak akan terjadi fluktuasi,
hambatan ataupun keresahan di dalam penyelenggaraan perekonomian negara
yang berarti stabilitas ekonomi dapat terjamin.
f. Pajak
Penghasilan
(PPh)
Subyek
Pajak
Penghasilan
Yang menjadi subyek pajak penghasilan adalah sebagai berikut :
1) Orang pribadi.
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
3) Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, BUMN dan BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun,
persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau
organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun dan bentuk badan usaha
lainnya.
4) Bentuk usaha tetap.
Subyek pajak ini terdiri dari subyek pajak dalam negeri dan subyek pajak luar
negeri. Yang dimaksud subyek pajak dalam negeri adalah sebagai berikut :
1) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang
berada di Indonesia.
2) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
3) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak. Yang dimaksud subyek pajak luar
negeri adalah sebagai berikut :
1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang
Perbedaan perlakuan pengenaan PPh antara Wajib pajak Dalam Negeri dan
Wajib Pajak Luar Negeri
Keterangan
Wajib Pajak Dalam
Wajib pajak Luar
Negeri
negeri
Penghasilan
baik
yang Penghasilan
yang
Objek pajak
diterima atau diperoleh dari
berasal
Indonesia dan dari luar
dari sumber
Indonesia
penghasilan
di Indonesia
Dasar
Penghasilan Netto
Penghasilan Bruto
Pengenaan
Pajak
Tarif
Pasal 17 UU PPh
Pasal 26 UU PPh
Wajib menyampaikan
Pelaporan
Tidak Wajib menyampaikan
Surat
SPT
Pemberitahuan (SPT)
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi
yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau badan yang tidak bertempat
kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia yang dapat berupa :
1) tempat kedudukan manajemen
2) cabang perusahaan
3) kantor perwakilan
4) gedung kantor
5) pabrik
6) bengkel
7) pertambangan dan penggalian sumber alam wilayah kerja pengeboran yang
digunakan eksplorasi pertambangan.
8) Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan.
9) Proyek konstruksi, instalasi atau perakitan oleh orang lain sepanjang
dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
10)
Orang atau badan yang berlaku sebagai agen yang kedudukannya tidak
bebas.
11)
Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi
atau menanggung risiko di Indonesia.
Yang tidak termasuk subyek pajak adalah sebagai berikut :
1) Badan perwakilan negara asing
2) Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat
lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukankepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan
syarat bukan warga Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut
serta negara yang bersangkutan memberi perlakuan timbal balik.
3) Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Keuangan, dengan syarat :
a) Indonesia menjadi organisasi tersebut
b) Tidak menjalankan usaha atau tuntutan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan
atau pekerjaan lain yang memperoleh penghasilan dari Indonesia
4) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan dengan syarat:
i. Bukan warga negara Indonesia
ii. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia
Obyek Pajak
Yang menjadi obyek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun, termasuk :
1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam
undang-undang ini.
2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.
3) Laba usaha.
4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
6) Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang.
7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan pembagian SHU koperasi.
8) Royalti.
9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
12) Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
14) Premi asuransi.
15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan belum dikenakan
pajak.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Menurut UU Pajak No.36 tahun 2008, besarnya PTKP adalah
sebagai berikut: PTKP setahun diberikan sebesar :
1) Rp 15.840.000,00 untuk wajib pajak orang pribadi.
2) Rp 1.320.000,00 tambahan untuk wajib pajak yang kawin.
3) Rp 15.840.000,00 tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
ayat (1)
4) Rp 1.320.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
sekeluarga, semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
Penetapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian
tahun pajak. Penyesuaian besarnya PTKP ditetapkan dengan keputusan menteri
keuangan.
Tarif Pajak Penghasilan
Tarif pajakPasal 17 UU Pajak Penghasilan yang diterapkan adalah sebagai berikut :
1) Wajib pajak orang pribadi dalam negeri
a) Penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000,00, tarif pajak 5 %.
b) Penghasilan di atas Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp
250.000.000,00, tarif pajak 15 %
c) Penghasilan di atas Rp 250.000.000,00 sampai dengan Rp 500.000.000,00,
tarif pajak
25 %
saat impor dan tidak dapat dikreditkan. PPnBM tidak dapat dikenakan tersendiri
tanpa PPN. Jadi penarikan PPnBM harus selalu bersama PPN.
Subyek PPnBM adalah PKP yang menghasilkan barang mewah dalam
lingkungan perusahaan atau pekerjaannya dan pengusaha yang mengimpor
barang yang tergolong mewah.
Obyek PPnBM adalah penyerahan barang berwujud yang tergolong mewah dan
impor barang yang tergolong mewah, seperti sedan built-up, komputer dan
lain-lain barang berwujud yang tergolong mewah sebagaimana ditetapkan oleh
peraturan pemerintah.
Tarif PPN dan PPnBM
Tarif PPN adalah 10%
Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% dan paling tinggi 75%
h. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
PBB diatur melalui UU no 12 tahun 1994. Pajak ini dikenakan pada bumi atau
tanah dan bangunan yang dibangun pada tanah atau bumi tersebut. Ketentuan
perhitungan pungutan PBB adalah 0,5 % dari 20 % nilai jual obyek pajak. Nilai jual
obyek pajak adalah taksiran nilai jual bumi dan bangunan dikurangi dengan
bangunan tidak kena pajak (BTKP). BTKP bagi tiap-tiap wajib pajak sebesar Rp
8.000.000,00. Bagi seorang wajib pajak yang memiliki tanah dan bangunan lebih
dari satu buah, maka BTKP hanya diberikan pada satu bangunan saja.
1. Obyek Pajak
a) Yang menjadi obyek pajak adalah bumi dan/atau bangunan.
b) Klasifikasi obyek pajak sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh menteri
keuangan.
2. Obyek Pajak yang tidak Dikenakan PBB
a) Obyek pajak yang tidak dikenakan PBB adalah obyek pajak yang :
Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang
tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis
dengan itu.
merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah
negara yang belum dibebani suatu hak
digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh menteri keuangan.
b) Obyek pajak yang digunakan oleh pemerintah untuk penyelenggaraan
pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur dengan peraturan
pemerintah.
c) Batas nilai jual Bangunan Tidak Kena Pajak akan disesuaikan dengan suatu
faktor penyesuaian yang ditetapkan oleh menteri keuangan.
3. Subyek Pajak
Adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi
dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai
dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
4. NJOP
Adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang rejadi secara
wajar
5. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
Adalah surat yang digunakan oleh wajib pakjak untuk melaporkan data objek
menurut ketentuan undang-undang pajak bumi dan bangunan
6. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
Adalah surat yang digunakan oleh DJP untuk memberitahukan besarnya pajak
terutang kepada wajib pajak
7. Tarif Pajak
Tarif pajak yang dikenakan atas obyek pajak adalah sebesar 0,5 %.
8. Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
a) Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual kena pajak (NJKP)
40% untuk objek pajak perumahan yang wajib pajaknya perseorangan
dengan NJOP sama atau lebih dari Rp 1.000.000.000,00.
Rp 75.000.000,00
(Rp 12.000.000,00)
Rp 63.000.000,00
Tarif bea materai ada dua, yaitu Rp 6.000,00 dan Rp 3.000,00, yang
penggunaannya sebagai berikut
1) Tarif bea materai Rp 6.000,00
Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk
digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau
keadaan yang bersifat perdata
Akta akta notaris termasuk salinannya
Akta yang dibuat PPAT termasuk rangkap-rangkapnya
Surat yang memuat jumlah uang yang mempunyai harga nominal lebih dari
Rp 1.000.000,00
yang memberikan wewenang kepada wajib pajak dan fiskus untuk sama-sama
menentukan besarnya pajak terutang.
With Holding System adalah cara pemungutan pajak yang tidak memberikan
wewenang kepada wajib pajak dan fiskus untuk menentukan besarnya pajak
terutang, tetapi diserahkan kepada pihak ketiga yang ditunjuk.