Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
PUTRI PERTIWI
0806457224
ii
iii
KATA PENGANTAR
iv
Mila, Fika, dan Rijun), dan teman-teman satu bimbingan (Ika, Nike, dan
Risa) atas semua doa, semangat, dan keceriaannya.
8. Teman-teman seperjuangan FIK UI reguler angkatan 2008 yang selalu
memberi semangat satu sama lain. Semoga kita dimudahkan dalam
mencapai cita-cita yang kita inginkan. Aamiin.
9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang turut
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Saya menyadari bahwa
skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dari segi isi dan penulisan. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kemajuan kesehatan di
Indonesia.
Penulis
vi
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Putri Pertiwi
: Ilmu Keperawatan
: Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang
vii
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Putri Pertiwi
: Science Nursing
: Factors that Influence Exclusive Breastfeeding at Kelurahan
Kunciran Indah Tangerang
WHO recommended exclusive breastfeeding for six months, but the number of
exclusive breastfeeding still below the Health Department target as big as 80%. The
objective of this research is to determine factors that influence exclusive
breastfeeding at Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. This research used a simple
descriptive design to 106 mothers at Kunciran Indah who has 6-24 moths old baby.
The result was 91,5% mothers gave breast milk, but only 31,1% who gave it
exclusively. Result of internal factors were 87,7% respondent has a good knowledge,
55,7% has a negative perception, and health condition inhibit the breastfeed were
50,9%. Result of external factors were 50,9% health care professional has less
support, 50,9% saw the formula milk promotion, 99% relatives support,71,7% gave
breast milk as a tradition, and 38,7% gave additional food/drink because of tradition.
This research recommend healthcare professional to increase support through
education so that number of exclusive breastfeeding would be increased.
Key word: exclusive breastfeeding, extending breastfeed, extending breastfeeding
factor, Kelurahan Kunciran Indah
viii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat aplikatif
1.4.2 Manfaat teoritis
1.4.3 Manfaat Metodologi
i
ii
iii
iv
vi
vii
ix
xii
xiii
xiv
1
1
5
6
6
6
6
6
7
7
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Susu Ibu
2.1.1 Kandungan ASI
2.1.2 Manfaat Menyusui
2.2 Faktor Internal
a.
Usia
b.
Kondisi Kesehatan
c.
Pengetahuan
d.
Persepsi
2.3 Faktor Eksternal
a.
Pendidikan
b.
Dukungan Petugas Kesehatan
c.
Dukungan Orang Terdekat
d.
Promosi Susu Formula
e.
Budaya
f.
Status Pekerjaan
g.
Tempat Bersalin
2.4 Kerangka Teori
8
8
9
12
13
13
14
16
16
17
17
17
18
18
19
21
21
22
ix
Universitas Indonesia
23
23
24
4. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
4.2 Populasi dan Sampel
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
4.4 Etika Penelitian
4.5 Alat Pengumpulan Data
4.6 Proses Pengumpulan Data
4.7 Pengolahan Data
4.8 Analisis Data
4.9 Sarana Penelitian
28
28
28
29
29
29
32
32
35
36
5. HASIL PENELITIAN
5.1 Pelaksanaan Penelitian
5.2 Penyajian Hasil Penelitian
5.2.1 Gambaran Karakteristik Responden di Kelurahan
Kunciran Indah Tangerang
5.2.2 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan
Kunciran Indah Tangerang
5.2.3 Gambaran Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang
5.2.4 Gambaran Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang
37
37
37
37
39
40
41
6. PEMBAHASAN
6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil
6.1.1 Pemberian ASI Eksklusif
6.1.2 Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif
6.1.3 Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif
6.2 Keterbatasan Penelitian
6.3 Implikasi Keperawatan
43
43
43
7. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
7.2.1 Pelayanan Kesehatan
7.2.2 Penelitian Keperawatan
7.2.3 Pendidikan Keperawatan
52
52
53
53
53
54
x
44
46
50
51
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
55
xi
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
10
24
39
41
42
xii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
22
23
39
xiii
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebanyak 193.000 anak Indonesia kehilangan kesempatan hidup sebelum
berusi 5 tahun (UNICEF, 2011). Meskipun angka kematian bayi di dunia
turun dalam sepuluh tahun terkahir, UNICEF menyatakan angka kematian
bayi di Indonesia masih tinggi. Jika dibandingkan negara-negara di ASEAN,
angka kematian bayi di Indonesia 3,4 kali lebih tinggi dari Malaysia dan 1,3
kali lebih tinggi dari Filipina.
Bayi memiliki risiko tinggi untuk terkena penyakit karena daya tahan tubuh
yang belum sempurna. Infeksi saluran pernapasan akut merupakan
penyebab utama kematian pada bayi dan anak balita di Indonesia (Naim,
2001). Naim dalam penelitiannya menemukan bayi yang tidak diberi ASI
secara eksklusif memiliki risiko mengidap pneumonia lebih besar 4,89 kali
daripada bayi yang diberi ASI.
ASI yang memiliki berbagai manfaat yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi juga dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit akut
dan kronik. McNiel, Labbok, & Abrahams (2010) mengemukakan bayi
yang diberikan ASI memiliki risiko lebih rendah untuk terkena penyakit
otitis media, asma, diabetes tipe 1 dan 2, dermatitis atopik, dan infeksi
saluran napas bagian bawah. Penelitian yang dipublikasikan oleh Off Our
Backs, Inc (2011) menunjukkan ASI juga dapat melindungi bayi dari
penyakit yang biasa diderita bayi seperti campak dan influenza.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan alami untuk bayi yang
berasal dari ibu. ASI memiliki kemungkinan risiko alergi yang sangat kecil
jika dibandingkan dengan nutrisi lainnya. Oleh sebab itu, ASI dapat
dikatakan sebagai makanan terbaik dan sempurna untuk bayi karena
1
Universitas Indonesia
mengandung
zat
gizi
sesuai
kebutuhan
untuk
pertumbuhan
dan
Jangka waktu yang ditetapkan untuk pemberian ASI eksklusif, yaitu enam
bulan, ternyata belum sepenuhnya diterapkan di sebagian besar daerah di
Indonesia. Penelitian oleh Nutrition & Health Surveillance System Indonesia
bersama Helen Keller International (2002) mendapatkan hasil hanya 2742% bayi di bawah dua bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Laporan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2007)
menunjukkan rata-rata balita disusui selama 16.5 bulan. Hal ini mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 16.9
bulan (Pee, et al., 2002).
Faktor internal yang pertama, yaitu tingkat pengetahuan ibu, memiliki andil
dalam pemberian ASI eksklusif. Novita (2008) menemukan tingkat
pengetahuan berbanding lurus dengan tingkat pendidikan dan berbanding
Universitas Indonesia
Kondisi kesehatan ibu turut mendukung pemberian ASI eksklusif. Ibu yang
menderita suatu penyakit tertentu yang disebabkan oleh virus, seperti TB
dan HIV, cenderung memilih untuk tidak memberikan ASI eksklusif karena
khawatir menularkan penyakit yang ia derita kepada bayinya. Studi yang
dilakukan Swarts et al (2010) di KwaZulu-Natal menunjukkan 48,6% ibu
yang terinfeksi HIV memilih untuk menggunakan susu formula sebagai
pengganti ASI karena dinilai dapat menginfeksi bayinya (Coad & Dunstall,
2005; McNiel, Labbok, & Abrahams, 2010).
Selain pengaruh dari faktor internal, faktor eksternal juga berperan penting
dalam pemberian ASI eksklusif. Faktor yang pertama adalah dukungan
orang terdekat seperti suami, ibu, dan saudara perempuan. Studi pada tahun
2010 menunjukkan 13% ibu memutuskan untuk memberikan ASI atau susu
formula karena pengaruh dari ibu dan saudara perempuannya (Swarts,
Kruger, & Dolman, 2010).
Penelitian
yang
dilakukan
Swarts,
Kruger,
dan
Dolman
(2010)
alasan
ia
menggunakan
susu
formula
karena
pemerintah
Faktor eksternal yang terakhir adalah budaya. Budaya memiliki peran yang
sangat besar dalam pemberian ASI eksklusif. Budaya yang dianut seseorang
secara turun temurun cenderung sulit untuk diperbaiki. Banyak kebudayaan
di Indonesia yang menghambat pemberian ASI eksklusif karena beberapa
persepsi budaya. Sebagai contoh, pada masyarakat Lombok memiliki
persepsi bayi yang tidak diberi nasi pada usia dini tidak tumbuh menjadi
besar dan kuat seperti yang diharapkan (Pratiwi, 1998). Persepsi budaya
seperti ini dapat membuat pencapaian pemberian ASI eksklusif menurun.
1.2
Rumusan Masalah
Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, meskipun angka kematian
bayi di dunia turun dalam sepuluh tahun terakhir (UNICEF, 2011).
Kematian bayi disebabkan oleh infeksi penyakit. Infeksi saluran pernapasan
merupakan penyebab utama kematian bayi di Indonesia. Pencegahan
penyakit dilakukan salah satunya dengan memberikan ASI.
ASI dinilai sebagai nutrisi terbaik untuk bayi. Oleh sebab itu, WHO
merekomendasikan pemberian ASI secara eksklusif tanpa tambahan cairan
lain maupun makanan. Vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau
sirup merupakan pengecualian. UNICEF bersama WHA juga menetapkan
jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, namun
rekomendasi tersebut belum sepenuhnya terlaksana di Indonesia.
Universitas Indonesia
b.
c.
1.3
Tujuan Penelitian
b.
c.
1.4
Manfaat Penelitian
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini membahas tentang teori-teori yang akan digunakan sebagai landasan
dalam membuat instrumen penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pemaparan
teori tentang ASI eksklusif akan dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan
memaparkan mengenai teori yang berkaitan dengan ASI dan ASI eksklusif.
Selanjutnya secara berurutan, teori bagian kedua dan ketiga akan membahas tentang
faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
2.1
Air Susu Ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa, dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mamari
manusia. Sebagai satu-satunya makanan alami yang berasal dari ibu, ASI
menjadi makanan terbaik dan sempurna untuk bayi karena mengandung zat gizi
sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Siregar, 2004).
Universitas Indonesia
ASI memiliki berbagai kebaikan untuk bayi karena kandungan nutrisi yang
terdapat pada ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi. Komposisi ASI
berbeda-beda sesuai dengan stadium laktasi, waktu, nutrisi ibu, dan masa
gestasi janin saat lahir (Olds et all, 2000). Berdasarkan faktor yang telah
disebutkan, ASI dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kolostrum, ASI transisi
(transitional milk), dan ASI matang (mature milk).
Kolostrum merupakan susu pertama yang keluar berbentuk cairan kekuningkuningan yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung protein,
vitamin yang larut dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI
matang. Kolostrum sangat penting untuk diberikan karena selain tinggi akan
Iminoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun pasif bagi bayi, kolostrum juga
berfungsi sebagai pencahar untuk membersihkan saluran pencernaan bayi baru
lahir. Produksi kolostrum dimulai pada masa kehamilan sampai beberapa hari
setelah kelahiran. Namun, pada umumnya kolostrum digantikan oleh ASI
transisi dalam dua sampai empat hari setelah kelahiran bayi (Olds et all, 2000;
Roesli, 2003; Brown, 2004).
Universitas Indonesia
10
dengan lama menyusui dan kemudian digantikan oleh ASI matang (Olds et all,
2000; Roesli, 2003).
Kolostru
m
ASI
(100 ml)
70 (kkal)
Susu Sapi
(100 ml)
66 (kkal)
Protein
immunogl
obulin
untuk
meningkat
kan
kandungan
protein
1.3 g
(sebagian
besar air
dadih);
lactalbumin;
immunoglob
ulin;
laktoferin;
lisozim;
enzim;
hormon.
3.5 g
(banyak
mengandu
ng kasein)
Laktosa
Sedikit
laktosa
7.0 g
menyediakan
37% dari
kebutuhan
energi
4.9 g
Keterangan
Kolostrum
diproduksi
dalam jumlah kecil, namun
lebih mudah dicerna.
Kolostrum mengandung
banyak imun pasif sebagai
proteksi pertama bagi
bayi; susu sapi lebih sulit
dicerna
karena
mengandung kasein, juga
mengandung laktoglobulin
yang tidak ditemukan pada
ASI
(diduga
sebagai
penyebab alergi pada susu
sapi); perbedaan rasio
protein menyebabkan anak
sapi lebih cepat tumbuh
daripada bayi manusia.
Rasa ASI lebih manis dari
susu sapi
Universitas Indonesia
11
Kandungan
Lemak
Sodium
Potasium
Klorida
Kalsium
Posfor
Magnesium
Vit. A
Vit. D
Vit. E
Vit. K
Kolostru
m
Sedikit
lemak
Level
meningkat
Level
meningkat
Level
meningkat
ASI (100
ml)
4.2 g (98%
trigliserida
)
menyediak
an kurang
lebih 50%
dari
kebutuhan
energi
15 mg
60 mg
43 mg
35 mg
15 mg
2.8 g
60 m
Susu Sapi
(100 ml)
3.7 g
22 mg
35 mg
29 mg
117 mg
92 mg
Keterangan
Semua susu mamalia kaya akan
lemak berkaitan dengan tingginya
energi yang dihasilkan dari
metabolisme lemak
Lebih
sedikit
0.01 m
0.35 m
0.21 m
6 m
Tiamin
Riboflavin
Nicotinic
acid
B12
B6
Folat
Pentotenic
acid
Biotin
Vit. C
Besi
16 m
30 m
230 m
44
175 m
0.01 m
6 m
5.2 m
260 m
0.4 m
Tembaga
Zinc
Iodin
76 m
295 m
7 m
3.8 m
3.8 mg
76 m
5.5 m
1.1 mg
5 mg
Sumber: Coad,J., & Dunstall, M. (2005). Anatomy and physiology for midwives. 2nd edition. London:
Elsevier Mosby. p. 421-422.
Universitas Indonesia
12
didapat
bayi
mulai
Manfaat nutrisi ASI salah satunya diperoleh dari kolesterol dan mineral. Kadar
kolesterol yang tinggi dan asam amino yang seimbang dalam ASI sangat baik
untuk pembentukan myelin dan perkembangan saraf bayi. Tingginya kadar
kolesterol pada ASI dapat merangsang produksi enzim yang membuat
metabolisme kolesterol menjadi efisien dengan cara menurunkan efek jangka
panjang yang buruk pada sistem kardiovaskuler (Lawrence (1994) dalam Olds
et all, 2000)).
13
Keuntungan lain dari menyusui yaitu semua komponen dalam ASI diberikan
pada bayi dalam bentuk yang tidak berubah. Vitamin yang terdapat pada ASI
tidak hilang jika dipanaskan. Jika ibu mengonsumsi multivitamin, bayi hanya
membutuhkan vitamin D dan fluoride sampai bayi berusia lebih dari enam
bulan (Olds et all, 2000).
2.2
Faktor Internal
Teori kognitif sosial membagi faktor internal menjadi beberapa dimensi seperti
biologis, kognitif, dan afektif (William et al, 2011). Ketiga dimensi dalam
faktor internal ini berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Bagian dari
dimensi biologis yang akan dibahas mencangkup usia dan kondisi kesehatan,
kognitif mencangkup pengetahuan, dan afektif yang mencangkup persepsi yang
berkaitan dengan ASI Eksklusif.
a.
Usia
Produksi ASI berubah seiring dengan perubahan usia. Ibu yang berusia 19-23
tahun umumnya memiliki produksi ASI yang lebih cukup dibanding ibu yang
berusia lebih tua. Hal ini teradi karena adanya pembesaran payudara setiap
siklus ovulasi mulai awal terjadinya menstruasi sampai usia 30 tahun, namun
terjadi degenerasi payudara dan kelenjar penghasil ASI (alveoli) secara
keseluruhan setelah usia 30 tahun (Suraatmadja, 1997: Novita, 2008).
Universitas Indonesia
14
b.
Kondisi Kesehatan
Model kontinum sehat-sakit Neuman (1990) dalam Potter & Perry (2005)
mendefinisikan sehat sebagai sebuah keadaan dinamis yang berubah secara
terus menerus sesuai dengan adaptasi seseorang terhadap berbagai perubahan
yang ada di lingkungan internal dan eksternalnya. Adaptasi penting dilakukan
untuk menghindari terjadinya perubahan dan penurunan dibanding kondisi
sebelumnya. Adaptasi terjadi untuk mempertahankan kondisi fisik, emosional,
intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat (Potter & Perry,
2005).
Olds, dkk (2000) menyebutkan ibu yang menderita kanker payudara sebaiknya
tidak menyusui bayinya agar ibu dapat menjalankan pengobatan sesegera
mungkin. Selain itu, pemberian ASI juga menjadi kontraindikasi bagi bayi yang
menderita galaktosemia, yaitu keadaan kongenital dimana hati tidak dapat
merubah galaktosa menjadi glukosa dan akan berpengaruh pada perkembangan
bayi (Adams, dkk, 2007). Penyakit lain yang dinilai menjadi kontraindikasi
pemberian ASI yaitu HIV/AIDS (Olds, dkk, 2002).
Universitas Indonesia
15
Penelitian yang dilakukan oleh Swarts, Kruger, dan Dolman (2010) di KwaZulu
Natal menunjukkan 48,6% ibu yang terinfeksi HIV memilih susu formula
sebagai asupan nutrisi utama untuk bayinya. Menurut responden, masyarakat
menganggap seseorang yang terinfeksi HIV tidak diperbolehkan menyusui
karena dapat menginfeksi bayinya. Namun, hal ini sangat bertolak belakang
dengan rekomendasi dari WHO tentang penggantian ASI.
WHO
menetapkan
pengganti
ASI,
dalam
hal
ini
susu
formula,
direkomendasikan untuk ibu dengan HIV hanya jika cocok (acceptable), mudah
dikerjakan
(feasible),
mampu
(affordable),
digunakan
terus
menerus
(sustainable), dan aman (safe). Tingginya presentasi ibu yang memilih susu
formula di KwaZulu Natal menjadi fokus perhatian karena lingkungan yang
tidak aman dan tidak mendukung pemberian susu formula. Bayi yang diberikan
susu formula memiliki risiko meninggal tiga kali lebih besar pada umur dua
bulan, empat kali lebih besar pada umur dua sampai tiga bulan, dan duasetengah kali lebih besar dari bayi yang diberikan ASI pada umur yang sama.
Siregar (2004) menyatakan bahwa ibu yang berada dalam keadaan tertekan
secara emosional, memiliki kemungkinan untuk mengalami kegagalan dalam
menyusui bayinya, karena keadaan emosi dapat mempengaruhi let-down reflex
saat menyusui. Let-down reflex mudah sekali terganggu saat ibu mengalami
goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let
Universitas Indonesia
16
down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi yang tidak cukup mendapat
ASI akan menangis dan tangisan tersebut membuat ibu lebih gelisah dan
semakin mengganggu let down reflex.
c.
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan perilaku paling sederhana dalam urutan perilaku
kognitif. Seseorang dapat mendapatkan pengetahuan dari fakta atau informasi
baru dan dapat diingat kembali. Selain itu pengetahuan juga diperoleh dari
pengalaman hidup yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam
mempelajari informasi yang penting (DeLaune & Ladner, 2002); Potter &
Perry, 2005).
d.
Persepsi
Persepsi negatif yang sering ditemukan pada ibu, menurut Siregar (2004), yaitu
sindroma ASI kurang. Pada kasus sindroma ASI kurang ibu merasa ASI yang ia
produksi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Ibu sering merasa
payudara sudah tidak memproduksi ASI karena ketegangannya berkurang. Hal
ini telah dibuktikan dalam penelitian William et al (2011) yang menyebutkan
ibu yang memiliki bayi berusia tiga sampai enam bulan berhenti menyusui
bayinya karena khawatir dengan persediaan ASI yang ia miliki.
Universitas Indonesia
17
Salah satu penyebab munculnya persepsi negatif ini karena bayi sering
menangis saat minta disusui (Siregar, 2004). Hal tersebut terjadi karena
semakin bertambahnya usia bayi, kebutuhan cairan bayi meningkat, sehingga
bayi lebih sering minta disusui. Selain itu, ASI cepat dicerna sehingga perut
bayi cepat menjadi kosong. Hal tersebut membuat ibu beranggapan bayi perlu
diberikan minuman tambahan bahkan dikenalkan dengan makanan padat
(Siregar, 2004; William, dkk, 2011).
2.3
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dibagi menjadi
beberapa dimensi yaitu institusi, sosial, dan sosial demografi (William et al,
2011). Dimensi institusi yaitu fasilitas kesehatan; sosial yaitu dukungan petugas
kesehatan, dukungan orang terdeka dan promosi susu formula; dan sosial
demografi seperti pendidikan, pekerjaan, dan suku/budaya.
a. Pendidikan
Novita (2008) dalam penelitiannya menyebutkan semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada
bayinya. Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki
kesibukan di luar rumah sehingga cenderung meninggalkan bayinya, sedangkan
ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak tinggal di rumah sehingga
memiliki lebih banyak kesempatan untuk menyusui bayinya. Hal ini didukung
oleh penelitian Nurjanah (2007) yang menemukan proporsi pemberian ASI
pada ibu yang berpendidikan rendah lebih besar dari ibu yang berpendidikan
tinggi.
18
c.
d.
19
mengonsumsi ASI dinilai memiliki komposisi tubuh yang berbeda dengan bayi
yang mengonsumsi susu formula (Coad & Dunstall, 2005).
Swarts, Kruger, dan Dolman (2010) mengemukakan beberapa alasan ibu dalam
memilih susu formula. Alasan yang pertama kali ditemui adalah ibu memilih
susu formula agar dapat meneruskan sekolah atau bekerja dan orang lain dapat
mengurus bayinya. Alasan lain berhubungan dengan penyakit yang diderita
ibu, yaitu ibu tidak ingin menularkan penyakit yang diderita melalui ASI.
Alasan terkahir ibu berpendapat ia memilih susu formula yaitu pemerintah
memberikannya secara cuma-cuma.
e.
Budaya
Budaya sebagai hal yang dianut secara turun-temurun dalam suatu masyarakat
memiliki pengaruh pada perilaku menyusui secara eksklusif. Sebagian besar
hasil studi yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan
praktik pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jarang dilakukan karena
pengaruh budaya yang dianut. Biasanya hal yang menghambat keberhasilan
ASI eksklusif adalah praktik pemberian makan yang seharusnya belum
dilakukan pada bayi di bawah enam bulan. Swasono (1998) dalam bukunya
membahas pengaruh budaya terhadap pemberian ASI dan makanan tambahan
Universitas Indonesia
20
makanan
tambahan.
Selain
ASI,
masyarakat
Bandainera
juga
Bayi di daerah Lombok diberi makanan pertama berupa ASI (Pratiwi, 1998).
Kolostrum yang disebut susu kuning diberikan pada bayi jika bayi
menginginkannya. Jika bayi belum mau menyusu, ibu mengoleskan madu pada
puting susu dengan tujuan untuk menghilangkan rasa amis pada kolostrum.
Universitas Indonesia
21
Namun pada kasus tertentu ketika air susu belum keluar, bayi harus diberi
makanan berupa nasi yang terlebih dahulu dikunyah oleh ibunya. Pemberian
makanan tambahan dilakukan karena penduduk setempat beranggapan bahwa
ASI saja tidak cukup untuk membuat bayi cepat besar dan kuat (Pratiwi, 1998).
f.
Status Pekerjaan
Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh pendapatan. Saat ini bekerja tidak hanya dilakukan oleh laki-laki
tetapi juga perempuan, tidak terkeculi ibu menyusui. Jumlah partisipasi ibu
menyusui yang bekerja menyebabkan turunnya angka dan lama menyusui
(Siregar, 2004). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Subrata (2004)
menunjukkan kelompok ibu bekerja memiliki peluang 7,9 kali lebih besar untuk
tidak menyusui bayi secara eksklusif.
g.
Tempat bersalin
Tempat bersalin memiliki peranan dalam pencapaian pemberian ASI eksklusif.
Penelitian yang dilakukan Kusnadi (2007) dalam Lestari (2009) menunjukkan
proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melakukan persalinan
menggunakan fasilitas kesehatan lebih besar jika dibandingkan dengan ibu yang
tidak menggunakan fasilitas kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh, ibu yang
Universitas Indonesia
22
Kerangka Teori
ASI
Kandungan ASI
Faktor-faktor
Manfaat ASI
Faktor Internal
Faktor Eksternal
-Usia
-Pendidikan
-Pengetahuan
-Pekerjaan
-Persepsi
-Tempat bersalin
-Kondisi kesehatan
-Dukungan petugas
kesehatan
-Dukungan orang
terdekat
-Promosi susuformula
-Budaya
Pemberian ASI
makanan/minuman tambahan
BAB 3
KERANGKA KERJA PENELITIAN
Bab ini berisi uraian kerangka konsep dan definisi operasional yang memberi
batasan dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian.
Kerangka konsep mengacu pada tujuan penelitian yaitu memberikan gambaran
faktor internal dan eksternal pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran
Indah. Definisi operasional berisi pengertian batasan karakteristik hal yang akan
diteliti dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian faktorfaktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
3.1
Kerangka Konsep
Faktor internal meliputi usia pengetahuan, kondisi kesehatan, persepsi, dan
faktor emosional. Selanjutnya faktor eksternal yang diteliti meliputi
pendidikan, dukungan petugas kesehatan, dukungan orang terdekat, dan
budaya.
Faktor Internal
Usia
Pengetahuan
Kondisi kesehatan
Persepsi
Pemberian ASI
eksklusif
Faktor Eksternal
Pendidikan
Pekerjaan
Tempat bersalin
Dukungan petugas kesehatan
Promosi susu formula
Budaya
Dukungan orang terdekat (sumber
dukungan, bentuk dukungan, dan lama
pemberian dukungan)
Universitas Indonesia
24
3.2
Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Usia
Persepsi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Faktor Internal
Pernyataan dalam kuesioner Kuesioner 1. 30 tahun
A
A no 1
2. >30 tahun
Skala Ukur
Ordinal
Kuesioner menggunakan
skala Likert. Sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak setuju
(TS), dan sangat tidak
setuju (STS).
Kuesioner menggunakan
skala Likert. Sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak setuju
(TS), dan sangat tidak
setuju (STS).
Ordinal
Kuesioner
B no 6, 7,
8, 11, 12
Ordinal
Universitas Indonesia
25
Variabel
Pendidikan
Pekerjaan
saat
menyusui
Tempat
besalin
Definisi Operasional
Jenjang pendidikan tertinggi
yang pernah dicapai ibu
dalam pendidikan formal
Jenis pekerjaan yang
dilakukan ibu di dalam dan
luar rumah untuk membantu
penghasilan keluarga saat
menyusui
Sarana yang digunakan saat
melakukan persalinan
Suku
Dukungan
petugas
kesehatan
Cara Ukur
Alat Ukur
Faktor Eksternal
Pernyataan
Kuesioner A
dalam
no 2
kuesioner A
Pernyataan
Kuesioner A
dalam
no 3
kuesioner A
Pertanyaan
dalam
kuesioner A
Pernyataan
dalam
kuesioner A
Kuesioner A
no 5
Pertanyaan
dalam
kuesioner C
Kuesioner C
no 1 dan 2
Kuesioner A
no 4
Hasil Ukur
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Skala Ukur
Ordinal
Nominal
1. Bukan fasilitas
Nominal
kesehatan
2. Fasilitas kesehatan
1. Jawa
Nominal
2. Sunda
3. Betawi
4. Batak
5. Minang
6. Palembang
7. Lain-lain
1. Kurang mendukung, jika Ordinal
nilai <6,63(mean)
2. Mendukung, jika nilai
6,63(mean)
Universitas Indonesia
26
Variabel
Definisi Operasional
Dukungan
orang
terdekat
Sumber dorongan
yang didapat ibu
mengenai pemberian
ASI eksklusif
Bentuk dorongan yang
didapat ibu mengenai
pemberian ASI
eksklusif
Bentuk dorongan yang
didapat ibu mengenai
pemberian ASI
eksklusif
Promosi
susu
formula
Informasi mengenai
susu formula yang
didapat ibu sebelum,
selama, dan setelah
memberikan ASI
Cara Ukur
Faktor Eksternal (lanjutan)
Meminta responden menjawab
pertanyaan dalam kuesioner C
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Kuesioner
C no 9
1. Kurang
mendukung
2. Mendukung
Nominal
Kuesioner
C no 10
1.
Informasi
Motivasi
Nominal
Kuesioner
C no 11
1.
Nominal
Kuesioner
C no 3-6
Sampai 2
bulan
2. Sampai 4
bulan
3. Sampai 6
bulan atau
lebih
1. Tidak
terpajan, jika
nilai 10
(median)
2. Terpajan, jika
nilai>10
Ordinal
Universitas Indonesia
27
Variabel
Definisi Operasional
Pengaruh
budaya
Pengaruh
tradisi/kebiasaan ibu
dalam memberikan
ASI dan
makanan/minuman
tambahan
Pemberian
ASI
eksklusif
Cara Ukur
Faktor Eksternal (lanjutan)
Kuesioner menggunakan skala Likert.
Sangat setuju (SS)= 1, setuju (S)=2,
tidak setuju (TS)=3, dan sangat tidak
setuju (STS)=4. Kemudian
dikelompokkan menjadi 2, setuju jika
nilainya 2 dan tidak setuju 3 pada
masing-masing pertanyaan
Pemberian ASI Eksklusif
Meminta responden menjawab
pertanayaan dalam kuesioner D no 1.
Jika jawaban yang dicentang hanya
ASI, maka ya; jika ada jawaban selain
ASI, maka tidak diberikan ASI
eksklusif
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Kuesioner
C no 7-8
1. Setuju
2. Tidak setuju
Nominal
Kuesioner
D no 1
1. Tidak
2. Ya
Nominal
Universitas Indonesia
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Pokok bahasan yang akan disajikan mencangkup desain penelitian, populasi dan
sampel, tempat dan waktu penelitian, etika, alat pengumpulan data, metode
pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta jadwal kegiatan.
4.1
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu metode penelitian yang
bertujuan membuat gambaran suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo,
2010). Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh
informasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
4.2
Universitas Indonesia
29
Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
cluster. Teknik cluster sampling merupakan teknik pengumpulan data dengan
mengambil gugusan atau kelompok sebagai sampel yang dalam penelitian ini
berupa wilayah RW yang berjumlah 15 RW. Teknik ini sesuai dengan
penelitian karena peneliti tidak mendaftar semua anggota yang ada dalam
populasi tersebut (Notoatmodjo, 2011).
4.3
4.4
Etika Penelitian
Responden yang terlibat dalam penelitian, terlebih dahulu diminta kesediaannya
secara sukarela, bebas dari tekanan dan paksaan. Setiap responden diberi
lembar informasi (informed consent) untuk memberikan penjelasan tentang
tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Kemudian peneliti menjamin
kerahasiaan identitas responden (anonimity) dengan tidak memberikan nama
dan hanya meniliskan kode pada lembar kuesioner dan hasil penelitian yang
disajikan. Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan (confidentiality) semua
informasi yang telah dikumpulkan dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
4.5
30
Pertanyaan yang diajukan dibagi menjadi empat bagian dengan total pertanyaan
sebanyak 32 butir, yaiu: (a) Bagian pertama merupakan karakteristik responden
meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan saat menyusui, suku, dan tempat
bersalin (b) Bagian kedua merupakan variabel yang termasuk dalam faktor
internal meliputi
31
Uji coba kuesioner dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi syarat validitas
dan realibilitas instrumen yang digunakan. Validitas kuesioner dapat diketahui
dengan melihat korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor
totalnya. Variabel dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel
(Hastono, 2007). Pelaksanaan uji coba instrumen telah dilakukan sebanyak dua
kali pada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden
yang akan diuji.
Pertama dilakukan uji keterbacaan kepada 9 responden pada tanggal 28, 29, dan
30 April 2012. Pertanyaan yang memiliki perubahan atau penambahan kata
sebanyak 5 pertanyaan yaitu B5, C7, C8, C11, dan D1. Setelah kuesioner
diperbaiki, peneliti melakukan uji validitas kepada 22 responden sehingga
diperoleh df=20. Pada taraf signifikansi 5% dan df(20) diperoleh r tabel 0,423.
Semua pertanyaan dari variabel kondisi kesehatan , persepsi valid, dan susu
formula valid, namun pertanyaan dari budaya tidak valid. Untuk pertanyaan
yang tidak valid dilakukan modifikasi dengan kata-kata lain dengan inti
pertanyaan yang sama.
Universitas Indonesia
32
4.6
4.7
Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian karena
data yang diperoleh langsung dari penelitian belum memberikan informasi apaapa. Pengolahan data yang dilakukan membuat data mentah berubah menjadi
informasi dan simpulan dari hasil penelitian. Agar penelitian menghasilkan
informasi yang benar, ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus
dilakukan (Hastono, 2007; Notoatmodjo, 2010).
Universitas Indonesia
33
4.7.1 Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi kuesioner
yang diberikan pada responden. Peneliti memeriksa kelengkapan isi pertanyaan,
kejelasan tulisan, relevansi jawaban dengan pertanyaan, dan konsistensi
jawaban dengan jawaban lainnya. Dari 119 kuesioner yang disebar, terkumpul
sebanyak 112 kuesioner, namun kuesioner yang lolos tahap editing sebanyak
106 kuesioner.
4.7.2 Coding
Hasil editing yang telah didapat selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding.
Coding yaitu mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan (Hastono, 2007). Pertama, peneliti membuat kode pada
kuesioner sebagai pengganti identitas responden. Selanjutnya peneliti
memberikan kode pada masing-masing variabel dalam kuesioner sebagai
berikut.
1. Usia: 30 tahun diberi kode 1 dan >30 tahun diberi kode 2.
2. Pendidikan: tidak sekolah-SD diberi kode 1 dan diberi label rendah,
SMP-SMA diberi kode 2 dan diberi label menengah, dan akademi/PT
diberi kode 3 dan diberi label tinggi.
3. Pekerjaan: bekerja di luar rumahdiberi kode 1, bekerja di dalam rumah
diberi kode 2, dan tidak bekerja diberi kode 3.
4. Suku: Jawa diberi kode 1, Sunda diberi kode 2, Betawi diberi kode 3,
Batak diberi kode 4, Minang diberi kode 5, Palembang diberi kode 6,
dan lain-lain diberi kode 7.
5. Tempat bersalin: RS umum/swasta, puskesmas, rumah bersalin, praktik
bidan diberi kode 1 dan diberi label fasilitas kesehatan; paraji dan lainlain diberi kode 2 dan diberi label bukan fasilitas kesehatan.
6. Variabel tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif dikur menggunakan
kuesioner B no 1-5. Setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah
diberi nilai 0. Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi baik dan
Universitas Indonesia
34
35
promosi susu formula jika nilai 10 diberi kode 1 dan terpajan promosi
susu formula jika nilai >10 diberi kode 2.
12. Variabel budaya terdiri dari 2 pertanyaan. Peryataan 9 diberi kode 1 jika
sangat tidak setuju, 2 jika tidak setuju, 3 jika setuju, 4 jika sangat
setuju.
4.7.3 Processing
Peneliti memasukkan (entry) data kuesioner yang telah diisi oleh responden ke
paket komputer. Data berupa jawaban-jawaban dari masing-masing responden
yang berbentuk kode (angka atau huruf) di masukkan ke dalam program atau
perangkat lunak komputer. Peneliti memasukkan kode data dari 106 kuesioner
yang telah lolos tahap editing dan telah dilakukan coding.
4.7.4 Cleaning
Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan ke paket komputer. Peneliti melihat kembali kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan hal lainnya. Dari data yang
3telah dimasukkan sebelumnya tidak ada data missing.
4.8
Analisis Data
Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
komputer berbasis statistik. Pengolahan tersebut menggunakan analisis
univariat untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang
diteliti. Hasilnya akan menggambarkan frekuensi dan persentase dari seluruh
variabel yang diteliti yaitu karakteristik responden, pemberian ASI eksklusif
variabel yang termasuk faktor internal, dan eksternal pemberian ASI eksklusif.
Universitas Indonesia
36
Persentasi = F x 100%
N
Keterangan:
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel
pengetahuan baik.
seorangpun
responden
jika
persentase
sebesar
0%;
1-19%
4.9
Sarana Penelitian
Sarana yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya alat tulis, komputer
jinjing, kuesioner, motor untuk memudahkan ke tempat penelitian, dan surat
ijin penelitian.
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1
Pelaksanaan Penelitian
Bab ini akan memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal
31 April-28 Mei 2012. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengisian
kuesioner oleh responden yang masuk dalam kriteria inklusi, yaitu ibu yang
memiliki bayi berusia 6-24 bulan. Kuesioner yang disebar sebanyak 119,
namun yang dapat digunakan untuk mengolah data hanya 106 buah.
5.2
37
Universitas Indonesia
38
Pendidikan
terakhir
responden
dikelompokkan
menjadi
tiga
yaitu
Universitas Indonesia
39
Jumlah (n)
Persentase (%)
65
41
61,3
38,7
12
72
22
11,3
67,9
20,8
27
8
71
25,5
7,5
67
48
7
34
4
4
3
6
45,3
6,6
32,1
3,8
3,8
2,8
5,7
102
4
96,2
3,8
31,3%
68,9%
Ya
Tidak
40
Universitas Indonesia
41
Jumlah (n)
Persentase (%)
13
93
12,3
87,7
54
52
50,9
49,1
59
47
55,7
44,3
keluarga.
Sebanyak
41
responden
(38,3%)
memberikan
makanan/minuman pada bayi kurang dari enam bulan karena tradisi dalam
keluarga. Secara rinci, distribusi frekuensi responden tersaji dalam tabel 5.3.
Universitas Indonesia
42
Jumlah (n)
Persentase (%)
54
52
50,9
49,1
54
52
50,9
49,1
76
41
71,7
38,7
100
6
94,3
5,7
83
23
78,3
21,7
59
47
55,7
44,3
41
65
38,7
61,3
26
80
24,5
75,5
20
86
18,9
81,1
1
105
1
99
52
68
43
57
16
8
82
15,1
7,5
77,4
Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah. Pembahasan penelitian akan
dibagi menjadi tiga bagian. Pada bagian pertama, peneliti akan menginterpretasikan
hasil penelitian dengan melihat keterkaitan dan kesenjangan dengan teori yang ada.
Bagian kedua yaitu keterbatasan penelitian, peneliti akan memaparkan hal-hal apa
saja yang menjadi hambatan selama dilakukannya penelitian. Bagian ketiga yaitu
implikasi penelitian untuk pelayanan, pendidikan, dan penelitian.
6.1
43
Universitas Indonesia
44
Usia
Usia ibu dikelompokkan menjadi 30 tahun dan >30 tahun berdasarkan usia
efektif dalam memproduksi ASI (Suraatmadja, 1997). Hasil penelitian ini
menunjukkan sebagian besar ibu (61,3%) berusia kurang dari 30 tahun. Hasil
tersebut didukung dengan data kependudukan kota Tangerang di Kecamatan
Pinang yaitu jumlah wanita usia 20 sampai 29 tahun lebih banyak dari wanita
yang berusia 35 sampai 49 tahun (BPS Kota Tangerang, 2010).
Ibu yang berusia dibawah 30 tahun lebih banyak yang memberikan ASI secara
eksklusif daripada ibu yang berusia diatas 30 tahun. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan Novita (2008) bahwa terjadi pembesaran payudara setiap siklus
ovulasi dari awal terjadi menstruasi sampai usia 30 tahun, namun terjadi
degenerasi payudara dan kelenjar penghasil ASI secara keseluruhan setelah usia
30 tahun..
b.
Pengetahuan
Hasil penelitian ini menunjukkan, hampir seluruh ibu (87,7%) memiliki
pengetahuan yang baik terkait pemberian ASI eksklusif. Meskipun hasil
penelitian
menunjukkan
sebagian
besar
responden
memiliki
tingkat
45
c.
Kondisi Kesehatan
Gambaran kondisi kesehatan ibu diukur dengan melihat pengaruh kondisi fisik
dan emosional ibu dalam memberikan ASI. Hasil penelitian pada variabel
kondisi kesehatan dikategorikan menjadi menghambat dan tidak menghambat.
Hasil penelitian terdistribusi secara merata pada kedua kategori, yaitu 50,9%
(54 orang) untuk kategori menghambat dan 49,1% (52 orang) untuk kategori
tidak menghambat.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Swarts et all (2010) yang menunjukkan
disribusi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang terinfeksi penyakit.
Penelitiannya menunjukkan distribusi yang merata antara ibu yang memberikan
ASI dengan yang tidak memberikan ASI. Pemberian ASI eksklusif pada ibu
dalam kondisi sakit salah satunya dihambat oleh pemberian susu formula,
karena ibu khawatir jika ia memberi ASI, bayinya akan tertular. Hal ini sesuai
dengan jawaban ibu pada pertanyaan terkait kondisi kesehatan yaitu sebesar
44,3% ibu memberikan minuman selain ASI, yaitu susu formula karena
khawatir bayi tertular penyakit melalui ASI.
d.
Persepsi
Hasil penelitian ini menunjukkan perbandingan ibu yang memiliki persepsi
positif dan negatif secara berturut-turut sebesar 44,3% dan 55,7%. Persepsi
negatif yang paling banyak dirasakan ibu terkait dengan kebiasaan bayi dalam
menyusu. Sebesar 48,1% ibu merasa perlu untuk memberikan minuman selain
ASI karena bayi sering minta disusui.
Universitas Indonesia
46
Hasil yang menunjukkan lebih besar persentase ibu yang memiliki persepsi
buruk dan lebih kecil ibu yang memberikan ASI pada bayinya sesuai dengan
teori Sheila (2003). Sheila (2003) dalam bukunya yang mengemukakan
persepsi memiliki dampak yang besar terhadap perilaku. Ibu yang memilliki
persepsi negatif cenderung kurang berhasil dalam memberikan ASI eksklusif.
Hal ini dapat menjadi salah satu alasan rendahnya cakupan ASI eksklusif di
Kelurahan Kunciran Indah.
Pendidikan
Pendidikan terakhir ibu dikelompokkan menjadi tiga yaitu pendidikan rendah
(tidak sekolah-SD), menengah (SMP-SMA), dan tinggi (Akademi-PT).
Sebagian besar responden yaitu 72 orang (67,9%) memiliki tingkat pendidikan
menengah dan hanya 11,3% (12 orang) yang memiliki tingkat pendidikan
tinggi. Hasil tersebut sesuai dengan data kependudukan kota Tangerang di
Kecamatan Pinang yaitu paling banyak telah tamat SMP dan SMA sebanyak
68.347 orang dan yang menempuh pendidikan Akademi-PT hanya 12.481
orang.
Tingkat pendidikan ibu sebagian besar menengah dan cakupan ASI eksklusif
dalam penelitian ini masih rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurjanah
(2007) yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dan pemberian ASI eksklusif. Tingkat pendidikan ibu yang hanya
menengah menyebabkan angka pemberian ASI menjadi rendah.
b.
Pekerjaan
Pekerjaan ibu dikategorikan menjadi tiga, yaitu bekerja diluar rumah, bekerja di
dalam rumah, dan tidak bekerja. Sebagian besar ibu (67%) tidak bekerja dan
sebagian kecil (7,5%)
dengan tingkat pendidikan ibu, yaitu sebagian besar ibu memiliki tingkat
Universitas Indonesia
47
Penelitian ini mendapatkan sebagian besar ibu tidak bekerja. Ibu yang tidak
bekerja/berada di rumah memiliki kemungkinan besar untuk memberikan ASI
secara eksklusif, namun pada penelitian ini angka pemberian ASI masih rendah.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Subrata (2004) yang menemukan
proporsi ibu bekerja memiliki peluang 7,9 kali lebih besar untuk tidak
menyusui bayinya secara eksklusif.
c.
Fasilitas Kesehatan
Hampir seluruh ibu (96,2%) menggunakan fasilitas kesehatan sebagai sarana
persalinan. Banyaknya ibu yang menggunakan fasilitas kesehatan disebabkan
oleh banyaknya fasilitas kesehatan seperti bidan, rumah sakit, dan puskesmas
yang dekat dengan wilayah Kunciran Indah. Kesadaran akan pengguanaan
fasilitas kesehatan di Kunciran Indah sangat tinggi, namun masih ada ibu yang
memilih melahirkan di rumah karena alasan perawatan bayi. Ibu yang
melahirkan di rumah ditolong oleh dukun bayi dan dukun bayi tersebut yang
juga merawat bayi hingga umur 40 hari (wawancara dengan responden pada 17
Mei 2012).
Universitas Indonesia
48
d.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Asmijati (2001) yang
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara dukungan petugas
kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif. Dukungan petugas kesehatan
sangat penting dalam kelangsungan ASI karena dapat meningkatkan rasa
percaya diri ibu dan berperan sebagai penyedia informasi yang diperlukan. Pada
penelitian ini persentase dukungan yang diberikan petugas kesehatan lebih kecil
dari persentase yang tidak mendukung, sehingga menyebabkan sebagian besar
ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif
e.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Yuliandarin (2009) yang
menunjukkan ibu yang diberikan dukungan oleh suami memiliki peluang 12,98
kali lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dibandingkan ibu yang tidak
mendapat dukungan. Roesli (2000) mengemukakan suami dan keluarga
berperan dalam mendorong ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya.
Universitas Indonesia
49
f.
dengan
penrnyataan
Widodo
(2007)
dalam
tesisnya
yang
g.
Budaya
Budaya turut mempengaruhi pemberian ASI eksklusif karena pada masyarakat
di Indonesia sangat menghargai tradisi yang telah ada sebelumnya. Variabel
budaya diukur dengan melihat tradisi di keluarga ibu dalam memberikan ASI
dan makanan/minuman tambahan pada bayi kurang dari enam bulan. Hasil
penelitian ini menunjukan, sebesar 71,7% responden memberikan ASI sesuai
dengan tradisi dan 38,7% responden memberikan minuman/makanan tambahan
karena tradisi.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Swasono
(1998) yaitu masih adanya praktik memberikan makanan tambahan sebelum
bayi berusia enam bulan. Pada beberapa daerah di Indonesia seperti pada
masyarakat To Bungu, Lombok, dan Betawi menunjukkan pemberian
makanan/minuman tambahan pada bayi berusia kurang dari enam bulan
merupakan hal yang dilakukan secara turun menurun.
Universitas Indonesia
50
Hal yang sama juga peneliti temukan saat melakukan studi preliminary di Desa
Cigugur Jawa Barat (3-4 Desember 2011). Hasil wawancara menunjukkan
hampir seluruh warga Desa memberikan makanan tambahan pada bayi kurang
dari 6 bulan, namun pada penelitian ini hanya 38,7% ibu yang memberikan
makanan/minuman sesuai dengan tradisi. Perbedaan ini disebabkan oleh
perbedaan karakteristik tempat. Studi preliminari dilakukan di desa, sementara
penelitian dilakukan di kota. Masyarakat desa lebih banyak yang memberikan
makanan tambahan dengan alasan hal tersebut sudah dilakukan bertahun-tahun
di daerah tersebut. Selain itu, masyarakat desa memiliki kepercayaan budaya
yang lebih kental sehingga membuat ibu memberikan makanan/minuman
sebelum bayi berusia 6 bulan.
6.2
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya sebagai berikut.
1.
Instrumen
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cluster sampling.
Pada perencanaan, penelitian ini akan melibatkan sresponden di seluruh RW
dengan proporsi yang sama, namun pada saat pengambilan data terjadi kendala,
sehingga proporsi responden pada masing-masing RW tidak sama.
Universitas Indonesia
51
6.3
Implikasi Keperawatan
Hasil penelitian ini menunjukkan masih rendahnya cakupan pemberian ASI
eksklusif, meskipun hampir seluruh ibu memberikan ASI pada bayinya. Hasil
penelitian ini berguna bagi pelayanan kesehatan, pendidikan keperawatan,
maupun penelitian keperawatan.
Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sumber data jika akan melakukan
penelitian yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif. Peneliti lain dapat
melanjutkan penelitian dengan menganalisis lebih dalam faktor persepsi,
motivasi, dan kondisi kesehatan ibu serta menghubungkannya dengan
pemberian ASI eksklusif. Selanjutnya penelitian tersebut dapat menganalisis
faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Universitas Indonesia
BAB 7
PENUTUP
Bab ini menyajikan kesimpulan dan saran dari penelitian tentang gambaran faktorfaktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah,
Tangerang. Pada bagian pertama peneliti menyimpulkan hasil penelitian secara
keseluruhan. Bagian kedua berisi saran terkait hasil penelitian yang berguna bagi
pelayanan kesehatan, profesi keperawatan, dan penelitian selanjutnya.
7.1
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan pada 106 ibu yang memiliki bayi berusia 6-24 bulan
di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. Hasil penelitian ini menunjukkan,
meskipun sebagian besar responden memberikan ASI pada bayinya, cakupan
pemberian ASI eksklusif masih berada jauh di bawah target pemerintah. Hal
ini dipengaruhi faktor-faktor internal dan ekskternal yang diteliti.
Gambaran hasil faktor internal yaitu sebagian besar ibu berusia kurang dari
sama dengan 30 tahun, hampir seluruh ibu memiliki tingkat pengetahuan yang
baik, sebagian ibu memiliki persepsi negatif, dan kondisi kesehatan pada lebih
dari separuh jumlah ibu dinilai menghambat dalam memberikan ASI.
Gambaran faktor eksternal diperoleh sebagian besar ibu berada pada tingkat
pendidikan menengah, bekerja sebagai ibu rumah tangga, bersuku Jawa, dan
menggunakan fasilitas kesehatan sebagai sarana persalinan. Hasil penelitian
juga menunjukkan proporsi yang hampir merata antara petugas kesehatan
yang mendukung dan kurang mendukung. Hampir selutruh ibu mendapatkan
dukungan dalam memberikan ASI eksklusif baik dari orang terdekat yang
diberikan melalui informasi dan motivasi. Promosi susu formula yang gencar
dilakukan membuat sebagian ibu terpajan promosi tersebut. Faktor budaya
52
Universitas Indonesia
53
juga dirasakan oleh sebagian besar ibu sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh dalam memberikan ASI dan makanan tambahan.
7.2
Saran
7.2.1
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan keperawatan yang dekat dengan masyarakat seperti puskesmas dan
posyandu perlu lebih gencar dalam memberikan edukasi kepada masyarakat
terkait ASI eksklusif. Edukasi dapat dilakukan dengan melihat manfaat
pemberian ASI, sehingga ibu lebih termotivasi untuk memberikan ASI.
Posyandu sebagai sarana kesehatan yang dekat dengan ibu sebaiknya
meyediakan pojok konsultasi ASI terutama untuk ibu yang sedang hamil agar
rencana untuk memberikan ASI dapat diputuskan dengan segera.
7.2.2
Penelitian Keperawatan
Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan instrumen penelitian yang
telah baku. Selain itu peneliti lain disarankan untuk menghubungkan variabel
dalam faktor internal dan eksternal dengan pemberian ASI sehingga dapat
diketahui faktor dominan yang mempengaruhi pemberian ASI. Penelitian
selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan desain penelitian yang
berbeda dengan jumlah sampel yang lebih besar, sehingga hasilnya dapat
digeneralisasi.
Universitas Indonesia
54
7.2.3
Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini menunjukkan masih terdapat ibu yang memberikan ASI dan
makanan/minuman tambahan karena tradisi dalam keluarga atau masyarakat.
Hal ini memberikan masukan pada pendidikan keperawatan, khususnya
mahasiswa
keperawatan,
agar
memperhatikan
aspek
budaya
dalam
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
56
McNiel, M. E., Labbok, M. H., & Abrahams, S. W. (2010, March). What are the risks
associated with formula feeding? a re-analysis and review. BIRTH, 50-58.
http://content.ebscohost.com/pdf23_24/pdf/2010/ES5/01Mar10/48278726.pdf?
T=P&P=AN&K=2010572768&S=R&D=rzh&EbscoContent=dGJyMMTo50Se
prU4zdnyOLCmr0meprJSrqm4SK%2BWxWXS&ContentCustomer=dGJyMP
GnrkqurrJJuePfgeyx4YHs1%2BaE.
Minnie, C. S., & Greeff, M. (2006). The choice of baby feeding mode within the
reality of HIV/AIDS epidemic: Health education implications. Curationis , 29
(4), 19-27.
Mustamin, A. (1998). Kelahiran dan kematian bayi pada masyarakat terasing To
Bunggu di Sulawesi Selatan. In M. F. Swasono, Kehamilan, kelahiran,
perawatan ibu dan bayi: Dalam konteks budaya (pp. 197-223). Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Naim, K. (2001). Hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian pneumonia
pada anak umur 4-34 bulan di Kabupaten Indramayu. Tesis. Universitas
Indonesia. Depok.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Novita, D. (2008). Hubungan karakteristik ibu, faktor pelayanan kesehatan,
immediate breastfeeding dan pemberian kolostrum dengan pemberian ASI
ekslusif di wilayah kerja puskesmas Pancoran Mas Depok tahun 2008. Skripsi.
Universitas Indonesia. Depok.
Nuraeni, A. (2002). Hubungan karakteristik ibu, dukungan keluarga dan pendidikan
kesehatan dengan perilaku pemberian ASI dan MP-ASI pada bayi usia 0-12
bulan dalam konteks keperawatan komunitas di Desa Waru Jawa Kecamatan
Parung Kabupaten Bogor. Tesis. Universitas Indonesia.
Pearl, J. K., Allen, J., Nguyen, N., Hayen, A., Oddy, W. H., & Mihrshahi, S. (2004).
Motherhood meets epidemiology: measuring risk factor for breast-feeding
cessation. Public Health Nutrition, 7, 1033-1037.
Pee, S. d., Diekhans, J., Stallkamp, G., Kiess, L., Moench-Pfanner, R., Martini, E., et
al. (2002). Breastfeeding and complementary feeding practices in Indonesia. (F.
Gracian, Ed.) Nutrition & Health Surveillance System Annual Report 2002 , 197.
Penelitian dan Pengembangan Kota Tangerang. (2010). Jumlah bayi yang diberi ASI
eksklusif.
http://litbang.tangerangkota.go.id/index.php/kesehatan/buka/32Universitas Indonesia
57
jumlah-bayi-yang-diberi-asi-eksklusif?tahun1=2010&tahun2=0&kecamatan=0
(April, 13, 2012).
Philips, C. R. (1996). Family-centered maternity and newborn care: A basic text. St.
Louis: Mosby.
Piwoz, E. G., Ferguson, Y. O., Bentley, M. E., Corneli, A. L., Moses, A., & Nkhoma,
J. (2006). Differences between international recommendations on breastfeeding
in the presence of HIV and the attitudes and counselling messages of health
workers in Lilongwe, Malawi. International Breastfeeding Journal , 1-8.
Piwoz, E. G., Humprey, J. H., Iliff, P. J., Marinda, E. T., Tavengwa, N. V., &
Zunguza, C. D. (2007). The impact of safer breastfeeding practices on postnatal
HIV-1 transmission in Zimbabwe. American journal of public health, 9 (7),
1249-1254.
Potter, Patricia A., Perry, Anne G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan:
konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC.
Pratiwi, S. (1998). Pandangan budaya daalam sistem perawatan bayi di Pulau
Lombok. In M. F. Swasno, Kehamilan, kelahiran, perawatan ibu dan bayi:
Dalam konteks budaya (pp. 224-255). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press).
Reynolds, N. (2001, 5 14). The monday page: Why breast are for babies. ProQuest,
9.
Siregar, A. (2004). Pemberian ASI ekslusif dan faktor yang mempengaruhinya.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin.pdf. Oktober, 14, 2011.
Suzely, M., Livia, Z., Nemre, S., & Orland, S. (2008, September). Association
between breast-feeding practices and sucking habbits: A cross-sectional study
of children in their first year of life. J Indian Soc Pedrod Prevent Dent , 102106.
Swarts, S., Kruger, H. S., & Dolman, R. C. (2010). Factors affecting mothers' choice
of breastfeeding vs. formula: Feeding in the lower Umfolozi district war
memorial hospital, KwaZulu-Natal. Journal of Interdisciplinary Health
Sciences , 15, 119-126.
Swasono, M. F., & Soselisa, H. L. (1998). Kehamilan, kelahiran dan perawatan pasca
kelahiran bagi ibu dan bayi di Bandaneira, Kabupaten maluku Tengah. In M. F.
Swasono, & M. F. Swasono (Ed.), Kehamilan, kelahiran, perawatan ibu dan
Universitas Indonesia
58
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan Ibu untuk berpartisipasi secara sukarela
menjadi responden dalam penelitian ini. Jika Ibu bersedia, saya akan memberikan
lembar kuesioner untuk diisi dengan kejujuran dan apa adanya. Saya akan menjamin
kerahasiaan jawaban dan identitas Ibu. Jawaban yang diberikan digunakan hanya
untuk kepentingan penelitian ini.
Jika Ibu masih memiliki pertanyaan terkait penelitian ini, Ibu dapat menghubungi
atau SMS saya ke nomor +62-856-8291-583.
Demikian lembar persetujuan ini saya buat, atas partisipasinya saya ucapkan terima
kasih.
Depok, April 2012
Putri Pertiwi
0806457224
Lampiran 2
Judul penelitian
Peneliti
Pembimbing
Saya memahami bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif di
Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. Saya telah mendapatkan penjelasan dari
peneliti bahwa keikutsertaan saya sebagai responden penelitian hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian. Demikianlah pernyataan ini saya kemukakan, dengan
menandatangani pernyataan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dengan
penuh kesadaran tanpa paksaan dari siapapun.
Tangerang,. 2012
Responden
(...)
Lampiran 3
KUESIONER
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Kode Responden
Tanggal Pengisian
Bacalah pertanyaan pada setiap kuesioner dengan teliti dan pilihlah jawaban
yang sesuai dengan keadaan yang Ibu rasakan.
b.
c.
Apabila jawaban salah dan Ibu ingin mengganti pilihan jawaban, coret jawaban
yang akan diganti dengan dua garis mendatar (a) dan pilih jawaban lain yang
sesuai
d. Setiap satu pertanyaan hanya boleh diisi oleh satu jawaban kecuali pada
pertanyaan yang diberi keterangan boleh diisi lebih dari satu jawaban
e. Apabila terdapat pernyataan yang kurang jelas atau tidak dimengerti, Ibu dapat
menanyakan kepada peneliti untuk menjelaskan maksud dari pernyataan tersebut
f. Segera serahkan kembali kepada peneliti setelah selesai mengisi lembar
kuesioner.
Lampiran 3
Kuesioner A:
Data demografi
Jawablah dengan memberikan tanda centang ( ) dalam kotak pada pilihan yang Ibu
anggap paling tepat
1.
Usia ibu
:
< 20 thn
31-35 thn
20-25 thn
> 35 thn
26-30 thn
2.
Pendidikan terakhir
Buta huruf - SD
SMP - SMA
Akademi/PT
3.
4.
5.
Suku
:
Jawa
Batak
Sunda
Minang
Betawi
Tempat bersalin
RS umum/swasta
Praktik bidan
Puskesmas
Paraji
Rumah bersalin
Lampiran 3
Kuesioner B
Faktor Internal
Pilihlah jawaban yang Ibu anggap paling benar dengan melingkari huruf di depan
jawaban
1.
2.
Menurut ibu, kapan sebaiknya bayi diberi ASI pertama kali setelah lahir?
a. Sesegera mungkin
c.
d.
Tidak tahu
Menurut ibu, susu yang pertama kali keluar berwarna kekuning-kuningan setelah
bayi lahir sebaiknya diberikan atau dibuang?
a. Diberikan
3.
b. Dibuang
c. Tidak tahu
4.
b. > 6 bulan
c. > 12 bulan
d. Tidak tahu
Lampiran 3
Isilah pertanyaan di bawah ini dengan tanda centang () pada jawaban yang Ibu
anggap paling sesuai dengan pilihan Ibu.
Keterangan pengisian:
SS
TS
STS
NO
Pernyataan
10
11
Saya selalu yakin pada diri saya, saya dapat memberikan ASI saja
tanpa makanan/minuman tambahan
12
13
14
15
Saya tidak memberikan ASI saat keadaan emosi saya tidak baik
SS
TS
STS
Lampiran 3
Kuesioner C
Faktor Eksternal
Isilah pertanyaan di bawah ini dengan tanda centang () pada jawaban yang Ibu
anggap paling sesuai dengan pilihan Ibu.
Keterangan pengisian:
SS
TS
STS
NO
Pernyataan
Saat bayi saya berusia 0-6 bulan
SS
TS
STS
Lampiran 3
Jawablah dengan memberikan tanda centang ( ) dalam kotak pada pilihan yang Ibu
anggap paling tepat
9. Siapa saja yang mendukung ibu dalam memberikan ASI Ekslusif? (boleh pilih
lebih dari satu)
Suami
Teman
Orangtua
Tetangga
Mertua
Lain-lain, sebutkan
Saudara kandung
10. Apa bentuk dukungan yang diberikan oleh orang terdekat Ibu?
Memberikan informasi
Memberikan kata-kata yang memotivasi
Lain-lain, sebutkan
11. Berapa lama orang terdekat ibumemberikan dukungan kepada Ibu dalam
memberikan ASI?
sampai bayi saya berusia 2 bulan
sampai bayi saya berusia 4 bulan
sampai bayi saya berusia lebih dari 6 bulan
Kuesioner D
Pemberian ASI Eksklusif
1.
Minuman dan makanan yang ibu berikan pada bayi saat berusia 0-6 bulan:
(boleh pilih lebih dari satu)
ASI
Madu
Air putih
Bubur bayi
Air gula
Pisang
Air tajin
Jus buah
Susu formula
Nasi tim
Teh
Lain-lain, sebutkan
~ Terima Kasih atas partisipasi Ibu ~
Lampiran 4
Sep 11Jan 12
Feb
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Penyusunan
proposal
penelitian
Revisi
proposal
penelitian
Pembuatan
instrumen
Pengecekan
validasi
instrumen
Pengumpulan
data
Pengolahan
dan analisis
data
Pembahasan
Pembuatan
manuscript
publikasi
Sidang
penelitian
Penggandaan
Laporan
Universitas Indonesia
Lampiran 5
BIODATA MAHASISWA
1.
Nama Lengkap
: Putri Pertiwi
2.
Agama
: Islam
3.
Tempat/Tgl Lahir
4.
Suku
: Sunda
5.
Alamat
6.
Hp
: 08568291583
7.
: putri.pertiwi@ui.ac.id
putripertiwi.indonesia@yahoo.com
8.
Riwayat Pendidikan
a. TK Al-Ashar
(1995-1996)
b. SDN Pinang 3
(1996-2002)
c. SMPN 4 Tangerang
(2002-2005)
d. SMAN 2 Tangerang
(2005-2008)
(2008-2012)
Lampiran 6
Lampiran 6 (lanjutan)